Share

Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)
Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)
Penulis: Amih Lilis

Bab 1

Penulis: Amih Lilis
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-10 01:49:25

Sakit itu kembali terasa mencengkram perut bawah Shanum, dan kali ini rasanya lebih menyakitkan dari siang tadi. Shanum pun berusaha mengatur napas, agar rasa sakit itu sedikit berkurang.

Setelah sakitnya terasa berkurang, Shanum segera menyelesaikan acara mandinya, kemudian mengambil baju ganti yang lebih nyaman. Lalu keluar dari walk in closet yang tersambung dengan kamar mandi di kamarnya. Secara perlahan-lahan dan sambil perpegangan pada tembok dia berjalan tertatih

"Akh!" Shanum meringis pelan sepanjang perjalanan. Jarak kamar mandi dan ujung walk in closet tiba-tiba terasa melebar puluhan kilometer untuknya.

Sakit! Sakit sekali! Perutnya terasa diremas-remas oleh seribu tangan. Sepertinya, Shanum memang harus segera ke Rumah sakit sekarang. Firasatnya benar-benar tidak enak akan sakit yang kerap dia rasakan sejak siang tadi. Kali ini, bahkan lebih sakit lagi.

Ceklek!

Akhirnya, Shanum sampai pada pintu yang menghubungkan walk in closet dan kamarnya. Saat wanita itu membuka pintu ruangan tersebut, ia langsung disambut pemandangan sang suami yang terus melihat ponsel dengan fokus, sambil memakai jaket yang tadi tersampir di kaki ranjang.

"Mas mau kemana?" tanya itu pun lolos, karena penasaran tentang apa yang akan suaminya lakukan.

Seingat Shanum. Reksa, suaminya baru saja pulang. Entah kenapa kini seolah sudah bersiap untuk keluar lagi. Apa ada yang ketinggalan?

"Mau jemput Ayu di club, dia mabuk dan tidak mungkin pulang sendiri."

Ayu lagi!

Mata Shanum pun seketika terpejam erat mendengar nama itu hadir kembali di antara mereka. Hatinya kembali terasa sesak karenanya.

"Mas, perut aku sakit. Mas bisa anterin ke rumah sakit, gak?" Shanum mencoba menyuarakan situasinya saat itu. Berharap sang suami mengerti dan dijadikan yang utama sekali saja.

Reksa langsung melirik cepat, menatap Shanum dengan tajam. Tatapan kesal menguar dari binar mata pria itu terhadap Shanum.

"Jangan aneh-aneh. Sakit perut gak harus ke rumah sakit. Minum obat saja sudah cukup," jawabnya dengan ketus.

"Tapi perutku sakit banget, Mas. Dari tadi siang, sebenarnya. Cuma aku kira sakit biasa dan--"

"Shanum, ayolah!" sergah Reksa tiba-tiba. "Aku tahu kamu tidak suka sama Ayu. Tapi kali ini tolong, ya. Jangan membuat drama. Aku harus jemput Ayu sekarang. Kasihan dia sendirian diluar. Kamu bisa ngerti sedikit, gak?"

'Lalu siapa yang ngertiin aku? Siapa yang akan membantuku? Aku sendiri sangat kesakitan sekarang.' Shanum hanya bisa menjeritkan kalimat itu dalam hatinya. Saat ini, lidahnya mendadak kelu dan tenggorokannya sakit oleh rasa kesal yang mendadak bergemuruh dalam hatinya.

Faktanya, ini bukan kali pertama Shanum dituntut mengerti tentang Ayu. Shanum bahkan sudah tidak bisa menghitung lagi, sudah keberapa kalinya dituntut mengerti. Selalu saja Ayu, Ayu, dan Ayu yang Reksa prioritaskan. Padahal, di sini istrinya adalah Shanum, bukan Ayu!

Ayu hanya sepupu jauh Reksa, sekaligus teman masa kecilnya. Namun, selalu di prioritaskan melebihi Shanum yang notabenenya adalah istri Reksa. Bagaimana Shanum tidak cemburu?

"Mas, aku beneran harus ke Rumah sakit sekarang. Perutku--"

"Cukup, Shanum! Cukup! Saya gak mau denger rengekan kamu lagi." Reksa menyergah dengan cepat dan ketus kembali.

Shanum menggeleng ingin membantah tuduhan suaminya. Karena saat ini Shanum memang sedang tidak merengek. Shanum benar-benar sedang sakit sekarang.

