Beranda / Thriller / Shadow / 06. Penculikan

Share

06. Penculikan

Penulis: Fit
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-24 16:06:35

Pagi ini kondisi Chicago Lakeshore Hospital dipadati oleh mobil polisi karena kejadian semalam. Lusiana masih tak bisa membuka mulutnya, bibirnya sangat sulit terbuka untuk menceritakan apa yang terjadi semalam. Franco mengantar Lusiana pulang agar ia bisa menenangkan dirinya. Selama di perjalanan, Lusiana tidak mengatakan apapun. Matanya terus menatap ke arah jalan dengan wajah ketakutan. Franco yang merasa khawatir pada Lusiana pun memutuskan untuk berbicara pada Holland mengenai Lusiana yang tidak perlu ikut dalam misi kali ini.

Setiba nya mereka di depan rumah Lusiana, wanita itu menghambur masuk tanpa berkata apapun. Lusiana hanya menganggukan kepalanya entah bermaksud apa. Franco mengemudikan Mercedes-Benz ya menuju Departemen Kepolisian Chicago. Ia sedikit menambah kecepatannya saat waktu hampir menunjukan waktu patroli pertama nya di Chicago.

Tak perlu waktu lama, ia sudah tiba di depan bangunan tersebut. Ia melihat Holland di luar gedung bersama Tim SWAT. Franco pun segera keluar dari mobilnya untuk menghampiri Holland.

"Maaf saya terlambat, pak. Saya ingin memberi sedikit laporan terkait kejadian semalam di Hospital Lakeshore Chicago." Ujar Franco kepada Holland di sertai penghormatan.

Holland mengangguk. "Informasi apa yang kamu dapatkan dari lokasi kejadian?"

Franco memberikan sebuah cokelat kepada Holland. Holland menatap coklat itu penuh tanda tanya. Tatapan bingung itu beralih kepada Franco.

"Itu satu satunya barang bukti yang di tinggalkan korban." Ujar Franco.

Holland tertawa pelan. "Saya mengira, kamu memberi cokelat karena merasa bersalah telah membuat saya menunggu."

Franco ikut tertawa pelan, kemudian ia menghentikan tawa nya. "Sebenarnya, Lusiana satu satunya saksi yang berada di tempat kejadian. Bahkan Lusiana berhadapan langsung dengan pelaku tersebut."

Ekspresi Holland mendadak berubah menjadi tegang. "Apa putri ku baik baik saja?"

Franco mengangguk, hal itu membuat Holland mengelus dada nya.

"Untuk sementara waktu Lusiana tidak bisa ikut dalam misi kita sampai kondisi nya kembali stabil." Ujar Franco.

