“Berjanji menjadi orang yang lebih baik,” ujar Davis ketika mengingat perkataan Ricky.Davis melajukan mobil, melepas rambut dan tompel palsu, mengembus napas panjang. Mendengar ucapan Ricky dan bersinggungan dengan para berandalan membuatnya memahami sesuatu yang luput darinya selama ini.“Selama ini aku berpikir jika aku adalah orang yang paling malang di dunia karena tidak memiliki keluarga dan selalu mendapatkan perlakuan sangat buruk dari keluarga Anderson. Pikiran sempit itu membuat mataku tertutup hingga tidak menyadari keadaan orang-orang di sekelilingku. Banyak orang seperti Dave, Ricky, dan Tonny yang harus hidup di jalanan yang sangat keras. Mereka hidup tanpa kepastian di masa depan. Aku lebih beruntung dibanding mereka. Selama ini, aku … menjadi pribadi yang kurang bersyukur.”Davis mengembus napas panjang, melirik cincinnya. “Aku mendapatkan sistem yang mengubah hidupku. Sistem adalah hadiah paling berharga yang aku dapatkan dalam hidupku.”[Sistem diciptakan dan hadir
Davis seketika mendorong Dave ke samping ketika melihat seseorang berlari ke arahnya seraya melesatkan pisau.Davis menendang pisau hingga terjatuh, menendang perut orang itu dengan sangat keras hingga orang itu terjatuh, berguling-guling dan menabrak tong sampah.[Peringatan!][Seseorang bersiap melempar batu dari ketinggian]Davis yang akan menangkap orang tadi seketika melompat ke samping ketika melihat sebuah batu jatuh dari ketinggian. Ia berlari menuju Dave yang terbaring di tanah, membantu pria itu berdiri, menarik Dave untuk segera berlari.Davis melihat dua orang bertopeng melemparkan batu dari dua gedung di sisi kiri dan kanan. “Cepatlah, Dave!”Davis mengawasi sekeliling di saat sistem terus memberi peringatan. Ia melihat empat orang bertopeng mengikutinya dari belakang, melempar batu seukuran kepala bayi. Pria bertopeng yang akan menusuknya sudah menghilang.“Sialan! Mereka pasti bawahan The Street Boss yang ingin mencelakaiku.”Davis mengambil sebuah kayu, melompat ke kir
“Davis dan Trex sudah berada di arena pertandingan. Apa kalian siap untuk bertaruh dan memenangkan banyak uang?” teriak Don di sisi arena.Para penonton seketika berteriak heboh, memanggil Davis dan Trex dalam waktu bersamaan. Suasana sangat ramai sampai penonton meluber ke bawah tribun. Para penonton lain masih terus berdatangan dari pintu masuk. Para penjaga mengatur penonton agar tertib.“Siapa yang akan menang dan melaju ke babak semi final nanti? Apakah Dave yang berhasil menghalahkan dua petarung terkuat sebelumnya atau Trex yang memiliki gaya bertarung agresif?”Don berjalan ke tengah arena, mengangkat kedua tangan. “Malam ini adalah malam yang sangat seru karena kita akan melihat banyak pertarungan. Dua petarung akan melaju ke final untuk memperebutkan hadiah yang sangat banyak. Para tamu istimewa kita akan datang dan semakin memeriahkan permainan. Kalian semua harus hadir dan membawa uang banyak. ”Davis mengamati para penjaga di bawah dan atas tribun. Ia menerka seseorang ya
