Share

Bab 4

Author: Amih Lilis
last update Huling Na-update: 2023-10-10 01:51:11

Biasanya, Shanum akan membela diri jika merasa memang tidak bersalah. Meski akan berakhir percuma, Shanum akan tetap mencoba menjelaskan duduk masalah sebenarnya pada Reksa.

Tetapi kali ini berbeda. Mendengar tuduhan Reksa yang seenaknya. Shanum memilih diam dan memalingkan wajah ke arah lain. Seolah memang sudah tak sudi melihat wajah suaminya lagi.

"Sikap macam apa ini, Shanum? Jawab aku!" Reksa pun semakin marah, lalu mencengkram dagu Shanum lumayan keras, dan memutarnya agar menatap Reksa.

Sakit sebenarnya. Namun, Shanum tetap memilih diam. Hanya membalas  tatapan tajam Reksa dengan dingin. Memang ada bedanya jika Shanum jelaskan?

"Shanum? Jangan diam saja. Katakan sesuatu. Kenapa kamu suka sekali mengadu?" cecar Reksa lagi. Seraya menguatkan cengkramannya pada dagu Shanum.

Shanum pun menghela tangan itu kasar hingga terlempar lumayan kuat. Namun, tetap mempertahankan tatapan dinginnya pada Reksa.

"Kalau aku bilang, aku tidak melakukannya, kamu percaya?"

"Tidak!" jawab Reksa cepat. Lebih cepat dari yang Shanum pikirkan.

"Ya sudah kalau begitu. Untuk apa bertanya lagi. Bukankah hanya buang-buang napasku saja," tukas Shanum datar.

"Shanum, kamu--"

Ddrrrtt .... dddrrtt ... dddrrrtt ...

Hardikan Reksa pun seketika menggantung di udara, saat tiba-tiba getar panjang terasa dari balik saku celananya. Tanda bahwa ada yang sedang menghubunginya.

Reksa pun segera meraih gawai pintarnya. Lalu terdiam saat melihat nama si pemanggil yang tertera di layar depan. Pria itu kemudian bergegas pergi dari ruang rawat Shanum.

Kiranya, yang menelepon Reksa adalah Ayu, seperti biasanya. Tetapi sepertinya kali ini bukan. Karena dari tempatnya, samar Shanum mendengar pria itu menyebut-nyebut nama bunda.

Mungkinkah yang sedang menelepon Reska adalah Bunda Karina? Bundanya yang lama tak jumpa dan sangat dia rindukan.

Tak lama, Reksa kembali lagi. Sambil menutup bagian bawah ponselnya dengan wajah yang nampak resah. Pria itu lalu berdesis di hadapan Shanum.

"Bunda Karin mau bicara denganmu. Awas saja kalau kamu berani mengadu!" Pria itu mencoba mengancam Shanum.

Setelah itu, Reksa menyerahkan ponselnya pada Shanum. Namun, tak berniat meninggalkan wanita itu sedikit pun. Pria itu bahkan sengaja membuat mode speaker pada panggilan tersebut, dan terus menatap Shanum tajam, seakan ingin memastikan jika Shanum melaksanakan titahnya.

Shanum membalas tatapan itu tak gentar. Lalu mulai mengubah nada suara seperti biasanya untuk menjawab telepon bundanya.

"Asalamualaikum, Bunda."

"Waalaikumsalam, Shanum. Alhamdulilah ya Allah, akhirnya bunda bisa juga denger suara kamu," jawab Bunda Karin antusias. "Ya ampun Shanum. Kamu kemana aja, sih? Dari kemarin loh Bunda teleponin. Tapi nggak pernah diangkat. Buat Bunda jadi khawatir saja," lanjut Bunda. Diam-diam membuat Shanum ingin menangis di tempatnya.

Padahal Shanum hanyalah anak angkat. Tetapi sikap Bundanya selalu sangat perhatian padanya. Tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang dan selalu memberikan cinta yang setara dengan anak kandungnya.

