Share

Bab 15

Author: empat2887
last update Last Updated: 2023-02-03 07:38:39

Ternyata pada kenyataannya, kalau dia itu tidak mampu untuk merawatnya. Ia malah masih saja membutuhkan bantuanku. Tapi sayangnya, ia tidak bisa membuat aku bertahan untuk tetap berada di sampingnya. Mas Romi malah menghianati aku, ia berselingkuh dengan Lisa teman dekatku.

"Maaf, Mas, bukannya aku tidak peduli sama Ibu. Tapi sebagai seorang anak, kamu dan adik-adik kamu itu harus tetap berusaha dong, buat merawat orang tua kalian sendiri. Jangan bisanya hanya mengandalkan bantuan orang lain, apalagi yang mesti dirawat hanya tinggal Ibu seorang." Aku menasehati Mas Romi, siapa tahu dia mau mendengarnya.

"Ya sudah, kalau memang kamu tidak mau membantu, nggak perlu banyak omong. Ternyata percuma juga aku korbankan egoku, hanya demi meminta bantuanmu. Ternyata hati kamu sekarang sekeras batu, kamu tidak mau lagi peduli terhadap orang lain. Kalau sampai terjadi apa-apa sama Ibu, kamu jangan pernah menyesal," sungutnya.

Setelah itu ia mematikan telepon, tanpa mengucapkan salam terlebih dah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 16

    "Waalaikumsalam," sahutnya sambil berlalu pergi.Walaupun menjawab salam, nada suara Mbak Iren tetap saja kedengarannya begitu sinis. Aku pun kemudian melangkahkan kakiku menuju teras depan, sebab Azka sudah menunggu di sana, sedang bercanda bersama Oma dan juga Opanya."Sayang, ayo kita pergi!" ajakku."Iya, Bunda," sahutnya, sambil turun dari pangkuan sang Opa."Oma, Opa, Azka pergi sekolah dulu ya, assalamualaikum," pamit Azka, sambil mencium punggung tangan kedua orang tuaku.Anakku memang sudah terbiasa seperti itu, makanya ia tidak canggung lagi melakukannya."Waalaikumsalam, Sayang, kamu yang pintar ya di sekolahnya! Awas, jangan nakalin teman-temannya," pesan Ibu."Nggak dong Oma, aku kan anak baik," jawab Azka.Setelah itu, aku pun pamit kepada kedua orang tuaku, serta memberitahu rencanaku seusai mengantar Azka. Aku dan Azka pun menaiki motor matic milikku, kemudian aku pacu menuju jalan raya. Sesampainya di sekolah Azka, aku menitipkan Azka kepada gurunya, baru aku pergi m

    Last Updated : 2023-02-04
  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 17

    Jelas Mas Romi tidak dapat mengenaliku, sebab aku memakai cadar dan berpenampilan lain dari biasanya. Sebab biasanya aku memakai pakaian setelan, serta kerudung segi empat. Tetapi kini aku memakai gamis sar'i, serta kerudung panjang. Wajah pun tertutup dengan cadar.Jadi Mas Romi tidak mengenali gestur tubuhku. Aku juga memakai kacamata supaya menyempurnakan penampilanku."Ya sudah, aku akan menerima saudara Mbak Nova untuk bekerja merawat Ibu. Tetapi jika ada kendala, yaitu Ibu tidak mau dirawat olehnya. Maaf sebelumnya, bila aku harus memberhentikannya." Mas Romi menyetujuinya, kalau aku yang sedang menyamar sebagai Naira, bekerja merawat ibunya."Oke, Romi, tidak masalah. Karena Naira juga sudah mengerti tentang hal itu. Ini hanya mencoba saja dulu, tidak ada salahnya bukan? Siapa tau, Ibu Rahma menyukai kinerjanya Naira," ujar Mbak Nova."Iya, Mbak. Apa bisa di mulai hari ini? Soalnya semenjak Amira pergi, Ibu jadi susah makan. Minum obatnya juga jadi tidak teratur," pinta Mas Rom

