Home / Pernikahan / Silakan Menikah Lagi, Mas! / Bagian 66. Dokter Dico

Share

Bagian 66. Dokter Dico

Author: Zuya
last update Last Updated: 2023-08-22 12:52:48

“Haram bagi jomlo lihat adegan panas kayak gini,” tutur Mas Aqsal. Dia tersenyum saat mengatakan itu.

Panas dia bilang? Panas apaan? Kucubit kuat lengannya hingga dia meringis.

Mas Aqsal kembali menenggelamkanku di kolam, membuatku sedikit terkejut. Aku kira dia benar-benar akan memb*nuhku. Namun, ternyata kepalaku masih berada di permukaan. Karena takut tenggelam, kupeluk lehernya.

“Co, ponsel gue di meja. Fotoin!”

“Mas!” Aku yang malu, mencoba mengingatkannya sambil menggeleng.

“Berani bayar berapa? Gue maunya pakai dolar,” jawab pria yang dipanggil Co tadi. Namun, dia tetap melaksanakan titah Mas Aqsal. Dia mengoperasikan ponsel itu lalu mengarahkannya kepada kami. Entah sudah berapa jepretan didapatkan ketika Mas Aqsal bertindak hal random tanpa rasa malu.

“Sal, gi*la lo! Lama-lama gue beralih profesi jadi fotografer majalah dewasa!” pekik pria itu lagi.

Per sekian detik, Mas Aqsal menyambar bibirku, membuat tubuh ini membeku.

“Parah lo! Tadi nyuruh gue jadi tukang foto, sekarang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   Bagian 67. Mereka Berpelukan

    “Sayang, temani aku!” Seperti bisa, Mas Aqsal berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar Mama malam harinya. Mungkin Dokter Dico sudah pulang.Setelah tahu titik lemah Mas Aqsal, aku sengaja menempati kamar Mama jika malam hari. Meskipun tadi pagi, katakanlah kami sudah berdamai, aku masih ingin mengujinya lagi. Kali ini kamarnya aku kunci. Biarkan dia teriak sampai lelah sendiri.“Niha, aku punya sesuatu untuk kamu. Buka, Sayang!"Bodoh amat.“Mau ponsel nggak?”Ponsel? Cepat-cepat aku turun dari ranjang dan berlari membuka pintu.Kusuguhkan senyum termanis untuknya sambil menengadahkan tangan. “Mana ponselnya?”“Ada, di konter ponsel.”Senyumku langsung memudar.“Mana!”“Nggak ada.”Aku bersiap meninggalkannya, tetapi ditahan.“Dasar, istri nakal. Pasti nggak mau keluar kalau nggak diiming-iming ponsel.” Mas Aqsal sedikit menyeretku untuk menaiki tangga.Tiba di ruang bersantai di lantai dua, Mas Aqsal berhenti. Dia menyalakan televisi, tetapi cekalan di tanganku belum beralih.Di

    Last Updated : 2023-08-24
  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   Bagian 68. Pria Terburuk

    Tadi pagi, aku masih merasakan kebahagiaan yang meletup-letup. Namun, sekarang semua itu berubah menjadi letupan bara api yang menggosongkan hati.Tadi pagi, aku masih melayani semua kebutuhannya, dia pun bersikap lembut dengan memberiku hadiah perhiasan. Baru kutahu kalau di belakangku dia ternyata begitu menjijikkan.Mas Aqsal itu pria penuh jebakan. Seluruh persendianku rasanya lemas saat melihat Mas Aqsal seperti sedang memeluk seorang wanita. Posisi pria itu membelakangiku. Sementara wanita yang tertutup tubuh Mas Aqsal, memeluk pinggang pria yang selalu menunjukkan kasih sayang begitu besar padaku. Keduanya mungkin belum menyadari kedatanganku.Siapa wanita itu?“Nggak bisa lepas, Mas?” ucap wanita itu dengan suara manja.“Sebentar, masih diusahakan.”“Kamu, sih.” Wanita itu tergelak.Tunggu, aku sangat mengenali suara wanita ini. Suara Asti?Aku sedikit menengok agar bisa melihat wajah wanita itu dan benar. Itu Asti.Dua kali aku memergoki suamiku berduaan dengan Asti bermesra