Tak perduli apa kata orang tentang Shanum. Bunda tidak pernah berubah dalam menyayangi Shanum. Meski tidak terlahir dari rahim yang sama. Shanum selalu mendapatkan apa pun yang kedua adiknya juga dapatkan. Kecuali nama belakang keluarga Setiawan.

Tetapi, Shanum tidak pernah perduli akan hal itu. Dia sadar diri dan tidak pernah berharap lebih. Toh, baginya, itu hanya sekedar deretan huruf saja, tidak ada yang spesial. Penting buat Shanum adalah, ada atau tidak nama itu di belakang namanya, dia tidak pernah kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Sayangnya, hal itu tidak berlaku untuk mertuanya. Terutama Mama Rima. Baginya, karena Shanum hanya anak angkat di keluarga Setiawan. Shanum laksana air yang sudah dibuang setelah keluar dari sana. Tidak akan mendapatkan apa-apa.

"Maaf, maaf, Bunda. Shanum tidak bermaksud buat Bunda Khawatir. Tapi .... " Shanum melirik Reksa lagi. "Shanum memang sedang sibuk sekali saat ini. Ada banyak naskah yang harus Shanum sortir di penerbitan."

Mimik wajah Reksa yang tadinya keruh perlahan memudar mendengar alasan Shanum. Syukurlah istrinya masih bisa dia kendalikan.

"Beneran kamu, Shanum?" Namun, entah memang feelling seorang ibu atau bagaimana, Bunda Karin ternyata tak begitu saja percaya.

"Kok Bunda nanyanya begitu? Tumben gak percaya sama Shanum?" tanya balik Shanum.

"Bukan begitu Shanum. Tapi ...." Bunda terdengar ragu melanjutkan kalimatnya.

"Nina, sudahlah." Tiba-tiba suara Daddy Arjuna ikut terdengar. "Kamu kan sudah dengar suara Shanum, dan dia juga sudah bilang tidak apa-apa. Jadi, berhenti khawatir," tegur Daddy-nya lagi.

"Tapi, Jun--"

"Sini, biar aku yang bicara dengan Shanum." Daddy sepertinya mengambil alih ponsel tersebut dari Bunda Karin. "Hallo, Princess? Do you miss me?"

Ya, Tuhan. Shanum benar-benar merindukan kedua orang tuanya. Khususnya Daddy Arjuna, yang selalu menjadi tempat bermanjanya selama ini.

"Of course, Dad. I miss u so much." Shanum berusaha sekuat tenaga mempertahankan suaranya seriang mungkin. Menyembunyikan hasrat hatinya yang sangat ingin meronta, mengadukan semua laranya pada orang terkasih.

"Aku senang sekali mendengar suaramu, Shanum. Kamu baik-baik saja kan di sana? Reska memperlakukan kamu dengan baik, kan?"

Ekhem! Tiba-tiba Reska meminta atensi. Seakan sengaja mengingatkan ancaman yang tadi sempat dia ucapkan.

"Baik, kok, Dad. Tidak usah khawatir," jawab Shanum dengan berat hati. "Ah, iya. Bunda bagaimana? Beliau tidak apa-apa, kan?" Shanum sengaja mengalihkan obrolan segera.

"Baik, tentu saja baik. Dia hanya ... sedang merindukanmu saja. Jadinya sering bermimpi buruk dan mulai berpikir yang tidak-tidak."

Tuhan, seandainya Shanum boleh jujur.

"Tapi kamu tidak usah khawatir, Shanum. Dia kan memang selalu seperti itu kalau lama tak jumpa anak-anaknya." Daddy bersuara lagi. Berusaha menenangkan Shanum. "Jangankan kamu di luar kota. Kairo dan Ken saja, yang satu kota. Jika dua atau tiga hari tidak mampir, dia akan uring-uringan. Begitulah bunda, iya kan?"

