"Itu obat penyubur kandungan serta vitamin untuk Aretha." Bu Salma menjawab pertanyaan yang diucapkan oleh Alvarendra. Sedangkan Aretha hanya diam.
"Kenapa Aretha dikasih obat serta madu seperti itu?" Alvarendra memicingkan matanya merasa heran. "Supaya istrimu bisa secepatnya hamil." Bu Salma berkata dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya. "Oh, apa untuk bisa hamil harus mengkonsumsi obat-obatan seperti itu?" "itu salah satu cara agar istrimu bisa cepat hamil." Alvarendra menoleh ke arah Aretha yang hanya diam sambil menunduk, entah apa yang sedang dipikirkan olehnya. "Apa Ibu yakin dengan mengkonsumsi obat-obatan seperti itu Aretha bisa langsung hamil. Lagi pula tanpa obat-obatan seperti itu Aretha juga bisa hamil." Alvarendra tidak ingin istrinya mengkonsumsi obat-obatan nggak jelas yang bisa membahayakan. "Tapi kenapa sampai sekarang istrimu nggak hamil-hamil, apa dia mandul?" DEG Aretha tampak terkejut mendengar ucapan Bu Salma, hatinya terasa nyeri seolah ribuan anak panah telah menancap hingga titik terdalam. Alvarendra juga nggak kalah terkejutnya mendengar ucapan ibunya. "Bu, jaga bicaranya Aretha nggak mandul." Alvarendra berkata dengan tegas menyangkal ucapan ibunya. "kalau begitu buktikan kepada ibu kalau dia mampu memberi ibu seorang cucu!" Atmosfer di sekitar mereka terasa panas, Aretha yang tidak ingin ketegangan di antara mereka semakin menjadi-jadi akhirnya merangkul lengan Alvarendra. "Mas, ngantuk." Aretha pura-pura menguap, salah satu telapak tangannya terangkat menutupi mulutnya yang terbuka dengan lebar. "Bu, Aretha sudah ngantuk aku pulang dulu." Pamit Alvarendra menggandeng lengan Aretha. "Ya hati-hati di jalan, jangan lupa kasih ibu seorang cucu." Bu Salma kembali mengingatkan, Aretha merasa hatinya semakin terasa nyeri. "Ibu nggak perlu khawatir tentang itu." Alvarendra dan Aretha berjalan menuju ke mobil lalu masuk ke dalamnya. Di dalam mobil air mata Aretha tumpah ruah membasahi kedua pipinya. Alvarendra yang melihatnya segera merengkuhnya membawanya ke dalam pelukannya, tangannya bergerak mengusap-usap punggungnya dengan lembut berharap bisa memberinya ketenangan. "Apa kamu belum siap mempunyai seorang anak? Apa karena ini kamu merasa enggan bertemu dengan ibu?" Aretha hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan yang diucapkan oleh Alvarendra. "Kalau begitu nggak usah terlalu dipikirkan Mas tidak akan memaksamu." Detik berikutnya Alvarendra meraih dagu Aretha, dengan gerakan cepat dia menyatukan bibirnya dengan bibir Aretha. Aretha yang awalnya terkejut perlahan mulai mengimbangi permainan suaminya. Tangannya mengalung ke leher Alvarendra, tentu saja dirinya tidak ingin membuat Alvarendra merasa kecewa. Ketika Alvarendra ingin melakukan lebih Aretha segera menahannya, apalagi setelah dia sadar bahwa mereka sekarang berada di dalam mobil "Mas, bagaimana kalau ada yang lihat?" Bisik Aretha tepat di samping telinga Alvarendra. Bisikan Aretha menyadarkan Alvarendra, dia segera menghentikan aktivitasnya merapikan kembali pakaiannya yang sempat berantakan. "Sepertinya kamu sangat takut kalau ada yang melihat apa yang baru saja kita lakukan? Tenang saja kaca mobilnya gelap jadi tidak kelihatan dari luar." Alvarendra berkata sambil tersenyum misterius ke arah Aretha. "Meskipun kita sudah menikah, tapi hal seperti itu tidak