Davis segera berdiri, menahan gempuran serangan Trex yang membabi buta selagi menghindari serangan dari arah penonton. Davis terjatuh seraya memegangi perutnya yang terkena tendangan dan pukulan dari Trex.“Davis terus menerima serangan dari Trex. Apakah dia akan kalah dengan memalukan tanpa bisa mendaratkan serangan pada Trex?” Don tertawa. “Apakah ini akhir dari perjalan si petarung baru yang berhasil mengalahkan dua petarung terkuat sebelumnya?”Davis menahan kaki Trex, bergerak untuk menghindari serangan dari penonton. Ia melihat beberapa batu kerikil yang gagal menyerangnya.Trex menendang perut Davis sekuat mungkin.Davis berpura-pura memekikik kencang, memegangi perutnya sambil berguling-guling. Ia mendengar para penonton menertawakan dan mencibirnya. “Aku tidak boleh terus-menerus menerima serangan Trex. Aku harus mengakhiri pertarungan sekarang.”Davis berpura-pura memejamkan mata, terus berguling-guling, mengintip. Ketika Trex menerjang ke arahnya, ia dengan gesit berguling
Davis menerima botol minuman dari Dave untuk kedua kalinya malam ini. Sistem kembali memperingatkannya mengenai bahaya minuman yang Dave berikan.Davis kembali berpura-pura meminum minuman itu hingga habis, padahal ia membuangnya di toilet. Saat kembali ke arena pertandingan, suasana semakin ramai.Davis bertarung dengan Victor di babak semi final. Ia kembali menghadapi kecurangan dari Victor dan beberapa orang di tribun penonton. Bahkan, beberapa pipa sengaja dijatuhkan dari atap arena ke arahnya.Davis berpura-pura lemas sama seperti saat menghadapi Trex. Pada menit-menit awal, ia berakting nyaris kalah dari Victor.Davis harus mengakui jika Victor adalah lawan yang cukup kuat, tetapi ia sama sekali tidak menghormati pria itu karena kecurangannya. Davis akhirnya memenangkan pertandingan di saat-saat terakhir.Davis melihat Don dan beberapa orang yang tampak marah ketika ia memenangkan pertandingan. Ia menduga jika mereka tidak akan tinggal diam dan berniat kembali mencelakannya sele
Davis menatap foto lekat-lekat. Sebastian tengah berdiri di depan sebuah gerbang megah, tersenyum ke arah kamera. “Aku tidak tahu kalau kakek pernah bekerja di Oaktown.”Sebastian menatap cincin di jari Davis sekilas. “Aku mendapatkan banyak pengalaman berharga selama berada di Oaktown. Aku bertemu dengan para pebisnis sukses dan handal dan belajar banyak hal dari mereka.”“Gerbang rumah tempat kakek berfoto sangat megah dan besar.” Davis memberikan foto pada Sebastian. “Apa rumah itu milik rekan kerja Kakek?”Sebastian terdiam sejenak, mengangguk. “Kau sepertinya sangat tertarik dengan Oaktown, Davis?”“Aku mendengar jika Oaktown adalah kawasan ekslusif yang menjadi tempat tinggal para pebisnis sukses di negeri ini. Bahkan, para pebisnis dari luar negeri pun memiliki properti di sana. Bukankah itu luar biasa?”“Kau benar, Davis.” Sebasian berusaha mengambil gelas di nakas.Davis memberikan gelas pada Sebastian, lalu mengembalikan gelas ke nakas setelah Sebastian selesai minum. “Bisak
Romeo dan Gabriel tertawa terbahak-bahak.“Kau benar-benar pemimpi, Davis. Orang sepertimu tidak mungkin bisa mengajak Kakek pergi ke Oaktown. Aku dan Gabriel lebih tahu darimu mengenai dunia bisnis.”“Kau benar-benar mendalami peranmu sebagai orang kaya, Davis. Padahal kau hanya petarung jalanan yang mendapatkan uang dari hasil taruhan,” cibir Gabriel.“Tutup mulut kalian sebelum aku melemparkan kalian ke lantai bawah,” ancam Davis.Romeo dan Gabriel seketika terdiam.Romeo berdecak. “Davis, kau sangat sombong karena—”Davis menarik baju Romeo dengan kencang. “Diamlah, Romeo.”“Lepaskan tangan kotormu dari bajuku, bajingan!” Romeo tampak panik, berusaha melepas cengkeram Davis yang sangat kuat.Davis melepas pegangan, tertawa. “Kau tampak lucu saat panik barusan, Romeo. Kau benar-benar seperti bayi yang merengek.”“Bajingan!” Romeo menjauh dari Davis, merapikan bajunya yang berantakan.“Menyingkir dari jalanku.” Davis mendorong Romeo dan Gabriel.“Davis, apa yang kau bawa?” Romeo den
