Christian menatap Claudia yang kini sudah tertidur pulas. Dia bergeming mengamati wajah polos Claudia. Manik mata cokelat gelap Christian hanyut akan paras cantik Claudia. Hanya saja, luka lebam dan luka bekas cakaran di wajah Claudia membuat emosi Christian sulit terkendali. Pria itu paling benci melihat Claudia terluka.Christian duduk di tepi ranjang, dan membelai pipi Claudia lembut. Pun Christian menyingkirkan rambut Claudia yang menutupi wajah gadis itu. Suara ringisan perih lolos di bibir Claudia di kala jemari Christian tak sengaja menyentuh luka cakaran di wajah Claudia.Christian mengecupi lembut luka di wajah Claudia. “Kau akan segera sembuh,” bisiknya pelan. Entah kenapa hati Christian mendorong dan memaksanya untuk mencium Claudia. Ini memang sudah gila. Christian menyadari kegilaannya. Tapi dia tak bisa menghentikan apa yang telah dia mulai.Perlahan, jemari Christian menelusuri bibir ranum Claudia. Bibir ranum yang kenyal dan membuat Christian betah berada di sana. Hal
Jantung Claudia rasanya nyaris berhenti berdetak di kala Christian begitu dekat dengannya. Aroma parfume maskulin Christian menyeruak ke indra penciuman Claudia—dan sukses membuat seluruh organ dalam tubuh Claudia seolah lumpuh tak sama sekali bisa berkutik.Claudia menelan saliva-nya susah payah. Aura wajahnya sudah memucat tak menentu. Claudia ingin bergeser, namun sayangnya dia tak memiliki banyak tenaga. Sekuat apa pun berontak, pasti tak akan lepas dari kungkungan Christian.“C-Christian,” ucap Claudia gugup dan semakin panik.Jemari Christian tetap membelai bibir ranum Claudia. Bahkan pria itu seolah enggan menjauh dari adik iparnya itu. Christian menyadari bahwa tindakannya adalah suatu kegilaan, tapi hati Christian tak bisa menghentikan ini. Christian selalu ingin berada di dekat Claudia.Tatapan mereka berdua saling mengunci satu sama lain, seolah tidak bisa terlepaskan. Mereka tahu bahwa tatapan tersebut memiliki makna yang berbahaya. Jika diteruskan maka yang ada hanyalah m
Christian membaringkan tubuh Claudia ke ranjang, lalu menarik selimut menutupi tubuh gadis itu. Claudia masih terlelap seperti kucing kecil yang kelelahan. Sepasang iris mata cokelat gelap Christian terus menatap Claudia dengan tatapan lekat dan dalam. Sudut bibir pria itu sedikit terangkat, membentuk senyuman kecil di kala Claudia masih tertidur pulas.Ya, Claudia masih belum menyadari kalau tubuhnya sudah berpindah ke kamar gadis itu. Pulas tidurnya layaknya kerbau yang tidak bisa bangun. Hal konyol tersebut malah sekarang menarik perhatian Christian.Christian hendak menyentuh pipi Claudia, namun gerak Christian terhenti di kala sadar bahwa mertua dan istrinya berada di depan kamar Claudia. Pria itu tak mau menimbulkan kekacauan dan berujung pada masalah rumit. Dia pun segera menjauh, dan melangkah pergi dari kamar Claudia.Di luar kamar Claudia, Christian melihat mertua dan istrinya masih belum bergerak sama sekali. Christian yakin banyak pertanyaan yang ada di dalam pikiran istri