    Last Updated : 2023-02-04
  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 18

    "Sudahlah, Bu, Ibu nggak usah bersedih lagi. Karena sekarang Amira sudah datang untuk merawat Ibu. Tapi nanti Ibu jangan kaget ya, ketika ada Mas Romi ataupun yang lain, aku memakai cadar dan namaku bukan Amira tetapi Naira. Sebab Amira sekarang sedang menyamar, menjadi seorang perawatnya Ibu. Maafkan Amira ya, Bu. Sebab Amira butuh pemasukan karena nanti Amira dan Mas Romi akan berpisah," terangku berbisik di telinga Ibu.Bu Rahma pun meresponnya dengan anggukan. Itu merupakan tanda setuju, dengan apa yang aku katakan. Aku pun bahagia, ternyata Bu Rahma memahami posisiku saat ini."Terima kasih ya, Bu," ucapku.Bu Rahma pun kembali mengangguk lagi, kemudian aku membantu Bu Rahma bangun dan mendudukkannya di kursi Roda. Setelah itu aku bawa keluar, serta tidak lupa aku memasang cadarku kembali sebelum keluar kamar. Aku mendorong kursi roda melewati ruang keluarga terlebih dahulu untuk menuju ruang makan. Ternyata di ruang keluarga ada Mas Romi dan juga Lisa, mereka berdua sedang be

    Last Updated : 2023-02-04
  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 19

    "Oke deh, Mas, aku percaya sama kamu. Tapi tetap kamu harus waspada, bisa saja dia pintar menggoda," tuduh Lisa, sambil menunjuk kearahku dengan dahinya."Nggak lah, nggak akan mungkin, Sayang. Sudah ah, jangan cemburu buta seperti itu. Sebentar ya, Mas mau menunjukan ruang makan dulu," pamitnya.Setelah berkata seperti itu, Mas Romi membawaku ke ruang makan, di sana ternyata ada Bi Sumi yang sedang menyiapkan makanan di meja. Kemudian Mas Romi kembali ke ruang keluarga untuk menemui Lisa. Sedangkan aku menanyai Bi Sumi, sebab akan menyiapkan makanan buat Bu Rahma."Bi, apa makanan buat Ibu sudah siap apa belum ya?" tanyaku."Sudah, Mbak. Itu ada di meja makan," tunjuk Bi Asmi."Terima kasih ya, Bi," ucapku.Kemudian aku menyiapkan makan buat Bu Rahma, tapi aku akan menyuapinya di luar sambil berjemur. Mumpung cuacanya bagus, sebab semua itu sangat baik untuk kesehatan.Selesai menyiapkan makan buat Bu Rahma, aku pun segera berpamitan kepada Bi SuMi. Akan menyuapi makan Ibu di luar.S

    Last Updated : 2023-02-05
  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 20

    "Aku pun sekarang menyesal, sebab gara-gara aku berselingkuh dan berkhianat kepada Amira, sampai akhirnya ia pergi meninggalkanku dan juga Ibu. Padahal sebenarnya, aku itu masih sangat mencintainya, serta membutuhkan kehadirannya di rumah ini. Aku menyesal berselingkuh, hingga akhirnya aku kerepotan sendiri. Bahkan aku juga harus mengeluarkan uang lebih, demi membayar seorang perawat. Seandainya waktu bisa berulang, lebih baik aku berikan semua uangku untuk Amira. Daripada dipakai buat modal berselingkuh," tutur Mas Romi penuh penyesalan.Entah dia sadar ataupun tidak, saat ia berkata saat ini. Sebab ucapannya barusan dapat membuat seseorang, yang ada di sampingnya itu tersinggung. Karena ia seolah-olah tidak menginginkan, kehadiran Lisa dihidupya."Mas, apa kamu sadar nggak sih, dengan apa yang kamu ucapkan barusan?" tanya Lisa, dengan wajah yang sudah berubah merah padam. Aku hanya menjadi penonton saat ini, tanpa mau mencampuri urusan mereka berdua."Lho memangnya kenapa, Lisa? Ko

