Share

Seni Kedewaan

Di dalam sebuah goa, di dekat air terjun kembar tiga, Puti Champo sedang membalurkan sejenis lumpur ke seluruh tubuh Antaguna yang berbaring telanjang.

“M-Maaf, Tuan Gadih,” ujar Antaguna dengan wajah menggelembung. “Aku tidak tahan dengan bau lumpur ini.”

“Berhentilah merengek, Anak Muda!” sahut sang wanita dengan tidak menghentikan kegiatannya melumurkan lumpur tersebut ke tubuh Antaguna.

“Tapi lumpur ini bau sekali!”

“Oh, Dewi Pengasih!” Puti Champo mendelik pada sang pria. “Kau punya usul yang lebih baik lagi, hemm?”

“Ti-Tidak,” Antaguna mereguk ludah. “Maaf. Lumpur apa sebenarnya ini, Tuan Gadih?”

Dan sepertinya Puti Champo tenang-tenang saja dipanggil dengan gelar itu oleh Antaguna. Bagaimanapun, dia sangat menyadari bahwa di mata orang-orang, tubuhnya yang sangat menggiurkan itu laksana seorang gadis perawan saja, meskipun usianya sendiri telah lebih dari seabad.

“Lumpur Emas,” jawabnya dengan singkat.

Dan Puti Champo melirik pada Antaguna dengan mendelik sebab pria itu sedang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status