"Jadi sekarang kamu sudah berani mengatur Mas, apa karena kekasihmu sudah kembali jadi kamu merasa hebat?" Alvarendra menatap tajam ke arah Aretha seolah sedang mengintimidasinya. "Tentu saja aku tidak berani." Aretha menggelengkan kepalanya pelan berusaha tersenyum ke arah Alvarendra. "Jangan pernah bertemu dengan kekasihmu itu tanpa seizin Mas!" Ujar Alvarendra tegas beranjak dari duduknya. "Haruskah Mas Alvarendra semarah itu, padahal aku tidak sengaja bertemu dengan Evan. Evan yang lebih dulu memelukku, aku berusaha melepaskannya namun dia justru semakin erat memelukku." Monolog Aretha dalam hati menatap kepergian Alvarendra yang semakin menjauh darinya. Aretha menghela nafas panjang beranjak dari duduknya. *** Alvarendra masuk ke dalam ruangannya, lalu mendaratkan bokongnya di atas kursi kerjanya. Terdengar suara pintu diketuk dari luar. "Tok ... tok ... tok!" "Masuk!" Pintu dibuka dari luar terlihat Fano masuk ke dalam ruangan tersebut. "Selamat pagi Pak, ini kopinya!"
Cinta Hanya Sebatas Kontrak bab 14 Ariana tampak terkejut mendengar pengakuan Alvarendra. "Menikah, kamu pasti bohong kan?" Ariana menatap tidak percaya ke arah Alvarendra seolah meminta penjelasan darinya. "Aku sudah menikah dua tahun yang lalu." Jawab Alvarendra menegaskan. "Alvarendra, kenapa kamu tega melakukan semua ini kepadaku? Aku Kembali karena merindukanmu tapi ternyata kamu sudah menikah dengan wanita lain. Al, aku sangat mencintaimu, tapi kenapa kamu justru mengkhianati ketulusan cintaku?" Ariana menunduk dadanya terasa nyeri, buliran-buliran bening mengalir deras di kedua pipinya dibiarkan begitu saja. "Maaf aku sama sekali tidak bermaksud untuk mengkhianatimu, tapi kamu pergi dalam waktu yang begitu lama tanpa kabar." Melihat Ariana menangis Alvarendra merasa bersalah, sebenarnya dia juga tidak ingin menyakiti Ariana tapi semua sudah terjadi. Hening, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Setelah beberapa saat kemudian terdengar suara Ariana memecahkan keheni
"Tadi aku sudah tidur tapi kebangun karena haus." Aretha terpaksa berbohong, tidak mungkin mengatakan dirinya tidak bisa tidur karena terus memikirkan Alvarendra yang check-in di hotel bersama wanita lain, yang membuatnya penasaran karena identitas wanita tersebut dirahasiakan. "Oh, mas mandi dulu." Alvarendra masuk ke dalam kamar mandi membersihkan tub uhnya yang terasa lengket setelah seharian beraktivitas. Beberapa saat kemudian Alvarendra telah selesai menyelesaikan aktivitas mandinya. Dia membuka pintu kamar mandi lalu berjalan menghampiri Aretha. "Mas, sana cepat pakai baju! Dingin nanti masuk angin." Aretha melotot tajam melihat Alvarendra sudah berada di samping ranjang dengan sehelai handuk yang melilit di pinggangnya. "Sayang, Mas menginginkanmu." Alvarendra berkata dengan suara lembut naik ke atas ranjang. Aretha tampak terkejut melihat Alvarendra sudah berada di atasnya. "Mas!" Aretha mengulurkan tangannya mendorong Alvarendra agar menjauh darinya. Hatinya masih teras