"Ya, Daddy benar. Begitulah bunda." Shanum memaksakan tawa kecil demi menyempurnakan ektingnya. Padahal aslinya, matanya sudah memanas. Siap menangis kapan saja.

"Tolong sampaikan pada Bunda, tidak usah khawatir lagi sama Shanum. Aku di sini baik-baik saja, kok (Setidaknya untuk saat ini). Nanti kalau ada waktu, Shanum akan main ke rumah nemuin Bunda.

"Nah, kau dengar sendiri kan, Nina?" Daddy berucap pada Bunda.

"Bener ya, Shanum? Janji!" Bunda berseru di samping Daddy.

"Iyaaa!" Shanum sengaja ikut berseru.  Meski sebenarnya, dia tidak tahu bisa menepati janjinya itu atau tidak.

Setelahnya, panggilan telepon tersebut di matikan. Reksa segera merebut ponselnya dari Shanum, dan memasukannya kembali pada saku celana. Pria itu lalu tersenyum miring pada Shanum. Menyentuh dagu istrinya dengan jari telunjuk, kemudian mengangkatnya perlahan hingga wajah mereka sejajar.

"Sungguh pintar sekali berpura-pura," desisnya dengan nada yang menyebalkan.

Dasar tidak tahu terima kasih!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
siti yulianti
kampret nih blm tau aja balasan shanum tunggu tanggal main nya
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
kasihan sekali km shanum, sekalinya punya suami jht bgt dan gk tau diri
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 5

    Shanum tahu, sebagian dari kalian pasti mengatainya bodoh, tolol, goblok atau apalah itu. Padahal punya kesempatan mengadu, tapi malah tidak melakukannya, bahkan sengaja menutupi semuanya. Ya, Shanum akui. Dia memang bodoh. Namun, pernahkah kalian mempunyai prinsif hidup? Nah, sebenarnya itulah yang sedang Shanum lakukan saat ini, yaitu memegang prinsif hidup yang sudah dia pilih. Reksa adalah pilihannya. Pun pernikahan ini. Jadi seburuk dan seperih apa pun yang ia jalani saat ini. Shanum hanya mencoba menerima, karena ini adalah resiko atas pilihannya. Terlebih, Shanum sudah pernah bilang, kan? Dia sudah membuat janji pada Reksa, tak akan pernah meninggalkan pria itu selama dia tidak memukul dan memiliki istri lain. Karenanya, meski sakit, Shanum terpaksa tetap bertahan."Astaga! Kak Reksa ngapain?" Diva tiba-tiba hadir di ambang pintu. "Lepasin! Jangan sakiti Kak Shanum lagi!" Diva bahkan menarik Reksa agar segera menjauh dari Shanum. "Awas, ya, kalau Kak Reksa macam-macam lagi s

    Huling Na-update : 2023-10-10
  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 6

    Sebenarnya enggan sekali untuk Shanum kembali ke rumah keluarga Reksa, setelah akhirnya diperbolehkan keluar dari Rumah sakit. Namun, akan kemana lagi ia jika bukan ke rumah itu. Di kota ini Shanum tidak punya siapa pun selain suami dan keluarganya. Kebodohan Shanum lainnya yang baru ia sesali akhir-akhir ini. Ya, ia memang sebodoh itu. Nekad hidup jauh dari keluarga dan sanak saudara. Hanya demi bisa hidup dengan sang pujaan hati. Tak pernah sekalipun ia memikirkan hal buruk pada rumah tangganya, yang akan membuatnya membutuhkan sandaran lain selain sang suami. Tidak, Shanum tidak berniat kekanakan dan ingin kabur-kaburan jika ada masalah dalam rumah tangganya. Hanya saja, memang kadang kita butuh orang lain untuk sekedar berbagi dan mencari solusi untuk segala pelik yang tak bisa kita pikirkan sendiri. Memang curhat dan membagi aib keluarga sendiri itu tidak boleh. Namun, kalau memang tak sanggup memikirkannya sendiri. Tidak ada salahnya bertanya pada yang lebih paham, kan? Selain