pantas dipertontonkan kepada orang lain." * "Pagi semua......." Aretha menyapa kedua temannya ketika baru saja sampai di kampus. "Pagi juga........" Shela dan Risa menoleh ke arah Aretha. "Apa yang sedang kalian bicarakan kelihatannya serius banget?" Karena merasa penasaran Aretha ikut bergabung dengan kedua temannya. "Lihat berita tentang Alvarendra dan Alisa, semakin hari mereka semakin lengket." Shela memperlihatkan berita Alvarendra dan Alisa di layar hp-nya ke arah Aretha. Aretha hanya meliriknya sekilas. "Oh, masih sama dengan berita kemarin." Monolog Aretha dalam hati. "Dengar-dengar Alvarendra baru saja membeli salah satu unit apartemen di Grand Luminor untuk Alisa." Risa menambahkan. Aretha hanya diam sama sekali tidak tertarik untuk membahas gosip tentang Alvarendra dan Alisa. Dia mendaratkan bokongnya di atas kursi depan Shela duduk. "Aretha, kamu sama sekali tidak penasaran dengan hubungan Alvarendra dan Alisa?" Shela merasa heran melihat Aretha hanya diam sama sekali tidak tertarik untuk ikut bergosip dengannya. "Untuk apa penasaran, bukankah sudah sejak lama mereka digosipkan bahkan hampir setiap hari." Ujar Aretha santai. "Meskipun mereka sudah digosipkan setiap hari aku masih tetap merasa penasaran, apalagi dengan istrinya Alvarendra. Bagaimana dengan perasaannya, apakah dia akan cemburu melihat suaminya bersama dengan wanita lain?" "Kalau menurutku dia biasa saja." Shela dan Risa tidak tahu kalau Aretha merupakan istrinya Alvarendra. "Biasa saja, jadi menurutmu selama ini Alvarendra dan istrinya tidak saling mencintai?" "Kalau mereka saling mencintai, mana mungkin istrinya Alvarendra akan diam saja melihat suaminya dekat dengan wanita lain." Shela dan Risa manggut-manggut mendengar ucapan Aretha. "Benar juga apa katamu, tapi menurutku mau cinta atau tidak melihat suaminya dekat dengan wanita lain pasti sakit hati." Entah kenapa tiba-tiba drama ikan terbang terlintas di otaknya, teringat drama istri yang tersakiti tanpa sadar Risa ikut menitikkan air matanya apalagi kalau sampai mengalaminya, dia tidak sanggup membayangkannya. "Atau sebenarnya Alvarendra dan istrinya sudah bercerai? Karena sampai detik ini istrinya Alvarendra tidak pernah muncul ke publik." "Istrinya Alvarendra benar-benar misterius, walaupun sudah menikah hampir dua tahun tapi tidak pernah muncul ke publik." "Bahkan ada beberapa orang yang berusaha mencari tahu identitasnya namun tidak pernah berhasil. Semakin lama justru semakin misterius." "Atau mungkin selama ini istrinya Alvarendra mengindap penyakit parah? Sehingga diasingkan ke tempat yang jauh agar penyakitnya tidak menular." Risa mencoba menebak. "Jika memang seperti itu kenyataannya, sungguh malang istrinya Alvarendra. Tidak hanya diselingkuhin tapi juga diasingkan. Aku sebagai sesama wanita sama sekali tidak sanggup membayangkannya." "Aretha, kalau misalnya kamu yang menjadi istrinya Alvarendra apa yang akan lakukan?" Shela dan Risa menatap ke arah Aretha menunggu jawaban darinya. "Maksudnya?" "Kamu melihat suamimu dekat dengan wanita lain bahkan gosipnya selalu bertebaran di sosial media. Apa yang akan kamu lakukan?" "Udahlah jangan membahas Alvarendra terus menerus aku sampai muak mendengarnya!" Aretha sedikit meninggikan suaranya membuat Shela dan Risa terkejut mendengarnya. Mana ada seorang istri yang tidak sakit hati melihat suaminya