    Last Updated : 2023-02-05
  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 21

    "Iya, Mbak. Aku menang sedang bekerja, tapi minta izin dulu untuk mengantar pulang Azka. Nanti setelah ini, aku juga akan kembali ke rumah majikanku untuk melanjutkan kerjanya," jawabku.Mbak Iren tidak berkomentar apa-apa lagi, tetapi ia pergi ngeloyor begitu saja. Aku pun mengajak Azka untuk mengganti pakaian terlebih dulu, kemudian menyuruhnya makan. Setelah itu, aku menitipkan Azka kepada ibuku. Kemudian aku pamit, mau kembali ke rumah majikanku, yang mereka juga tidak tahu kalau aku bekerja di rumah suamiku sendiri."Mira, apa kamu mau pergi ke tempat kerja kamu lagi?" tanya Mbak Iren."Iya, Mbak," sahutku."Kamu melewati Kafe Anggun, nggak? tanyanya kemudian.Mbak Iren bertanya, tentang tujuanku. Ia saat ini sudah berpakaian rapi, serta berdandan dengan begitu getar beda dari biasanya. Sepertinya ia mau pergi, tetapi ia pergi seorang diri, tanpa Dea anak keduanya. Sedangkan anak pertamanya masih di sekolah."Iya, Mbak, memangnya kenapa?" tanyaku."Aku ikut nebeng ya, Amira. Aku

    Last Updated : 2023-02-05
  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 22

    "Ya sudah, Tuan. Aku permisi mau melihat Ibu dulu," pamitku kemudian."Iya, Mbak Naira silahkan," ujar Mas Romi.Mas Romi pun mempersilakan aku, supaya aku masuk ke kamar ibunya. Setelah diijinkan, aku pun segera masuk ke kamar Bu Rahma. Aku sengaja tidak berlama-lama dekat dengan Mas Romi, sebab aku takut kalau nanti aku asal bicara. Kemudian penyamaranku akan terbongkar. Aku tidak mau apa yang telah aku lakukan selama ini, semuanya menjadi sia-siakan. Aku segera masuk ke kamar Bu Rahma, kemudian menutup pintu kamarnya dengan Rapat. Aku segera menghampiri Ibu mertuaku, yang ternyata sudah terbangun. Entah sudah berapa lama ia terbangun, atau mungkin juga ia baru terbangun karena terganggu oleh kedatanganku."Bu, maafkan aku ya. Apa aku mengganggu tidur Ibu?" Aku bertanya kepada Bu Rahma."Ng-gak, kok, A-mira. Ibu su-dah ba-ngun daritadi," sahut Bu Rahma tebata.Bu Rahma kini bisa menjawab pertanyaanku, walau dengan terbata, hingga membuat aku menjadi kaget dibuatnya. Pasalnya sela

    Last Updated : 2023-02-08
  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 23

    Iya, Tuan mungkin karena kita kangen Bu Amira, makanya mendengar suara Mbak Naira saja seperti syara Bu Amira." Bi Asmi menimpali ucapanku membuat aku merasa dibela.Beruntung saat tegang seperti ini juga, Bu Rahma memanggilku, dengan menyebut Naira. Jadi bisa membuktikan kepada Mas Romi dan Bi Asmi, kalau di kamar ini tidak ada Amira."Iya, Bu," sahutku, sambil menghampiri mertuaku."Na-ira, Ibu haus," ujarnya."Sebentar, Bu," ucapku kemudian.Aku pun segera mengangkat kepala Bu Rahma. Kemudian menambahkan bantal di bawahnya, supaya menjadi tinggi. Biar dia bisa minum dengan tenang, sebab aku takut dia tersedak. Setelah itu aku mengambil gelas yang berisi air lalu meminumkannya, dengan menempelkan sedotan ke mulutnya."Bu, terima kasih, ya Bu. Karena Ibu mau membantu penyamaranku," bisikku.Bu Rahma pun mengangguk, kemudian menyedot kembali, air yang aku berikan kepadanya."Bu, Romi mau keluar dulu ya! Mau ada perlu sebentar," pamitnya."Iya, Ro-mi, hati-hati," pesan Bu Rahma kepada

