"Kalian akhirnya datang juga, silahkan duduk." Alan tersenyum ke arah Alvarendra dan Ariana secara bergantian. "Kak Ariana!" Alisa tersenyum beranjak dari duduknya menghampiri Ariana lalu mereka cipika cipiki. "Kak Ariana semakin terlihat cantik." Ariana tersenyum mendengar pujian yang diucapkan oleh Alisa. "Kamu bisa saja." Alvarendra dan Ariana mendaratkan bokongnya di atas kursi. "Aku lihat kalian benar-benar pasangan yang serasi, wanita yang tadi malam digosipkan dengan Kak Alvarendra pasti Kak Ariana." Seulas senyum tipis terbit di bibir Ariana mendengar ucapan Alisa. "Alisa selamat atas perilisan film terbarumu semoga sukses." "Terima kasih Kak, atas doanya." Alisa kembali tersenyum berusaha mengubur perasaannya kepada Alvarendra yang sempat tumbuh, setelah dia tahu Ariana merupakan kekasihnya Alvarendra. "Aretha!" Gumam Alan lirih tanpa sengaja melihat Aretha berada di dalam restoran yang sama. "Kak, ngeliatin apa?" Alisa mengikuti arah pandang Alan. "Kak, kalau suka
Breaking news Kekasih Alvarendra telah kembali, Ariana wanita yang diduga telah menghabiskan malam bersama dengan Alvarendra di hotel. Dalam waktu singkat berita tersebut langsung dibanjiri beragam komentar netizen. "Selain cantik Alisa juga pintar akting, tapi dia malah harus tersingkir karena kembalinya Ariana." "Menurutku Ariana tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Alisa." "Aku yakin secepatnya Alvarendra pasti akan menceraikan istrinya kemudian kembali dengan Ariana." "Aku menunggu Alvarendra menceraikan istrinya kemudian menikah dengan Ariana." "Apakah tidak ada yang bersimpati dengan istrinya Alvarendra, cinta pertama suaminya sudah kembali dia pasti sedih banget." "Kekasih Alvarendra telah kembali, tapi sampai detik ini istrinya masih tenang-tenang saja. Apakah selama ini Alvarendra sebenarnya belum menikah?" Berita kembalinya Ariana yang merupakan kekasih Alvarendra, langsung menjadi trending topik pagi ini. "Risa, ternyata wanita yang check-in di hotel bersama de
Ariana masuk ke dalam rumah melihat Pak Harry (ayahnya Ariana) sedang duduk di sofa ruang tamu. "Ayah!" Panggil Ariana kepada ayahnya, sambil berjalan mendekat ke arahnya. Mendengar suara Ariana, Pak Harry segera menoleh ke arahnya. "Kamu sudah pulang?" Tanyanya. "Sudah Yah, ini baru sampai." "Ariana, kamu sudah pulang ke sini selama beberapa hari, bagaimana hubunganmu dengan Alvarendra?" Pak Harry menatap ke arah Ariana menuntut jawaban darinya. "Aku dan Alvarendra sudah berpisah selama tiga tahun dan sekarang Alvarendra juga sudah menikah." "HR Group hanya bisa bertahan dua bulan lagi. Ariana, kamu masih nggak tahu tujuan kepulanganmu?" Pak Harry menatap fokus ke arah Ariana seolah sedang mengintimidasinya. "Aku tahu. Aku janji tidak akan membiarkan HR Group dalam masalah." Ujar Ariana berusaha meyakinkan ayahnya. "Aku pegang janjimu." "Yah, kalau sudah tidak ada lagi yang dibicarakan aku ke atas dulu." Pamit Ariana. "Ya." Jawab Pak Harry singkat. Ariana berjalan menaiki a