Claudia berlari keluar dari kamar, mencari keberadaan Christian. Gadis itu ingin berteriak keras, namun rasanya tak mungkin karena posisinya berada di dalam rumah. Claudia takut kalau memancing keluarganya muncul.“Nona Claudia?” sang pelayan sedikit terkejut melihat Claudia berlari, seperti tengah mencari sesuatu.Claudia menghentikan geraknya, menatap lekat sang pelayan. “Apa kau melihat Christian?” tanyanya cepat, meminta sang pelayan untuk menjawab.Sang pelayan sedikit mengerutkan keningnya. “Anda mencari Tuan Christian, Nona?” tanyanya memastikan.Claudia berdecak pelan. “Iya, aku mencari Christian. Katakan padaku, di mana dia?” serunya menahan rasa kesal. Perkataan Hansen terus terngiang di benak Claudia. Bagaimana tidak? Christian Hastings telah mengambil keputusan tak masuk akal.Sang pelayan menundukan kepalanya. “Tuan Christian ada di ruang kerjanya, Nona. Kebetulan hari ini beliau tidak ke kantor.”Tanpa mengatakan apa pun, Claudia berlari ke lantai atas menuju ke ruang ke
Dua hari setelah kejadian Claudia diserang oleh mantan kekasih Hansen, gadis itu belum kembali bekerja. Meski demikian, Claudia tetap mengerjakan pekerjaannya di rumah. Memegang tanggung jawab pada project dengan Geovan Group, membuat Claudia tentu tidak main-main. Awal mula karir Claudia di sini. Claudia harus serius dalam mengurus project ini. Nantinya jika Claudia ingin melebarkan sayap, dia akan menjadikan project Geovan Group sebagai salah satu list resume-nya dalam dunia interior design. Sebelumnya, gadis itu sudah memikirkan tentang hal ini, karena memang dia tidak ingin terus menerus bekerja di Hastings Group.Ngomong-ngomong, soal kasus Eve masih dalam penanganan. Sedangkan beberapa karyawan yang dipecat tidak bisa mendapatkan toleransi dari Christian. Terakhir soal Hansen, Claudia masih berusaha membujuk Christian. Paling tidak, Claudia ingin menyelamatkan Hansen. Claudia sangat tahu Hansen berbakat dalam dunia interior design. Pun Hansen kerap membantu Claudia di kala Clau
Sepasang iris mata cokelat gelap Christian berkilat begitu tajam melihat penampilan Claudia. Sorotnya menghunus layaknya ingin murka. Umpatan dan makian lolos dalam hati. Mengumpati pakaian Claudia yang nyaris telanjang. Sayangnya, yang emosi hanya Christian saja. Semua orang di sana kini menatap kagum akan kecantikan Claudia. Gadis itu memiliki tubuh yang indah dan kulit cerah rupawan tanpa sama sekali noda.“Ya Tuhan, kau cantik sekali, Claudia.” Ella bangkit berdiri memberikan pelukan pada Claudia yang amat cantik. “Dress ini sangat cocok dan bagus di tubuhmu.”Claudia tersenyum kikuk dan malu. Gadis itu memutuskan untuk sedikit menunduk tak berani melihat ke arah Christian. Hati Claudia berkata bahwa kini Christian memberikan tatapan tajam padanya.“You’re beyond gorgeous, Claudia,” puji Shawn tulus, tanpa sama sekali mengada-ada. Claudia tersipu malu mendengar pujian Shawn. ‘Shit! Kenapa gadis itu memakai pakaian seperti itu?’ geram Christian dalam hati. Benny tersenyum hang
Claudia nyaris berhenti bernapas melihat Christian melangkah menghampirinya. Debar jantungnya berpacu dengan kencang seperti ingin melompat dari tempatnya. Gadis itu ingin menghindar tapi kakinya seperti lemah tak bertenaga.Claudia berharap bahwa apa yang ada di hadapannya adalah mimpi, tapi sayangnya yang ada di hadapannya ini nyata, bukanlah mimpi. Bahu gadis itu sedikit bergetar akibat rasa takut yang menyelimutinya.