    Last Updated : 2023-02-08

Latest chapter

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 66

    "Pak Romi, kamu kenapa? Kok murung begitu," tanya Mas Rendi."Maafkan aku Pak Rendi, ternyata aku tidak bisa membohongi diriku. Aku ternyata merasa sedih, ketika melihat Amira dimiliki orang lain. Kini aku sadar, bagaimana perasaan Amira waktu itu. Ia pasti merasakan sakit hati, ketika dia mengetahui, kalau aku berhubungan dengan perempuan lain. Apalagi waktu itu kami masih berstatus suami istri. Aku saja sekarang merasa sedih, padahal kami sudah bukan suami istri," sahut Mas Romi mengungkapkan isi hatinya.Ternyata Mas Romi merasa sedih, ketika melihat aku bersanding dengan Mas Rendi. Lagian salah sendiri, kenapa ia dulu malah berselingkuh. Coba saja ia setia, aku juga tidak mungkin meminta cerai darinya. Jadi percuma saja kini ia mau merasakan apa yang aku rasa, sebab semuanya sudah terlambat."Maksud kamu apa, Mas Romi? Kok kamu bicaranya seperti itu sih," tanyaku."Amira, maafkan aku ya! Ternyata aku baru sadar sekarang, setelah kamu pergi meninggalkan aku. Amira, hidup aku hancu

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 65

    "Mas Rendi dan juga Mama Marta, aku memang sudah menimbang, tentang lamaran, yang Mas Rendi utarakan beberapa bulan lalu. Aku sudah memikirkan matang-matang, rentan semua itu. Dan jawabannya ...," ucapku, sengaja menggantung ucapan biar mereka semua penasaran."Terus jawabannya apa, Amira? Ayo jawab jangan bikin Mama penasaran," pinta Bu Marta."Iya, Amira, jawab saja dengan jujur,walapun jawabannya bisa membuatku sakit hati. Aku nggak apa-apa kok nggak akan sakit hati juga," Mas Rendi juga kembali menimpali ucapan Mamanya.Selain Mas Rendi dan juga Bu Marta, orang-orang yang hadir pun ikut berteriak meminta jawaban dariku, termasuk keluargaku. Mereka juga memintaku, supaya segera menjawabnya karena mereka ingin tahu jawabanku tersebut.Raut wajah mereka begitu penasaran, bahkan terlihat menunggu jawaban dariku. Aku yakin jika mereka ingin mendengar jawaban aku tersebut, apakah nanti aku menjawab iya atau tidak, atas permintaan Mas Rendi tersebut."Baiklah, kalau memang kalian pen

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 64

    Aku sebenarnya bukan hanya mendekati Romi, terapi aku juga mengincar pria kaya yang mata keranjang. Hingga Amira melihatku sedang jalan bersama pria lain. Ia pun mengancamku akan membongkar rahasiaku, jika aku membongkar rahasianya yang menyamar menjadi perawat Ibunya Romi.Aku pun menuruti apa maunya Amira, hingga uang yang aku dapat dari Mas Romi pun aku kirim kepadanya. Supaya Amira titip mulut, tetapi ternyata rahasia Amira pun terbongkar. Kini Amira pun tidak lagi bekerja menjadi perawat Ibunya Romi. Apalagi Bu Rahma juga sudah mulai membaik keadaannya.Setelah Amira pergi dari rumah Romi, aku selalu mendesak Romi, supaya ia mau menjadikan aku istrinya. Romi pun akhirnya menuruti permintaanku, aku dinikahi olehnya setelah ia resmi bercerai dengan Amira. Saat akan mengadakan resepsi, aku meminta Romi, supaya ia mengundang mantan istrinya itu.Aku ingin melihat reaksinya Amira, saat aku berada di pelaminan bersama matan suaminya. Tetapi ternyata ia malah membuat kaget semua orang.

