Breaking News
Alvarendra pria tampan dengan sejuta pesona yang memikat kaum hawa, selain tampan dia juga kaya raya selama ini menjabat sebagai CEO FR GROUP. Dikabarkan sedang dekat dengan seorang artis cantik yang sedang naik daun yaitu Alisa. Bahkan kabar terbarunya FR GROUP baru saja membeli salah satu unit apartemen di Grand Luminor untuk Alisa. "Lihat gosip terbaru!" Seorang wanita berambut panjang yang dikucir kuda menyodorkan hp-nya ke arah wanita berambut pendek yang berada di sampingnya. Membuat wanita berambut pendek segera menoleh ke layar hp wanita yang berambut panjang. "Oh gosip tentang Alvarendra dan Alisa. Semakin hari mereka semakin lengket saja." Ujar wanita berambut pendek mengamati gosip Alvarendra dan Alisa di layar hp-nya wanita berambut panjang. "Apakah Alvarendra akan tinggal bersama dengan Alisa di Grand Luminor?" "Aku rasa seperti itu dan secepatnya Alvarendra pasti akan bercerai dengan istrinya." "Aku merasa penasaran dengan tanggapan istrinya Alvarendra tentang gosip tersebut." "Istrinya Alvarendra sangat misterius bahkan sampai detik ini belum pernah muncul ke publik, apalagi sampai memberikan tanggapan tentang skandal suaminya. Padahal mereka sudah menikah hampir dua tahun." "Sebagai sesama wanita aku merasa kasihan dengannya, melihat suaminya digosipkan dengan wanita lain." Aretha yang kebetulan lewat di dekat mereka tentu saja mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Dia berusaha tetap tenang tidak terpengaruh dengan apa yang sedang mereka bicarakan. Aretha adalah istrinya Alvaredra, pernikahan mereka terjalin demi keuntungan dua belah pihak. Dua tahun yang lalu perusahaan ayahnya Aretha mengalami kebangkrutan, karena hal tersebut ayahnya Aretha memutuskan untuk bunuh diri. Penyakit jantung yang diderita oleh ibunya Aretha kambuh setelah mengetahui suaminya bunuh diri. Di saat Aretha terpuruk Alvarendra datang mengulurkan tangan ke arahnya. "Menikahlah denganku! Aku butuh seorang istri yang penurut dan tidak suka memk "Baiklah aku akan berusaha menjadi istri seperti kamu inginkan." Aretha menerima uluran tangan Alvarendra. Sejak saat itu Alvarendra menikah dengan Aretha, tidak ada resepsi pernikahan mewah. Pernikahan mereka hanya sekedar formalitas saja di hadapan keluarga Alvarendra, sehingga tidak banyak yang mengetahui pernikahan mereka. Hanya keluarga Alvarendra serta teman dekatnya yang mengetahui pernikahan mereka. Meskipun tidak ada resepsi pernikahan mewah, pernikahan mereka tetap sah secara hukum. Kedatangan Alvarendra dalam hidup Aretha bagaikan malaikat penolong. Setelah menikah dengan Alvarendra, Aretha tinggal di villa grand Luxury tidak perlu lagi tinggal di kontrakan sederhana yang hanya satu petak. Selain itu dia juga tetap bisa melanjutkan kuliahnya. "Aku menikah dengan Alvarendra demi keuntungan, karena itu aku tidak berhak ikut campur urusan pribadinya." Batin Aretha berusaha menghibur dirinya sendiri. Aretha berjalan masuk ke dalam supermarket begitu saja, terlalu malas mendengar gosip suaminya dengan Alisa. Dengan cepat dia mengambil beberapa bahan makanan serta sayuran, di dalam supermarket Aretha masih bisa mendengar beberapa orang membicarakan tentang gosip Alvarendra dan Alisa. "Aku istrinya Alvarendra tapi kenapa berasa menjadi simpanannya." Aretha berujar di dalam hatinya merasa miris dengan status dirinya yang tidak lain adalah istrinya Alvarendra. Setelah membayar barang belanjaannya Aretha keluar dari supermarket lalu kembali ke villa Grand Luxury. Dia merasa heran melihat pintu villanya sedikit terbuka. "Kenapa pintunya terbuka, bukankah tadi aku sudah menguncinya?" Monolong Aretha dalam hati merasa heran. Dia membuka pintunya semakin lebar lalu masuk ke dalamnya, terlihat seorang pria berdiri membelakanginya. "Mas Alvarendra sudah pulang tanpa memberi tahuku terlebih dahulu? Padahal aku baru saja belanja belum sempat masak." Aretha berujar dalam hati merasa heran melihat suaminya sudah pulang tanpa memberitahunya terlebih dahulu, padahal hari masih sore dia juga baru saja belanja bahan makanan dan sayuran belum sempat masak. "Mas, kenapa sudah pulang?" Aretha bertanya kepada pria yang sedang berdiri