    Last Updated : 2023-08-25
  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   Bagian 69. Arena Perang

    “K*parat kamu, Mas!” Aku meraung sambil mendorong tubuh Mas Aqsal yang masih menindihku. Tidak juga berhasil. Baru setelah mungkin mendapatkan pelepasan, dia menjauh.Dia berdiri dengan napas memburu sambil menatapku lekat. Sementara pandanganku tak kalah tajam menyorotnya.Aku duduk. Mas Aqsal melakukan hal serupa di sampingku. Dia mencekal kedua pipiku, mengunciku dalam tatapan.“Aku hanya budak naf*umu, Mas! Bahkan di situasi seperti ini kamu bisa melakukannya! Dan itu sangat menyakitkan! Ini pelecehan!” Air mataku berderai membasahi telapak tangannya yang ada di pipi.“Aku melakukan ini agar kamu percaya kalau tuduhanmu tadi tidaklah benar. Aku tidak pernah berbuat hal di luar batas bersama Asti!”“Bohong!”“Pabrik ini bangkrut. Aku membeli sebagian besar sahamnya. Perantaranya Asti. Itulah kenapa akhir-akhir ini aku sering berhubungan dan bertemu dengannya. Tadi, kami tidak sengaja keluar bersamaan dan rambutnya nyangkut. Aku berusaha melepasnya.”“Tapi dia memelukmu! Dia itu suk

    Last Updated : 2023-08-26
  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   Bagian 70. Dua Priaku

    “Nyonya, salat Zuhur dulu,” ujar orang itu.“Ya Allah, Mbak Sa. Ngagetin aja.” Aku mengatur napas dan ritme jantung dengan memegangi dada.“Maaf, tapi Nyonya biasanya dipanggil bangun, ini tadi enggak. Saya khawatir. Makanya saya sentuh.”“Jam berapa sekarang?”“Jam setengah dua. Tadi pagi adek Nyonya kirim pesan. Ini,” ucap Mbak Sa sambil menyodorkan ponselnya.Mendengar kata adik, semangatku seolah-olah langsung terisi penuh. Kuterima ponsel itu sambil tersenyum senang. Kami memang sering berkomunikasi dengan ponsel pengurus akhir-akhir ini.[Aku mau ke tempat Mbak Niha. Mumpung hari ini libur. Tunggu, ya!]Mataku membelalak saat melihat pesan itu.[Oke, Mbak tunggu. Jam berapa kira-kira datangnya?]“Mbak Sa, apa dia sudah datang?” cecarku langsung.Mbak Sa mengerutkan kening. “Siapa? Tuan? Beliau di rumah sejak tadi.”“Bukan, Nizam. Di pesannya, katanya mau datang Nanti kalo dia datang, tolong biarkan masuk, ya. Saya salat dulu.”Cepat-cepat aku berlari ke kamar mandi untuk member

    Last Updated : 2023-08-27
  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   Bagian 71. Boleh, Asal ....

    “Astagfirullah. Kamu bertindak tanpa izin sama Mbak dulu! Ini menyangkut Mbak, loh. Hidup Mbak, pernikahan Mbak. Tapi kamu seenaknya aja.” Aku meraup wajah.“Aku minta maaf, Mbak. Karena saat itu aku belum tahu kebenarannya. Dan tadi baru kurasakan dan kuakui kalau Mas Aqsal sebenarnya baik.”“Ya Allah, Nizam. Lalu bagaimana caramu meminta tolong sama Arjuna?”“Aku mengirim pesan sama dia. Nomornya dari kartu nama yang pernah dikasihkan dulu. Mbak, waktu itu aku bingung bagaimana cara agar Mbak bisa segera pisah dari Mas Aqsal. Minta tolong ke pihak pesantren atau Ustaz Sauqi jelas nggak mungkin. Mereka pun belum tentu mau karena ini urusan keluarga. Lagi pula itu bisa mencoreng nama pesantren.”“Lalu malah meminta tolong kepada orang asing dan mencoreng nama Mbak? Begitu?”“Enggak gitu maksudnya. Aku ingat pernah ketemu dia beberapa kali dulu. Kak Arjuna bilang kalau Mbak harusnya pisah dari Mas Aqsal karena Mas Aqsal itu membahayakan. Dari situ aku memberanikan diri menghubungi lewa