Holland mengerti, ia juga tidak ingin putri tunggalnya berada dalam bahaya. Kemudian Holland memerintahkah Franco bersama Tim SWAT untuk kembali menyapu daerah sekitar Chicago Lakeshore Hospital untuk mencari barang atau jejak yang ditinggalkan oleh sang pelaku. Setelah selesai memberi komando, Franco dan Tim SWAT pergi meninggalkan Departemen Kepolisian untuk segera menjalankan tugas mereka.

~~~

Jason menggotong tubuh tak bernyawa yang tergeletak di depan rumahnya. Ia tidak mengenali mayat tersebut karena tidak di temukan kartu identitas apapun. Jason mau tak mau membawa mayat tersebut masuk ke dalam rumahnya. Sesampainya di dalam rumah, Jason di sambut ekspresi terkejut dari anak asuh nya.

"Paman, apa kau membunuh orang?" Tanya Han.

Mata nya seperti hendak melompat keluar saat melihat mayat tersebut. Tidak ada jawaban apapun dari Jason. Han pun mengekori Jason yang membawa jasad tersebut menuju ruang bawah tanah. Suasana lorong yang mencekam membuat Han reflek meremas kemeja Jason.

"Hei, laki laki tidak boleh penakut." Ujar Jason sambil menoleh ke arah bocah di belakangnya.

Han menyapukan pandangannya ke setiap sudut lorong. "Aku merasa berada di film horor."

Jason menggelengkan kepalanya. Ia pun melanjutkan langkahnya menuju pintu yang berada di ujung lorong. Pintu itu berwarna merah tua menambah kesan misterius tentang apa yang ada di dalam nya. Jason menurunkan mayat yang ia gotong sedari tadi. Ia menempelkan ibu jarinya pada fingerprint yang ada di pintu tersebut.

"Paman, apa aku boleh ikut masuk?" Tanya Han.

Jason mengangguk. "Silakan, tapi pastikan untuk tidak mengotori ruangan ini."

Han mengangguk, lalu pintu misterius itu pun terbuka. Jason memasuki ruangan tersebut diiringi oleh Han yang menatap horor seisi ruangan tersebut.

Kosong.

Ruangan tersebut tidak berisi apa pun, hanya beberapa bangkai tikus yang sudah membusuk. Han mengira Jason menyembunyikan mayat atau sejenisnya di dalam ruangan tersebut. Mengingat ketatnya keamanan pada ruangan tersebut. Han mengelus dadanya merasa lega karena Jason tidak seperti perkiraannya.

"Kau pasti berpikir bahwa aku menyembunyikan mayat disini?" Tanya Jason.

Han menarik sudut bibirnya. "Maafkan aku paman."

Jason mencebikkan bibirnya. Kemudian ia menggiring Han untuk keluar. Saat Han sudah keluar, ia pun menutup pintu tersebut. Terdengar suara teriakan dari Han yang berada di luar ruangan tersebut, tapi Jason tak menghiraukannya. Jason menekan sebuah tombol yang ada di lantai. Tiba-tiba lantai tersebut terbuka dan menampakan tangga yang menuju ke bawah. Jason melangkahkan kakinya sambil menyeret mayat yang ia temukan di luar rumahnya.

"Pa-paman.." panggil salah satu anak berkostum kupu-kupu.

Jason tersenyum. "Selamat pagi, anak-anak ku."

Anak-anak itu meringkuk ketakutan saat melihat senyum Jason, apalagi dengan tangan yang menyeret mayat. Jason mendekati anak anak tersebut dan mengeluarkan suntikan. Jason memang mempunyai rutinitas untuk menyuntikan vitamin ke tubuh para korbannya. Walaupun anak-anak tersebut hidup dalam kurungan, tapi Jason tidak pernah lalai dalam memberikan makanan, minuman, bahkan vitamin.

Sejak Jason memindahkan mereka ke ruangan tersebut, Jason melepaskan rantai dan melepas jahitan mulut mereka. Tapi yang lebih buruk, mereka di jahit bersama kostum yang mereka gunakan. Awalnya mereka mengalami pendarahan hebat hingga salah satunya tewas. Namun kedua anak tersebut ternyata cukup kuat menahan pendarahan tersebut dan hidup sebagai monster yang terkurung di kostum lucu. Bahkan mereka memakan mayat temannya sendiri sampai hanya menyisakan kepalanya.

"Pa..man.. kakak yang di dalam sana.. berteriak histeris sejak semalam." Ujar salah satu anak berkostum kelinci.

Jason menunjuk sebuah pintu yang di lapisi besi. "Kakak yang di dalam situ?"

Anak tersebut mengangguk. Jason pun melangkah perlahan menuju pintu tersebut. Jason menempelkan ibu jari nya pada fingerprint yang ada di pintu tersebut. Jason memang memasang fingerprint untuk keamanan di ruangan tersebut. Saat pintu terbuka, Jason hanya melihat kegelapan. Lampu yang semula berwarna merah, kini sudah padam. Entah di rusak atau memang rusak.

"Halo." Sapa Jason.

Tak ada jawaban. Jason pun memutuskan untuk menggunakan senter yang ada di ponselnya. Ia dapat melihat sesosok pria berkostum naga tergeletak di lantai. Darah mengalir dari hidung dan telinga nya. Jason segera menghambur ke arah sosok tersebut. Jason memeriksa denyut nadi dan jantung sosok tersebut, denyut nya masih terasa normal.

Jason mengguncang tubuh sosok yang sudah melemah tersebut.

"Ryan? Kau bisa mendengarku?"

~~~

Lusiana terbangun dari tidurnya tepat pukul 12 siang. Ia mengerjapkan mata nya berulang kali, hingga ia tersadar berada di kamarnya.

"Aishh.. Kepala ku.." Gumam Lusiana.

Lusiana bangkit dari kasurnya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket. Lusiana tinggal seorang diri di rumah yang cukup luas tersebut. Awalnya ia tinggal bersama ayahnya, namun sang ayah harus menetap di kantor karena kelompok mafia di kota tersebut tengah mengincar nyawa nya. Ayahnya yang terkenal suka ikut campur memang seringkali menempatkan nyawa nya dalam bahaya. Namun ayahnya hanya menanggapi dengan santai.