membelakanginya, pria tersebut merupakan Alvarendra suaminya. Alvarendra membalikkan badannya mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Aretha. "Kenapa kamu kelihatan tidak senang mas pulang?" Alvarendra mengerutkan keningnya berjalan menghampiri Aretha "Tentu saja senang, Mas pulang lebih cepat dibandingkan dengan biasanya." Aretha memeluk suaminya dengan erat, perlahan mendongak menatap wajah suaminya berusaha tersenyum ke arahnya. Bukankah sebagai seorang istri dia harus menyenangkan suaminya, apalagi selama ini Alvarendra sudah memberikan banyak uang kepadanya. "Kamu menggoda suamimu?" Alvaredra tersenyum penuh arti menatap wajah istrinya. Aretha yang menyadarinya berusaha memalingkan wajahnya menghindari tatapan Alvarendra yang ditunjukkan ke arahnya. "Apa salahnya seorang istri memeluk suaminya?" Alvaredra menaikan salah satu alisnya mendengar pertanyaan Aretha. "Sekarang kamu semakin lengket dengan Mas, sepertinya kamu merasa sangat takut kehilangan Mas?" Alvarendra tersenyum ke arah Aretha. sedangkan Aretha memutar bola matanya malas mendengar ucapan Alvarendra. "Apa hari ini Mas tidak menemani Alisa?" Aretha mendongak menatap wajah suaminya. Dari gosip yang beredar hari ini Alvarendra sedang berkencan bersama dengan Alisa. "Kenapa, kamu cemburu?" "Mana ada, aku harus selalu dalam suasana hati yang baik." Aretha melepaskan tangannya yang sedang memeluk suaminya. Dibanding dengan cemburu Aretha lebih sadar diri siapa dirinya. "Sayang, kamu hamil?" "Bukankah seharusnya Mas yang lebih tahu aku hamil atau tidak?" Bukannya menjawab pertanyaan Alvarendra, Aretha justru balik bertanya. "Apa kamu ada rencana memberikan mas seorang anak?" Alvarendra menatap ke arah Aretha menunggu jawaban darinya. Aretha terkejut mendengar pertanyaan Alvarendra, namun dengan cepat merubah kembali ekspresi wajahnya. "Anak? Sejak awal aku hanya setuju menikah dengan Mas. Jika Mas menginginkan seorang anak, tentu saja beda lagi harganya." "Belanja sesuka hatimu dengan kartu pembayaran yang sudah mas berikan untukmu!" Alvarendra mengulurkan tangannya meraih pinggang Aretha lalu menariknya agar merapat dengannya. Salah satu tangannya bergerak mengusap pipi Aretha dengan lembut. "Baiklah jika Mas bisa membuatku hamil maka aku akan mempertahankannya." Aretha tersenyum ke arah Alvarendra. "Jika pada akhirnya kamu tidak menginginkannya maka aborsi sangat menyakitkan." Ujar Alvarendra mengingatkan. "Aku tidak tahu Mas akan pulang secepatnya ini, jadi aku belum sempat menyiapkan makan malam. Kalau begitu aku akan masak terlebih dahulu." Aretha melepaskan tangan Alvarendra yang melingkar di pinggangnya. "Kamu tidak perlu masak untuk makan malam, ibu mengundang kita untuk makan malam di rumahnya." "Jadi kita mau ke rumah ibu?" Aretha bertanya kepada Alvarendra meminta penjelasan darinya. "Kenapa, kamu kelihatannya tidak senang berkunjung ke rumah ibu?" Alvarendra menaikkan salah satu alisnya menatap ke arah Aretha menunggu jawaban darinya. "Tentu saja aku merasa senang bisa berkunjung ke rumah ibu. Aku ke atas dulu mau ganti pakaian." Aretha berusaha tersenyum ke arah Alvarendra lalu membalikkan badannya berjalan menaiki anak tangga satu persatu menuju ke kamarnya. "Setiap kali bertemu dengan ibu pasti beliau akan membahas tentang anak. Sedangkan pernikahanku dengan Mas Alvarendra hanya pernikahan demi keuntungan, cepat atau lambat dia pasti akan menceraikanku." Monolog Aretha dalam hati tampak sedih."Setiap kali bertemu dengan ibu, beliau pasti akan membahas tentang anak." Aretha berujar dalam hati merasa sedih, karena sampai saat ini dirinya belum dikaruniai seorang anak. jangankan anak pernikahan dirinya dengan Alvarendra entah mau bagaimana akhirnya. "Sayang, apa yang sedang kamu pikirkan?" Alvarendra menatap heran melihat Aretha tampak diam seperti sedang memikirkan sesuatu. Sedangkan Aretha tersentak kaget mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Alvarendra. "Aku sedang memikirkan Mas, apakah Mas percaya?" Aretha tersenyum ke arah Alvarendra. Terpaksa berbohong tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya."Tidak." Alvarendra kembali menatap ke depan."Aku sedang memikirkan jika suatu saat nanti kekasih Mas mengetahui hubungan kita, dia marah dan meminta Mas untuk menceraikan ku. Tentu saja aku tidak bisa tinggal di Villa Grand Luxury dan lebih parahnya aku tidak mendapat uang bulanan lagi dari Mas. Hidup miskin tentu saja aku tidak menginginkannya." Aretha berujar dengan w