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 63

    Bab 40. Pov LisaNamaku Alisa, dan orang-orang biasa memanggil aku Lisa. Aku adalah teman, sekaligus sahabat Amira. Sebenarnya dari semenjak aku kenal dan dekat dengannya, aku itu tidak pernah suka, dengan orang yang bernama Amira. Karena dia itu lebih segalanya dari aku. Ia lebih cantik dan lebih pintar dariku. Amira selalu mendapat lebih dari yang aku dapatkan, baik itu nilai maupun masalah percintaan. Amira selalu saja lebih tinggi dan lebih bagus nasibnya dibanding aku. Sehingga membuat aku menjadi iri kepadanya.Aku ingin mendapatkan, seperti apa yang di miliki oleh Amira. Mungkin kalau masalah nilai aku akan menyerah, sebab otakku tidak sepintar dia. Tetapi kalau masalah cowok, aku juga harus bisa. Walaupun aku tidak secantik dia, tetapi aku mempunyai body yang seksi. Sedangkan Amira kecantikannya selalu ditutupi dengan pakaian, seperti Ibu-Ibu.Dari semenjak sekolah hingga bekerja aku selalu bersamanya. Aku dan Amira bekerja di sebuah perusahaan, tapi Amira beruntung karena

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 62

    Pada saat aku kebingungan, memikirkan cara merawat Ibu. Mbak Nova datang dengan seorang wanita bercadar, ternyata wanita itu ingin melamar kerja menjadi perawat Ibuku. Karena ia sudah profesional, jadi Mbak Nova mematok harga yang tinggi. Akupun menyetujui, asalkan kinerjanya sesuai.Akhirnya si perawat pun mulai bekerja, pada saat hari itu juga. Tapi aku merasa ada yang familiar, dengan caranya si perawat merawat Ibu. Ia sangat persis sekali, dengan caranya Amira merawat Ibu. Tetapi si perawat bilang, kalau cara yang ia lakukan itu pasti sama, dengan cara orang lain, sebab itu perintah dari terapis.Aku pun percaya saja dengan kata-katanya, tetapi pada akhirnya ketahuan juga, kalau si perawat itu adalah Amira. Ia yang menyamar menjadi perawat. Kini aku menyesal, kenapa bisa aku tidak peka dengan semua itu, sehingga Amira yang sedang aku dekati lagi, malah tambak ilfil melihat kelakuanku dengan Lisa. Karena aku sering bermesraan dengan Lisa, di depan matanya sendiri. Setelah penyam

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 61

    Pov Romi"Hallo, Mas Romi, kamu ternyata makan di sini juga ya? Kok sendirian sih, Amiranya nggak di ajak?" tanya Lisa teman istriku, saat aku sedang makan di restauran depan kantorku."Eh kamu, Lisa. Amira nggak bisa ikut, Lisa. Karena Amira sedang mengurus Ibu yang sakit di rumah," jawabku.Aku menjawab apa adanya, kepada teman istriku itu. Tapi ternyata si Lisa malah datang menghampiriku, entah di sengaja atau tidak, kami bisa bertemu di restauran saat ini. Lisa datang dengan gaya berjalannya yang begitu gemulai seperti seorang model, yang sedang berada di atas catwalk.Aku begitu terpana, saat melihat kemolekan tubuh Lisa, yang terpampang nyata dengan memakai baju yang minim bahan. Tapi aku berpura-pura kembali fokus menyantap makanan, yang terhidang di atas meja. Aku kembali mengontrol diri, yang tadi sempat tersihir oleh penampilan Lisa yang aduhai. Sebab istriku Amira tidak pernah berpenampilan seperti ini. Ia selalu berpakaian sar'i, sehingga saat aku melihat penampilan Lis