Pluk.

Lusiana reflek menundukan kepalanya saat terdengar ada sesuatu yang jatuh. Tubuh Lusiana sukses menghantam lantai saat ia menemukan sebuah permen cokelat di hadapannya. Lusiana membuang cokelat tersebut melalui jendela. Kemudian ia bergegas menuju pintu untuk menguncinya. Lusiana menutup semua jalur keluar masuk dirumahnya. Bahkan ia menutup cerobong asapnya dengan kursi.

Lusiana menjatuhkan tubuhnya di sofa. Ia menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya. Jantungnya berdegup tak karuan hingga hampir membuatnya nyaris tak bisa bernafas. Kini ia sudah sedikit bisa bernafas dengan tenang. Ia sudah menutup semua jalur masuk yang ada dirumahnya.

Setelah cukup lama beristirahat di sofa kesayangannya, Lusiana pun kembali masuk ke dalam kamarnya. Hanya di sana lah tempat teramannya saat ini. Lusiana mengunci pintu kamarnya dan menahannya dengan lemari buku. Mungkin terkesan berlebihan, tapi Lusiana memaku jendelanya. Ia juga menutup pagar besi di jendela nya yang setelah lama tidak di pakai.

"I'm going crazy!!" Pekik Lusiana.

Lusiana pun kembali merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Matanya dengan mudah terpejam mungkin karena terlalu cemas hingga membuatnya merasa sangat lelah. Namun Lusiana tidak menyadari sesuatu. Terlihat sepasang mata di bawah kasurnya. Sosok tersebut keluar dari persembunyiannya. Sosok tersebut memakai gaun lebar dan rambut panjang yang terurai.

"Terpejamlah selama nya, dokter."

To be continue...

Bab terkait

  • Shadow   07. Musuh dalam selimut

    Lusiana membuka mata nya, namun ia hanya mendapati kegelapan. Ia juga kesulitan bernafas karena oksigen yang terbatas. Ia menyadari bahwa tubuhnya terikat dalam posisi duduk dan kepalanya berada di dalam plastik berwarna hitam. Ia dapat mencium bau cokelat dari plastik tersebut. Lusiana mencoba untuk membuka ikatan di tangannya. Namun ia mendengar suara langkah yang makin mendekat."Sudah ku bilang, anak itu bodoh."Lusiana dapat mendengar suara wanita yang terdengar sedang menelepon seseorang karena tak terdengar suara siapapun selain dirinya."Tidak, ayah pasti akan membunuhku jika ia tau aku menculik seorang dokter."Wanita tersebut tertawa, entah menertawakan apa bersama orang di seberang sana."Aku menculik dokter Lusiana. Wajahnya sangat manis, apakah darahnya juga manis seperti cokelat?"Lusiana menelan saliva nya dengan susah payah. Keringat dingin mulai mengalir dari dahi nya. Lusiana merasakan sosok itu mulai mendekati nya. Ia pun memeja

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-25
  • Shadow   08. Tangan Kematian

    Hari telah berganti, namun Jason masih tetap berada diruang bawah tanah memandangi wajah teman lamanya, Ryan. Temannya itu mengalami hipotermia karena penghangat di dalam ruangan tersebut rusak. Lampu diruangan tersebut juga tiba tiba padam membuat suhu ruangan menjadi sangat dingin. Jason sudah memindahkan teman lamanya tersebut ke sebuah ruangan yang biasa di gunakan untuk mengeksekusi korbannya. Di ruangan itu, Jason merendam tubuh Ryan di air hangat. Namun bukannya membaik, tubuh Ryan yang terbalut kostum naga tersebut mulai membengkak. Wajahnya semakin membiru, pada menit selanjutnya Jason tak bisa lagi merasakan denyut nadi dan detak jantung temannya tersebut.Jason tersenyum memandangi tubuh tak bernyawa di hadapannya itu. Jason pun mengangkat mayat temannya itu dan membaringkannya di meja operasi yang biasa ia gunakan untuk melakukan operasi pada semua korbannya. Jason menguliti wajah Ryan yang sudah tak bernyawa tersebut. Ia tak bisa henti hentinya tertawa, namun tanp

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-26
  • Shadow   09. Penyelamatan