"Nanti saya suruh Diva untuk berikan kamu obat. Paling juga kamu sedang PMS, kan? Jangan terlalu dibesar-besarkan."

Bukan! Demi Tuhan ini bukan karena PMS, atau semacamnya. Sakit ini beda, dan ….

Ya Tuhan, Shanum baru sadar sudah telat PMS bulan ini. Jangan-jangan ...

"Mas--"

"Kalau memang sakit perutnya tidak membaik. Kamu kan bisa minta kak Rendi atau Papa buat anter ke Rumah sakit. Nanti saya nyusul kalau sudah menjemput Ayu," sela Reksa lagi seenaknya. Seakan lupa bagaimana sikap keluarganya pada Shanum selama ini.

Shanum tidak pernah diterima di sini!

Hanya karena dia cuma anak angkat keluarga Setiawan. Semuanya memandang rendah Shanum sejak dulu.

"Saya pergi!"

Setelah itu Reksa pergi begitu saja, meninggalkan Shanum yang hanya bisa menatap punggung pria itu dengan nanar, hingga hilang dibalik pintu.

"Sampai kapan aku harus bertahan, Mas?" lirih Shanum dengan pedih. "Rasanya aku sudah tak sanggup berjuang sendiri meraih restu keluargamu, sementara kamu tidak pernah ada di sisiku untuk menguatkan," lirih Shanum dengan lelehan air mata yang tak terbendung lagi.

'Aku harus apa agar kamu mau mengerti kondisiku saat ini.' Raungnya dengan mulut yang terkunci rapat.

Lalu, sakit itu kembali datang. Makin mencengkram perut bagian bawahnya dengan kuat, membuat Shanum jatuh terduduk karena tak kuasa menopang tubuhnya sendiri.

Wanita itu mulai merasa aliran hangat keluar dari inti tubuhnya, mengalir deras membasahi celana tidur dan ….

Itu darah!

Oh, Tuhan!

Tidak!

"Tolong! Tolong! Tolong aku!" Shanum pun berusaha meminta pertolongan.

Sayangnya, tidak ada yang datang. Seakan di rumah ini tidak ada penghuni selain dirinya sendiri. Padahal, di rumah ini ada keluarga besar Reksa.

"Tolong! Siapa saja, tolong aku!" Shanum kembali meminta tolong. Namun, seperti halnya tadi, masih tidak ada yang datang memenuhi panggilannya.

Sementara itu, sakit yang mencengkram perutnya semakin menjadi, dan darah yang mengalir pun semakin banyak. Shanum mulai takut. Takut semua pikiran buruknya jadi kenyataan.

'Tuhan tolong! Jika memang dia sudah ada. Tolong selamatkan dia'.

Shanum menangis dalam diam, merasakan sakit yang tidak mereda, bahkan semakin menyiksanya. Dia mencoba meraih ponsel diatas nakas untuk menelpon seseorang. Tetapi, terlalu lemas dan kesakitan hanya untuk menggerakan tubuhnya.

"Tolong ... aku mohon. Tolong aku. Siapa saja, Tolong aku." Shanum meminta pertolongan lagi dengan lirih. Berharap ada seseorang yang mendengarnya, meski itu mustahil. Dia sendiri tidak bisa mendengar suaranya. Apa mungkin ada orang lain yang bisa mendengarnya?

Akhirnya, dengan sisa kekuatan yang dia miliki. Shanum menarik bantal guling yang bisa diraihnya, dan melemparkannya pada lampu tidur di atas nakas hingga benda itu jatuh. Suara pecahan pun segera membahana di kamar tidur tersebut.

Shanum tahu, setelah ini Mama Rima, mertuanya pasti akan menghukumnya karena merusak barang. Tetapi tidak apa-apa. Setidaknya ....

"Astaga Kak Shanum! Apa yang terjadi?" ... Doa Shanum terkabul. Akhirnya ada yang datang juga.

Itu adalah si bungsu keluarga ini, Diva. Dari penampilannya, Shanum yakin gadis itu pasti baru pulang dari kuliah.

"Div, tolong Kakak. Perut Kakak sakit sekali."

"Kak Shanum tunggu di sini sebentar. Diva panggil Papa dulu."

Beruntung, tanpa harus dijelaskan lebih detail. Diva pun segera keluar kamar, dan memanggil Papa dan Abang sulungnya, Rendi yang sedang asik nonton bola di ruang keluarga.