"Al!" Panggil Ariana melihat Alvarendra berdiri mematung. Suara Ariana menyadarkan Alvarendra dari keterkejutannya. "Iya ada apa?" "Sini duduk!" Ariana menepuk sofa di sampingnya, meminta Alvarendra untuk duduk. Alvarendra akhirnya mendaratkan bokongnya di sofa samping Ariana duduk. Ariana yang menyadari segera menyandarkan kepalanya pada bahu Alvarendra. "Ariana, kenapa kamu nggak mau diajak ke rumah sakit? Bagaimana kalau penyakit maag yang kamu derita sudah parah?" Tanya Alvarendra tampak khawatir. "Nggak perlu aku sudah minum obat, biasanya memang seperti ini kalau aku terlalu banyak pikiran nanti juga sembuh." Jawab Ariana santai. Tidak puas dengan jawaban Ariana, Alvarendra kembali bertanya. "Sebenarnya apa yang kamu pikirkan, kenapa bisa sampai membuatmu sakit seperti ini?" "Ucapanmu tadi malam." Alvarendra mengerutkan keningnya mendengar penuturan Ariana yang seolah-olah menyalahkan dirinya. "Ucapanku?" "Iya ucapanmu, yang mengatakan kalau kamu sudah menikah." Alvaren
"Kalian akhirnya datang juga, silahkan duduk." Alan tersenyum ke arah Alvarendra dan Ariana secara bergantian. "Kak Ariana!" Alisa tersenyum beranjak dari duduknya menghampiri Ariana lalu mereka cipika cipiki. "Kak Ariana semakin terlihat cantik." Ariana tersenyum mendengar pujian yang diucapkan oleh Alisa. "Kamu bisa saja." Alvarendra dan Ariana mendaratkan bokongnya di atas kursi. "Aku lihat kalian benar-benar pasangan yang serasi, wanita yang tadi malam digosipkan dengan Kak Alvarendra pasti Kak Ariana." Seulas senyum tipis terbit di bibir Ariana mendengar ucapan Alisa. "Alisa selamat atas perilisan film terbarumu semoga sukses." "Terima kasih Kak, atas doanya." Alisa kembali tersenyum berusaha mengubur perasaannya kepada Alvarendra yang sempat tumbuh, setelah dia tahu Ariana merupakan kekasihnya Alvarendra. "Aretha!" Gumam Alan lirih tanpa sengaja melihat Aretha berada di dalam restoran yang sama. "Kak, ngeliatin apa?" Alisa mengikuti arah pandang Alan. "Kak, kalau suka
Breaking news Kekasih Alvarendra telah kembali, Ariana wanita yang diduga telah menghabiskan malam bersama dengan Alvarendra di hotel. Dalam waktu singkat berita tersebut langsung dibanjiri beragam komentar netizen. "Selain cantik Alisa juga pintar akting, tapi dia malah harus tersingkir karena kembalinya Ariana." "Menurutku Ariana tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Alisa." "Aku yakin secepatnya Alvarendra pasti akan menceraikan istrinya kemudian kembali dengan Ariana." "Aku menunggu Alvarendra menceraikan istrinya kemudian menikah dengan Ariana." "Apakah tidak ada yang bersimpati dengan istrinya Alvarendra, cinta pertama suaminya sudah kembali dia pasti sedih banget." "Kekasih Alvarendra telah kembali, tapi sampai detik ini istrinya masih tenang-tenang saja. Apakah selama ini Alvarendra sebenarnya belum menikah?" Berita kembalinya Ariana yang merupakan kekasih Alvarendra, langsung menjadi trending topik pagi ini. "Risa, ternyata wanita yang check-in di hotel bersama de
Ariana masuk ke dalam rumah melihat Pak Harry (ayahnya Ariana) sedang duduk di sofa ruang tamu. "Ayah!" Panggil Ariana kepada ayahnya, sambil berjalan mendekat ke arahnya. Mendengar suara Ariana, Pak Harry segera menoleh ke arahnya. "Kamu sudah pulang?" Tanyanya. "Sudah Yah, ini baru sampai." "Ariana, kamu sudah pulang ke sini selama beberapa hari, bagaimana hubunganmu dengan Alvarendra?" Pak Harry menatap ke arah Ariana menuntut jawaban darinya. "Aku dan Alvarendra sudah berpisah selama tiga tahun dan sekarang Alvarendra juga sudah menikah." "HR Group hanya bisa bertahan dua bulan lagi. Ariana, kamu masih nggak tahu tujuan kepulanganmu?" Pak Harry menatap fokus ke arah Ariana seolah sedang mengintimidasinya. "Aku tahu. Aku janji tidak akan membiarkan HR Group dalam masalah." Ujar Ariana berusaha meyakinkan ayahnya. "Aku pegang janjimu." "Yah, kalau sudah tidak ada lagi yang dibicarakan aku ke atas dulu." Pamit Ariana. "Ya." Jawab Pak Harry singkat. Ariana berjalan menaiki a