“C-Christian? A-apa yang kau lakukan di sini?” tanya Claudia lagi, dengan penuh kegelisahan.Claudia ingin menjerit meminta orang di luar untuk datang, namun itu semua tidaklah mungkin. Jika dirinya menjerit, maka sudah pasti sama saja menimbulkan kecurigaan tentang dirinya dan Christian. Lantas apa yang harus dilakukannya sekarang?Christian tak mengindahkan apa yang Claudia katakan. Pria itu menatap Claudia dari ujung rambut gadis itu hingga ujung kaki. Pria itu menarik tangan Claudia, sisa bekas luka cakaran Eve telah ditertutup oleh lotion khusus. “Kau berias unt
Claudia membenci Christian, sangat membencinya. Claudia bersumpah ingin sekali membunuh pria itu agar lenyap dari dunia ini, tapi semua begitu rumit. Ini bukan hanya tentang Christian adalah kakak iparnya, namun ini tentang hati Claudia pun tak bisa menyaksikan hal buruk terjadi pada Christian.Claudia seolah berada di penjara yang membuatnya tak bisa berkutik sedikit pun. Hal yang membuat gadis itu merasa begitu rumit adalah dirinya tinggal satu atap dengan kakak iparnya. Melangkah jauh juga adalah hal yang tak mungkin bisa terjadi. Berkali-kali dia telah memasang dinding tinggi di antaranya dan Christian, tapi tetap sia-sia karena Christian selalu menerobos dinding pembatas yang dia bangun.Akar permasalahan bersumber dari Christian. Setiap kali Claudia menghindar, selalu saja Christian menarik paksanya, seakan tak membiarkan dirinya pergi ke mana pun. Pria itu telah melanggar batas yang tak seharusnya dia langgar. Pun gadis itu tak mungkin menceritakan tentang Christian pada keluar
Pagi buta Claudia sudah terbangun. Kedua anaknya sudah menunggu di depan semangat karena akan diajak jalan-jalan. Entah jalan-jalan ke mana. Claudia tak tahu, karena Christian tidak bilang padanya. Yang pasti Claudia percaya bahwa sang suami akan membawanya ke tempat yang indah.Barang-barang yang dibawa telah dimasukan ke dalam mobil. Claudia dibantu pelayan untuk packing. Untungnya dia mendapatkan bantuan dari pelayan. Jika tidak, maka pastinya dia akan sangat kerepotan. Namun memang selama ini Claudia selalu dibantu oleh pelayan.“Claudia, apa kau sudah siap?” tanya Christian sambil memakai arloji.Claudia mengoleskan lipstick di bibirnya. “Sudah, Sayang. Aku sudah siap.”“Kita keluar sekarang. Anak-anak sudah menunggu kita.” Christian merengkuh bahu Claudia—mengajak sang istri ke luar kamar.“Mommy, Daddy, ayo kita jalan-jalan.” Caleb dan Cambrie memekik kegirangan tak sabar.Christian dan Claudia tersenyum samar. “Oke, let’s go. Kita berangkat sekarang.”Christian menggendong Cam
Mansion Claudia dan Christian dipuji oleh Nicole. Mansion megah yang telah didesain khusus oleh Claudia. Mansion ini adalah hadiah dari Christian untuk Claudia. Pria itu mencuri gambar rumah megah yang pernah digambar oleh Claudia. Sekarang hasil curian gambar itu, telah menjelma menjadi sebuah mansion mewah.Saat ini Claudia dan Christian tengah duduk di ruang tengah bersama dengan Nicole, Oliver, Ella, dan Elan. Mereka baru saja selesai makan siang bersama. Anak-anak mereka tengah bermain di taman belakang. Tentunya diawasi oleh para pengasuh mereka. “Claudia, rumahmu benar-benar indah. Rumah ini kau yang desain, kan?” tanya Nicole lembut—dan direspon anggukkan oleh Claudia.“Iya. Aku yang merancang rumah ini. Tadinya aku ingin mengumpulkan uang dari hasil kerja kerasku dan membangun rumah ini.” Claudia tersenyum malu.“Tapi akhirnya suamimu yang membangun rumah indah yang ada di kertas gambarmu.” Nicole menjawab lembut. Sebelumnya, dia sudah pernah diceritakan tentang gambar Clau
