Share

Di Balik Sikap

“Kumohon, Uda,” si Kapuyuak bahkan bersujud di dekat kaki Antaguna, lalu memutar, dan bersujud pula pada si gadis jelita. “Uni, ampunkan aku. Jangan pukuli aku, kumohon …”

Kali ini, Antaguna tidak lagi menemukan keberpura-puraan pada si Kapuyuak. Tangisnya itu, gemetar suara dan tubuhnya itu, semua sudah cukup jelas. Dia benar-benar ketakutan.

Puti Bungo Satangkai melirik Antaguna dengan sedikit gerakan kepalanya. Seolah dia berkata: Hei, sudahlah. Kasihan dia, sepertinya dia kurang makan.

Pria besar tersenyum. Tentu saja, sedari awal dia juga menyadari hal ini. Bila tidak, bagaimana lagi untuk menjelaskan tentang tubuhnya yang kerempeng itu? Bahkan tulang rusuknya membayang di permukaan kulitnya, berjejer seperti rak piring.

“Kumohon, Uda,” tangis si Kapuyuak. “Berbelas kasihlah kepadaku.”

“Berengsek!” Antaguna mendengus. “Ke mana ucapan-ucapan bijak kau tadi?” dia melirik Bungo. “Kau percaya itu? Dia sudah seperti seorang pujangga di hadapanku tadi.”

Bungo menahan senyumnya sembari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status