Malam ini Alvarendra bersama dengan teman-temannya berada di kafe. "Al, Ariana sudah kembali jika kamu masih mencintainya, lebih baik lepaskan Aretha!" Arkan (Teman Alvarendra) berkata dengan tegas menoleh ke arah Alvarendra. "Kamu tidak tahu saja kalau Alvarendra itu dewa cinta, dia bisa mencintai beberapa wanita sekaligus." Ujar Ferry lalu tertawa. "Ada beberapa hal yang harus kamu pikirkan dengan baik, jangan sampai keduanya memberontak karena kamu sendiri yang akan kena imbasnya." Alan juga ikut mengingatkan Alvarendra. Alvarendra hanya diam entah apa yang sedang dipikirkan olehnya. "Sepertinya Alvarendra masih mencintai Ariana, tapi dia juga tidak mau melepaskan Aretha. Kalau begitu lebih baik menikah dengan keduanya, jika masing-masing punya lima orang anak maka Alvarendra akan mempunyai sepuluh orang anak. Pasti rumahnya bakal ramai." Alan akhirnya tertawa mendengar penuturan Ferry. "Ramai karena ribut tiap hari." Ujar Arkan ketus. Ferry hanya tertawa mendengarnya sama sek
"Aretha, ada yang ingin aku bicarakan berdua denganmu." "Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, hubungan kita sudah berakhir. Silahkan pergi dari sini!" Usir Aretha, dia tidak ingin bertemu dengan Alvarendra saat ini. Apalagi sampai dicap sebagai orang tiga karena menjalin hubungan dengan pria yang sudah beristri. "Semuanya hanya salah paham, karena itu aku ingin meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di antara kita lima tahun yang lalu." Alvarendra akhirnya membuka mulutnya berusaha menjelaskan kesalahan pahaman yang terjadi lima tahun yang lalu. "Salah paham?" Aretha menatap ke arah Alvarendra meminta penjelasan darinya. Alvarendra menganggukkan kepala sebagai jawabannya. "Sebenarnya kesalahan pahaman seperti apa yang dimaksud oleh Mas Alvarendra?" Batin Aretha merasa penasaran. "Beri aku kesempatan untuk menjelaskannya." Alvarendra menatap penuh harap ke arah Aretha. Aretha tampak terdiam berusaha mempertimbangkan permintaan Alvarendra. "Baiklah." Ujar Aretha lirih set
Lima tahun berlalu kini Aretha tidak lagi sendirian ada seorang anak laki-laki yang bersama dengannya. Yaitu anak laki-laki yang lahir dari rahimnya, anak dirinya dengan Alvarendra yang diberi nama Rafa.Selama lima tahun terakhir ini Aretha memfokuskan diri mengurus putranya serta butik miliknya, sama sekali belum terbesit keinginan untuk menikah lagi.Siang itu Aretha menjemput Rafa di sekolahnya seperti biasa."Bu, Rafa mau balon." Rafa merengek sambil menunjuk ke arah beberapa balon dengan beragam bentuk dan warna.Aretha menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Rafa, ada penjual balon di seberang jalan."Tunggu sebentar!" Aretha menoleh ke kanan serta ke kiri sebelum menyeberang jalan. Rafa yang sudah tidak sabar ingin membeli balon berlari begitu tanpa menunggu ibunya."Rafa!" Teriak Aretha terkejut sekaligus panik melihat sebuah mobil hampir menabrak Rafa. Beruntung pengemudi mobil segera mengerem mobil dengan cepat sehingga Rafa bisa selamat.Aretha langsung berlari ke arah Rafa lal