Malam ini Alvarendra bersama dengan teman-temannya berada di kafe. "Al, Ariana sudah kembali jika kamu masih mencintainya, lebih baik lepaskan Aretha!" Arkan (Teman Alvarendra) berkata dengan tegas menoleh ke arah Alvarendra. "Kamu tidak tahu saja kalau Alvarendra itu dewa cinta, dia bisa mencintai beberapa wanita sekaligus." Ujar Ferry lalu tertawa. "Ada beberapa hal yang harus kamu pikirkan dengan baik, jangan sampai keduanya memberontak karena kamu sendiri yang akan kena imbasnya." Alan juga ikut mengingatkan Alvarendra. Alvarendra hanya diam entah apa yang sedang dipikirkan olehnya. "Sepertinya Alvarendra masih mencintai Ariana, tapi dia juga tidak mau melepaskan Aretha. Kalau begitu lebih baik menikah dengan keduanya, jika masing-masing punya lima orang anak maka Alvarendra akan mempunyai sepuluh orang anak. Pasti rumahnya bakal ramai." Alan akhirnya tertawa mendengar penuturan Ferry. "Ramai karena ribut tiap hari." Ujar Arkan ketus. Ferry hanya tertawa mendengarnya sama sek
Aretha sudah bersiap-siap mau berangkat ke kampus terdengar suara dering hp menarik perhatiannya. Dia segera mengambil hpnya yang sudah tersimpan di dalam tas. "Dokter Wilson." Gumam Aretha lirih melihat nama yang tertulis di layar hp-nya, lalu menggeser ikon panggilannya. Aretha: Selamat pagi Dok. Sapa Aretha kepada dokter Wilson setelah panggilannya terhubung. Dokter Wilson: Pagi juga. Aretha ada hal penting yang harus aku bicarakan denganmu. Aretha: Hal penting? Tanya Aretha memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar. "Iya." Aretha: Hal penting apa dok, apa sesuatu yang buruk telah terjadi pada ibu? Aretha bertanya penuh kekhawatiran. "Sebaiknya kita bicarakan di rumah sakit, bisakah kamu ke rumah sakit sekarang?" Mendengar pertanyaan dokter Wilson, Aretha segera menoleh ke arah jam dinding. "Bisa dok, aku akan segera ke sana." Panggilan terputus Aretha kembali menyimpan hp-nya di dalam tas. Alvarendra yang melihatnya segera berjalan menghampirinya. "Sayang, kita beran
Aretha refleks menoleh ke belakang ternyata Alvarendra yang sedang memeluknya. "Mas!" "Kenapa Sayang?" Alvarendra bertanya dengan suara lembut tepat di samping telinga Aretha. "Mas kenapa bisa ada di sini?" Aretha merasa heran Alvarendra masuk ke dalam toilet wanita. "Nggak boleh?" Alvarendra menaikkan salah satu alisnya. "Iya, tentu saja Mas nggak boleh masuk ke sini, ini toilet wanita!" Jawab Aretha mengingatkan. "Ada larangan?" Aretha memutar bola matanya malas mendengar ucapan Alvarendra. "Tentu saja ada larangannya, seorang pria dilarang masuk ke dalam toilet wanita!" Ujar Aretha menegaskan. "Mas lepas! Bagaimana kalau ada yang melihat kita?" Aretha terlihat khawatir menoleh ke sana kemari memastikan tidak ada orang yang melihatnya. Sedangkan tangannya berusaha melepaskan tangan Alvarendra yang sedang memeluknya. Namun Alvarendra justru semakin mempererat pelukannya. "Mas!" "Sebentar saja, Aretha!" Pinta Alvarendra sedikit memaksa. Aretha menghembuskan nafas panjang men
Alvarendra membuka pintu Villanya terlihat Aretha tampak sibuk mengerjakan tugas kuliahnya. Mendengar suara pintu dibuka Aretha segera menoleh ke arahnya. "Mas, sudah pulang? Maaf belum menyiapkan makan malam, dari tadi sibuk mengerjakan tugas dari kampus." Ujar Aretha dengan hati-hati. "Nggak apa-apa kita makan malam di luar saja." Aretha tampak terkejut mendengar ucapan Alvarendra, ini pertama kalinya Alvarendra mengajaknya makan di luar. "Mas, yakin mau mengajakku makan di luar?" "Iya kenapa?" "Biasanya Mas mengajak kekasihnya kalau mau makan luar, kenapa sekarang malah mengajakku?" Aretha bertanya menatap heran ke arah Alvarendra. "Apa ada larangan mengajak istri sendiri makan di luar?" Bukannya menjawab pertanyaan Aretha, Alvarendra justru balik bertanya. "Nggak, cuma aneh saja. Apa sekarang pesona Mas sudah hilang sehingga tidak ada lagi wanita yang mau diajak makan malam bersama?" Alvarendra mengerutkan keningnya mendengar ucapan Aretha. "Iya, semua ini gara-gara kamu m