*Claudia, aku dan Oliver serta anak-anak kami siang ini akan main ke tempatmu. Apa kau ada di rumah?* Claudia yang baru saja membuka mata, di kala pagi menyapa, dikejutkan dengan pesan yang dikirimkan oleh Nicole. Detik itu juga, Claudia menyibak selimut—turun dari ranjang seraya mengikat asal rambutnya. “Christian, Christian.” Claudia memanggil sang suami, karena suami tercintanya itu tidak ada di ranjang. Itu menandakan sang suami sudah bangun.“Iya, Claudia.” Christian melangkah keluar dari walk-in closet—tengah memakai dasi. Pria tampan itu sudah bersiap ingin ke kantor.Claudia mendekat dan melepaskan dasi Christian. Sontak, Christian terkejut akan tindakan Claudia—yang melepas dasinya begitu saja.“Claudia, apa yang—”“Hari ini kau tidak usah ke kantor. Nicole, Oliver, dan dua anaknya datang.”“Claudia, aku ada meeting penting.”“Kau CEO dari Hastings Group. Kau memiliki kuasa. Aku yakin kau bisa mengatur meeting dilain waktu.”Suara dering ponsel Christian terdengar. Buru-bu
“Oh, Tuhan. Elyana! Efraim! Kenapa bisa kalian merusak lukisan Mommy yang sudah Mommy pesan untuk Grandma?” Ella mengomel seraya memijat keningnya merasakan pusing luar biasa. Anak perempuan dan anak laki-lakinya merusak lukisan yang baru saja dia pesan di pelelangan seni. Lukisan harga fantastis itu sengaja Ella beli untuk dia hadiahkan pada ibunya.“Mommy, aku tidak salah. Efraim yang salah. Aku tidak salah.” Elyana membela diri, karena tidak mau disalahkan oleh ibunya. Pun dia memang tak sepenuhnya salah. Efraim—adiknya yang terlibat.Efraim mendelik, menatap tajam sang kakak. “Kak, kenapa kau menyalahkanku? Kau yang berlari mengejarku sampai wine jatuh ke atas lukisan Mommy.”Elyana berdecak kesal. “Kau menyembunyikan barbie yang dibelikan Grandpa!”“Aku tidak menyembunyikannya.”“Kau bohong! Kau menyembunyikan barbie pemberian dari Grandpa.” “Astaga! Kenapa kalian sekarang berdebat? Ini bagaimana lukisan Mommy? Besok Mommy akan memberikan lukisan ini pada Grandma Grania. Tapi ka
Caleb duduk di ranjang sambil memeluk bantal dengan raut wajah kesal. Bocah laki-laki itu kesal dengan Oscar, dan juga kesal dengan ibunya yang tak membelanya. Yang dia inginkan adalah ibunya membelanya. Tapi sayang, ibunya malah tak membela dirinya. “Sepertinya, kau baru saja melalui hari buruk.” Christian masuk ke dalam kamar putra sulungnya—dan duduk di samping putranya itu. Dia sudah melihat raut wajah Caleb menunjukkan jelas rasa kesal.Caleb mengembuskan napas kesal. “Dad, aku sudah diomeli Mom. Jika kau datang hanya ingin mengomeliku juga, lebih baik kau keluar kamarku saja. Aku pusing. Tidak ada yang mau mengerti diriku.”“Tujuanku datang ke sini bukan memerahimu.” Christian menjawab dengan tenang.Caleb mengalihkan pandangannya, menatap Christian. “Kau tidak memerahiku?”Christian menggelengkan kepalanya. “Nope. Aku tidak memerahimu.”Caleb merasa curiga. “Jangan-jangan kau langsung memberikanku hukuman?”Christian tersenyum samar. “Apa pernah aku sekejam itu padamu, Caleb?