Setelah itu, Shanum sudah tidak ingat apa yang terjadi lagi. Kesadarannya sudah hilang, karena rasa sakit yang mendera dan darah yang keluar tanpa henti dari bawah tubuhnya.

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Shanum.....Kasihan banget,perutnya sakit,tapi Reksa tak peduli
goodnovel comment avatar
Merry oktarina
mantap princessnya Dady Arjuna ini
goodnovel comment avatar
Amih Lilis
Siapa papi justin?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 2

    "Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan janinnya."Kalimat itu bagai vonis kematian untuk Shanum. Sukses meluluh lantahkan hati dan kekuatan terakhirnya. Apa yang Shanum takutkan terjadi juga. Hati Shanum hancur sehancur-hancurnya. Dua tahun sudah Shanum menunggu kehadirannya. Setelah hadir, dia malah pergi lagi. Sialnya tanpa Shanum sadari keberadaannya.Shanum sedih, sekaligus kecewa pada dirinya. Bagaimana mungkin dia tidak menyadari keberadan sang buah hati beberapa minggu ini? Shanum sungguh kecewa. Ibu macam apa dia ya Tuhan?Dan yang lebih membuat Shanum makin sedih. Suaminya tak kunjung datang jua, padahal sudah dikabari oleh Diva. Bahkan, ponselnya mendadak tidak aktif dan tidak bisa dihubungi. Sementara saat ini, Dokter memerlukan tanda tangan sang suami untuk tindakan kuret. Beruntung ada ayah mertua yang bersedia menggantikan tanggung jawab Reksa. Shanum semakin kecewa dengan suaminya itu.***"Ayo, buka mulutnya. Aaa ...."Shanum memalingkan wajahnya, menghidari sendok yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 3

    Shanum sudah tidak tahu lagi harus menyebut Reksa seperti apa. Tidak tahu malu? Tidak punya hati? Atau malah tidak punya otak?Sudah tahu kondisi Shanum masih berduka paska keguguran. Masih sensitif dan masih sangat marah pada apa pun yang mengingatkannya pada penyebab dukanya tersebut. Khususnya terhadap Ayu. Seharusnya, sebagai seorang suami Raksa mengerti hal itu dan berusaha menjaga perasaannya dengan menjauhkan Ayu darinya. Tetapi yang terjadi malah, pria itu membawa Ayu kehadapan Shanum tanpa dosa sama sekali. Membuat Shanum makin muak di tempatnya. Masih pantaskah Reksa disebut sebagai seorang suami?"Hai, Shanum. Bagaimana kabarmu? Aku ... turut berduka untuk bayimu." Ayu memasang wajah sendu menatap Shanum. Entah benar-benar tulus, atau hanya modus karena di sana ada Reksa. "Aku juga minta maaf untuk semalam. Aku tidak tahu jika akhirnya akan begini. Kalau aku tahu, sudah kularang temanku menghubungi Reksa."Shanum tetap bergeming. Membungkam mulutnya serapat mungkin, ser

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 4

    Biasanya, Shanum akan membela diri jika merasa memang tidak bersalah. Meski akan berakhir percuma, Shanum akan tetap mencoba menjelaskan duduk masalah sebenarnya pada Reksa. Tetapi kali ini berbeda. Mendengar tuduhan Reksa yang seenaknya. Shanum memilih diam dan memalingkan wajah ke arah lain. Seolah memang sudah tak sudi melihat wajah suaminya lagi. "Sikap macam apa ini, Shanum? Jawab aku!" Reksa pun semakin marah, lalu mencengkram dagu Shanum lumayan keras, dan memutarnya agar menatap Reksa.Sakit sebenarnya. Namun, Shanum tetap memilih diam. Hanya membalas tatapan tajam Reksa dengan dingin. Memang ada bedanya jika Shanum jelaskan?"Shanum? Jangan diam saja. Katakan sesuatu. Kenapa kamu suka sekali mengadu?" cecar Reksa lagi. Seraya menguatkan cengkramannya pada dagu Shanum. Shanum pun menghela tangan itu kasar hingga terlempar lumayan kuat. Namun, tetap mempertahankan tatapan dinginnya pada Reksa. "Kalau aku bilang, aku tidak melakukannya, kamu percaya?""Tidak!" jawab Reksa c