Malam pertandingan final akhirnya tiba. Suasana di sekitar arena sudah sangat ramai sejak pukul sembilan malam. Tempat duduk penonton diperbesar dan diperlebar. Lampu-lampu jalan terpasang di sepanjang lorong.Di markas The Street Boss, Toba tengah menonton pertarungan Davis di televisi.“Sampai kapan kau akan melihat televisi, Toba?” tanya Lexy yang datang bersama John, “kita harus segera berangkat ke arena pertandingan.”Toba mematikan rokok, berdiri dari sofa. “Aku sangat tertarik dengan pria bernama Davis. Aku akan merekrutnya menjadi bawahanku setelah final nanti. Aku harap dia tidak mengecewakanku.”“Dia memang cukup kuat. Dia berhasil sampai ke final tanpa melalukan kecurangan sekalipun.” Lexy mematikan televisi. “Aku jadi penasaran kenapa kau tidak merekrut Davis menjadi bawahan kita ketika dia berhasil memenangkan pertarungan pertama.”“Aku ingin melihat kemampuan asli Davis, dan sejauh ini aku terkesan dengan kemampuannya. Davis adalah pria berambut cokelat yang kemarin semp
“Tidak, aku memang belum memutuskan untuk bertemu dengan Dariel,” ujar Davis. Henry Tolando, Harry, dan Helga menatap Davis, saling melirik sesaat. Mereka mencurigai Davis memiliki hubungan dengan keluarga Miller. Sayangnya, mereka tidak memiliki bukti apa pun meski sudah mencari tahu. Suasana menjadi sangat hening. Harold memasuki ruangan, membisikkan sesuatu pada Henry Tolando. “Aku mendengar kau akan pergi berlibur, Davis,” ujar Harold.“Ya, aku memang berencana untuk berlibur. Aku merasa suntuk akhir-akhir ini. ”“Aku pikir akan menyenangkan jika kita berlibur bersama. Aku juga sangat lelah akhir-lahir ini.” Harry menoleh pada Helga. “Aku dan Helga juga akan ikut berlibur jika kau tidak keberatan.”“A-apa maksudmu?” Helga tampak panik meski ia memang ingin berlibur bersama Davis. “Aku tidak ingin berlibur bersama Davis. Aku ingin berlibur sendirian.”“Ayolah, kau mengatakan kalau liburan tidak akan menyenangkan jika hanya sendirian. Bukankah kau pernah berkata ingin berlibur b
Aaron meluncurkan serangan saat sosok asing itu memasuki ruangan. Ia sontak terkejut saat semua serangannya gagal mendarat.“Dia menahan semua seranganku,” gumam Aaron sembari melompat mundur, bersiap untuk meluncurkan serangan susulan.“Berani sekali sampah sepertimu menyerangku!” Pria asing itu mendengkus kesal, menekan sebuah tombol.“Apa yang terjadi?” Aaron terperangah saat semua alatnya mendadak tidak berfungsi. Ketika menoleh ke depan, pria asing itu sudah berada di dekatnya.Pria itu memukul wajah Aaron hingga pria itu terlempar ke dinding. “Sialan! Jangan membuatku kesal lebih dari ini.”“Ah!” Aaron ambruk di lantai, meringis kesakitan. “Siapa dia sebenarnya?”Pria asing itu duduk di sofa, meneguk minuman dan memakan sepotong kue. Ia membuka topeng, berbaring di sofa.“Apa Red dan Blue tidak pernah mengatakan apa pun soal aku padamu, Aaron?”Aaron bergegas berdiri. “Dia mengenal Tuan Red dan Tuan Blue.”“Aku pernah mendengar Red dan Blue mengatakan kau adalah pria yang cerdas