    Huling Na-update : 2023-12-15
  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 7

    *Happy Reading*"Kamu ... menjual perhiasan?" beo Reksa terkejut. "Kenapa?" tanyanya kemudian penasaran.Shanum tersenyum mencemooh di tempatnya. "Kamu kira, memang dari mana aku bisa menambal semua bolong biaya keluarga ini, kalau bukan dari hasil jual perhiasan.""Tapi ... kenapa bisa begitu? Bukannya biaya rumah ini masih dibantu Papa dan Kak Rendi. Kita udah sepakat untuk hal itu. Papa untuk biaya dapur. Listrik dan air dari Kak Rendy." Reksa masih tak bisa percaya begitu saja. Shanum menaikan bahu acuh seraya meraih bukunya sendiri. "Untuk hal itu. Kamu tanya kan saja pada orang-orang yang bersangkutan," ucap Shanum ambigu.Reksa terdiam lagi. Menatap Shanum lekat seolah mencari tanda kebohongan dari wanita itu. Namun, dari gestur dan rona wajahnya. Jelas tidak ada resah dan kepanikan yang biasanya bisa dilihat dari seseorang yang tengah berbohong. Itu berarti. Shanum jujur. Istrinya tidak sedang berbohong atau apalah itu. Akan tetapi, kenapa bisa begini? Siapa yang harus Reksa

    Huling Na-update : 2023-12-17
  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 8

    Brak!"Cukup, Shanum!" seru Reksa tiba-tiba setelah sebelumnya menggebrak meja keras sekali. Membuat yang ada di sana terkesiap kaget. Hati Reksa kesal luar biasa. Lagi-lagi Shanum sembarangan menuduh sang ibu. Apa sih maunya Shanum itu? Kenapa tiba-tiba berubah jadi durhaka begini. Tepatnya sejak keluar dari rumah sakit, Shanum mulai berubah menjadi orang yang tak Reksa kenali lagi. Ada apa dengan istrinya itu?"Kenapa marah? Aku kan hanya bicara fakta. Dan faktanya memang sejak menikah, ATM gaji aku di ambil ibumu.""Itu tidak--""Tanyakan saja pada ibumu kebenarannya," sahut Shanum santai seraya melirik Mama Rima. Yang dilirik terlihat mulai gusar. Apalagi ketika semua orang yang ada di sana turut menatapnya penuh tanya. Mama Rima semakin blingsatan. "Ma--""Itu tidak benar!" bantah Mama Rima cepat, saat Diva baru saja ingin buka suara. "Kamu jangan sembarangan nuduh Mama, Ya? Mana ada Mama ambil ATM kamu!" Mama Rima menegaskan. Namun, berbeda dengan suara lantangnya. Wajahnya me

    Huling Na-update : 2023-12-20
  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 9

    *Happy Reading*Brak!Jika beberapa saat lalu Reksa yang menggebrak meja. Kali ini giliran Papa Hendra, mertua laki-laki Shanum yang melakukannya. Gebrakannya lebih kencang hingga membuat kami semua terlonjak kaget. "Keterlaluan kamu, Ma! Maksud kamu apa melakukan itu pada Shanum?!" hardik Papa Hendra keras, mendelik marah pada Mama Rima. Yang punya nama terlihat menelan saliva kelat di tempatnya. Namun, setelahnya bersikap seolah tak melakukan kesalahan apa pun. "Memang kenapa? Wajar kan kalau Mama menyita ATM Shanum? Bagaimana pun, dia numpang dan ikut makan juga di sini. Dan ayolah, Pah. Hari gini mana ada sih yang gratis. Semuanya ada harganya."Lihatlah sifat terpuji Mama mertua Shanum. Benar-benar seperti tak punya urat malu lagi. Numpang, katanya? Oh, gosh! Apa Mama Rima lupa kalau Reksa lah yang selama ini membayar cicilan rumah yang mereka tempati. Itu berarti, secara tak langsung rumah itu milik Reksa, kan? Dan Reksa adalah suami Shanum. Jadi, siapa yang menumpang?Papa H