"Ayo pergi!" Alvarendra menarik pergelangan tangan Aretha agar mengikutinya keluar dari restoran lalu masuk ke dalam mobil. "Mas, kamu terlalu romantis menyuruh istrinya menjual diri untuk diri sendiri." Seulas senyum tipis terbit di bibir Alvarendra mendengar ucapan Aretha. Dia mengambil kotak perhiasan kemudian memberikannya kepada Aretha. "Makan malam adalah kado darimu, sedangkan ini kado dariku." "Terima kasih Mas." Aretha tersenyum menerima kotak perhiasan yang diberikan oleh Alvarendra kepadanya. "Mas, apakah aku boleh membukanya?" Tanya Aretha menatap ke arah Alvarendra meminta izin darinya. "Tentu saja boleh, itu sudah menjadi milikmu." Aretha membuka kotak perhiasan yang ada di tangannya secara perlahan. Terlihat sebuah kalung dengan berlian biru "the hope diamond" berada di dalam kotak perhiasan tersebut. Aretha terkejut sekaligus kagum melihatnya. "Mas, kalung ini benaran untukku?" "Iya, bukankah tadi mas sudah mengatakannya." "Bagus banget kalungnya." Dengan mata
"Aretha!" Panggil Evan membuat Aretha mengangkat pandangannya menatap ke arahnya."Iya Kak?""Kenapa nggak dimakan soto ayamnya?" Tanya Evan melihat soto ayam di mangkuk Aretha masih banyak."Ini dimakan, Kak." Jawab Aretha kembali memakan soto ayamnya."Sepertinya Aretha sudah jatuh cinta dengan Alvarendra?" Batin Evan menyadari perubahan ekspresi di wajah Aretha setelah melihat berita akuisisi HR Group.Setelah selesai makan Evan mengantarkan Aretha ke apartemen Grand Luminor."Terima kasih Kak." Aretha tersenyum ke arah Evan setelah turun dari mobil."Sama-sama."Evan menatap ke arah Aretha yang berjalan masuk ke dalam apartemen Grand Luminor."Meskipun kita tidak ditakdirkan untuk kembali bersama, aku berharap kamu bisa hidup bahagia." Gumam Evan lirih.Aretha membuka pintu apartemennya terlihat gelap dan sepi menandakan Alvarendra belum pulang."Sepertinya Mas Alvarendra belum pulang?" Batin Aretha berjalan masuk ke dalam apartemen lalu menyalakan lampunya.Dia masuk ke dalam kam
Evan yang melihatnya segera menahan tub uh Aretha sehingga tidak jatuh ke lantai, mengangkatnya ke dalam gendongannya. Dia membawa Aretha menuju ruang rawat."Aretha baru berusia 21 tahun tapi sudah harus kehilangan ayahnya, dan sekarang juga kehilangan ibunya." Batin dokter Wilson menatap iba ke arah Aretha yang sedang digendong oleh Evan.Terdengar bisik-bisik beberapa dokter dan perawat yang melihat Evan menggendong Aretha."Beruntung Aretha mempunyai suami yang tidak hanya tampan, tapi juga begitu perhatian.""Aku juga mau punya suami yang tampan serta perhatian."Evan seolah menulikan pendengarannya, dia tetap menggendong Aretha tidak peduli dengan beberapa orang yang sedang membicarakannya.Evan merebahkan Aretha di atas ranjang rumah sakit. Dia menatap iba wajah pucat Aretha yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Wanita yang pernah menjadi kekasihnya memberi warna dalam kehidupannya kini terlihat begitu rapuh. Ada perasaan bersalah karena pernah menuduh Aretha yang t