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 60

    "Oh begitu ya, Mbak. Ya sudah nggak apa-apa, tapi lain kali kalau ada orang yang seperti itu lagi, sebaiknya dikonfirmasi dulu ke orang yang ditunjuknya. Barangkali saja mereka itu bukan saudaranya, tetapi berniat untuk menipu dan memeras orang lain. Maaf, ya Mbak, ini cuma saran dari aku. Ini, Mbak, uangnya," kataku lagi sambil memberikan uang sebesar tiga ratus lima puluh ribu."Iya maaf ya, Mbak. Aku kira kalian memang saudara, sebab tadi aku lihat kalian mengobrol," ucapnya.Ia begitu tidak enak, sebab telah berbuat teledor. Karena ia tidak menanyakan terlebih dahulu kepadaku."Sudah nggak apa-apa, kembaliannya buat kamu saja. Ya sudah aku permisi dulu ya, assalamualaikum," pamitku."Waalaikumsalam, terima kasih, ya Mbak. Semoga rezekinya makin berlimpah," sahutnya dengan begitu sumringah.Aku pun segera pergi dari kafe tersebut, menuju kafe yang dimaksud Mas Rendi. Aku datang sendirian menggunakan sepeda motor. Mas Rendi tidak menjemputku, sebab ia juga datang dari luar kota dan

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 59

    "Tante, Linda mau pulang saja. Nggak ada gunanya Linda berlama-lama di sini. Sebab sepertinya Tante juga malah lebih membela perempuan ini, ketimbang Linda," ujar Linda merajuk."Ya sudah, Linda, kalau kamu mau pulang ya tinggal pulang saja," sahut Mamanya Mas Rendi. Setelah berkata seperti itu, Linda pun langsung pergi. Ia pergi, tanpa permisi lagi kepada kami. Padahal Si Linda itu kan seorang anak pengusaha, otomatis sekolah ia juga juga tinggi. Tapi entah kenapa, etikanya tersebut tidak dipakai olehnya? Bahkan untuk sekedar berpamitan secara sopan saja ia tidak mau. Aku hanya geleng-geleng kepala, saat melihatnya seperti itu. Sepeninggal Linda, aku kembali ditanyai ini dan itu oleh Mamanya Mas Rendi. Aku pun menjawab seadanya, tanpa mau menutupi apa pun juga.Sepeninggal Linda, aku pun segera menjawab pertanyaan Bu Marta, yang meminta aku agar mau menjadi istrinya Mas Rendi. Jujur aku juga bingung, tapi demi menjaga perasaan semua orang, aku pun menjawab untuk mencari aman."Beg

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 58

    "Ya sudah, Amira, ayo kita pegi," ajak Mas Rendi."Rendi, berani kamu melangkahkan kaki dari rumah ini. Mama tidak akan pernah, mengizinkan kamu untuk kembali ke rumah ini lagi! Silakan saja kamu mencoba memjadi orang susah diluaran sana, jika kamu mampu" ancam Mama Mas Rendi."Mama pikir aku takut, jika jadi orang miskin? Tidak, Mah, aku tidak takut. Jika memang begitu maunya Mama, mulai sekarang Rendi tidak akan pulang ke rumah ini lagi. Rendi benar-benar kecewa sama Mama, Rendi tidak menyangka, kalau Mama memiliki sifat seperti itu. Mama hanya menilai orang itu dari segi derajatnya saja," lontar Mas Rendi.Aku tidak menyangka sama sekali, jika Mas Rendi akan mengambil keputusan seperti itu. Mas Rendi berani mengambil keputusan yang dapat merugikan dirinya sendiri, hanya karena ia tidak suka melihat aku ditindas olehh ibunya."Ini semua gara-gara kamu, hingga membuat Mas Rendi melawan Mamanya," tuding Linda kepadaku. Ia berkata sambil menunjuk ear "Linda, kamu tidak perlu menyalahk

DMCA.com Protection Status