    Huling Na-update : 2023-12-24
  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 10

    *Happy Reading*"Tunggu!"Langkah Shanum sontak terhenti kala mendengar seruan barusan. Kepala Shanum refleks berputar ke sumber suara dan menemukan Mama Rima tengah tergopoh menghampirinya. "Kamu mau ngapain, Shanum?" tanya Mama Rima kemudian melirik benda yang ada di tangan Shanum. Pertanyaan bodoh macam apa itu. Jelas-jelas Shanum sedang memegang gelas bersih, tentunya dia ingin minum air. Kenapa malah bertanya? Harus banget apa Shanum jelaskan."Mau minum." Namun, Shanum sedang tidak ingin berdebat. Karenanya, dia menjawab seadanya pertanyaan Mama Rima. "Oh ... mau minum," gumam Mama Rima. "Mau berapa gelas? Satu, dua, atau tiga?"Kerutan di dahi Shanum semakin dalam mendengar pertanyaan lanjutan ibu mertuanya ini. Maksudnya apa bertanya begini? Memang kenapa kalau Shanum mau minim berapa gelas? Mau minum segalon pun, bukan urusan mama mertuanya, kan?"Kenapa memang?" Shanum bertanya balik. "Jawab aja, kamu mau minum berapa gelas?" Mama Rima bersikukuh. "Segelas, mungkin," ja

    Huling Na-update : 2024-02-05
  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 11

    Niat hati keluar rumah karena ingin menghindar dari pertengkaran dengan Mama Rima, demi kesehatan mentalnya dan kewarasan jiwa. Siapa sangka, ternyata di sini pun, mental Shanum tetap di uji. Bagaimana tidak? Saat Shanum sedang menunggui cucian yang tengah berputar di mesin cuci. Matanya tak sengaja menyaksikan keromantisan yang tengah tercipta antara Reksa dan Ayu."Kenapa sekarang dunia mendadak sempit, sih?" Shanum bermonolog dengan desahan lelah.Entah ini suatu kebetulan atau memang sudah jalan dari Tuhan. Tempat laundry yang Shanum kunjungi memang berada di sebrang sebuah cafe yang tengah hits saat ini. Dan di sanalah, Shanum melihat keberadaan Reksa dan Ayu yang sedang makan siang dengan kedekatan yang janggal untuk ukuran sebuah hubungan yang di sebut 'sepupu'. Terlalu intim. Bahkan, alih-alih sepupu, mereka lebih cocok di sebut pasangan yang tengah kasmaran.Kenapa begitu? Lihat saja, makan aja harus suap-suapan begitu. Belum lagi tangan Reksa juga tak canggung mengusap, men

    Huling Na-update : 2024-02-18
  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 12

    "Lagi ngapain kamu di sini?" Ternyata bukan hanya Shanum yang melihat keberadaan Reksa. Akhirnya pria itu pun melihat Shanum di tempat laundry. Bedanya, Reksa baru melihat kala akan pulang, itu pun tak sengaja. Shanum kira, Reksa tak akan perduli padanya dan akan langsung pergi sama Ayu. Namun, siapa sangka ternyata pria itu malah menghampiri. "Menurut kamu, orang kalau ke tempat laundry itu ngapain? Mancing?" sahut Shanum datar, terkesan malas. Lagi pula pertanyaannya memang konyol, kan?Mendengar sahutan Shanum, Reksa terlihat tak suka. Semakin hari, istrinya ini memang semakin menyebalkan. Acuh, abai, dan kalau jawan suka seenaknya. Membuat Reksa kesal saja. "Kamu laundry pakaian? Kenapa? Kan di rumah juga ada mesin cuci?" Reksa bertanya heran."Memang ada. Tapi biaya cucinya di sana mahal. Lebih murah di sini," jawaban Shanum tetap datar."Maksudnya?" Bukannya menjelaskan, Shanum malah mengangkat bahunya. Lalu kembali fokus pada majalah yang sedang ia baca sebelumnya. "Num--"