    Matahari sudah berganti dengan bulan. Jason merasakan perutnya mulai sakit karena lebih dari 24 jam tidak makan apapun. Jason pun memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut. Ia juga ingat bahwa Han tidak bisa memesan makanan sendiri. Bocah itu pasti kelaparan sekarang. Jason menaiki tangga menuju ruang tamu."Han.." panggilnya.Suasana rumahnya sangat sunyi, tak ada suara teriakan Han yang biasa menyambutnya. Jason merasa ada sesuatu yang aneh disini. Jason pun mengelilingi rumahnya untuk mencari anak asuhnya tersebut."Han! Aku tidak ingin bermain! Aku lapar!" teriak Jason.Namun lagi lagi tak ada sahutan dari Han. Jason mengira bocah itu sedang keluar rumah. Ia pun memesan makanan terlebih dahulu kareba perutnya sudah tak bisa di ajak berkompromi.Setelah memesan makanan, ia pun keluar dari rumah untuk melihat kemungkinan ada Han disana.Lagi-lagi nihil.Tak ada apapun selain mobil mewahnya yang terparkir indah di halaman. Tapi matanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-27
  • Shadow   10. Arcturians

    "PAMAN!!!"Han berteriak histeris dari dalam mobil saat melihat tubuh Jason yang sudah terkapar di aspal. Darah tak henti hentinya mengalir dari luka di pinggang Jason. Sedangkan Lusiana hanya bisa membeku di tempatnya, menatap Jason layaknya orang yang baru pertama kali melihat darah."Dokter Lusiana.. tolong paman.." ujar Han lirih.Lusiana sontak menolehkan kepalanya ke arah Jason. Matanya masih terasa kosong, nyawa nya bagaikan terbang ke tempat lain."DOKTER!"Teriakan Han tersebut mampu menyatukan jiwa dan raga Lusiana. Ia segera keluar dari mobil dan memapah Jason ke dalam mobil dengan di bantu oleh bocah tersebut. Selanjutnya, Lusiana akan membawa nya pulang.Apa Lusiana tahu dimana tempat tinggal Jason?Tentu saja tidak.Pulang yang di maksud adalah ke rumah Lusiana. Han sedari tadi hanya menangis di sebelah Jason. Berulang kali Lusiana bertanya dimana alamat rumah mereka, Han hanya menangis. Satu-satunya tempat untuk pulang saat

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-28
  • Shadow   11. Mama

    Lusiana dan Han menatap Jason dari meja makan. Pagi ini sudah menjadi hari ketiga Jason berada di rumah Lusiana, pria tersebut memutuskan untuk kembali pada pekerjaannya. Jason tengah duduk mengajar muridnya melalui zoom di ruang tamu. Sudah lebih dari seminggu Jason tidak bekerja. Ia disibukkan oleh naluri pembunuhnya, belum lagi beberapa kasus yang melibatkan Han."Hei jangan tidur!" Ujar Jason tiba-tiba.Lusiana dan Han sempat terkaget karena nada bicara Jason yang sedikit meninggi. Jason melirik jam yang ada di tangannya."Lima menit lagi."Jason menarik nafasnya."Rik, jika minggu depan tugas ini tidak selesai, kepala mu akan ku penggal." Ujar Jason.Muridnya yang bernama Riko itu terlihat menggangguk lemah. Jason hanya menatap laptop nya tanpa ekspresi apapun. Lusiana menggelengkan kepalanya berulang kali. Ia mungkin akan berhenti kuliah jika mendapatkan seorang dosen seperti Jason."Kau tahu pamanmu seorang dosen?" Tanya Lusiana pada

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-03
  • Shadow   12. Hukuman

    Jason tiba di depan bangunan tua yang dihuni oleh ibu nya. Sudah lebih dari dua tahun Jason tidak menginjakan kakinya di lingkungan tersebut. Menurutnya, rumah ini merupakan tempat terkutuk bagi siapapun yang memasuki nya. Mereka tidak akan keluar dari rumah tersebut, bagai terpenjara atau bahkan terkubur di dalamnya. Namun kutukan itu tidak berlaku bagi Jason.Jason membuka pintu kayu tersebur dengan perlahan. Suara decitan kayu yang di hasilkan dari pintu terdengar begitu menyedihkan. Bau amis yang biasa ia cium dirumahnya mulai menyeruak masuk ke dalam hidungnya."Anak ku.." seru Eliza yang sudah duduk cantik di ruang tamu.Jason menghampiri Eliza dan memberikan sekantung plastik sayur mayur. Sudah menjadi rutinitasnya membawa sayuran ketika mengunjungi Eliza, karena ibu nya itu selalu memasak sup ketika Jason berkunjung.Eliza meraih plastik tersebut dan ekspresi wajahnya mendadak kecewa."Wortelnya sudah tidak segar." Protes Eliza."Aku bahka

