Setelah pulang dari kampus Aretha dan kedua temannya makan siang di restoran.
"Aku ke toilet dulu sebentar." Pamit Aretha kepada kedua temannya sambil beranjak dari duduknya. "Aretha ususmu lurus ya? Baru selesai makan langsung ke toilet." Ujar Shela lalu tertawa. "Tentu saja ususku lurus makanya proses pencernaannya berjalan dengan lancar." Aretha ikut tertawa membalas candaan yang diucapkan oleh Shela. "Sebelum masuk ke dalam toilet baca dulu tulisannya dengan teliti, jangan sampai salah masuk ke toilet pria!" Risa mengingatkan. "Shit, jangan keras-keras malu kalau ada yang dengar." Aretha menempelkan jari telunjuk di bibirnya. Beberapa hari yang lalu Aretha pernah salah masuk ke toilet pria. Karena terburu-buru sehingga tidak sempat membaca petunjuknya. Dia baru menyadari setelah penjaga toilet menegurnya tentu saja Aretha merasa sangat malu, beruntung saat itu toilet sedang sepi. Kemudian dia bercerita kepada Shela dan Risa, tentu saja mereka menertawakannya. Shela dan Risa menggelengkan kepalanya pelan menatap punggung Aretha yang semakin menjauh darinya. Setelah menuntaskan hajatnya Aretha keluar dari toilet, namun baru berjalan beberapa langkah terdengar suara seseorang memanggil namanya. "Aretha.........!" Aretha celingukan mencari keberadaan seseorang yang baru saja memanggilnya. Terlihat seorang pria yang sangat dikenal olehnya yaitu Evan mantan kekasihnya berjalan menghampirinya. "Kenapa Kak Evan sudah pulang, bukankah seharusnya masih berada di luar negeri?" Batin Aretha heran, dia kembali berjalan dengan cepat rasanya belum siap untuk bertemu dengan Evan saat ini. Dua tahun yang lalu Aretha memutuskan hubungannya dengan Evan, ketika Evan sedang berada di luar negeri. Dia memilih memutuskan hubungannya dengan Evan di saat dirinya dalam keadaan terpuruk. Saat itu Aretha tidak punya pilihan selain menikah dengan Alvarendra agar tetap bisa melanjutkan kuliahnya serta membayar biaya pengobatan ibunya, selain itu juga membayar hutang-hutang yang ditinggalkan oleh Ayahnya. "Melihat Aretha berusaha menghindarinya, Evan mengulurkan tangannya meraih tangan Aretha membuat Aretha menghentikan langkah kakinya. "Aretha, akhirnya kita bisa bertemu kembali." Senyuman mengembang di bibir Evan menatap ke arah Aretha. "Kak, lepas!" Aretha berusaha melepaskan tangannya yang sedang dipegang oleh Evan. Perlahan Evan melepaskan tangan Aretha yang sedang dipegang olehnya. "Kapan Kakak kembali?" Evan mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Aretha. "Apa seperti ini cara kamu menyapa Kakak setelah sekian lama kita tidak bertemu. Padahal Kakak sangat merindukanmu." Evan menatap kecewa ke arah Aretha. Sebenarnya Aretha juga merindukan Evan, namun dia berusaha tetap terlihat tenang apalagi teringat dengan statusnya saat ini yang sudah menjadi istrinya Alvarendra. "Maaf Kak, aku harus pergi sekarang teman-temanku sudah menunggu." Aretha hendak berjalan dari sana namun Evan menghentikannya. "Aretha, katakan bahwa apa yang kamu ucapkan dua tahun yang lalu hanya prank saja!" Evan menatap penuh harap ke arah Aretha. "Maaf Kak, itu bukan prank tapi kenyataan." Jawab Aretha dengan bibir bergetar. DEG Evan terkejut mendengar ucapan Aretha, sebelumnya dia masih berharap apa yang diucapkan oleh Aretha dua tahun