    Last Updated : 2023-08-28
  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   Bagian 72. Dia Makin Berani

    “Asal apa?” tanyaku.“Asal tetap dalam pantauan para pekerja,” jawab Mas Aqsal.“Siap, Bos.”Lalu, terjadilah yang harus terjadi antara kami.**Pagi ini, aku sengaja menggoda Mas Aqsal lagi agar izin untuk keluar rumah tetap diberikan. Aku tidak mau dia berubah pikiran. Ada banyak hal yang akan kukerjakan jika sudah bebas di luar nanti.Aku melihatnya sudah rapi dengan pakaian kerja. Dia menyisir rambut. Kudekati, lalu kupeluk tubuhnya.“Mas, aku nanti keluar buat shoping, habisin uang kamu. Boleh?” Kuhidu aroma parfum di punggungnya yang membuatku betah berlama-lama mendekapnya. “Boleh. Tapi pergilah sama Sa. Biar nanti dikawal Soni.”“Ya ampun, bener-bener istri tahanan aku ini, ya!”Mas Aqsal memutar tubuh. Dia menyejajarkan tinggi tubuhnya dengan tubuhku, lalu menyentil keningku pelan. “Karena kamu itu nakal. Pagi ini aku mau ngantar Nizam dulu, baru ke kantor. Mau ikut?”Aku menggeleng. “Enggak, ah. Di kantor pasti ada Asti.”“Ck, jangan sebut nama dia lagi kalau bikin mood kam

    Last Updated : 2023-08-29
  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   Bagian 73. Bisa Bicara Lagi?

    Aku hanya memindah-mindah saluran Youtu*e di televisi. Bagaimanapun juga, perkataan Asti banyak memengaruhi pikiranku.“Kalau kamu tahu apa yang kusembunyikan tentang suamimu itu, kamu pasti akan mundur,” ujarnya tadi sebelum pergi.“Aargh!” Aku melempar bantal ke sembarang tempat.Mungkin itu yang dimaksud Mas Aqsal kartu as yang dipegang Asti. Suasana hatiku benar-benar hancur. Aku pun mencari Mbak Sa.“Mbak Sa,” panggilku di depan kamarnya sebab tidak mendapati dia ada di dapur.Tidak lama kemudian, wanita itu keluar.“Ada yang bisa dibantu, Nyonya?”“Itu, saya mau minta tolong. Tolong W* Dokter Dico kalau saya ingin bertemu. Apa harus membuat janji dulu, ya?”Mbak Sa diam. “Tapi saya sudah diberitahu Tuan, tidak boleh meminjamkan ponsel ke Nyonya.”“Ayolah, Mbak. Dia nggak tahu. Saya ingin konsultasi sejauh apa sakit dan perkembangan kesehatannya. Itu aja.”“Tapi–““Saya mohon, Mbak. Ini demi Mas Aqsal. Bukankah saya juga berhak banyak tahu? Dan kuncinya ada di dokter itu.”Mbak S

    Last Updated : 2023-08-30
  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   Bagian 74. Ambil Kalau Mau

    “Mbak Fat, tolong biarkan saya berdua saja dengan tamu itu,” ujarku sambil melirik Fatim.“Baik, Mbak.”Fatim keluar, Asti masuk dan duduk di hadapanku. Aku pura-pura kembali sibuk.“Ada apa lagi kamu menemuiku?” tanyaku sambil tersenyum. Senyum yang kupaksakan.Ingin rasanya mencakar wajahnya yang bermekap tebal dan berbalut topeng itu. Topeng sok baik padahal sejatinya hobi mengusik.“Tadi aku ke rumahmu, ternyata kamu nggak ada. Kata ART, kamu sudah mulai kerja lagi. Jadi, aku langsung ke sini.”Aku terkekeh. “Ya, begitulah. Saking sayangnya Mas Aqsal, sampai-sampai aku tidak boleh keluar rumah dan baru diizinkan sekarang.”“Ada hal yang harus aku sampaikan ke kamu,” lanjutnya.“Apa lagi yang harus dibicarakan? Bukankah semua sudah jelas? Lalu, bagian mana yang membuatmu belum mengerti?” timpalku.Kututup laptop, lalu menatapnya.“Aku mencintai suamimu. Aku menginginkannya.”Aku sama sekali tidak terkejut akan hal itu. Sejak memergokinya pertama kali saat itu, aku memang sudah curi