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-06
  • Shadow   13. Ancaman

    Setelah tiga hari menunda kedatangannya ke kantor polisi, kini Jean mendatangi kantor polisi tepat pukul 7 malam. Jean memasuki kantor polisi yang telah lebih dahulu mengamankan rekaman CCTV di lokasi kejadian. Nampak tim Investigasi sedang berkumpul sambil mengamati layar proyektor. Jean mengetuk pintu yang sudah terbuka itu untuk memberitahu kedatangannya. Rekaman di layar proyektor itu berhenti, lalu semua kepala menoleh ke arahnya."Selamat datang, Detektif Jean." sapa kepala tim Investigasi sambil berjalan ke arahnya.Jean melirik badge nama detektif tersebut. "Senang bertemu denganmu, Detektif Wirard."Detektif bernama Wirard itu mengangguk lalu mengulurkan tangannya. Jean membalas uluran tangan Wirard sejenak kemudian melepaskannya. Wirard mempersilahkan Jean untuk bergabung menonton rekaman CCTV yang ada di layar."Dimana letak CCTV yang merekam kejadian ini? Bukankah semua CCTV terdekat sudah di rusak?" tanya Jean.Wirard mengangguk. "Ya,

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-08
  • Shadow   14. Han

    Untuk pertama kalinya Jason berlari di tengah malam. Jason berlari mengejar Han yang sudah meninggalkan rumahnya. Entah sejak kapan manusia mampu berlari kencang dengan sebelah kakinya. Jason pun tidak tau kemana Han akan pergi, mengingat anak tersebut tidak punya tempat tujuan. Hanya ada satu tempat yang menjadi tujuan Jason saat ini. Rumah sakit tempat Lusiana bekerja. Entah mengapa hanya tempat itu yang terlintas di kepalanya. Jason mengubah langkah kakinya menuju rumahnya untuk mengambil mobil. Jason meraih kunci mobil yang selalu berada di sakunya. Ia memang selalu menyimpan kunci mobil di saku agar mudah di jangkau saat darurat seperti ini.“Anak nakal..” gumam Jason di dalam mobilnya.Ia segera tancap gas menuju rumah sakit tujuannya. Pikirannya melayang entah kemana. Ia memikirkan Han dan Keisha di saat bersamaan. Disebabkan pikirannya yang kacau, Jason mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan. Ia melewati rambu lalu lintas yang berwarna merah hingga

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-13

Bab terbaru

  • Shadow   86. Sampai jumpa (END)

    Hari sudah berganti menjadi pagi. Jason dan Lusiana membawa tubuh Jean yang sudah tak bernyawa ke kabin yang dulunya laboratorium. Jean memang tak minta di makamkan disana, tapi Jason berinisiatif untuk memakamkannya disana. Jason juga sudah menyiapkan lubang di samping kabin untuk makam ayahnya. Jason membuka pintu kabin yang sudah rusak itu. Jason memasuki sebuah ruangan rahasia di dalam kabin tersebut. Lalu ia melihat sebuah peti yang sudah di siapkan oleh Jean bertahun-tahun lama nya. Rupanya peti itu yang pernah di ceritakan oleh Jean padanya. Jason ingin menggunakan peti itu, tapi terlalu berat untuk di angkat berdua dengan Lusiana. Akhirnya Jason dan Lusiana sepakat untuk mengubur Jean hanya menggunakan alas kain. Mereka tak bisa membiarkan siapapun tahu tentang kematian Jean. Jason dan Lusiana membawa tubuh Jean keluar dari mobil. Lalu mereka merebahkan tubuh Jean di atas sebuah kain. Jason menatap Jean yang sudah sangat pucat tersebut. Tubuh Jean

