Christian menyambar wine di hadapannya, menenggak hingga tandas. Tampak raut wajah pria itu menyimpan rasa marah dan emosi tertahan. Ancaman Claudia terus terngiang dalam benaknya. Tak bisa sama sekali hilang.Untuk pertama kalinya Claudia memberikan ancaman padanya. Seharusnya ancaman Claudia itu tidak mempan baginya, tapi sayangnya Christian tak bisa melupakan ancaman adik iparnya itu.“Shit!” Christian mengumpat kasar seraya mencengkram kuat gelas berkaki tinggi di tangannya. Selama ini, belum ada satu pun orang yang berani mengancam Christian—dan Claudia Fitzgerald adalah orang pertama yang berani mengancamnya. Sialnya, ancaman Claudia seakan berhasil mengenai sasaran—yang mana membuat pria itu sama sekali tak bisa berkutik.Suara ketukan pintu terdengar, membuat Christian semakin emosi karena ada yang mengganggunya dalam keadaan yang tengah kesal seperti sekarang ini.“Masuk!” seru Christian meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam.Tak selang lama, Addy muncul, m
Claudia mondar-mandir tidak jelas di dalam kamarnya. Sebenarnya, dia tahu akan ditugaskan ke Seoul, karena memang dirinya menangani project milik Geovan Group. Akan tetapi, gadis itu sama sekali tak mengira kalau akan secepat ini. Pun tadi di kantor saja dirinya baru saja memberikan ancaman pada Christian, dan belum ada sama sekali respon dari pria menyebalkan itu.Hal yang membuat hati Claudia menjadi berat yaitu terletak pada kejadian di mana Christian memberikan hukuman untuknya. Christian Hastings telah melanggar batas yang seharusnya tak dia langgar. Sekarang semuanya semakin menjadi rumit dan tak menentu. Dia tak tahu harus bertindak seperti apa.“Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?” Claudia mengusap wajahnya. Raut wajah gadis itu dilanda kebingungan hebat.Claudia berusaha mengatur napasnya, mencari solusi yang paling tepat. Selanjutnya, tatapannya teralih pada jam dinding—waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Di jam seperti ini, pasti kakaknya sudah tidur. Sedangkan Christi
Claudia berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Gadis itu menghindari keluarganya, kakaknya, termasuk menghindar dari Christian. Meskipun Claudia akan bertemu dengan Christian di kantor tapi menghindari Christian di rumah merupakan salah satu langkah yang bagus. Selain itu, Claudia juga menghindar dari kedua orang tuanya, dan kakaknya agar kedua orang tuanya dan kakaknya tak membahas tentang keberangkatannya ke Seoul. Ya, kedua orang tuanya dan kakaknya begitu antusias dan bangga. Mengingat project yang Claudia tangani ini memang project besar, jadi wajar kalau keluarganya bangga padanya.Akan tetapi yang menjadi pokok permasalahan Claudia adalah dirinya harus berangkat ke Seoul bersama dengan Christian. Sungguh, itu adalah hal yang benar-benar membuatnya merasa cemas, takut, khawatir, semuanya melebur menjadi satu. Jika saja boleh memilih, lebih baik Claudia berangkat dengan asisten Christian, daripada dia harus berangkat bersama dengan pria gila itu. Sejak Christian telah berani me