“Mommy, kapan kita kan kembali ke London? Aku rindu Grandpa dan Grandma.”Olivia memeluk boneka kecil, menghampiri ibunya, mengajak bicara, bertanya kapan kembali ke London. Karena dia sudah cukup lama berada di New York. Itu kenapa sekarang gadis kecil itu bertanya kapan bisa kembali ke kotanya sendiri.Nicole menunduk, menatap penuh kasih sayang putri kecilnya. “Mommy belum tahu, nanti Mommy tanya Daddy dulu. Sekarang kau masuk ke kamarmu, Nak. Kau istirahatlah.”Olivia mengerjap beberapa kali. “Mommy, masih marah pada Oscar?”Nicole menghela napas dalam. “No, Honey. Mommy tidak marah pada Oscar. Kau masuklah ke kamar. Istirahat. Jangan bermain games.”Olivia memilih mengangguk patuh. Gadis kecil itu pun sudah lelah karena sejak tadi bersepeda. Dia masuk ke dalam kamarnya. Tepat di kala Olivia sudah masuk ke dalam kamar, Nicole segera menghubungi Oliver.“Oliver?” panggil Nicole kala panggilan terhubung.“Nicole, aku sedang sibuk bersama client-ku. Nanti aku akan menghubungimu,” uja
Lima tahun berlalu … “Caleb, kenapa kau bertengkar dengan Oscar? Ya Tuhan, Nak. Oscar itu anak Bibi Nicole—kakak ipar Mommy.” Claudia menatap kesal Caleb yang baru saja turun dari mobil. Tampak jelas raut wajah wanita itu sangat lelah.Bagaimana tidak? Hari ini Claudia baru saja mengadakan meeting dengan asisten pribadi Shawn. Ada project baru Geovan Group yang sedang ditangani Claudia. Tapi di tengah-tengah meeting berlangsung—Claudia mendapatkan kabar Caleb dan Oscar bertengkar. Pun kebetulan Oscar sedang berada di New York. Caleb dan Oscar bertengkar di taman bermain. Claudia dan Nicole langsung datang ke taman itu. Perkelahian berhasil terhenti karena pengawal Caleb dan pengawal Oscar sama-sama merelai perkelahian.“Oscar yang salah. Dia mendekati gadis yang aku suka, Mom.” Caleb berjalan menuju kamar, namun buru-buru Claudia menghalangi putranya itu.Claudia merasa ini belum selesai. Dia membutuhkan penjelasan sejelas-jelasnya. Dia tidak mau sembarangan apalagi asal-asalan dal
Usia Caleb memasuki enam bulan. Tubuh bayi laki-laki itu sangat gemuk dan sehat. Kulit putih. Pipi tembam. Mata bulat. Membuat Caleb benar-benar seperti boneka laki-laki yang sangat tampan dan menggemaskan.Bayi laki-laki tampan itu kerap menjadi pusat perhatian. Tidak heran kalau banyak sekali tawaran Caleb menjadi model bayi. Tapi sayang Christian dan Claudia tidak mengizinkan anak mereka menjadi seorang model.Segala bentuk penawaran menjadi model, pastinya ditolak oleh Christian ataupun Claudia. Alasannya tentu mereka tidak ingin kehidupan anak mereka terlalu menjadi sorotan di media.Selain itu, kisah masa lalu Christian dan Claudia, pastinya akan membuat Caleb menjadi pusat perhatian dari segi kehidupan. Itu yang membuat Caleb tidak akan nyaman di masa depan nanti.Suara tangis Caleb begitu keras di kala sudah selesai menyusu. Claudia yang tengah menimang putranya itu, nampak terkejut dan panik melihat putranya menangis. Dia pikir putranya ingin minum susu lain, tapi ternyata ti
Christian seperti orang gila marah-marah pada dokter. Pria itu menuntut dokter untuk membuat sang istri tidak lagi merintih kesakitan. Dia tidak tega melihat istrinya terbaring di ranjang seraya meringis kesakitan.“Kau ini dokter kandungan benar atau bohongan?! Kenapa kau tidak mampu menghilangkan rasa sakit istriku?” Christian marah-marah pada sang dokter yang malah membiarkan istrinya berteriak kesakitan.Sang dokter tersenyum memaklumi rasa takut Christian. “Tuan, Anda tidak perlu khawatir. Rasa sakit istri Anda adalah wajar. Setiap ibu yang melahirkan anak pasti akan merasakan sakit.”Christian mengusap wajahnya kasar. Kecemasan dan rasa panik melingkupi pria itu. “Jadi, istriku akan melahirkan sambil berteriak kesakitan?”Sang dokter menyentuh bahu Christian. “Tuan Hastings, itu adalah tugas seorang ibu. Proses melahirkan akan segera dimulai. Temani istri Anda, Tuan.” Christian bingung dengan perasaan campur aduk. Dia mendengar suara istrinya itu yang terus menjerit. Dia memutu