    Last Updated : 2023-08-31

Latest chapter

  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   27. Sempurna

    “Mas, dingin,” keluh Niha sambil menyatukan kedua tangan di depan dada. Aqsal terkekeh. “Kamu terlalu keras kepala, Sayang. Baru pulih, sudah nyari penyakit lagi. Sini, aku peluk.” Pria itu duduk di belakang istrinya, memeluk erat dari belakang. Niha leluasa menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami. Atau meletakkan di lemgan suaminya. Baginya, tidak ada tempat bersandar terbaik selain di sana. Aqsal tiada bosan menciumi puncak kepala istrinya yang terbungkus kupluk jaket. Keduanya sedang menunggu sunrise di gunung Bromo. Tepatnya di Love Hill atau spot sunrise point pananjakan 3. Niha kukuh merengek mengajak ke sana padahal baru saja pulih dari sakit. Terpaksa Aqsal menuruti meski dengan berat hati. Mereka tidak jadi dinikahkan ulang oleh warga sebab Niha dan Aqsal berhasil menjelaskan jika mereka memang pasangan suami istri. Keduanya memilih pergi dari lingkungan itu dan mencari tempat tinggal baru. Aqsal membeli sebuah rumah di kota Batu, berdekatan dengan kota sebelumny

  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   26. Bertahan atau Pergi

    Niha mendorong dada Arif agar menjauh dari hadapannya. Wanita itu menghapus air matanya kasar, lalu mengembuskan napas panjang. Ia menatap Arif sungguh-sungguh. “Mas, pernikahan itu bukan permainan. Pun identitas. Aku nggak tahu apa hukumnya menikah lagi denganmu, dengan identitasmu yang berbeda padahal kita masih suami istri. Lalu misal jika kita menikah lagi, siapa walinya? Sementara Nizam jauh di Mesir. Kemudian tentang identitas. Jangan sembarangan menggunakan identitas orang. Meskipun dosa ditanggung masing-masing kepala, tapi aku tetap takut jika dosa dan kesalahan yang kamu perbuat, Arif di alam sana ikut menanggungnya. Ya, meskipun itu kedengarannya tidak mungkin, setidaknya untuk berjaga-jaga. Cukup jadilah Aqsal, bukan orang lain. Setidaknya hormati almarhum Arif. Biarkan dia di sana hidup damai dan tenang, jangan mengusik dengan menggunakan identitasnya,” ucap Niha panjang lebar. Arif terdiam. Ia tidak pernah berpikir sejauh itu. Baginya, ia nyaman dengan identitas itu kar

  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   25. Kebenarannya

    “Omong kosong apa lagi ini hah!” teriak Niha. “Sayang, kumohon percayalah. Aku–“ “Tolo–“ Keduanya saling memotong ucapan sebelum akhirnya Arif membekap mulut Niha yang hendak berteriak minta tolong. “Sumpah demi Allah kalau aku ini Aqsal, suamimu. Aku bisa menjelaskan. Aku akan melepaskan bekapan, tapi tolong jangan teriak. Oke?” Suara Arif berubah. Suara itu membuat degup jantung Niha berdetak menggila. Suara Arif yang biasanya berat, berubah menjadi suara yang lama dirindukan. Suara itu suara Aqsal. Wanita itu membeku. Merasa Niha tidak bereaksi, Arif melepaskan telapak tangannya di mulut Niha. “Arif, jangan bercanda! Ini nggak lucu!” bentak Niha. “Aku nggak bohong, Sayang. Aku sudah menyebut sumpah atas nama Allah. Bukankah sumpah atas nama suci itu sumpah tertinggi?" Niha menatung. “Rif, aku sakit, jadi jangan mempermainkanku.” Niha menunduk, lelah berbicara dengan nada tinggi pada pria itu. “Sayang, lihat mataku. Apa kamu tidak mengenali mata suamimu? Apa kamu sudah lup

  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   24. Sebenarnya ....