yang lalu hanyalah Prank. "Aretha, sejak kapan kamu berubah menjadi wanita yang tidak berperasaan?" Evan meninggikan nada bicaranya menatap kecewa ke arah Aretha. "Tidak berperasaan? Aku memang bukan orang baik." Aretha berusaha tetap terlihat tenang walaupun ada rasa bersalah dalam hatinya, karena telah memutuskan hubungannya dengan Evan dan lebih memilih menikah dengan Alvarendra. "Kenapa kamu memutuskan hubungan yang terjalin di antara kita begitu saja?" Evan menatap tajam ke arah Aretha. "Aku lelah menunggu Kakak sehingga lebih memilih bersama dengan pria lain." Buliran-buliran bening mengembun di pelupuk mata Aretha hendak menetes namun ditahan olehnya. "Sejak kapan kamu menjadi wanita yang bosan menunggu?" "Jawaban seperti apa yang sebenarnya ingin Kakak dengar dariku?" Aretha bertanya dengan bibir bergetar menatap ke arah lain tidak sanggup menatap ke arah Evan. "Kenapa kamu memutuskan hubungan di antara kita secara sepihak?" "Aku mencintai pria lain." Evan mengusap wajahnya dengan kasar lalu menyugar rambutnya mendengar pengakuan Aretha. "Aretha, aku tahu kamu pasti berbohong kepadaku." Evan menyangkal bahwa Aretha telah mencintai pria lain. "Terserah kamu mau percaya atau tidak, menunggu terlalu lama membuatku merasa lelah, hingga akhirnya rasa cintaku pada Kakak menghilang begitu saja." Tidak ingin berlama-lama dengan Evan, Aretha melangkahkan kakinya hendak pergi dari sana. Melihat Aretha hendak pergi, Evan segera mengulurkan tangannya mencekal pergelangan tangan Aretha. "Aretha, sekarang aku sudah kembali jadi kamu tidak perlu menunggu lebih lama lagi. Setelah ini aku berjanji tidak akan pergi meninggalkanmu lagi. Mari kita mulai semuanya dari awal!" "Apanya yang mau dimulai hubungan kita sudah berakhir?" Aretha berusaha melepaskan tangannya yang sedang dipegang oleh Evan. "Aku sudah tidak mencintai Kakak lagi." Ujar Aretha lagi menegaskan. Evan tersulut emosi mendengar ucapan Aretha. Dia segera menyudutkan Aretha ke dinding dengan kedua tangan diletakkan di samping tub uhnya. "Kak, minggir!" Aretha berusaha mendorong dada Evan agar menjauh darinya. Namun Evan tetap berada di tempatnya tidak bergerak sedikitpun, tenaga Aretha tidak sebanding dengan tenaganya. Dia menatap tajam wajah wanita yang berada di hadapan. Aretha merasa takut dengan tatapan tajam Evan, perlahan menundukkan pandangannya sambil meremas ujung baju yang dipakai olehnya. "Maaf Kak." Aretha berujar dalam hati. Tangan Evan terulur menarik pinggang Aretha agar merapat dengannya lalu memeluknya dengan erat. Aretha tersentak kaget dengan apa yang dilakukan oleh Evan. "Kak, Lepas!" Aretha berusaha melepaskan diri dari pelukan Evan, namun Evan justru semakin erat memeluknya. "Aretha, Kakak sangat mencintaimu, Kakak minta maaf karena telah meninggalkanmu kita mulai semuanya dari awal ya!" Pinta Evan berharap Aretha mau kembali bersama dengannya. Buliran-buliran bening yang sejak tadi mengembun di pelupuk mata Ayra perlahan jatuh . Di tempat lain Shela dan Risa tampak asik mengobrol hingga tanpa sengaja melihat Alvarendra berada di restoran tersebut. "Ris, lihat! Itu bukannya Alvarendra CEO FR GROUP yang sering digosipkan itu ya?" Shela menyenggol lengan Risa agar melihat ke arah yang ditunjuk olehnya. "Mana mana?" Risa