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 5

    Shanum tahu, sebagian dari kalian pasti mengatainya bodoh, tolol, goblok atau apalah itu. Padahal punya kesempatan mengadu, tapi malah tidak melakukannya, bahkan sengaja menutupi semuanya. Ya, Shanum akui. Dia memang bodoh. Namun, pernahkah kalian mempunyai prinsif hidup? Nah, sebenarnya itulah yang sedang Shanum lakukan saat ini, yaitu memegang prinsif hidup yang sudah dia pilih. Reksa adalah pilihannya. Pun pernikahan ini. Jadi seburuk dan seperih apa pun yang ia jalani saat ini. Shanum hanya mencoba menerima, karena ini adalah resiko atas pilihannya. Terlebih, Shanum sudah pernah bilang, kan? Dia sudah membuat janji pada Reksa, tak akan pernah meninggalkan pria itu selama dia tidak memukul dan memiliki istri lain. Karenanya, meski sakit, Shanum terpaksa tetap bertahan."Astaga! Kak Reksa ngapain?" Diva tiba-tiba hadir di ambang pintu. "Lepasin! Jangan sakiti Kak Shanum lagi!" Diva bahkan menarik Reksa agar segera menjauh dari Shanum. "Awas, ya, kalau Kak Reksa macam-macam lagi s

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 6

    Sebenarnya enggan sekali untuk Shanum kembali ke rumah keluarga Reksa, setelah akhirnya diperbolehkan keluar dari Rumah sakit. Namun, akan kemana lagi ia jika bukan ke rumah itu. Di kota ini Shanum tidak punya siapa pun selain suami dan keluarganya. Kebodohan Shanum lainnya yang baru ia sesali akhir-akhir ini. Ya, ia memang sebodoh itu. Nekad hidup jauh dari keluarga dan sanak saudara. Hanya demi bisa hidup dengan sang pujaan hati. Tak pernah sekalipun ia memikirkan hal buruk pada rumah tangganya, yang akan membuatnya membutuhkan sandaran lain selain sang suami. Tidak, Shanum tidak berniat kekanakan dan ingin kabur-kaburan jika ada masalah dalam rumah tangganya. Hanya saja, memang kadang kita butuh orang lain untuk sekedar berbagi dan mencari solusi untuk segala pelik yang tak bisa kita pikirkan sendiri. Memang curhat dan membagi aib keluarga sendiri itu tidak boleh. Namun, kalau memang tak sanggup memikirkannya sendiri. Tidak ada salahnya bertanya pada yang lebih paham, kan? Selain

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-15
  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 7

    *Happy Reading*"Kamu ... menjual perhiasan?" beo Reksa terkejut. "Kenapa?" tanyanya kemudian penasaran.Shanum tersenyum mencemooh di tempatnya. "Kamu kira, memang dari mana aku bisa menambal semua bolong biaya keluarga ini, kalau bukan dari hasil jual perhiasan.""Tapi ... kenapa bisa begitu? Bukannya biaya rumah ini masih dibantu Papa dan Kak Rendi. Kita udah sepakat untuk hal itu. Papa untuk biaya dapur. Listrik dan air dari Kak Rendy." Reksa masih tak bisa percaya begitu saja. Shanum menaikan bahu acuh seraya meraih bukunya sendiri. "Untuk hal itu. Kamu tanya kan saja pada orang-orang yang bersangkutan," ucap Shanum ambigu.Reksa terdiam lagi. Menatap Shanum lekat seolah mencari tanda kebohongan dari wanita itu. Namun, dari gestur dan rona wajahnya. Jelas tidak ada resah dan kepanikan yang biasanya bisa dilihat dari seseorang yang tengah berbohong. Itu berarti. Shanum jujur. Istrinya tidak sedang berbohong atau apalah itu. Akan tetapi, kenapa bisa begini? Siapa yang harus Reksa