    “Arif! Selamanya aku nggak akan pernah mau nikah sama kamu!” teriak Niha.“Sudah, tenang dulu.” Ketua RT menengahi.“Saya siap jika harus diarak keliling kota, Pak. Atau jika didenda berapa pun akan saya bayar. Saya juga janji akan pergi selamanya dari kota ini. Asal saya tidak dinikahkan dengan pria menjijikkan itu. Saya masih punya suami,” ujar Niha dengan napas tersengal-sengal sambil menatap Arif.“Arif, sebenarnya di sini kuncinya hanya kamu. Kamu tinggal jujur apa yang terjadi semalam. Dan saya yakin tidak terjadi apa-apa. Niha dalam kondisi sakit dan saya rasa kamu tidak tega melakukan hal buruk padanya. Kecuali kalau kamu pria bej*t,” ujar Gita.Arif memilih bungkam. Baginya, entah mengapa disuruh menikahi Niha terdengar lebih seru daripada jujur tentang kejadian semalam.“Andai semua orang di sini berpikiran sama denganmu, Mbak, pasti tidak akan ada fitnah dan semua tidak serumit ini,” sahut Arif akhirnya.“Kamu yang membuat semuanya rumit! Kalau kamu ingin menjebakku, carany

  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   23. Bertanggung Jawab

    Tubuh Niha panas jika disentuh, tetapi ia merasa kedinginan. Arif memeluknya erat dari belakang sambil terus menahan diri agar tidak melewati batas. Apalagi aroma rambut Niha begitu menggelitik hidung, membuatnya harus ekstra menjinakkan gejolak khas orang dewasa dalam dirinya. Niha yang biasa tampil dengan penutup kepala, kini hanya mengenakan baju dan celana pendek. Tidak dipungkiri, Arif tergoda dengan kecantikannya. Pria itu terus mengendalikan sesuatu yang tiba-tiba mengeras di salah satu tubuhnya. “Jangan pergi, Mas.” “Aku rindu.” “Mas Aqsal.” Niha terus mengigau, tubuhnya masih menggigil, giginya bergemeletuk. Tangannya memegangi tangan Arif di perutnya, seolah-olah tidak ingin pria itu pergi. Arif merutuki diri sendiri. Yang dilakukan ini tidak sepatutnya dilakukan, ia tahu itu. Namun, hawa nafsu berbisik bahwa ini bukan hal yang salah. Toh, semua untuk menolong Niha dan tidak sampai menodai. Mana mungkin juga menodai seorang wanita yang kondisinya memprihatinkan seperti

  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   22. Peluk Aku

    “B-bu Endang!" Niha tergagap sambil berusaha bangkit dari atas tubuh Arif.Endang, pemilik rumah bergaya minimalis yang ditempati Niha mendekat dan menatap dua manusia di hadapannya nyalang.“B-bu, ta-tadi saya nggak sengaja jatuh ka-karena tadi.” Niha berdiri, lalu menggeleng, mendadak lidahnya kelu.“Rif! Jelaskan ke Bu Endang!” teriak Niha. Sementara Arif masih menepuk-nepuk pantatnya yang sakit sambil mendesis.“Mata saya masih normal melihat mana yang sengaja dan tidak. Arif tadi memelukmu! Apa kalian berzina?” bentak Endang.“Eng-enggak, Bu. Ta-tadi kata Arif–““Bu Endang nyium bau gas nggak?” potong Arif.Endang mengendus-endus ruangan.“Hidung Niha mati rasa, Bu. Dia nggak bisa nyium segala bau. Gas bocor pun dia nggak tahu. Daripada nanti rumah Ibu terbakar, saya ingin memperingatkan dia agar tidak menyalakan kompor. Saya tarik tubuhnya, dan terjadilah yang tadi. Telat sedetik, beneran ada ledakan tadi,” jelas Arif panjang lebar.Niha memicing. Arif sedetail itu tahu tentang

  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   21. Kalian Sedang Apa?