[Nama Host: Davis][Keluarga: Miller][Status Pewaris: Level 40 (320/4000)][Health Point: 55/58][Kekuatan: 58 | Pertahanan: 59 | Kecerdasan: 58 | Kelincahan: 58][Money Power: $30.437.710.000]Davis sarapan bersama yang lain di meja makan. Suasana tampak riang dan hangat meski hujan mengguyur sangat deras di luar.“Hujan membuatku sangat malas pergi ke sekolah,” ujar Alex sembari menguap beberapa kali. “Tidur adalah pilihan sangat tepat saat ini.”Don membalas tanpa menoleh pada Alex. “Aku bisa membuatmu tidur selamanya jika kau bermalas-malasan di kamarmu, Alex.”“Dasar pria tua menyebalkan! Aku hanya bergurau!” Alex mendadak diam saat Sebastian menatapnya. “Hari ini adalah hari ujian. Aku tentu harus pergi ke sekolah.”Jacob menyahut, “Lalu, kenapa aku tidak pernah melihatmu belajar, Alex? Kau terus bermain sejak kemarin.”“Aku tidak perlu pamer padamu, Dokter Gila!”Jacob, Alex, Carlos, Hans, Angela, Elena, dan yang lain meninggalkan rumah.Davis masih berada di kamar, mengamati
Dylan, Dustin, dan Blue muncul di atap sebuah bangunan tua. “Sial!” Blue ambruk setelah terkena serangan berkali-kali. “Aku lengah sehingga menyerang dan melemahkanku secara tiba-tiba.”Rantai-rantai mulai bermunculan dan mengikat Blue. Alat-alat canggihnya tidak berfungsi.Blue memejamkan mata. Tak lama setelahnya, sebuah cahaya muncul di atas dahinya. Cahaya itu menyebar dan membuat rantai dan kotak menghilang. “Jangan biarkan dia meloloskan diri!” teriak Dylan. Blue terbang ke atas secepat mungkin, menekan dadanya dengan tangan kanan. Deretan informasi seketika bermunculan. Setelah ia mengangkat tangan, Dylan dan Dustin mendadak muncul dana mengurungnya kembali. “Dasar bajingan!” Blue meluncurkan berbagai serangan dari senjata di jari-jarinya. Sayangnya, serangannya menabrak kotak dan meledak. Blue meringis saat terkena serangan petir. Ia mendadak ambruk, membeku di empat. “Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku. Meski begitu, aku sudah mengirim pesan darurat sekaligus informasi
“Ayah,” ujar Deric saat melihat Donald sudah berada di dekatnya. Donald mencengkeram tangan Deric. “Kau tidak perlu repot-repot menolong Dariel, Deric. Kau harus ingat jika dia adalah musuhmu. Jika kau menolongnya, kau hanya akan memberikan kesempatan padanya untuk menghabisimu.”Deric mengamati Dariel, termenung cukup lama. Ia akhirnya menarik kakinya kembali, mengembus napas panjang. “Aku mengerti, Ayah.”Donald dan Deric meninggalkan ruangan olahraga. “Kita akan bertemu dengan orang itu hari ini. Kau harus mempersiapkan semuanya dengan baik.” Donald tersenyum. “Satu per satu orang kepercayaan Daniel sudah memihak kita. Kita akan segera memulai rencana kita.”Donald mengepalkan tangan erat-erat. “Apa aku harus benar-benar memusuhi Dariel? Kenapa semua ini harus terjadi?”“Deric!” Donald mencengkeram bahu Deric sangat kuat. “Kau masih saja ragu. Aku sudah mengatakan berkali-kali jika keraguan hanya akan mencelakai dirimu sendiri. Setelah kau melangkah dalam pertarungan ini, kau tid
Red terkurung di dalam kota. Penglihatannya memudar hingga akhirnya tidak sadarkan diri. Lampu merah di dadanya meredup hingga akhirnya mati. “Dia sudah sepenuhnya tidak sadarkan diri sekarang,” ujar Dustin sembari mengamati informasi di layar. “Sial, aku masih merasa tegang.”Dylan mengamati Dariel. “Apakah dia melihatku?”Dariel masih berada di tempatnya, menoleh ke sekeliling. “Apa yang terjadi? Aku seperti melihat Dylan barusan.”Dariel menggelengkan kepala beberapa kali. “Aku sepertinya terlalu lelah sehingga meliha yang tidak-tidak.”Dariel meninggalkan halaman, mengelus leher belakangnya sesaat. “Aku merasakan leherku sangat berat. Aku sebaiknya kembali ke ruang olahraga sekarang.”Dariel menoleh ke arah halaman sebelum memasuki rumah kembali. Ia menggaruk leher beberapa kali, mengembus napas panjang. “Kita sebaiknya segera membawa pergi orang ini sebelum teman-temannya menyadari hal ini. Keadaan kita akan semakin terdesak jika musuh berdatangan,” ujar Dustin. “Aku harus ber