dekat serta digosipkan dengan wanita lain, tapi Aretha sadar pernikahan dirinya dan Alvarendra hanyalah demi keuntungan. Sehingga dirinya sama sekali tidak punya hak untuk ikut campur urusan pribadinya. "Eh maaf, jika pertanyaan kami membuatmu tersinggung." Shela dan Risa merasa bersalah sudah bertanya seperti itu kepada Aretha. Setelah itu Shela dan Risa tidak lagi membahas tentang Alvarendra dan Alisa. * Alvarendra mengajak Alan (teman Alvarendra yang merupakan seorang dokter) makan bersama di salah satu restoran yang cukup terkenal. Mereka duduk berhadapan hanya terhalang sebuah meja yang berada di depan mereka. "Nggak nyangka sudah hampir dua tahun kamu menikah dengan Aretha." Alan memulai pembicaraan di antara mereka. "Iya ternyata aku menikah dengan Aretha sudah hampir dua tahun, sedangkan kamu masih jomblo. Kapan kamu rencananya akan menikah?" "Tenang saja cepat atau lambat aku pasti akan menikah jadi kamu tidak perlu merasa khawatir." "Siapa juga yang mengkhawatirkanmu?" Ujar Alvarendra ketus. "Alvarendra, kamu menikah dengan Aretha sudah hampir dua tahun. Apa kamu ada rencana mempublikasikan hubungan pernikahanmu dengan Aretha?" Alvarendra hanya diam mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Alan. "Mempublikasikan hubungan pernikahanku dengan Aretha?" Gumam Alvarendra lirih nyaris tidak terdengar oleh Alan setelah beberapa saat kemudian. "Alvarendra, ada baiknya kamu secepatnya membuat keputusan sebelum menyesal pada akhirnya!" Alvarendra hanya diam mendengar ucapan Alan entah apa yang sedang dipikirkan olehnya. "Alvarendra ada sesuatu yang harus dipertahankan, namun ada pula yang harus dilepaskan." Alan kembali mengingatkan. Alvarendra menikahi Aretha dua tahun yang lalu untuk memenuhi keinginan Ayahnya, agar bisa menduduki jabatan CEO di FR GROUP.Setelah pulang dari kampus Aretha dan kedua temannya makan siang di restoran. "Aku ke toilet dulu sebentar." Pamit Aretha kepada kedua temannya sambil beranjak dari duduknya. "Aretha ususmu lurus ya? Baru selesai makan langsung ke toilet." Ujar Shela lalu tertawa. "Tentu saja ususku lurus makanya proses pencernaannya berjalan dengan lancar." Aretha ikut tertawa membalas candaan yang diucapkan oleh Shela. "Sebelum masuk ke dalam toilet baca dulu tulisannya dengan teliti, jangan sampai salah masuk ke toilet pria!" Risa mengingatkan. "Shit, jangan keras-keras malu kalau ada yang dengar." Aretha menempelkan jari telunjuk di bibirnya. Beberapa hari yang lalu Aretha pernah salah masuk ke toilet pria. Karena terburu-buru sehingga tidak sempat membaca petunjuknya. Dia baru menyadari setelah penjaga toilet menegurnya tentu saja Aretha merasa sangat malu, beruntung saat itu toilet sedang sepi. Kemudian dia bercerita kepada Shela dan Risa, tentu saja mereka menertawakannya. Shela
"Aretha............." Gumam Evan lirih mengusap wajahnya dengan kasar lalu menyugar rambutnya. Dia tidak pernah menyangka hubungannya dengan Aretha akan berakhir seperti ini. Dadanya terasa sesak mengetahui Aretha sudah menikah dengan pria lain. Dengan langkah gontai Evan menghampiri teman-temannya. "Evan, kamu kenapa?" Tanya Kevin (temannya Evan) merasa heran melihat wajah Evan tampak murung. "Nggak apa-apa, aku pulang dulu." Pamit Evan kepada teman-temannya. "Serius Bro? Padahal aku sudah memesan makanan untukmu." Kevin merasa kecewa dengan Evan. "Buat kalian saja." ujar Evan lesu. "Evan, sebenarnya ada apa kenapa tiba-tiba pulang padahal kamu belum makan?" "Aku nggak enak badan." Jawab Evan singkat lalu pergi meninggalkan teman-temannya. Aretha juga berpamitan kepada kedua temannya. "Shela, Risa aku pulang dulu." Pamit Aretha dengan suara sedikit serak. Shela dan Risa yang sedang asik mengobrol seketika menoleh mendengar ucapan Aretha. "Aretha, kamu kenapa?" Ta