    Huling Na-update : 2024-02-19

Pinakabagong kabanata

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 143

    "Ya, karena aku nggak mau dijodohkan dengan kamu Safran. Aku nggak mau nikah sama kamu!" Inginnya Shanum menjawab demikian. Sayangnya, kalimat barusan hanya bisa Shanum gaungkan dalam hati karena takut menyakiti hati Safran.Shanum menghela napas panjang, menahan diri untuk tidak melontarkan kata-kata pedas. "Aku cuma khawatir Nata akan merepotkanmu, Safran. Kamu kan punya pekerjaan penting juga," ujarnya, berusaha terdengar rasional. Safran tersenyum, matanya berbinar penuh kesabaran. "Aku sudah bilang, tidak masalah. Lagipula..." Ia menatap bayi Nata yang sedang asyik memainkan kerah bajunya. "...Tingkah lucu Nata mampu membuatku sedikit melupakan tumpukan pekerjaan yang kadang membuat stress," imbuhnya tulus.Arjuna tersenyum paham. "Anak memang obat stress paling mujarab," ucapnya mengaminkan. Shanum merasa akan percuma saja berargumen saat ini. Maka dari itu, pada akhirnya dia pun membiarkan saja Baby Nata masih menguasai Safran. Menunggu bayi itu bosan sendiri. Hari berlalu

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 142

    Suasana meja makan sempat meredup sejenak setelah Frans "sengaja" menjatuhkan sendok. Tetapi Arletta, yang paham maksud Frans, segera mengalihkan pembicaraan. "Ah, sudahlah. Yang penting masalah pembobolan apartemen sudah selesai. Sekarang kita bisa makan dengan tenang," ucapnya sambil mengambil nasi dan lauk dengan santai. Sayangnya Shanum, yang penasaran, tidak bisa menahan diri. "Tadi Mama Alle bilang ada gadis yang mirip ... siapa?" Arletta mengunyah perlahan, matanya melirik ke Frans yang memberi tatapan bermakna. "Ah, nggak penting. Mungkin Mama salah lihat." "Tapi—" "Shanum, makan dulu. Nanti nasinya dingin," sela Arjuna dengan nada halus, tampak acuh meski sebenarnya juga penasaran.Shanum menghela napas, tapi akhirnya menuruti. Namun, pikirannya masih penasaran. Siapa gadis yang mirip dengan seseorang hingga Frans sampai bereaksi seperti itu?*** Setelah makan malam, Shanum tidak bisa tidur. Pikirannya terus menerawang tentang obrolan tadi. Gadis yang menelepon Re

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 141

    Arjuna hanya bisa mendesah panjang. "Kamu mau ke mana lagi, Arletta?"Mama Alle—Arletta—memasang wajah serius. "Ada sedikit urusan. Nggak lama, kok.""Urusan apa?" tanya Karina curiga. "Jangan bilang ada yang perlu kamu 'hajar' lagi.""Aduh, Mbak Rin. Jangan suudzon. Aku ini udah tobat, tahu," jawab Arletta santai, tapi tidak meyakinkan sama sekali."Lah, terus kenapa nggak pakai mobil? Kenapa harus motor?" tanya Arkana."Karena pakai motor lebih fleksibel. Aku nggak mau buang waktu kena macet," balas Arletta cepat.Safran yang masih menggendong Baby Nata hanya menggeleng. "Mama, kalau ada sesuatu yang berbahaya, bilang. Jangan malah pergi sendiri."Arletta menatap putranya dengan senyum tipis. "Saf, kamu kan tahu sendiri. Mama nggak mungkin sembarangan. Lagian, ini bukan urusan besar.""Kalau bukan urusan besar, kenapa buru-buru?" sambar Arkana.Arletta melirik Arkana sekilas, lalu menghela napas. "Oke, baiklah. Tadi ada telepon dari anak buah Reyn. Mereka dapat laporan tentang seseo