  • Shadow   85. Tangisan perpisahan

    Jean tiba di depan rumah Jason dengan perasaan yang gelisah. Ia segera memasuki pekarangan rumah itu. Saat itu matahari sudah mulai berada cukup tinggi. Jean membuka pintu yang tak terkunci tersebut. Tapi ia sama sekali tak bisa menemukan Jason. Jean pun berkeliling di rumah itu sendirian untuk mencari keberadaan Jason. Tangan Kanan yang belakangan ini selalu mengikutinya itu sudah kembali ke rumahnya. Jean bahkan sudah berpamitan dengan Tangan Kanan. Mereka tidak akan bertemu lagi karena semua masalah sudah selesai, lalu Jean pun akan kembali ke San Francisco.Setelah cukup lama mencari, Jean pun mulai lelah. Ia sama sekali tak menemukan sosok Jason di rumah tersebut. Jean memilih bersantai di sofa ruang tamu yang begitu menggoda. Jean meraih ponsel Watt yang ada di sakunya. Kemudian ia membuka semua gambar di galeri nya yang berisi kenangan tersebut. Jean menghela nafasnya yang terasa berat saat melihat fotonya bersama Watt di taman Tangan Kanan. Saat it

  • Shadow   84. Gelisah

    Jason kembali ke lantai atas setelah bermalam di ruang bawah tanah. Ia bergegas menuju halaman rumahnya. Pagi ini Jason merasakan semua beban di tubuhnya menghilang. Ia bisa tersenyum lepas menatap matahari yang masih malu-malu menampakan dirinya. Jason memejamkan matanya, merasakan sensasi udara pagi yang begitu segar. Lalu Lusiana muncul dari pintu dengan kondisi yang masih berantakan. Nampaknya wanita itu baru saja bangun dari tidurnya.Jason menghampiri Lusiana yang tersenyum ke arahnya. Sebenarnya Lusiana sempat marah padanya sejak insiden penjagalan anggota tim alpha. Namun sepertinya Lusiana sudah bisa melupakan semuanya saat ini."Bagaimana tidur mu?" Tanya Jason.Lusiana melebarkan senyumnya. "Sangat tenang dan nyaman."Jason juga melebarkan senyumnya. "Bagus lah jika begitu."Jason berdeham pelan. "Bagaimana jika kita jalan-jalan hari ini?"

  • Shadow   83. Game over sesungguhnya

    Setengah jam setelah Tangan Kanan mengusulkan ide nya, kini mereka berada di luar rumah Holland. Dari bola mata mereka terlihat kobaran api yang besar. Ternyata mereka lebih memilih membakar bangunan itu daripada mengebom nya. Jean dan Tangan Kanan terus menatap rumah yang terbakar tersebut. Jean sudah menghubungi pemadam kebakaran 5 menit yang lalu. Orang-orang di sekitar juga sudah mulai berkerumun melihat kebakaran tersebut."Kau sudah menghafal dialog nya?" Bisik Tangan Kanan."Belum. Kau cukup menyamakan jawaban dengan ku, kan?" Jawab Jean dengan pelan.Tangan Kanan menganggukan kepalanya. Lalu ia melanjutkan melihat pemandangan si jago merah yang begitu gagah melahap bangunan tersebut. Tak lama kemudian mobil pemadam kebakaran tiba disusul dengan mobil polisi beberapa menit kemudian. Tangan Kanan menatap Jean sekilas sambil mengacungkan ibu jarinya. Jean juga mengacungkan ibu jarinya. 

  • Shadow   82. Satu pikiran

    Sudah lebih dari 5 menit tapi Franco masih terlalu jauh untuk mencapai tangga. Waktu sudah menunjukan pukul 3 p.m. Jason merasakan perutnya terasa sakit. Ia sama sekali belum memakan apapun selama pulang dari rumah sakit. Jason pun berjalan melewati Franco yang masih berusaha melarikan diri dengan cara melata seperti ular. Jason menghembuskan nafasnya pelan saat berada di samping Franco. Kemudian ia segera menaiki anak tangga itu dengan cepat meninggalkan Franco di ruang bawah tanah itu bersama anggota tim alpha yang sudah tewas.Jason keluar dari pintu yang ada di belakang kulkas. Ia segera menghampiri Lusiana yang sedang berdiri memandangi lantai yang bolong. Jason tersenyum manis pada Lusiana, namun Lusiana hanya menatapnya sekilas."Maafkan aku." Ujar Jason.Lusiana mengernyitkan dahinya. "Untuk apa?"Jason menarik sudut bibirnya. "Aku tak menjawab pertanyaan itu. Sekarang

