Share

Lembah yang Damai

Karena tidak ingin berlama-lama dalam suasana yang canggung itu, Puti Bungo Satangkai mengangguk cepat, lalu dia bangkit, dan mendahului Antaguna untuk keluar dari gubuk penginapan.

Antaguna menghela napas dalam-dalam, tersenyum tipis tapi sedikit kecut. Dia mendesah sembari memaki panjang-pendek di dalam hatinya.

“Awas kau!” ancamnya dengan suara pelan kepada—yaa… sesuatu di selangkangannya itu.

Dan setelah itu, Antaguna menyusul Bungo keluar dari gubuk. Bagaimanapun, Bungo tidak memahami kawasan di Lembah Anai tersebut, dan dia juga tidak ingin berjauhan dengan sang gadis.

Meskipun di awal pagi dan sang mentari belum terlihat sama sekali—yah, kecuali rona jingga keemasan di ufuk timur itu saja—akan tetapi, keadaan di luar telah ramai. Para pesilat itu, sebagian besar dari mereka mungkin tidak tidur sama sekali.

“Hei,” Antaguna mengiringi langkah Bungo. “Ke sini!”

Bungo mengangguk kecil, dan mengikuti langkah Antaguna. Mereka menyeberangi sungai kecil, dangkal, dan berbatu-batu.

Tuju
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dadang Purnama
semangat uda author, terima kasih updatenya, cerita anda keren sekali ............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status