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 8

    Brak!"Cukup, Shanum!" seru Reksa tiba-tiba setelah sebelumnya menggebrak meja keras sekali. Membuat yang ada di sana terkesiap kaget. Hati Reksa kesal luar biasa. Lagi-lagi Shanum sembarangan menuduh sang ibu. Apa sih maunya Shanum itu? Kenapa tiba-tiba berubah jadi durhaka begini. Tepatnya sejak keluar dari rumah sakit, Shanum mulai berubah menjadi orang yang tak Reksa kenali lagi. Ada apa dengan istrinya itu?"Kenapa marah? Aku kan hanya bicara fakta. Dan faktanya memang sejak menikah, ATM gaji aku di ambil ibumu.""Itu tidak--""Tanyakan saja pada ibumu kebenarannya," sahut Shanum santai seraya melirik Mama Rima. Yang dilirik terlihat mulai gusar. Apalagi ketika semua orang yang ada di sana turut menatapnya penuh tanya. Mama Rima semakin blingsatan. "Ma--""Itu tidak benar!" bantah Mama Rima cepat, saat Diva baru saja ingin buka suara. "Kamu jangan sembarangan nuduh Mama, Ya? Mana ada Mama ambil ATM kamu!" Mama Rima menegaskan. Namun, berbeda dengan suara lantangnya. Wajahnya me

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 9

    *Happy Reading*Brak!Jika beberapa saat lalu Reksa yang menggebrak meja. Kali ini giliran Papa Hendra, mertua laki-laki Shanum yang melakukannya. Gebrakannya lebih kencang hingga membuat kami semua terlonjak kaget. "Keterlaluan kamu, Ma! Maksud kamu apa melakukan itu pada Shanum?!" hardik Papa Hendra keras, mendelik marah pada Mama Rima. Yang punya nama terlihat menelan saliva kelat di tempatnya. Namun, setelahnya bersikap seolah tak melakukan kesalahan apa pun. "Memang kenapa? Wajar kan kalau Mama menyita ATM Shanum? Bagaimana pun, dia numpang dan ikut makan juga di sini. Dan ayolah, Pah. Hari gini mana ada sih yang gratis. Semuanya ada harganya."Lihatlah sifat terpuji Mama mertua Shanum. Benar-benar seperti tak punya urat malu lagi. Numpang, katanya? Oh, gosh! Apa Mama Rima lupa kalau Reksa lah yang selama ini membayar cicilan rumah yang mereka tempati. Itu berarti, secara tak langsung rumah itu milik Reksa, kan? Dan Reksa adalah suami Shanum. Jadi, siapa yang menumpang?Papa H

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24

Bab terbaru

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 126

    Mereka akhirnya menemukan sebuah restoran yang cukup nyaman dan tidak terlalu ramai. Safran dengan sigap menarikkan kursi untuk Shanum sebelum duduk di seberangnya, sementara Baby Nata tetap lengket di pangkuannya."Nata mau makan apa?" tanya Safran sambil melihat menu."Ciken!" seru Baby Nata antusias.Shanum mencibir. "Hish! Baru juga sebentar, seleranya udah sama kayak kamu."Safran terkekeh. "Itu namanya bonding, Kak Sha."Shanum mendelik. "Bonding kepalamu!"Pesanan mereka datang tidak lama kemudian. Baby Nata mulai makan dengan lahap, sementara Shanum masih berusaha mengabaikan tatapan intens Safran.Akhirnya, ia menyerah dan menghela napas panjang. "Safran, aku serius. Jangan main-main soal perasaan kayak tadi.""Siapa bilang aku main-main?" Safran meletakkan sendoknya, menatap Shanum dengan serius. "Aku nggak sebercanda itu kalau soal hati."Shanum tercekat. Ia buru-buru memalingkan wajah, berpura-pura sibuk memotong ayam di piringnya."Kak Sha," panggil Safran lagi, suaranya

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 125

    Hari libur tiba, Shanum merasa butuh udara segar. Ia memutuskan mengajak Baby Nata jalan-jalan ke mall. Sekadar membeli beberapa kebutuhan dan membiarkan putranya melihat-lihat dunia luar.Shanum berjalan santai di lorong mall sambil mendorong stroller Baby Nata. Kadang ia mampir ke toko yang menarik di matanya. Sekedar melihat-lihat atau kalau memang ada yang diinginkan ia akan beli. Tak lupa, Shanum juga membeli perlengkapan bayi untuk jagoannya.Shanum sudah selesai membeli beberapa perlengkapan bayi dan merasa sudah waktunya untuinya pulang. Akan tetapi, ia melihat si kecil masih terlihat bersemangat, matanya berbinar-binar setiap melihat lampu-lampu toko yang berwarna-warni."Nata, sudah cukup ya? Kita pulang sekarang, ya?" Shanum menunduk ke arah bocah itu. Meminta atensinya.Baby Nata menggeleng keras, tangannya menunjuk ke arah toko mainan di seberang. "Mau! Mau!"Shanum menghela napas, lalu tersenyum pasrah. "Baiklah, lima menit saja, ya."Wanita itu pun mendorong stroller ma