Red tersenyum saat melihat Dylan terjebak di dalam kotak. Ia tetap berada di tempatnya, memastikan Dylan sudah tidak mampu bergerak dan melakukan perlawanan. Dylan berontak, tetapi ia justru tersengat aliran listrik hingga ambruk. Red mengitari Dylan, tidak mengalihkan senjata dari pria itu. “Kau tampaknya tidak berada dalam kondisi prima, Dylan. Aku pikir kau akan memberikan perlawanan tangguh. Kau mungkin pandai bersembunyi, tetapi kau tidak pandai berkelahi.”“Kepintaran lebih berbahaya dibandingkan dengan kekuatan. Dylan sangat cerdik sehingga dia tergolong dalam incaran kelas S. Aku tidak boleh lengah sedikit pun.”Dylan terbaring di dalam kotak. Red terbang lebih tinggi, mengeluarkan empat robot untuk menjaga Dylan. “Dia tidak mungkin memindahkanku ke tempat ini tanpa rencana. Dia pasti sudah menyusun rencana sejak kemunculannya. Tidak, dia pasti sudah membuat rencana sejak lama jika pertarungan terjadi.”Red menekan sebuah tombol. Sebuah kotak besar mendadak muncul dan mengu
“Ini seharusnya tidak akan memakan waktu lama.”Red berdiri di samping Darius, mengamati pria itu yang terbaring di ranjang. Ia sontak terdiam ketika merasakan firasat buruk. Meski begitu, ia tetap melanjutkan pekerjaannya. Sebuah robot mendadak muncul, memindai Darius dari ujung kepala hingga kaki. Red mengamati informasi di layar, mengamati keadaan sekeliling. Red memeriksa deretan informasi, melakukan pemindaian hingga berkali-kali. Ia kembali mengamati keadaan sekeliling, tercenung agak lama. “Tidak ada informasi aneh,” gumam Red. Red mengulurkan tangan pada Darius. Saat akan mendaratkan tangannya di dahi pria itu, ia merasakan kehadiran seseorang. Red menoleh ke belakang, bersiap untuk menyerang. Saat ia menoleh Darius, sebuah bola putih sudah berada di depan wajahnya. “Sial!” Red melompat ke belakang. Sebuah pelindung seketika aktif saat cahaya terang muncul dari bola putih itu. Sebuah kotak mendadak mengurung Red dari berbagai arah. Ia sontak berteriak saat listrik menye
Jack duduk di sofa, mengamati Jeremy yang masih tidak sadarkan diri hingga sekarang. Ia sangat lelah, tetapi matanya sangat berat untuk tertutup.Jack tercenung selama beberapa waktu, teringat dengan pertarungan tempo hari. “Dasar brengsek! Aku sangat kesal setiap kali mengingat pertarungan itu! Aku sudah berlatih sangat keras, tetapi aku justru berakhir seperti orang bodoh.”Jack melirik Tommy sekilas. “Sialan! Jika Tommy tidak membantuku, aku pasti akan semakin terlihat bodoh!”Jack mengembus napas panjang, mengamati keheningan ruangan. “Emir, Russel, yang lain terluka karena pertarungan tempo hari, begitu pun dengan ayah mereka. Meski aku tidak merasa menjadi orang paling bodoh, tetapi aku tetap saja merasa kesal.”“Ayah, Tuan Henry, dan anggota aliansi lain terluka parah. Evan Mulikas bahkan tewas dalam pertempuran. Sialnya, Lucas, Liam, dan Levon menghilang. Aliansi benar-benar kalah dalam pertarungan itu.”Jack menggertakkan gigi, mengamati langit-langit ruangan. Keheningan ruan