Rencana keberangkatan Claudia ke Seoul bersama Christian semakin dekat. Segala persiapan keberangkatan telah disiapkan oleh Christian. Gadis itu tak perlu melakukan apa pun, karena persiapan sudah siap.Claudia ingin sekali meminta agar Addy yang berangkat ke Seoul, tapi itu sepertinya tidak mungkin. Pasalnya, Addy bertugas mengurus perusahaan di sini. Sedangkan Christian yang mengurus langsung project Geovan Group yang ada di Seoul.Harapan Claudia harus lenyap. Mau tak mau dia harus menerima ini semua. Sebenarnya, gadis itu pun berharap kalau Ella akan ikut ke Seoul, tapi sayangnya kakaknya itu tengah mengurus perusahaan keluarganya.Selama ini, memang Claudia terbilang tak pernah mengurus perusahaan keluarganya. Dia lebih menyukai dunia desain, berbeda dengan bisnis perusahaan keluarganya. Itu yang membuat akhirnya Ella yang kerap membantu ayahnya dalam mengelola perusahaan keluarga.Claudia duduk di sofa kamar, sambil menatap satu koper besar di hadapannya. Ya. Gadis itu baru saja
Claudia melihat para pelayan nampak sibuk membawakan barang-barangnya masuk ke dalam mobil. Tadinya hanya satu koper saja, tapi tadi malam satu koper lagi menyusul karena ibunya serta kakaknya, tiba-tiba memiliki ide untuk membawakan Claudia pakaian baru—yang dipesan secara mendadak di butik langganan ibu dan kakaknya.Claudia sebenarnya ingin menolak ketika ibu dan kakaknya membelikan pakaian baru untuknya. Pasalnya itu akan menambah muatan saja, dan membuat kopernya menjadi berat. Tapi tentunya dia tak bisa menolak. Yang Claudia bisa lakukan adalah pasrah. Tidak bisa berbuat apa pun.Ya, hari ini adalah hari di mana Claudia berangkat ke Seoul bersama dengan Christian. Di mata orang tua dan kakaknya—dirinya aman berada di sisi Christian, karena pasti Christian bisa menjaganya dengan baik. Tapi fakta yang ada selalu saja, Claudia membuat cemas dan ketakutan jika berada di sisi Christian.Sayangnya, kedua orang dan kakaknya tak tahu bahwa ada rahasia besar yang Claudia sembunyikan. Rah
Mata Claudia mengerjap beberapa kali, menandakan gadis itu akan segera membuka matanya. Sayup-sayup secara perlahan, mata Claudia mulai terbuka—mengendar ke sekitar—melihat dirinya berada di sebuah kamar asing.Kening Claudia mengerut dalam, lalu tatapannya teralih pada jendela kecil—di sana ada kumpulan awan putih. Ya, Claudia langsung menyadari kalau dirinya masih berada di dalam pesawat.“Ck! Pasti pria menyebalkanku yang memindahkan tubuhku,” gerutu Claudia kesal.Tadi, Claudia sempat berdebat dengan Christian dan berujung Claudia terlelap. Dia malas jika terlalu lama berdebat dengan pria menyebalkan itu. Tapi, Claudia sama sekali tak mengira kalau dirinya malah akan terlelap pulas, sampai tak sadar Christian menggendongnya.Claudia menyibak selimut, dan hendak turun dari ranjang, namun geraknya terhenti di kala melihat Christian masuk ke dalam kamar. Raut wajah gadis itu berubah menjadi dingin bercampur kesal melihat Christian.“Aku pikir kau belum bangun.” Christian duduk di sam