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 124

    Setelah beberapa hari penuh kecanggungan, akhirnya Safran mengambil inisiatif untuk berbicara langsung dengan Shanum.Sore itu, setelah meeting selesai, dia menunggu sampai ruangan kosong, lalu memanggil Shanum yang sudah berkemas untuk pulang."Kak Sha, sebentar," katanya, suaranya lebih tenang dari biasanya.Shanum, yang sudah bersiap untuk pergi, menatapnya dengan hati-hati. "Ada apa?""Duduklah dulu. Aku ingij bicara."Shanum langsung waspada. "Bicara apa? Kalau soal kerjaan, bicarakan saja nanti pas meeting lagi. Tapi kalau soal hal lain. Lupakan! Aku sedang tak minat membahas apa pun sama kamu!"Safran menarik napas berat mendengar jawaban antipati dari Shanum, lalu dengan pelan ia berkata, "Aku hanya ingin minta maaf, Kak Sha."Shanum terkejut. "Minta maaf?""Ya." Safran mengusap tengkuknya, sedikit canggung. "Aku sadar kalau aku terlalu terburu-buru mengambil tindakan. Aku tidak sabaran menunjukan perasaanku sebenarnya tanpa perduli perasaan Kak Sha yang pasti syok. Pada akhir

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 123

    Shanum mencoba meredam kegugupannya dengan menyesap jusnya, tapi tetap saja pipinya terasa panas. Ia menatap Safran dengan ekspresi setengah kesal, setengah tidak percaya."Mending kamu cari yang single. Aku janda, Ran," katanya sambil mengaduk-aduk makanannya, berharap obrolan ini cepat berakhir.Tetapi Safran malah menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan senyum santai. "Terus kenapa? Emang ada aturan yang melarang janda nikah sama pria single?"Shanum melotot. "Bukan gitu, tapi... ya kamu kan bisa cari yang lebih muda, yang belum pernah nikah."Safran terkekeh. "Siapa bilang aku mau yang lebih muda? Aku sukanya yang dewasa, matang, dan tahu cara menghadapi hidup."Shanum hampir tersedak lagi. Ia berdehem, berusaha tetap tenang. "Safran, dengerin. Aku udah pernah gagal dalam pernikahan. Kamu nggak takut bakal repot kalau sama aku?"Safran menatapnya dengan mata yang lebih serius sekarang. "Kak Sha, gagal dalam pernikahan bukan berarti gagal dalam hidup. Dan bukan berarti Kak Sha nggak

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 122

    Keesokan harinya, Shanum bertemu lagi dengan Safran dan terlibat dalam proyek baru seperti yang di sampaikan Daddy Arjuna kemarin. Seperti dugaan, Daddy memang tak pernah salah menilai orang. Shanum diam-diam memperhatikan Safran yang tengah menjelaskan analisisnya di hadapan tim. Cara bicaranya tenang, penuh percaya diri, dan setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa begitu berbobot.Saat presentasi selesai, salah satu anggota tim langsung berkomentar, "Penjelasannya detail sekali, Mas Safran. Ini benar-benar membantu kami memahami celah dan potensi proyek ini."Safran mengangguk sopan. "Terima kasih. Aku hanya menyampaikan apa yang aku lihat dari data yang ada. Kalau ada yang kurang jelas, jangan ragu untuk bertanya."Shanum masih terdiam, tapi dalam hati ia membatin, Kapan dia jadi sekeren ini?Tak sadar, ia terus menatap pria itu sampai Safran tiba-tiba menoleh ke arahnya. "Kak Sha, dari tadi diam saja. Ada yang ingin ditambahkan?"Shanum tersentak, buru-buru menggeleng. "Eh,

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 121

    Shanum masih menatap Mahesa dengan bingung. Kenapa pria ini mendadak ingin bicara empat mata? Terlebih, dari ekspresinya, ada sesuatu yang ingin ia sampaikan dengan serius.Safran, yang duduk tenang sambil menanggapi ocehan Baby Nata di seberang Shanum, hanya mengangkat alis. Tak ada perubahan berarti dalam ekspresinya, tapi jelas ia menyadari ketegangan yang tiba-tiba muncul.Shanum akhirnya menghela napas. "Baiklah, sebentar." Ia melirik Safran sejenak sebelum berdiri. "Aku nggak lama."Safran hanya mengangguk kecil. Lalu kembali fokus pada layar ponsel yang masih berceloteh entah tentang apa?Shanum kemudian mengikuti Mahesa keluar restoran. Mereka berhenti di dekat trotoar yang agak sepi. Mahesa berdiri tegap di hadapannya, ekspresinya sulit ditebak."Ada apa, Kak?" tanya Shanum akhirnya.Mahesa menatapnya dalam sebelum mengembuskan napas. "Aku ingin jujur.""Tentang?""Aku dan Rania."Ada sedikit cubitan dari sudut hatinya mendengar nama wanita itu lagi. Otaknya seketika flashbac