"Dari awal sampai akhir aku tidak pernah berpikir untuk mengakuisisi HR GROUP secara menyeluruh. Kontrol mutlak merupakan strategi FR GROUP terhadap HR GROUP kali ini. Yang kalian maupun dunia luar lihat hanyalah perangkap." Ujar Alvarendra tegas menatap ke arah Ariana dengan seringai menghiasi wajah tampannya.DEGAriana tampak terkejut mendengar penuturan Alvarendra. "Jadi semua hanyalah perangkap?" Tanyanya menatap ke arah Alvarendra meminta penjelasan darinya."Iya. Tapi yang paling tidak ingin aku lihat hari ini adalah kamu. Walaupun tidak bisa melanjutkan hubungan kita, setidaknya kamu masih bisa menempati sebuah posisi dalam hatiku?" Terang Alvarendra menjelaskan membuat Ariana semakin terkejut mendengarnya."Sampai detik ini tidak ada seorang pun yang peduli denganku sama sekali. Ayah yang memaksaku untuk pergi meninggalkanmu, kepulanganku kali ini juga karena dipaksa olehnya." Raung Ariana dengan air matanya mengucur deras membasahi kedua pipinya, berharap Alvarendra akan ber
Breaking newsFR GROUP berhasil mendapatkan lebih dari 50% saham HR GROUP. Secara resmi mengambil alih kepemilikan perusahaan tersebut dengan kepemilikan saham mutlak.Ariana memegangi pipinya yang terasa panas setelah ditampar oleh ayahnya."Anak nggak tahu diri, bukankah aku sudah mengatakannya sejak awal untuk memanfaatkan hubunganmu dengan Alvarendra. Tapi apa yang kamu lakukan, Hah?" Bentak Pak Harry dengan suara keras menatap tajam ke arah Ariana, dadanya naik turun amarah telah menguasai dirinya. Perlahan kembali mengangkat tangannya tinggi-tinggi."Tampar saja, lagipula aku sudah nggak peduli." Ujar Ariana ketus ketika melihat ayahnya hendak menamparnya lagi.Pak Harry menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan berusaha mengendalikan emosi dalam dirinya."Ariana, asal kamu bisa mengatasinya maka HR GROUP akan ayah serahkan kepadamu." Pak Harry menurunkan tangannya membalikkan badannya berjalan menuju sofa lalu duduk di atas, memijat pelipis kepalanya y
Alvarendra meminta Fano untuk datang ke ruangannya."Iya Pak, ada apa?" Fano bertanya kepada Alvarendra setelah berada di dalam ruang CEO."Mari kita lihat sejauh mana perkembangan kondisi penyakit ibunya Aretha saat ini." Ujar Alvarendra menatap ke arah Fano."Bukankah waktu itu nggak peduli? Sekarang mau peduli nih." Monolong Fano tersenyum dalam hati."Kalau kekurangan dana buka rekening rumah sakit untuk biaya pengobatannya!""Baik Pak, kalau begitu nanti saya akan melihatnya dulu ke rumah sakit.""Untuk saat ini minta pihak rumah sakit agar tidak memberi tahu Aretha dulu!""Iya Pak, kalau begitu saya permisi." Pamit Fano keluar dari ruangan CEO."Kalau dilihat dari sikapnya sepertinya Pak Alvarendra tidak akan menceraikan Bu Aretha." Monolog Fano dalam hati keluar dari ruang CEO.Seperti permintaan Alvarendra, Fano pergi ke rumah sakit tempat ibunya Aretha dirawat."Selamat siang Pak." Sapa Fano kepada dokter Wilson setelah berada di dalam ruangannya."Siang juga, maaf anda siapa
Mobil yang dinaikki oleh Aretha melaju dengan kencang menuju apartemen Grand Luminor."Jadi Aretha sekarang tinggal di sini." Gumam Evan lirih melihat Aretha masuk ke dalam apartemen Grand Luminor."Bukankah sebelumnya dia tinggal di Villa Grand Luxury, jadi sekarang sudah pindah ke sini?" Monolog Evan dalam hati.Aretha masuk ke dalam apartemennya lalu melepaskan jaket yang dipakai olehnya. Mendengar suara pintu dibuka Aretha segera menoleh ke arah pintu, terlihat Alvarendra berjalan masuk ke dalam apartemen."Kenapa Mas pulang?" Tanya Ariana heran.Alvarendra mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Aretha."Kenapa, aku nggak boleh pulang ke sini? Kamu habis nangis?" Alvarendra memicingkan matanya melihat wajah Aretha yang tampak sembab.Menyadari Alvarendra sedang menatap ke arahnya, Aretha segera memalingkan wajahnya ke arah lain.Tanpa sengaja Alvarendra melihat jaket yang tergeletak di atas sofa."Jaket siapa ini?" Tanya Alvarendra dengan suara keras menata