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 140

    Setelah meeting selesai, suasana ruang rapat masih dipenuhi tawa kecil dari para staf. Baby Nata yang sejak tadi nyaman di pangkuan Safran kini mulai menguap lebar. Pipinya menempel di dada pria itu, tampak benar-benar merasa aman dan nyaman.Shanum, yang sejak tadi menunggu di luar, segera menghampiri Safran ketika pria itu keluar ruangan. "Aku pegang Nata, deh. Kamu pasti capek, kan?" tawarnya.Namun, begitu Shanum hendak mengambil Baby Nata, bocah itu langsung menggeliat, mengeratkan pelukannya pada Safran. "Pipi! Mau pipi! Mau pipi aja!"Semua orang yang kebetulan masih berada di sekitar mereka langsung menahan tawa. Shanum, di sisi lain, hanya bisa menghela napas dalam."Nata, ini Mama, Sayang. Sama Mama, ya?" Shanum kembali mencoba.Tapi Baby Nata justru menggeleng cepat. "Mau pipi!""Nata, kamu ini kenapa, sih?" Shanum mulai frustrasi. "Bukan berarti kamu nggak boleh suka sama Om Safran, tapi kan, ini keterlaluan! Masa kamu lebih milih dia daripada Mama sendiri?"Baby Nata tida

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 139

    Semua setuju dengan ucapan Karina. Arjuna menyuruh Frans gegas menghubungi Shaki dan memintanya datang pagi ini juga ke rumah. Saat ini, Safran sudah duduk di sofa tamu dengan kondisi yang lebih segar dan rapi, siap berangkat kerja. Pria itu sudah mandi tadi, bersama Baby Nata yang masih saja tak mau lepas. Lihatlah itu! Bahkan untuk urusan mandi saja, Baby Nata masih saja posesif. Shanum tidak tahu lagi harus berkata apa pada anaknya itu.Shaki akhirnya datang dengan langkah santai, mengenakan hoodie dan celana jogger. Wajahnya masih sembab karena memang baru bangun tidur. Frans yang memintanya buru-buru datang membuat pria itu melupakan urusan mandi. Hanya cuci muka dan gosok gigi saja."Ini gimana cerita awalnya, Sha? Kenapa Safran pagi-pagi ada di sini dan malah di tahan Baby Nata?" tanya Mama Alle, ketika Shanum menyambutnya di pintu utama.Shaki memang datang tak hanya sendiri. Ada papa Arkana dan Mama Alle turut bersamanya. Katanya, semalam Shaki menginap di apartemen mereka

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 138

    "Mungkin dia hanya butuh suasana berbeda malam ini." Safran akhirnya buka suara demi menenangkan Shanum.Shanum menghela napas pasrah akhirnya. "Baiklah, kalau begitu … ayo ke kamar tamu sebelum dia bangun dan menangis lagi."Dengan langkah santai, Safran mengikuti Shanum menuju kamar tamu, masih dengan Baby Nata yang tidur nyenyak di dadanya.***Pagi harinya, Shanum bangun lebih awal dari biasanya. Setelah membersihkan diri dengan cara paling cepat yang ia bisa dan sholat subuh, wanita itu pun langsung menuju kamar tamu dengan harapan bisa membawa Baby Nata kembali ke kamarnya sebelum bocah terbangun.Sayangnya, begitu ia membuka pintu, Shanum justru langsung terkesiap ketika melihat Safran tengah menjalankan dua rakaat paginya dengan Baby Nata dalam gendongan sebelah tangannya. Astaga, Anak ini!Shanum sebenarnya ingin segera mengambil alih Baby Nata. Namun, ia takut akan mengganggu ibadah Safran. Terpaksa ia pun hanya bisa menunggu pria itu menyelesaikan ibadahnya. Sambil menung