mengedarkan pandangannya mencari kebenaran seseorang yang dimaksud oleh Shela. "Itu Ris." "Oh yang itu. Ternyata Alvarendra jauh lebih tampan yang aslinya dibanding dengan yang ada foto." Risa menatap ke arah Alvarendra tanpa berkedip selama beberapa saat. "Alvarendra memang idola bagi setiap wanita, selain tampan dia juga kaya raya. Sungguh beruntung wanita menjadi istrinya." "Tapi aku justru merasa kasihan dengan wanita yang menjadi istrinya Alvarendra, setiap hari harus mendengar gosip suaminya dengan wanita lain." "Iya bener juga ya. Kenapa suami yang selingkuh kebanyakan pria tampan serta kaya raya." Ujar Shela heran. "Kalau prianya jelek serta miskin mana ada wanita yang mau dengannya." Shela dan Risa akhirnya tertawa bersama. Alvarendra yang berjalan menuju ke toilet, namun belum sampai ke toilet dia malah mendapatkan kejutan. DEG Alvarendra terkejut tatapannya berubah menjadi tajam kilatan amarah terpancar dari kedua matanya, melihat istrinya sedang berpelukan dengan pria lain. "Beraninya Aretha selingkuh di belakangku." Ujarnya lirih kedua tangannya mengepal kuat. Dia mengurungkan niatnya menuju toilet, membalikkan badannya keluar dari restoran "Maaf Kak, kita tidak mungkin bisa bersama lagi aku sudah menikah." Evan tersentak kaget mendengar pengakuan Aretha refleks melepaskan pelukannya sambil menggelengkan kepalanya pelan seolah-olah tidak percaya. "Kak, aku pergi dulu." Pamit Aretha berjalan menjauh dari Evan. Evan diam mematung menatap Aretha yang perlahan menjauh darinya, tanpa ada niat sedikit pun untuk menghentikannya. "Menikah?" Gumam Evan lirih melihat Aretha sudah menjauh darinya."Aretha............." Gumam Evan lirih mengusap wajahnya dengan kasar lalu menyugar rambutnya. Dia tidak pernah menyangka hubungannya dengan Aretha akan berakhir seperti ini. Dadanya terasa sesak mengetahui Aretha sudah menikah dengan pria lain. Dengan langkah gontai Evan menghampiri teman-temannya. "Evan, kamu kenapa?" Tanya Kevin (temannya Evan) merasa heran melihat wajah Evan tampak murung. "Nggak apa-apa, aku pulang dulu." Pamit Evan kepada teman-temannya. "Serius Bro? Padahal aku sudah memesan makanan untukmu." Kevin merasa kecewa dengan Evan. "Buat kalian saja." ujar Evan lesu. "Evan, sebenarnya ada apa kenapa tiba-tiba pulang padahal kamu belum makan?" "Aku nggak enak badan." Jawab Evan singkat lalu pergi meninggalkan teman-temannya. Aretha juga berpamitan kepada kedua temannya. "Shela, Risa aku pulang dulu." Pamit Aretha dengan suara sedikit serak. Shela dan Risa yang sedang asik mengobrol seketika menoleh mendengar ucapan Aretha. "Aretha, kamu kenapa?" Ta
Alvarendra menyusuri lorong rumah sakit sambil menggendong Aretha. "Mas, turunkan aku! Kakiku cuma terkilir aku masih bisa jalan sendiri." Aretha mendongak menatap wajah Alvarendra berharap Alvarendra akan menurunkannya. "Kamu boleh menatapku seperti itu terus jika ingin fotomu menjadi berita utama pagi ini." Alvarendra tersenyum ke arah Aretha, sedangkan Aretha dengan cepat memalingkan wajahnya. Mereka masuk ke dalam ruangan dokter spesialis ortopedi. "Dok, tolong periksa kaki istriku!" Dokter Fandi segera menoleh ke arah Alvarendra setelah mendengar ucapannya. "Silahkan duduk dulu." Alvarendra menurunkan Aretha dari gendongannya menaruhnya di atas ranjang rumah sakit. "Bagaimanapun caranya pastikan kaki istriku sembuh seperti sedia kala!" "Kami akan mencoba yang terbaik untuk kesembuhan kaki istri bapak." Ujar dokter Fandi. Dokter Fandi berjalan menghampiri Aretha kemudian memeriksa