Alvarendra berjalan dengan cepat keluar dari restoran lalu masuk ke dalam mobilnya. Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi agar bisa secepatnya sampai di apartemen untuk menanyakan alasan Aretha menjual kalung berlian "the hope diamond"."Kalau Aretha butuh uang seharusnya bilang langsung kepadaku, bukan malah menjual kalung berlian "the hope diamond" miliknya." Sepanjang perjalanan Alvarendra terus menggerutu kesal.Setelah sampai di apartemennya Alvarendra langsung membuka pintunya sambil memanggil nama Aretha dengan keras."Aretha, Aretha, Aretha ....!"Alvarendra berjalan masuk ke dalam apartemennya, namun apartemennya terlihat sepi seperti tidak ada kehidupan di dalamnya."Kenapa sepi, apakah Aretha belum pulang?" Batin Alvarendra sambil mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Aretha di beberapa ruangan, namun sama sekali tidak menemukan keberadaan Aretha di dalamnya.Dia akhirnya berjalan menuju ke kamarnya lalu masuk ke dalamnya. Pandangannya tanpa sengaja melihat
"Mungkin seperti ini jauh lebih baik, Aku menikah dengan Alvarendra demi uang agar tetap bisa melanjutkan kuliah serta membiayai pengobatan ibu. Sekarang aku sudah lulus kuliah dan ibu juga sudah meninggal dunia. Saatnya aku belajar mandiri agar tidak bergantung terus dengan Alvarendra." Kata Aretha berusaha tetap berpikir positif dengan apa yang terjadi."Lebih baik kita fokus jalani kehidupan kita sendiri, tidak perlu peduli dengan Alvarendra." Sahut Tasya."Sya, aku hamil." Aretha akhirnya memberi tahu tentang kehamilannya kepada Tasya.Tasya terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Aretha. "Apa hamil, kamu serius?" Tanyanya memastikan."Iya, tapi aku sangat bersyukur karena aku tidak sendirian ada bayi di dalam perut ini yang akan menemaniku." Jawan Aretha tersenyum sambil mengusap perutnya yang masih rata."Aretha, menjadi single parent bukankah hal yang mudah." Ujar Tasya mengingatkan."Dua tahun ini hidupku juga tidak mudah tapi aku berhasil melaluinya. Aku yakin ibu memilih
"Aretha!" Panggil Evan membuat Aretha mengangkat pandangannya menatap ke arahnya."Iya Kak?""Kenapa nggak dimakan soto ayamnya?" Tanya Evan melihat soto ayam di mangkuk Aretha masih banyak."Ini dimakan, Kak." Jawab Aretha kembali memakan soto ayamnya."Sepertinya Aretha sudah jatuh cinta dengan Alvarendra?" Batin Evan menyadari perubahan ekspresi di wajah Aretha setelah melihat berita akuisisi HR Group.Setelah selesai makan Evan mengantarkan Aretha ke apartemen Grand Luminor."Terima kasih Kak." Aretha tersenyum ke arah Evan setelah turun dari mobil."Sama-sama."Evan menatap ke arah Aretha yang berjalan masuk ke dalam apartemen Grand Luminor."Meskipun kita tidak ditakdirkan untuk kembali bersama, aku berharap kamu bisa hidup bahagia." Gumam Evan lirih.Aretha membuka pintu apartemennya terlihat gelap dan sepi menandakan Alvarendra belum pulang."Sepertinya Mas Alvarendra belum pulang?" Batin Aretha berjalan masuk ke dalam apartemen lalu menyalakan lampunya.Dia masuk ke dalam kam
Evan yang melihatnya segera menahan tub uh Aretha sehingga tidak jatuh ke lantai, mengangkatnya ke dalam gendongannya. Dia membawa Aretha menuju ruang rawat."Aretha baru berusia 21 tahun tapi sudah harus kehilangan ayahnya, dan sekarang juga kehilangan ibunya." Batin dokter Wilson menatap iba ke arah Aretha yang sedang digendong oleh Evan.Terdengar bisik-bisik beberapa dokter dan perawat yang melihat Evan menggendong Aretha."Beruntung Aretha mempunyai suami yang tidak hanya tampan, tapi juga begitu perhatian.""Aku juga mau punya suami yang tampan serta perhatian."Evan seolah menulikan pendengarannya, dia tetap menggendong Aretha tidak peduli dengan beberapa orang yang sedang membicarakannya.Evan merebahkan Aretha di atas ranjang rumah sakit. Dia menatap iba wajah pucat Aretha yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Wanita yang pernah menjadi kekasihnya memberi warna dalam kehidupannya kini terlihat begitu rapuh. Ada perasaan bersalah karena pernah menuduh Aretha yang t
