Share

2.

"Setiap kali bertemu dengan ibu, beliau pasti akan membahas tentang anak." Aretha berujar dalam hati merasa sedih, karena sampai saat ini dirinya belum dikaruniai seorang anak. jangankan anak pernikahan dirinya dengan Alvarendra entah mau bagaimana akhirnya.

"Sayang, apa yang sedang kamu pikirkan?" Alvarendra menatap heran melihat Aretha tampak diam seperti sedang memikirkan sesuatu. Sedangkan Aretha tersentak kaget mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Alvarendra.

"Aku sedang memikirkan Mas, apakah Mas percaya?" Aretha tersenyum ke arah Alvarendra. Terpaksa berbohong tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.

"Tidak." Alvarendra kembali menatap ke depan.

"Aku sedang memikirkan jika suatu saat nanti kekasih Mas mengetahui hubungan kita, dia marah dan meminta Mas untuk menceraikan ku. Tentu saja aku tidak bisa tinggal di Villa Grand Luxury dan lebih parahnya aku tidak mendapat uang bulanan lagi dari Mas. Hidup miskin tentu saja aku tidak menginginkannya." Aretha berujar dengan wajah tampak murung.

"Kamu sangat takut mas akan menceraikan mu?" Aretha mengangguk mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Alvarendra.

"Tenang saja hal tersebut tidak akan terjadi selama kamu menjadi istri yang penurut serta tidak pernah membuat masalah untuk mas." Alvarendra tersenyum sambil mengulurkan salah satu tangannya mengusap rambut Aretha dengan lembut.

"Benarkan?" Aretha bertanya dengan mata berbinar memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar. walaupun semua itu hanyalah kepura-puraan saja.

"Tentu saja, Sayang."

.

"Tapi............."

"Kenapa Sayang?" Alvarendra merasa heran mendengar Aretha menjeda ucapannya.

"Nggak apa-apa Mas." Aretha tersenyum menoleh ke arah Alvarendra.

Mobil yang mereka naiki berhenti setelah sampai di halaman rumah Pak Arman (Ayahnya Alvarendra). Alvarendra keluar dari mobil lebih dulu lalu mengitarinya membuka pintu sebelah kiri, mempersilahkan Aretha keluar dari mobil. Dia menggenggam tangan Aretha mengajaknya masuk ke dalam rumah orang tuanya.

"Kalian sudah datang?" Bu Salma (ibunya Alvarendra) tersenyum menghampiri Alvarendra dan Aretha.

"Iya Bu, ini baru saja sampai." Melihat Bu Salma sudah berada di dekatnya Aretha segera meraih tangannya kemudian mencium punggung tangannya dengan takdzim.

"Menantuku memang sangat cantik, kalau punya anak perempuan pasti cantik seperti ibunya." Bu Salma mengusap rambut Aretha dengan lembut.

"Sedangkan kalau punya anak laki-laki pasti ganteng seperti ayahnya." Alvarendra menyahut ucapan ibunya.

"Ibu benar-benar sudah tidak sabar ingin cepat-cepat menimang cucu, kapan kalian akan memberikan cucu untuk ibu?" Bu Salma menatap ke arah Alvarendra dan Aretha secara bergantian. Hal tersebut membuat Ayra merasa tidak nyaman.

Kami akan berusaha lebih keras lagi agar bisa secepatnya memberikan cucu untuk ibu, iyakan Sayang?" Alvarendra mencubit pinggang Aretha agar mau diajak kerja sama dengannya.

"Iya Bu." Jawab Ayra tersenyum kikuk.

"Padahal kalian sudah menikah selama dua tahun tapi sampai detik belum juga memberikan cucu untuk ibu." Bu Salma mencebikkan bibirnya kesal sambil menggelengkan kepalanya.

"Ibu tidak perlu khawatir secepatnya kami akan memberi cucu untuk ibu." Alvarendra berkata menanggapi keresahan ibunya.

"Ibu sudah membeli beberapa obat penyubur kandungan, setelah mengkonsumsinya Aretha pasti bisa hamil secepatnya." Aretha terkejut mendengar ucapan Bu Salma namun dengan cepat dia merubah ekspresi wajahnya.

"Bukannya tidak menginginkan anak dari Mas Alvarendra, tapi aku merasa khawatir dengan masa depan anakku nanti karena cepat atau lambat Mas Alvarendra pasti akan menceraikan ku." Monolog Aretha dalam hati menoleh sekilas ke arah Alvarendra.

"Ayo masuk! Ayah sudah menunggu kalian di dalam." Bu Salma berjalan masuk ke dalam rumahnya menuju ruang makan diikuti oleh Alvarendra dan Aretha di belakangnya.

Sesampainya di ruang makan Pak Arman sudah menunggu mereka. Alvarendra mengulurkan tangannya ke arah Pak Arman kemudian mencium punggung tangannya dengan takzim diikuti oleh Aretha setelahnya.

"Ayo silahkan duduk!" Alvarendra dan Aretha mendaratkan bokongnya di atas kursi setelah mendengar ucapan Pak Arman.

"Aretha, sekarang kamu kelihatan kurus makan yang banyak! Bagaimana kamu bisa hamil kalau tubuhmu kurus seperti itu." Bu Salma meletakkannya beberapa potong daging di atas piring Aretha.

