“Oh, Tuhan. Elyana! Efraim! Kenapa bisa kalian merusak lukisan Mommy yang sudah Mommy pesan untuk Grandma?” Ella mengomel seraya memijat keningnya merasakan pusing luar biasa. Anak perempuan dan anak laki-lakinya merusak lukisan yang baru saja dia pesan di pelelangan seni. Lukisan harga fantastis itu sengaja Ella beli untuk dia hadiahkan pada ibunya.“Mommy, aku tidak salah. Efraim yang salah. Aku tidak salah.” Elyana membela diri, karena tidak mau disalahkan oleh ibunya. Pun dia memang tak sepenuhnya salah. Efraim—adiknya yang terlibat.Efraim mendelik, menatap tajam sang kakak. “Kak, kenapa kau menyalahkanku? Kau yang berlari mengejarku sampai wine jatuh ke atas lukisan Mommy.”Elyana berdecak kesal. “Kau menyembunyikan barbie yang dibelikan Grandpa!”“Aku tidak menyembunyikannya.”“Kau bohong! Kau menyembunyikan barbie pemberian dari Grandpa.” “Astaga! Kenapa kalian sekarang berdebat? Ini bagaimana lukisan Mommy? Besok Mommy akan memberikan lukisan ini pada Grandma Grania. Tapi ka
*Claudia, aku dan Oliver serta anak-anak kami siang ini akan main ke tempatmu. Apa kau ada di rumah?* Claudia yang baru saja membuka mata, di kala pagi menyapa, dikejutkan dengan pesan yang dikirimkan oleh Nicole. Detik itu juga, Claudia menyibak selimut—turun dari ranjang seraya mengikat asal rambutnya. “Christian, Christian.” Claudia memanggil sang suami, karena suami tercintanya itu tidak ada di ranjang. Itu menandakan sang suami sudah bangun.“Iya, Claudia.” Christian melangkah keluar dari walk-in closet—tengah memakai dasi. Pria tampan itu sudah bersiap ingin ke kantor.Claudia mendekat dan melepaskan dasi Christian. Sontak, Christian terkejut akan tindakan Claudia—yang melepas dasinya begitu saja.“Claudia, apa yang—”“Hari ini kau tidak usah ke kantor. Nicole, Oliver, dan dua anaknya datang.”“Claudia, aku ada meeting penting.”“Kau CEO dari Hastings Group. Kau memiliki kuasa. Aku yakin kau bisa mengatur meeting dilain waktu.”Suara dering ponsel Christian terdengar. Buru-bu
Mansion Claudia dan Christian dipuji oleh Nicole. Mansion megah yang telah didesain khusus oleh Claudia. Mansion ini adalah hadiah dari Christian untuk Claudia. Pria itu mencuri gambar rumah megah yang pernah digambar oleh Claudia. Sekarang hasil curian gambar itu, telah menjelma menjadi sebuah mansion mewah.Saat ini Claudia dan Christian tengah duduk di ruang tengah bersama dengan Nicole, Oliver, Ella, dan Elan. Mereka baru saja selesai makan siang bersama. Anak-anak mereka tengah bermain di taman belakang. Tentunya diawasi oleh para pengasuh mereka. “Claudia, rumahmu benar-benar indah. Rumah ini kau yang desain, kan?” tanya Nicole lembut—dan direspon anggukkan oleh Claudia.“Iya. Aku yang merancang rumah ini. Tadinya aku ingin mengumpulkan uang dari hasil kerja kerasku dan membangun rumah ini.” Claudia tersenyum malu.“Tapi akhirnya suamimu yang membangun rumah indah yang ada di kertas gambarmu.” Nicole menjawab lembut. Sebelumnya, dia sudah pernah diceritakan tentang gambar Clau
Pagi buta Claudia sudah terbangun. Kedua anaknya sudah menunggu di depan semangat karena akan diajak jalan-jalan. Entah jalan-jalan ke mana. Claudia tak tahu, karena Christian tidak bilang padanya. Yang pasti Claudia percaya bahwa sang suami akan membawanya ke tempat yang indah.Barang-barang yang dibawa telah dimasukan ke dalam mobil. Claudia dibantu pelayan untuk packing. Untungnya dia mendapatkan bantuan dari pelayan. Jika tidak, maka pastinya dia akan sangat kerepotan. Namun memang selama ini Claudia selalu dibantu oleh pelayan.“Claudia, apa kau sudah siap?” tanya Christian sambil memakai arloji.Claudia mengoleskan lipstick di bibirnya. “Sudah, Sayang. Aku sudah siap.”“Kita keluar sekarang. Anak-anak sudah menunggu kita.” Christian merengkuh bahu Claudia—mengajak sang istri ke luar kamar.“Mommy, Daddy, ayo kita jalan-jalan.” Caleb dan Cambrie memekik kegirangan tak sabar.Christian dan Claudia tersenyum samar. “Oke, let’s go. Kita berangkat sekarang.”Christian menggendong Cam
