Share

Pasrah

“Dasar bodoh!” Puti Champo kembali terkikik. “Kenapa kau memanggilku dengan gelar seperti itu?”

“Entahlah,” jawab Antaguna, lalu menghela napas lebih dalam. “Jika mendiang Paduko Dangmudo Basa saja menghormatimu, maka sudah sewajarnya aku memanggilmu dengan gelar itu, kan?”

“Ya, ya … terserah kau saja.”

Puti Champo kembali menggerakkan tangannya sedemikian rupa, seperti seorang gadis yang sedang menari dengan jemari tangannya yang lentik, dan seiring itu, Antaguna yang terbujur menelentang perlahan-lahan terangkat lebih tinggi hingga punggung dan bagian belakang tubuhnya berada sejengkal di atas permukaan air.

Seiring sang wanita melangkah meninggalkan kolam air terjun itu, Antaguna melayang, dibawa kembali ke goa yang ada di sisi timur kolam.

Di dalam goa yang cukup besar, Antaguna dibuat duduk bersila oleh Puti Champo, menghadap ke api unggun yang kini menyisakan bara yang sedikit menyala.

Sepertinya wanita itu benar, pikir Antaguna. Sebab ketika sang wanita menekukkan lututnya, men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status