Perut berbunyi menandakan sangat lapar. Claudia yang sejak tadi berdiam di kamar hotel, membuat gadis itu nampak sedikit kesal. Bisa saja gadis itu menghubungi pihak hotel untuk mengantarkan makan malam, namun dirinya sangat malas.Claudia mengambil ponselnya, dan mencari-cari di internet street food terenak di Seoul. Sebelumnya, dia sudah pernah ingin mendatangi street food di kala waktu itu berlibur bersama dengan keluarganya, namun sayangnya Claudia tidak mendapatkan izin dari kedua orang tuanya. Alasannya? Karena kedua orang tuanya takut kalau makanan di street food kurang bersih. Hal itu yang sempat membuatnya jengkel, karena tak benar-benar menikmati liburannya.“Ah, ini dia tempat street food yang enak,” gumam Claudia di kala berhasil menemukan di internet tempat di mana letak street food di Seoul yang banyak dikunjungi para turis selama berada di Seoul.“Aku makan malam di sini saja.” Claudia segera turun dari ranjang, dan mengganti pakaiannya. Gadis itu tak berias hanya memak
Keheningan membentang dari dalam mobil. Sunyi bercampur dengan dingin yang menelusup ke dalam tubuh. Tak ada percakapan apa pun yang terjalin di antara Claudia dan Christian. Mereka diam membisu seribu bahasa.Christian diam tatapannya lurus ke depan. Sedangkan Claudia melihat ke luar jendela, memperhatikan jalanan basah, akibat terkena guyuran air hujan. Raut wajah Claudia nampak jelas begitu kacau seperti tengah memikirkan sesuatu.Sejak kejadian tadi, baik Christian ataupun Claudia memilih untuk diam, tak mengatakan apa pun. Lebih tepatnya tak ada yang memulai percakapan. Mereka memilih diam, sebagai cara menenangkan otak mereka serta mencari jawaban dari jutaan pertanyaan yang muncul di benak mereka.Tak selang lama, mobil yang membawa Claudia dan Christian mulai memasuki lobby hotel. Claudia lebih dulu turun dari mobil, disusul Christian yang juga turun dari mobil. Langkah kaki gadis itu terburu-buru demi bisa menghindar dari Christian.Christian membiarkan itu. Dia membiarkan Cl
Pagi buta Claudia sudah terbangun. Kedua anaknya sudah menunggu di depan semangat karena akan diajak jalan-jalan. Entah jalan-jalan ke mana. Claudia tak tahu, karena Christian tidak bilang padanya. Yang pasti Claudia percaya bahwa sang suami akan membawanya ke tempat yang indah.Barang-barang yang dibawa telah dimasukan ke dalam mobil. Claudia dibantu pelayan untuk packing. Untungnya dia mendapatkan bantuan dari pelayan. Jika tidak, maka pastinya dia akan sangat kerepotan. Namun memang selama ini Claudia selalu dibantu oleh pelayan.“Claudia, apa kau sudah siap?” tanya Christian sambil memakai arloji.Claudia mengoleskan lipstick di bibirnya. “Sudah, Sayang. Aku sudah siap.”“Kita keluar sekarang. Anak-anak sudah menunggu kita.” Christian merengkuh bahu Claudia—mengajak sang istri ke luar kamar.“Mommy, Daddy, ayo kita jalan-jalan.” Caleb dan Cambrie memekik kegirangan tak sabar.Christian dan Claudia tersenyum samar. “Oke, let’s go. Kita berangkat sekarang.”Christian menggendong Cam
Mansion Claudia dan Christian dipuji oleh Nicole. Mansion megah yang telah didesain khusus oleh Claudia. Mansion ini adalah hadiah dari Christian untuk Claudia. Pria itu mencuri gambar rumah megah yang pernah digambar oleh Claudia. Sekarang hasil curian gambar itu, telah menjelma menjadi sebuah mansion mewah.Saat ini Claudia dan Christian tengah duduk di ruang tengah bersama dengan Nicole, Oliver, Ella, dan Elan. Mereka baru saja selesai makan siang bersama. Anak-anak mereka tengah bermain di taman belakang. Tentunya diawasi oleh para pengasuh mereka. “Claudia, rumahmu benar-benar indah. Rumah ini kau yang desain, kan?” tanya Nicole lembut—dan direspon anggukkan oleh Claudia.“Iya. Aku yang merancang rumah ini. Tadinya aku ingin mengumpulkan uang dari hasil kerja kerasku dan membangun rumah ini.” Claudia tersenyum malu.“Tapi akhirnya suamimu yang membangun rumah indah yang ada di kertas gambarmu.” Nicole menjawab lembut. Sebelumnya, dia sudah pernah diceritakan tentang gambar Clau