"Itu obat penyubur kandungan serta vitamin untuk Aretha." Bu Salma menjawab pertanyaan yang diucapkan oleh Alvarendra. Sedangkan Aretha hanya diam. "Kenapa Aretha dikasih obat serta madu seperti itu?" Alvarendra memicingkan matanya merasa heran. "Supaya istrimu bisa secepatnya hamil." Bu Salma berkata dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya. "Oh, apa untuk bisa hamil harus mengkonsumsi obat-obatan seperti itu?" "itu salah satu cara agar istrimu bisa cepat hamil." Alvarendra menoleh ke arah Aretha yang hanya diam sambil menunduk, entah apa yang sedang dipikirkan olehnya. "Apa Ibu yakin dengan mengkonsumsi obat-obatan seperti itu Aretha bisa langsung hamil. Lagi pula tanpa obat-obatan seperti itu Aretha juga bisa hamil." Alvarendra tidak ingin istrinya mengkonsumsi obat-obatan nggak jelas yang bisa membahayakan. "Tapi kenapa sampai sekarang istrimu nggak hamil-hamil, apa dia mandul?" DEG Aretha tampak terkejut mendengar ucapan Bu Salma, hatinya terasa nyeri seolah ribuan
Setelah pulang dari kampus Aretha dan kedua temannya makan siang di restoran. "Aku ke toilet dulu sebentar." Pamit Aretha kepada kedua temannya sambil beranjak dari duduknya. "Aretha ususmu lurus ya? Baru selesai makan langsung ke toilet." Ujar Shela lalu tertawa. "Tentu saja ususku lurus makanya proses pencernaannya berjalan dengan lancar." Aretha ikut tertawa membalas candaan yang diucapkan oleh Shela. "Sebelum masuk ke dalam toilet baca dulu tulisannya dengan teliti, jangan sampai salah masuk ke toilet pria!" Risa mengingatkan. "Shit, jangan keras-keras malu kalau ada yang dengar." Aretha menempelkan jari telunjuk di bibirnya. Beberapa hari yang lalu Aretha pernah salah masuk ke toilet pria. Karena terburu-buru sehingga tidak sempat membaca petunjuknya. Dia baru menyadari setelah penjaga toilet menegurnya tentu saja Aretha merasa sangat malu, beruntung saat itu toilet sedang sepi. Kemudian dia bercerita kepada Shela dan Risa, tentu saja mereka menertawakannya. Shela
"Aretha............." Gumam Evan lirih mengusap wajahnya dengan kasar lalu menyugar rambutnya. Dia tidak pernah menyangka hubungannya dengan Aretha akan berakhir seperti ini. Dadanya terasa sesak mengetahui Aretha sudah menikah dengan pria lain. Dengan langkah gontai Evan menghampiri teman-temannya. "Evan, kamu kenapa?" Tanya Kevin (temannya Evan) merasa heran melihat wajah Evan tampak murung. "Nggak apa-apa, aku pulang dulu." Pamit Evan kepada teman-temannya. "Serius Bro? Padahal aku sudah memesan makanan untukmu." Kevin merasa kecewa dengan Evan. "Buat kalian saja." ujar Evan lesu. "Evan, sebenarnya ada apa kenapa tiba-tiba pulang padahal kamu belum makan?" "Aku nggak enak badan." Jawab Evan singkat lalu pergi meninggalkan teman-temannya. Aretha juga berpamitan kepada kedua temannya. "Shela, Risa aku pulang dulu." Pamit Aretha dengan suara sedikit serak. Shela dan Risa yang sedang asik mengobrol seketika menoleh mendengar ucapan Aretha. "Aretha, kamu kenapa?" Ta
Alvarendra menyusuri lorong rumah sakit sambil menggendong Aretha. "Mas, turunkan aku! Kakiku cuma terkilir aku masih bisa jalan sendiri." Aretha mendongak menatap wajah Alvarendra berharap Alvarendra akan menurunkannya. "Kamu boleh menatapku seperti itu terus jika ingin fotomu menjadi berita utama pagi ini." Alvarendra tersenyum ke arah Aretha, sedangkan Aretha dengan cepat memalingkan wajahnya. Mereka masuk ke dalam ruangan dokter spesialis ortopedi. "Dok, tolong periksa kaki istriku!" Dokter Fandi segera menoleh ke arah Alvarendra setelah mendengar ucapannya. "Silahkan duduk dulu." Alvarendra menurunkan Aretha dari gendongannya menaruhnya di atas ranjang rumah sakit. "Bagaimanapun caranya pastikan kaki istriku sembuh seperti sedia kala!" "Kami akan mencoba yang terbaik untuk kesembuhan kaki istri bapak." Ujar dokter Fandi. Dokter Fandi berjalan menghampiri Aretha kemudian memeriksa