Bu Salma tidak tahu kalau Aretha merasa tersudut kan setiap kali mendengar ucapan Bu A

Salma yang sangat menginginkan seorang cucu.

"Sudah Bu, ini sudah cukup!" Mendengar ucapan Aretha, Bu Salma berhenti meletakkan potongan daging di atas piringnya.

"Alvarendra, ibu tahu kamu sangat sibuk mengurus FR GROUP tapi bagaimana pun juga sekarang Aretha sudah menjadi istrimu dia tanggung jawabmu. Kamu harus bisa meluangkan waktumu untuk bersama dengannya. Kalau perlu melakukan bulan madu. Ibu yakin kalian belum juga mempunyai seorang anak karena kamu terlalu sibuk bekerja." Bu Salma menatap tajam ke arah Alvarendra.

"Nggak perlu bulan madu segala lagipula aku dan Mas Alvarendra sudah lama menikah." ujar Aretha tentu saja tidak setuju dengan keinginan ibu mertuanya untuk melakukan bulan madu.

"Sudah Bu, ngobrolnya nanti lagi! Sekarang kita makan dulu, Ayah sudah lapar." Pak Arman mencoba menghentikan pembicaraan mereka, merasa perutnya sudah ingin diisi.

Hening hanya bunyi sendok dan garpu yang terdengar saling bersahutan mereka menikmati hidangan yang tersaji di atas meja makan. Setelah selesai makan Bu Salma beranjak dari duduknya berjalan keluar dari ruang makan.

"Alvarendra...........!" Mendengar suara Pak Arman memanggilnya Alvarendra segera menoleh ke arahnya.

"Iya yah, ada apa?"

"Kamu adalah satu-satunya putra kami, Ayah ingin kalian secepatnya memberikan keturunan untuk keluarga kita!" Aretha tersentak kaget mendengar ucapan ayah mertuanya.

"Ibu dan Ayah yang mereka bahas hanya tentang anak, apa mereka sama sekali tidak mengetahui bagaimana kehidupan Alvarendra di luar sana yang sering digosipkan dekat dengan wanita lain?" Monolog Aretha dalam hati merasa malas mendengar pembicaraan Alvarendra bersama dengan ayahnya. Suaminya selalu digosipkan dengan wanita lain, tapi mertuanya malah menginginkan seorang anak darinya.

"Mas, aku keluar dulu mau cari angin!" Pamit Aretha beranjak dari duduknya.

"Keluar kemana? Jangan jauh-jauh ini sudah malam."

"Ke taman belakang." Jawab Aretha singkat, dia merasa butuh udara segar untuk menenangkan pikirannya yang kacau.

"Ya sudah sana! Nanti kalau mau pulang Mas panggil." Aretha beranjak dari duduknya berjalan menuju ke taman belakang meninggalkan Alvarendra dan ayahnya yang sedang membicarakan tentang banyak hal.

Aretha berjalan menuju taman belakang kemudian mendaratkan bokongnya di atas kursi yang ada di sana. Tidak jauh darinya terdapat kolam terlihat beberapa ikan warna warni berenang ke sana kemari. Pandangan Aretha tertuju pada kolam tersebut namun pikirannya berkelana jauh entah kemana.

"Aretha..........!" Aretha tersentak kaget mendengar suara Bu Salma memanggil namanya. Dia segera menoleh ke arah Bu Salma yang sudah berdiri di dekatnya.

"Iya Bu."

"Kenapa duduk di sini dingin? Ayo masuk ke dalam!"

"Cari angin Bu." Jawab Aretha tersenyum kikuk menoleh ke arah Bu Salma.

"Cari angin? Yang ada nanti kamu malah masuk angin." Aretha beranjak dari duduknya berjalan mengikuti Bu Salma masuk ke dalam rumah.

"Aretha, ini Ibu sudah membeli obat penyubur kandungan. Jangan lupa diminum supaya kamu bisa cepat hamil!" Bu Salma meraih tangan Aretha meletakkan satu strip obat penyubur kandungan di atas telapak tangannya.

"Obat penyubur kandungan?" Aretha terkejut mengamati satu strip obat penyubur kandungan yang ada di telapak tangannya.

"Apa segitu inginnya Bu Salma mempunyai seorang cucu." batin Ayra heran.

"Kenapa?" Bu Salma merasa heran melihat ekspresi wajah Aretha yang tampak terkejut.

"Nggak apa-apa, terima kasih Bu." Dengan cepat Aretha merubah ekspresi wajahnya.

"Jangan lupa diminum!"

"Iya Bu."

"Ibu juga sudah beli madu khusus untukmu." Bu Salma menyodorkan sebotol madu kecil ke arah Aretha. Aretha yang melihatnya segera meraih madu tersebut.

"Madu ini mempunyai khasiat yang sangat baik bagi kesehatan. Kalau kamu sehat peluang kamu untuk hamil lebih besar." Ujar Bu Salma menambahkan.

"Terima kasih Bu."

"Sayang, ayo pulang!" Alvarendra berjalan menghampiri mereka.

"Iya Mas." Aretha menoleh ke arah Alvarendra.

"Itu apa?" Alvarendra menatap heran ke arah satu strip obat serta sebotol madu yang ada di tangan Aretha.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status