*Claudia, aku dan Oliver serta anak-anak kami siang ini akan main ke tempatmu. Apa kau ada di rumah?* Claudia yang baru saja membuka mata, di kala pagi menyapa, dikejutkan dengan pesan yang dikirimkan oleh Nicole. Detik itu juga, Claudia menyibak selimut—turun dari ranjang seraya mengikat asal rambutnya. “Christian, Christian.” Claudia memanggil sang suami, karena suami tercintanya itu tidak ada di ranjang. Itu menandakan sang suami sudah bangun.“Iya, Claudia.” Christian melangkah keluar dari walk-in closet—tengah memakai dasi. Pria tampan itu sudah bersiap ingin ke kantor.Claudia mendekat dan melepaskan dasi Christian. Sontak, Christian terkejut akan tindakan Claudia—yang melepas dasinya begitu saja.“Claudia, apa yang—”“Hari ini kau tidak usah ke kantor. Nicole, Oliver, dan dua anaknya datang.”“Claudia, aku ada meeting penting.”“Kau CEO dari Hastings Group. Kau memiliki kuasa. Aku yakin kau bisa mengatur meeting dilain waktu.”Suara dering ponsel Christian terdengar. Buru-bu
“Oh, Tuhan. Elyana! Efraim! Kenapa bisa kalian merusak lukisan Mommy yang sudah Mommy pesan untuk Grandma?” Ella mengomel seraya memijat keningnya merasakan pusing luar biasa. Anak perempuan dan anak laki-lakinya merusak lukisan yang baru saja dia pesan di pelelangan seni. Lukisan harga fantastis itu sengaja Ella beli untuk dia hadiahkan pada ibunya.“Mommy, aku tidak salah. Efraim yang salah. Aku tidak salah.” Elyana membela diri, karena tidak mau disalahkan oleh ibunya. Pun dia memang tak sepenuhnya salah. Efraim—adiknya yang terlibat.Efraim mendelik, menatap tajam sang kakak. “Kak, kenapa kau menyalahkanku? Kau yang berlari mengejarku sampai wine jatuh ke atas lukisan Mommy.”Elyana berdecak kesal. “Kau menyembunyikan barbie yang dibelikan Grandpa!”“Aku tidak menyembunyikannya.”“Kau bohong! Kau menyembunyikan barbie pemberian dari Grandpa.” “Astaga! Kenapa kalian sekarang berdebat? Ini bagaimana lukisan Mommy? Besok Mommy akan memberikan lukisan ini pada Grandma Grania. Tapi ka
Caleb duduk di ranjang sambil memeluk bantal dengan raut wajah kesal. Bocah laki-laki itu kesal dengan Oscar, dan juga kesal dengan ibunya yang tak membelanya. Yang dia inginkan adalah ibunya membelanya. Tapi sayang, ibunya malah tak membela dirinya. “Sepertinya, kau baru saja melalui hari buruk.” Christian masuk ke dalam kamar putra sulungnya—dan duduk di samping putranya itu. Dia sudah melihat raut wajah Caleb menunjukkan jelas rasa kesal.Caleb mengembuskan napas kesal. “Dad, aku sudah diomeli Mom. Jika kau datang hanya ingin mengomeliku juga, lebih baik kau keluar kamarku saja. Aku pusing. Tidak ada yang mau mengerti diriku.”“Tujuanku datang ke sini bukan memerahimu.” Christian menjawab dengan tenang.Caleb mengalihkan pandangannya, menatap Christian. “Kau tidak memerahiku?”Christian menggelengkan kepalanya. “Nope. Aku tidak memerahimu.”Caleb merasa curiga. “Jangan-jangan kau langsung memberikanku hukuman?”Christian tersenyum samar. “Apa pernah aku sekejam itu padamu, Caleb?