“Ella, kau di mana?” Christian mendorong pintu kamar dengan langkah kaki gontai akibat alkohol mengusainya. Suara seraknya menandakan bahwa alkohol telah menguasai pria itu. Tampak tatapan mata Christian berkilat penuh gairah melihat sang kekasih begitu cantik seksi. Gaun tidur tipis yang dipakai kekasihnya itu tersingkap ke atas, memperlihatkan paha putih dan mulus. Sempurna. Tidak banyak kata yang bisa digambarkan tentang keindahan apa yang dia lihat sekarang ini. Kekasihnya itu memakai gaun tidur tipis menunjukan lekuk tubuhnya—seolah memberikan isyarat memang ingin menggodanya.Christian mendekat, membaringkan tubuh di samping kekasihnya itu, lalu membelai paha bagian dalam sang kekasih lembut dan mencium leher kekasihnya itu. “You’re so fucking hot,” bisiknya serak.Tiba-tiba gadis yang terlelap terbuka matanya di kala merasakan sentuhan. Seketika mata gadis itu melebar melihat Christian menciuminya. “C-Christian, apa yang kau lakukan, hmmpttt—” Bibir gadis itu tak bisa ber
“Aku akan meminta asistenku mengirimkan sejumlah uang untukmu tutup mulut.”Kalimat tajam yang lolos di bibir Christian membuat hati Claudia merasa tercabik. Bahkan harga dirinya seakan direndahkan oleh calon kakak iparnya itu. Sungguh, dia tidak akan mungkin bisa menerima ucapan tajam dari pria yang menjatuhkan harga dirinya. Tidak akan pernah bisa!“Kau ingin menyamakan aku dengan jalang? Kau pikir aku menjual tubuhku padamu? Itu maksudmu, Tuan Hastings?” Nada bicara Claudia bergetar kala mengatakan itu. “Dengarkan aku baik-baik! Seburuk-buruknya diriku, tidak akan pernah mungkin aku merusak kebahagiaan kakakku sendiri!” Lanjutnya dengan air mata yang bercucuran membasahi pipinya.Christian kian melayangkan tatapan tajam pada Claudia. “I don’t give a fuck! Aku akan tetap meminta asistenku untuk mengirimkan uang ke rekeningmu sebagai bentuk kompensasi. Ingat baik-baik, apa yang terjadi tadi malam hanya kita berdua yang tahu. Kalau sampai, ada orang lain yang tahu, maka kau akan tahu
Keheningan membetang mendengar apa yang Claudia katakan. Kesunyian menyelimuti, hingga membuat iris mata Christian terhunus tajam. Ya, perkataan Claudia jelas saja membuat suasana yang tadinya hangat seolah tersudut oleh api panas.“Hal apa yang ingin kau katakan, Claudia?” Ella bertanya seraya menatap Claudia. Dia merasa ada yang aneh dan janggal pada adiknya itu. Padahal sebelumnya sang adik dalam keadaan baik-baik saja.Napas Claudia memberat. Pikiran gadis itu berkecamuk. Lidahnya masih kelu belum mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Debar jantungnya berpacu lebih kencang seolah ingin melompat dari tempatnya. Senyar gugup dan ketakutan, mulai menyelimuti dirinya. Pun tangannya sedikit berkeringat dingin—akibat otaknya mendorongnya untuk memikirkan hal berat.“A-aku hanya sedih karena sebentar lagi kau akan menjadi istri orang, dan pasti kita tidak memiliki waktu banyak bersama. Tapi aku turut bahagia untukmu dan Christian.” Sebuah kalimat yang Claudia ucapkan dengan susah payah.C
“Morning, pengantin baru.” Grania menggoda putrinya yang kini telah resmi menikah dengan Christian Hastings. Tampak Ella malu-malu di kala ibunya menggoda di tengah-tengah keluarga yang berkumpul.Saat ini seluruh keluarga berkumpul di ruang makan VIP hotel di mana Ella dan Christian melangsungkan resepsi pernikahan. Memang seluruh keluarga menginap di hotel itu, sengaja agar bisa lebih dekat satu sama lain.Ella dan Christian duduk tepat di hadapan Claudia. Terlihat Claudia mengabaikan keberadaan Christian yang ada di hadapannya. Claudia tetap menikmati sarapan tanpa mau melihat ke arah Christian. “Ella, Christian, kapan kalian akan berbulan madu?” tanya Benny—ayah Ella dan Claudia—menanyakan tentang bulan madu pada pengantin baru.“Aku dan Ella belum bisa berbulan madu dalam waktu dekat ini. Project-ku sangat banyak. Belum bisa aku tinggalkan,” jawab Christian datar, namun tersirat sopan.“Christian, harusnya kau ambil libur dan serahkan pekerjaanmu pada asistenmu,” ujar Daisy—ibu