  • Shadow   81. Hadiah untuk tamu

    Franco dan tim alpha yang baru masuk ke rumah Holland itu pun terkejut setelah menonton siaran ulang. Mereka yang mengira Walikota berada disini pun akhirnya memilih untuk segera pergi ke rumah Jason. Tujuan utama mereka hanyalah menyelamatkan Walikota. Jean dan Tangan Kanan yang semula panik kini mulai bisa menghembuskan nafasnya dengan lega. Franco dan tim alpha itu sudah pergi dari rumah tersebut. Seandainya tidak ada siaran langsung itu, mungkin Franco dan tim alpha akan memeriksa bangunan tersebut. Lalu mereka akan menemukan ketiga orang yang sudah di bunuh oleh Jason.Diluar gedung, Franco bersama tim alpha itu sedang menyusun strategi. Mereka harus menyelamatkan Walikota dan menangkap Jason. Franco mengeluarkan selembar kertas dan pulpen dari sakunya. Lalu Franco menggambarkan sesuatu."Kita semua ada 8 orang, kita akan bagi menjadi 4 kelompok. Aku akan datang dari arah gerbang depan. Lalu kelompok 2 dan 3 akan masuk lewat

  • Shadow   80. Terbongkar

    Jason mengambil ponselnya, lalu ia beranjak ke kamarnya. Di dalam kamarnya, ia melihat walikota yang sedang meringsut di kasurnya. Jason masuk ke kamarnya, lalu mengunci pinter tersebut. Walikota itu sangat panik saat melihat Jason sudah ada di dalam bersama nya. Jason meletakan ponselnya di atas meja yang bisa menangkap seluruh kamarnya. Kemudian Jason mengenakan topeng yang pernah di beli nya sewaktu kecil. Setelah menggunakan topeng, Jason menekan layar ponselnya. Jason melambaikan tangannya ke kamera saat siaran langsung di mulai."Selamat siang semuanya." Sapa Jason sambil melambaikan tangannya.Jason dapat melihat banyak sekali komentar, tapi ia tak bisa membacanya karena jarak yang cukup jauh. Jason sedikit menggeser tubuhnya agar para penonton bisa melihat walikota yang sedang ketakutan."Aku tidak akan menyakiti pak walikota. Aku hanya akan menanyakan beberapa hal padanya." Ujar Jason.

  • Shadow   79. Siaran langsung

    Jean merasa sangat resah saat ini. Sudah lebih dari 2 jam saat Jason memutuskan untuk menjemput Franco dan Walikota. Seharusnya ia menembak mati Jason saat diminta. Namun rupanya ia sama sekali tak bisa menyingkirkan iblise kecil itu. Jadilah kini ia yang sangat resah karena Jason tak kunjung kembali. Hanya ada dua kemungkinan saat ini. Kemungkinan pertama Jason tertangkap, lalu kemungkinan kedua Jason mati di tempat. Jean menghela nafasnya dengan kasar. Ia menatap Tangan Kanan yang tengah fokus memakan sesuatu di mangkuk. Jean pun menarik mangkuk itu dan mengambil alihnya."Itu punya ku." Ujar Tangan Kanan.Jean mengedikan bahunya. "Mengalah dengan yang lebih tua."Tangan Kanan hanya bisa mendengus pelan menatap mie instan nya yang sudah habis tak tersisa di makan oleh seniornya tersebut. Tangan Kanan bangkit dari kursi nya, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Ia lupa jika d

  • Shadow   78. Santa

    "Kau pernah menjadi sopir Holland?" Tanya Jason.Tangan Kanan menganggukan kepalanya. Ia baru saja memberitahu Jason tentang masa lalunya. Asal usul keluarga nya dan bagaimana dia bisa mengenal Jean. Sebenarnya pertemuannya dengan Jason saat itu memang sudah di rencanakan bersama Jean. Tangan Kanan sengaja menemui Jason yang masih kecil itu untuk berteman dengannya."Lalu mengapa kau di undang ke permainan?" Tanya Jason.Tangan Kanan mengedikan bahunya. "Mungkin dia takut rahasianya terbongkar."Jason menganggukan kepalanya, itu bisa jadi alasan yang sangat masuk akal. Pasti Holland sangat takut rahasia besarnya terbongkar oleh Tangan Kanan."Apa Holland pernah membunuh seseorang?" Tanya Jason.Tangan Kanan mengangguk. "Aku pernah di perintahkan untuk mengubur seorang wanita yang di jadikan eksperimen olehnya." 

DMCA.com Protection Status