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 120

    Shanum masih menatap Safran dengan tatapan penuh tanya. Jujur, perhatian pria ini membuatnya sedikit salah tingkah."Kak Sha?" panggil Safran, mengangkat satu alisnya. "Kenapa diam? Jangan bilang kakak curiga aku dirasuki Shaki?"Shanum tersentak. "Hah? Nggak, bukan itu!""Terus?"Shanum mengerjap, lalu buru-buru menggeleng. "Nggak ada apa-apa. Aku cuma heran aja.""Heran kenapa?"Shanum membuka mulut, lalu menutupnya lagi. Akhirnya, ia hanya mendesah. "Sudahlah, nggak penting. Kita makan dulu aja."Safran tersenyum tipis. "Baik, Kak Sha."Mereka akhirnya berjalan beriringan menuju restoran yang tadi disebutkan oleh Safran. Suasana jalanan cukup ramai, tetapi tidak terlalu berisik. Safran berjalan santai di sisi Shanum, sesekali meliriknya untuk memastikan wanita itu tidak kepayahan.Setelah sampai di restoran, mereka langsung memesan makanan. Shanum memilih menu yang aman untuk lambungnya, sementara Safran memesan makanan favoritnya.Saat makanan datang, mereka mulai makan dalam diam

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 119

    Pagi hari, seusai mandi, Shanum berniat menghampiri Baby Nata yang tadi diculik Bunda Karina setelah mandi. Katanya, "Bunda mau mengajak Baby Nata tour di rumah ini. Biar kalau dia keasyikan merangkak terus nyasar, tau arah pulang."Ada-ada saja memang bundanya itu. Akan tetapi, Shanum merasa tak ada alasan untuk menolak. Toh, Baby Nata sama neneknya ini."Loh, kok?" Saat akhirnya menemukan keberadaan bayi gembul miliknya, Shanum cukup kaget karena Baby Nata bukan bersama Bunda seperti sangkaannya, tapi dengan Frans yang dengan santai menggendongnya sambil menikmati suasana taman samping di pagi hari."Oh, sudah berani gendong, ya, sekarang?" seloroh Shanum, teringat dulu Frans selalu menolak jika dimintai tolong menggendong Baby Nata. Mendengar ada suara mendekat, Frans menoleh. Dia lalu menaikan satu sudut bibirnya menatap Shanum. "Dia sudah tak serapuh dulu."Shanum mendengkus kasar, lalu memilih mendaratkan tubuh di sofa kecil yang ada di sana. Membiarkan Baby Nata menikmati wakt

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 118

    "Biarkan saja. Aku tidak keberatan kok dengan keberadaannya di sini.""Oh, ya sudah kalau begitu."Shanum pasrah melihat Baby Nata tidur nyaman di dada Safran, ia akhirnya memilih duduk di sofa, mencoba menikmati suasana acara yang masih berjalan. Tetapi ketenangan itu tidak berlangsung lama, karena seseorang tiba-tiba duduk di sebelahnya."Kak Sha, aku serius, loh. Mungkin ini pertanda."Shanum menghela napas panjang sebelum menoleh ke Shaki yang duduk dengan ekspresi penuh konspirasi."Pertanda apanya?"Shaki menyeringai. "Ya pertanda kalau aku atau Safran itu jodoh Kak Sha."Shanum memutar bola mata. "Shaki, cukup.""Tapi—""Serius, cukup."Shaki mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil yang permennya direbut. Tetapi ekspresinya langsung berubah jahil."Kak, aku ada ide bagus," bisiknya tiba-tiba."Jangan macem-macem Shaki. Aku tidak tertarik pada apapun idemu itu." Shanum langsung menolak mentah-mentah tanpa mau tau ide Shaki yang di tawarkan.Ngapain? Biang onar ini tak dapat di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status