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 137

    Mr. Chen terdiam, menelan setiap kata Frans dengan perasaan campur aduk. Selama ini, ia selalu berpikir bahwa ia yang paling tahu apa yang terbaik untuk Shanum, hanya karena dialah yang paling punya hubungan darah. Tetapi kenyataannya? Ia sudah berkali-kali salah langkah, berkali-kali mengambil keputusan yang justru malah menjauhkan dirinya dari keponakannya sendiri.Sorot mata Frans yang tajam membuatnya tak nyaman. Sebagai orang yang selama ini cukup berkuasa di lingkungannya, Mr. Chen tidak terbiasa ditegur seperti ini—terlebih oleh seseorang yang hanya seorang asisten. Namun, kali ini, ia tahu dirinya tak punya hak untuk membantah.Setelah beberapa detik hening, ia akhirnya menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan."Kau benar," gumamnya pelan, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. "Aku terlalu banyak ikut campur dalam hidup Shanum... Aku pikir aku sedang melindunginya, tapi nyatanya aku hanya memperkeruh keadaan."Frans tidak segera menjawab, tetapi ia mengamati peru

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 136

    Mr. Chen duduk di balik mejanya yang besar, kedua tangannya mencengkeram lengan kursinya dengan erat. Ruang kantornya yang biasanya menjadi tempat ia mengendalikan banyak hal, kini terasa seperti jebakan. Udara terasa lebih berat sejak seorang pria berjas hitam masuk ke dalam ruangan, diantar oleh asistennya yang wajahnya pucat ketakutan.Utusan itu berjalan dengan langkah santai, seolah-olah ia adalah pemilik ruangan. Tanpa menunggu dipersilakan, ia duduk di kursi di depan meja Mr. Chen, menyilangkan kaki, lalu menatapnya dengan senyum tipis yang sama sekali tidak membawa kehangatan."Mr. Chen," pria itu berbicara dengan nada tenang, tetapi ada sesuatu dalam suaranya yang membuat bulu kuduk berdiri. "Tuan ingin menyampaikan sesuatu.""A-apa itu?" Mr Chen sebenarnya ingin terdengar biasa saja, tapi ternyata sulit. Tanpa ucapan, pria itu lantas menyodorkan sebuah map coklat pada Mr Chen. Dan memberikan kode lewat mata agar pria itu membukanya. Tangan Mr Chen terulur ragu. Dengan gera

  • Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna)   Bab 135

    Leon terus meronta saat Frans menyeretnya keluar, tetapi tidak ada satu pun yang peduli. Bahkan Mr. Chen yang biasanya membela pun hanya menatap dengan tatapan kecewa, tak berniat menolongnya."Jangan khawatir, Leon," suara Frans dingin. "Aku akan mengantarmu keluar dengan baik-baik. Tapi setelah itu, jangan pernah muncul di hadapan Bos lagi, kecuali kau ingin hidupmu benar-benar berakhir.""Frans! Aku benar-benar tidak bersalah!" Leon masih berusaha membela diri, tetapi Frans hanya mendecih."Kau bisa menyuarakan kebohonganmu sebanyak yang kau mau. Tapi tidak ada satu pun orang di rumah ini yang akan percaya." Frans mencengkeram bahu Leon lebih erat. "Dan satu hal yang harus kau ingat, Tuan Leon. Tidak ada yang bisa menyentuh Nyonya Karina tanpa hukuman. Kau harusnya bersyukur, Bos masih memberimu kesempatan untuk keluar dari sini hidup-hidup."Leon menatap Frans dengan penuh kebencian. Ia tidak percaya hidupnya bisa berantakan secepat ini hanya karena satu kesalahan. Padahal niatnya

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status