“Mommy, kapan kita kan kembali ke London? Aku rindu Grandpa dan Grandma.”Olivia memeluk boneka kecil, menghampiri ibunya, mengajak bicara, bertanya kapan kembali ke London. Karena dia sudah cukup lama berada di New York. Itu kenapa sekarang gadis kecil itu bertanya kapan bisa kembali ke kotanya sendiri.Nicole menunduk, menatap penuh kasih sayang putri kecilnya. “Mommy belum tahu, nanti Mommy tanya Daddy dulu. Sekarang kau masuk ke kamarmu, Nak. Kau istirahatlah.”Olivia mengerjap beberapa kali. “Mommy, masih marah pada Oscar?”Nicole menghela napas dalam. “No, Honey. Mommy tidak marah pada Oscar. Kau masuklah ke kamar. Istirahat. Jangan bermain games.”Olivia memilih mengangguk patuh. Gadis kecil itu pun sudah lelah karena sejak tadi bersepeda. Dia masuk ke dalam kamarnya. Tepat di kala Olivia sudah masuk ke dalam kamar, Nicole segera menghubungi Oliver.“Oliver?” panggil Nicole kala panggilan terhubung.“Nicole, aku sedang sibuk bersama client-ku. Nanti aku akan menghubungimu,” uja
Lima tahun berlalu … “Caleb, kenapa kau bertengkar dengan Oscar? Ya Tuhan, Nak. Oscar itu anak Bibi Nicole—kakak ipar Mommy.” Claudia menatap kesal Caleb yang baru saja turun dari mobil. Tampak jelas raut wajah wanita itu sangat lelah.Bagaimana tidak? Hari ini Claudia baru saja mengadakan meeting dengan asisten pribadi Shawn. Ada project baru Geovan Group yang sedang ditangani Claudia. Tapi di tengah-tengah meeting berlangsung—Claudia mendapatkan kabar Caleb dan Oscar bertengkar. Pun kebetulan Oscar sedang berada di New York. Caleb dan Oscar bertengkar di taman bermain. Claudia dan Nicole langsung datang ke taman itu. Perkelahian berhasil terhenti karena pengawal Caleb dan pengawal Oscar sama-sama merelai perkelahian.“Oscar yang salah. Dia mendekati gadis yang aku suka, Mom.” Caleb berjalan menuju kamar, namun buru-buru Claudia menghalangi putranya itu.Claudia merasa ini belum selesai. Dia membutuhkan penjelasan sejelas-jelasnya. Dia tidak mau sembarangan apalagi asal-asalan dal
Usia Caleb memasuki enam bulan. Tubuh bayi laki-laki itu sangat gemuk dan sehat. Kulit putih. Pipi tembam. Mata bulat. Membuat Caleb benar-benar seperti boneka laki-laki yang sangat tampan dan menggemaskan.Bayi laki-laki tampan itu kerap menjadi pusat perhatian. Tidak heran kalau banyak sekali tawaran Caleb menjadi model bayi. Tapi sayang Christian dan Claudia tidak mengizinkan anak mereka menjadi seorang model.Segala bentuk penawaran menjadi model, pastinya ditolak oleh Christian ataupun Claudia. Alasannya tentu mereka tidak ingin kehidupan anak mereka terlalu menjadi sorotan di media.Selain itu, kisah masa lalu Christian dan Claudia, pastinya akan membuat Caleb menjadi pusat perhatian dari segi kehidupan. Itu yang membuat Caleb tidak akan nyaman di masa depan nanti.Suara tangis Caleb begitu keras di kala sudah selesai menyusu. Claudia yang tengah menimang putranya itu, nampak terkejut dan panik melihat putranya menangis. Dia pikir putranya ingin minum susu lain, tapi ternyata ti
Christian seperti orang gila marah-marah pada dokter. Pria itu menuntut dokter untuk membuat sang istri tidak lagi merintih kesakitan. Dia tidak tega melihat istrinya terbaring di ranjang seraya meringis kesakitan.“Kau ini dokter kandungan benar atau bohongan?! Kenapa kau tidak mampu menghilangkan rasa sakit istriku?” Christian marah-marah pada sang dokter yang malah membiarkan istrinya berteriak kesakitan.Sang dokter tersenyum memaklumi rasa takut Christian. “Tuan, Anda tidak perlu khawatir. Rasa sakit istri Anda adalah wajar. Setiap ibu yang melahirkan anak pasti akan merasakan sakit.”Christian mengusap wajahnya kasar. Kecemasan dan rasa panik melingkupi pria itu. “Jadi, istriku akan melahirkan sambil berteriak kesakitan?”Sang dokter menyentuh bahu Christian. “Tuan Hastings, itu adalah tugas seorang ibu. Proses melahirkan akan segera dimulai. Temani istri Anda, Tuan.” Christian bingung dengan perasaan campur aduk. Dia mendengar suara istrinya itu yang terus menjerit. Dia memutu