Alvarendra menyusuri lorong rumah sakit sambil menggendong Aretha. "Mas, turunkan aku! Kakiku cuma terkilir aku masih bisa jalan sendiri." Aretha mendongak menatap wajah Alvarendra berharap Alvarendra akan menurunkannya. "Kamu boleh menatapku seperti itu terus jika ingin fotomu menjadi berita utama pagi ini." Alvarendra tersenyum ke arah Aretha, sedangkan Aretha dengan cepat memalingkan wajahnya. Mereka masuk ke dalam ruangan dokter spesialis ortopedi. "Dok, tolong periksa kaki istriku!" Dokter Fandi segera menoleh ke arah Alvarendra setelah mendengar ucapannya. "Silahkan duduk dulu." Alvarendra menurunkan Aretha dari gendongannya menaruhnya di atas ranjang rumah sakit. "Bagaimanapun caranya pastikan kaki istriku sembuh seperti sedia kala!" "Kami akan mencoba yang terbaik untuk kesembuhan kaki istri bapak." Ujar dokter Fandi. Dokter Fandi berjalan menghampiri Aretha kemudian memeriksa
Breaking News Alvarendra pria tampan dengan sejuta pesona yang memikat kaum hawa, selain tampan dia juga kaya raya selama ini menjabat sebagai CEO FR GROUP. Dikabarkan sedang dekat dengan seorang artis cantik yang sedang naik daun yaitu Alisa. Bahkan kabar terbarunya FR GROUP baru saja membeli salah satu unit apartemen di Grand Luminor untuk Alisa. "Lihat gosip terbaru!" Seorang wanita berambut panjang yang dikucir kuda menyodorkan hp-nya ke arah wanita berambut pendek yang berada di sampingnya. Membuat wanita berambut pendek segera menoleh ke layar hp wanita yang berambut panjang. "Oh gosip tentang Alvarendra dan Alisa. Semakin hari mereka semakin lengket saja." Ujar wanita berambut pendek mengamati gosip Alvarendra dan Alisa di layar hp-nya wanita berambut panjang. "Apakah Alvarendra akan tinggal bersama dengan Alisa di Grand Luminor?" "Aku rasa seperti itu dan secepatnya Alvarendra pasti akan bercerai dengan istrinya." "Aku merasa penasaran dengan tanggapan istrinya Alva
"Setiap kali bertemu dengan ibu, beliau pasti akan membahas tentang anak." Aretha berujar dalam hati merasa sedih, karena sampai saat ini dirinya belum dikaruniai seorang anak. jangankan anak pernikahan dirinya dengan Alvarendra entah mau bagaimana akhirnya. "Sayang, apa yang sedang kamu pikirkan?" Alvarendra menatap heran melihat Aretha tampak diam seperti sedang memikirkan sesuatu. Sedangkan Aretha tersentak kaget mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Alvarendra. "Aku sedang memikirkan Mas, apakah Mas percaya?" Aretha tersenyum ke arah Alvarendra. Terpaksa berbohong tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya."Tidak." Alvarendra kembali menatap ke depan."Aku sedang memikirkan jika suatu saat nanti kekasih Mas mengetahui hubungan kita, dia marah dan meminta Mas untuk menceraikan ku. Tentu saja aku tidak bisa tinggal di Villa Grand Luxury dan lebih parahnya aku tidak mendapat uang bulanan lagi dari Mas. Hidup miskin tentu saja aku tidak menginginkannya." Aretha berujar dengan w