    “Niha, hati-hati kalau lari!” Suara familier itu terdengar saat tubuh Niha menubruk dada seseorang. Kalau saja pria itu tidak memeluknya, Niha pasti akan jatuh.Sambil tersenyum tidak enak, Niha pun melepaskan diri.“Dokter Dico. Ma-maaf.”“Ya, nggak apa-apa. Untung aku yang kamu tubruk. Kalau orang lain gimana? Dan kenapa lari kayak ketakutan gini?”“A-ada pria menyeramkan, Dok. Dia tetangga baru di kontrakanku. Mungkin dia sengaja mengikutiku. Aku takut.”“Menyeramkan?”“Ho'oh. Oh, ya, kenapa bisa kebetulan Dokter ada di sini?”Dico terkekeh. “Aku tadi baca status W* kamu, katanya OTW ke sini. Ya udah, aku susul ke sini sengaja nggak ngasih tahu. Buat tantangan juga bisa menemukanmu apa enggak di pantai seluas ini. Eh, ternyata bisa.”“Kok cepet? Dari Jakarta?”“Enggak. Aku tiba di kota ini semalam. Jum’at sore kemarin setelah dinas, aku berangkat biar bisa di sini agak lama. Nginep di hotel, lalu pagi ini di sini, kita bertemu ini. Bukankah aku sudah bilang akan menyusul?”Niha ter

  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   20. Tetangga Baru

    “Dok.” Niha memanggil saat Dico mengabaikan pertanyaannya. Justru ada suara seperti gumaman di seberang sana.“Eh, iya. Sebentar ya, lagi ngomong sama seseorang.” Dico menimpali. Suara yang didengar Niha sebuah suara tidak jelas.“Halo, Niha,” ujar Dico setelah selesai.“Ada kabar apa?”“Nggak jadi. Kemarin kamu bilang nggak tertarik sama si mantan musuh. Jadi, nggak usah aja.” Dico terkekeh. “Oh, ya, kamu lagi ada di mana ini?”Mantan musuh? Niha berpikir mungkin itu kabar tentang Asti. Ia tidak peduli.“Kasih tahu nggak ya?” Niha tertawa.Di seberang, Dico ikut tertawa. “Kali aja aku minat ingin ke sana juga. Pengen nyusul.”“Dokter, kok, hobi menguntit. Aku lagi di Malang, Dok. Dan langsung jatuh cinta sama tempat ini. Di sini sejuk, cenderung dingin. Hal yang nggak didapat di Jakarta.”“Ya sudah. Jangan lupa oleh-olehnya kalau balik.”“Siap, Bos.”“Niha.”“Ya.”“Ah, nggak jadi.”“Dasar. Ya udah, aku tutup teleponnya. Assalamualaikum.”“Waalaikumussalam. Enjoy your holiday, Niha.”

  • Silakan Menikah Lagi, Mas!   19. Ada Kabar

    Akibat perbuatannya, Robin dijerat pasal berlapis mulai dari kepemilikan senjata api ilegal, rencana pembunuhan pada Niha dan Aqsal, juga terkuaknya kasus terdahulu yaitu menghilangkan nyawa seseorang. Ia dipenjara sepuluh tahun dan denda yang tidaklah sedikit.Sementara Asti, Niha tidak terlalu paham karena benar-benar memutus sambungan dengan wanita itu. Terakhir yang diketahui, Asti dijodohkan oleh orang tuanya.Setahun belakangan ini, Niha tinggal di sebuah apartemen elite yang dibeli dari uang peninggalan sang suami. Rumah pribadinya dibiarkan kosong. Hanya saja, tetap ada orang yang ditugaskan membersihkan. Ia masih ada di Jakarta, menunggu jika sewaktu-waktu Aqsal datang. Aqsal sendiri seperti ditelan bumi. Pihak kepolisian, detektif, mencari lewat media sosial, bahkan dukun dikerahkan untuk mencari. Namun, hasilnya nihil.“Aku nggak jadi ke Mesir aja, Mbak. Nemeni Mbak di sini,” ujar Nizam dulu sesaat setelah lulus.“Jangan karena masalah Mbak, jadi penghalang cita-citamu. Mb

DMCA.com Protection Status