"Dari awal sampai akhir aku tidak pernah berpikir untuk mengakuisisi HR GROUP secara menyeluruh. Kontrol mutlak merupakan strategi FR GROUP terhadap HR GROUP kali ini. Yang kalian maupun dunia luar lihat hanyalah perangkap." Ujar Alvarendra tegas menatap ke arah Ariana dengan seringai menghiasi wajah tampannya.DEGAriana tampak terkejut mendengar penuturan Alvarendra. "Jadi semua hanyalah perangkap?" Tanyanya menatap ke arah Alvarendra meminta penjelasan darinya."Iya. Tapi yang paling tidak ingin aku lihat hari ini adalah kamu. Walaupun tidak bisa melanjutkan hubungan kita, setidaknya kamu masih bisa menempati sebuah posisi dalam hatiku?" Terang Alvarendra menjelaskan membuat Ariana semakin terkejut mendengarnya."Sampai detik ini tidak ada seorang pun yang peduli denganku sama sekali. Ayah yang memaksaku untuk pergi meninggalkanmu, kepulanganku kali ini juga karena dipaksa olehnya." Raung Ariana dengan air matanya mengucur deras membasahi kedua pipinya, berharap Alvarendra akan ber
Breaking newsFR GROUP berhasil mendapatkan lebih dari 50% saham HR GROUP. Secara resmi mengambil alih kepemilikan perusahaan tersebut dengan kepemilikan saham mutlak.Ariana memegangi pipinya yang terasa panas setelah ditampar oleh ayahnya."Anak nggak tahu diri, bukankah aku sudah mengatakannya sejak awal untuk memanfaatkan hubunganmu dengan Alvarendra. Tapi apa yang kamu lakukan, Hah?" Bentak Pak Harry dengan suara keras menatap tajam ke arah Ariana, dadanya naik turun amarah telah menguasai dirinya. Perlahan kembali mengangkat tangannya tinggi-tinggi."Tampar saja, lagipula aku sudah nggak peduli." Ujar Ariana ketus ketika melihat ayahnya hendak menamparnya lagi.Pak Harry menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan berusaha mengendalikan emosi dalam dirinya."Ariana, asal kamu bisa mengatasinya maka HR GROUP akan ayah serahkan kepadamu." Pak Harry menurunkan tangannya membalikkan badannya berjalan menuju sofa lalu duduk di atas, memijat pelipis kepalanya y
Alvarendra meminta Fano untuk datang ke ruangannya."Iya Pak, ada apa?" Fano bertanya kepada Alvarendra setelah berada di dalam ruang CEO."Mari kita lihat sejauh mana perkembangan kondisi penyakit ibunya Aretha saat ini." Ujar Alvarendra menatap ke arah Fano."Bukankah waktu itu nggak peduli? Sekarang mau peduli nih." Monolong Fano tersenyum dalam hati."Kalau kekurangan dana buka rekening rumah sakit untuk biaya pengobatannya!""Baik Pak, kalau begitu nanti saya akan melihatnya dulu ke rumah sakit.""Untuk saat ini minta pihak rumah sakit agar tidak memberi tahu Aretha dulu!""Iya Pak, kalau begitu saya permisi." Pamit Fano keluar dari ruangan CEO."Kalau dilihat dari sikapnya sepertinya Pak Alvarendra tidak akan menceraikan Bu Aretha." Monolog Fano dalam hati keluar dari ruang CEO.Seperti permintaan Alvarendra, Fano pergi ke rumah sakit tempat ibunya Aretha dirawat."Selamat siang Pak." Sapa Fano kepada dokter Wilson setelah berada di dalam ruangannya."Siang juga, maaf anda siapa