"Jadi maksudmu Alvarendra mengajakmu ke ruangan VIP, lalu di sana kalian bertemu dengan Ariana?" Tanya Tasya kepada Aretha setelah mendengar cerita yang diucapkan olehnya. "Iya." Jawab Aretha singkat setitik air matanya menetes di kedua pipinya. "Benar-benar pria nggak punya hati, kalau mau bertemu dengan kekasihnya seharusnya tidak mengajak istrinya." Tasya mengumpat merasa sangat kesal dengan Alvarendra, setelah mendengar cerita dari Aretha. "Aretha, nggak perlu dipikirkan pria seperti itu! Yang ada kamu akan semakin terluka." Ujar Tasya tidak tega melihat sahabatnya tampak sedih. "Iya benar pria seperti itu memang tidak usah dipikirkan." Sahut Aretha. Aretha berusaha menepis bayangan Alvarendra dan Ariana yang sejak tadi memenuhi otaknya. Namun tetap saja bayangan mereka masih memenuhi otaknya, seolah mengejeknya. "Biarkan dia mati!" Melihat Aretha tampak rapuh Ariana kembali mengumpat, Aretha yang mendengarnya juga ikut mengumpat. "Iya biarkan dia mati saja." Teriak Aretha b
"Nggak perlu dibahas lagi! Bukankah hubungan kita sudah berakhir?" Aretha membalikkan badannya berjalan keluar dari ruang rawat ibunya, meninggalkan Evan yang masih berada di sana.Melihat Aretha berjalan keluar dari ruang rawat ibunya, Evan segera menyusulnya."Aretha,tunggu!"Mendengar suara Evan memanggil namanya, Aretha segera menghentikan langkah kakinya. Dia membalikkan badannya terlihat Evan sedang berjalan dengan cepat menghampirinya."Ada apa lagi?" Tanya Aretha bertanya sedikit kesal."Maaf.""Maaf untuk apa?" Tanya Aretha menatap heran ke arah Evan"Maaf jika ucapanku menyinggung mu.""Lupakan saja."Aretha membalikkan badannya kembali melanjutkan langkah kakinya, meninggalkan Evan yang berdiri mematung menatap kepergiannya."Aretha, jika kamu bercerai dari Alvarendra apakah kita masih bisa bersama lagi seperti dulu?" Monolog Evan menatap ke arah Aretha yang semakin menjauh darinya.***Tasya meminta Aretha menemaninya datang ke pesta ulang tahun Revi, teman sekampusnya. Ul
"Tinggal di apartemen Grand Luminor lebih dekat dengan kampus, mall, supermarket dan sebagainya. Kalau di Villa Grand Luxury mau kemana-mana jauh." Terang Aretha menjelaskan.Pak Arman dan Bu Salma manggut-manggut mendengar penjelasan Aretha, sedangkan Alvarendra menghela nafas lega."Sepertinya ayah dan ibu percaya dengan ucapan Aretha." Batin Alvarendra menoleh ke arah Pak Arman dan Bu Salma."Kalian sedang tidak ada masalah, 'kan?" Tanya Pak Arman menatap ke arah Alvarendra dan Aretha secara bergantian."Kami baik-baik saja, ayah dan ibu nggak perlu khawatir. Iya 'kan Sayang?" Alvarendra menoleh ke arah Aretha meminta dukungan darinya."Iya." Aretha tersenyum ke arah Pak Arman dan Bu Salma."Alvarendra, Ayah dengar FR GROUP akan mengakuisisi HR Group apakah itu benar?" Tanya Pak Arman menatap ke arah Alvarendra, menuntut jawaban darinya."Iya benar Yah, saat ini FR GROUP sudah mendapatkan 75 % saham HR Group." Jawab Alvarendra tegas."Jadi FR GROUP akan mengakuisisi HR Group, tapi