Breaking News Alvarendra pria tampan dengan sejuta pesona yang memikat kaum hawa, selain tampan dia juga kaya raya selama ini menjabat sebagai CEO FR GROUP. Dikabarkan sedang dekat dengan seorang artis cantik yang sedang naik daun yaitu Alisa. Bahkan kabar terbarunya FR GROUP baru saja membeli salah satu unit apartemen di Grand Luminor untuk Alisa. "Lihat gosip terbaru!" Seorang wanita berambut panjang yang dikucir kuda menyodorkan hp-nya ke arah wanita berambut pendek yang berada di sampingnya. Membuat wanita berambut pendek segera menoleh ke layar hp wanita yang berambut panjang. "Oh gosip tentang Alvarendra dan Alisa. Semakin hari mereka semakin lengket saja." Ujar wanita berambut pendek mengamati gosip Alvarendra dan Alisa di layar hp-nya wanita berambut panjang. "Apakah Alvarendra akan tinggal bersama dengan Alisa di Grand Luminor?" "Aku rasa seperti itu dan secepatnya Alvarendra pasti akan bercerai dengan istrinya." "Aku merasa penasaran dengan tanggapan istrinya Alva
"Setiap kali bertemu dengan ibu, beliau pasti akan membahas tentang anak." Aretha berujar dalam hati merasa sedih, karena sampai saat ini dirinya belum dikaruniai seorang anak. jangankan anak pernikahan dirinya dengan Alvarendra entah mau bagaimana akhirnya. "Sayang, apa yang sedang kamu pikirkan?" Alvarendra menatap heran melihat Aretha tampak diam seperti sedang memikirkan sesuatu. Sedangkan Aretha tersentak kaget mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Alvarendra. "Aku sedang memikirkan Mas, apakah Mas percaya?" Aretha tersenyum ke arah Alvarendra. Terpaksa berbohong tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya."Tidak." Alvarendra kembali menatap ke depan."Aku sedang memikirkan jika suatu saat nanti kekasih Mas mengetahui hubungan kita, dia marah dan meminta Mas untuk menceraikan ku. Tentu saja aku tidak bisa tinggal di Villa Grand Luxury dan lebih parahnya aku tidak mendapat uang bulanan lagi dari Mas. Hidup miskin tentu saja aku tidak menginginkannya." Aretha berujar dengan w
"Itu obat penyubur kandungan serta vitamin untuk Aretha." Bu Salma menjawab pertanyaan yang diucapkan oleh Alvarendra. Sedangkan Aretha hanya diam. "Kenapa Aretha dikasih obat serta madu seperti itu?" Alvarendra memicingkan matanya merasa heran. "Supaya istrimu bisa secepatnya hamil." Bu Salma berkata dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya. "Oh, apa untuk bisa hamil harus mengkonsumsi obat-obatan seperti itu?" "itu salah satu cara agar istrimu bisa cepat hamil." Alvarendra menoleh ke arah Aretha yang hanya diam sambil menunduk, entah apa yang sedang dipikirkan olehnya. "Apa Ibu yakin dengan mengkonsumsi obat-obatan seperti itu Aretha bisa langsung hamil. Lagi pula tanpa obat-obatan seperti itu Aretha juga bisa hamil." Alvarendra tidak ingin istrinya mengkonsumsi obat-obatan nggak jelas yang bisa membahayakan. "Tapi kenapa sampai sekarang istrimu nggak hamil-hamil, apa dia mandul?" DEG Aretha tampak terkejut mendengar ucapan Bu Salma, hatinya terasa nyeri seolah ribuan