Home / Thriller / Shadow / 09. Penyelamatan

Share

09. Penyelamatan

Author: Fit
last update Last Updated: 2021-02-27 19:38:32

Matahari sudah berganti dengan bulan. Jason merasakan perutnya mulai sakit karena lebih dari 24 jam tidak makan apapun. Jason pun memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut. Ia juga ingat bahwa Han tidak bisa memesan makanan sendiri. Bocah itu pasti kelaparan sekarang. Jason menaiki tangga menuju ruang tamu.

"Han.." panggilnya.

Suasana rumahnya sangat sunyi, tak ada suara teriakan Han yang biasa menyambutnya. Jason merasa ada sesuatu yang aneh disini. Jason pun mengelilingi rumahnya untuk mencari anak asuhnya tersebut.

"Han! Aku tidak ingin bermain! Aku lapar!" teriak Jason.

Namun lagi lagi tak ada sahutan dari Han. Jason mengira bocah itu sedang keluar rumah. Ia pun memesan makanan terlebih dahulu kareba perutnya sudah tak bisa di ajak berkompromi.

Setelah memesan makanan, ia pun keluar dari rumah untuk melihat kemungkinan ada Han disana.

Lagi-lagi nihil.

Tak ada apapun selain mobil mewahnya yang terparkir indah di halaman. Tapi matanya menangkap sesuatu yang tergeletak di rerumputan.

Ponsel Han.

Jason pun berlari menuju rerumputan tersebut. Lalu ia melihat bercak darah di sekitar rerumputan tersebut. Jason pun segera mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Xenovia.

Tak perlu waktu lama, panggilan tersebut pun di terima oleh kakak nya. Ia mendengar tangisan Han lewat panggilan tersebut.

"Brengsek!"

Hanya kata itu yang ingin di ucapkan oleh Jason kepada kakaknya. Ia segera mengakhiri panggilan dan bergegas menuju mobilnya.

Set.

Sebuah pistol berada tepat di pelipisnya. Jason reflek menghentikan langkahnya.

"Kejutan!" bisik seseorang tepat di telinga nya.

Lewat ekor matanya, Jason menebak siapa yang tengah menodongkan pistol ke arahnya.

Wanita.

Cantik.

Gaun putih.

Tak lupa dengan Cartwheel Hat.

"Jangan bergerak, Jason." ujar sosok tersebut.

Jason menolehkan kepalanya ke arah sosok tersebut.

"Menyingkir!"

Sosok tersebut tersenyum lebar.

"Ya. Setelah kepala mu ku tembak."

Dorr!!

~~~

Han menangis sambil memegangi kepala nya yang berdarah. Wanita yang membawanya sudah pergi entah kemana. Wanita itu bilang akan membawakan dokter untuk mengobati kepalanya. Kini Han seorang diri di sebuah ruangan yang minim pencahayaan dan lagi ruangan tersebut di kunci. Han hanya bisa meringkuk menahan sakit dan juga rasa takut.

"Paman.." ujarnya lirih.

Tak lama kemudian pintu terbuka, menampakan sosok yang membawanya atau lebih tepatnya menculiknya. Di belakang sosok tersebut berdiri seorang wanita yang ia kenal tengah menunduk.

"Dokter Lusiana!" teriak Han.

Lusiana yang merasa terpanggil pun mengangkat kepalanya.

"Han!"

Sosok itu pun mendorong Lusiana masuk ke dalam ruangan remang-remang tersebut.

"Baguslah jika kalian sudah saling mengenal." Ujar sosok tersebut.

"Lusiana, dia pasien yang harus kau obati. Peralatan P3K ada di sebelah anak itu." Jelasnya.

Kemudian sosok itu menatap Han. "Hei Bocah! Dia dokter yang akan merawat kepala kecilmu. Baik-baiklah dengannya. Aku tidak mau kanvasku rusak sebelum aku menorehnya dengan tinta."

Setelah mengatakan hal tersebut, sosok itu pun kembali mengunci pintu. Terdengr langkah kaki yang semakin menjauh menandakan sosok itu sudah pergi.

Lusiana mengambil kotak P3K yang berada di samping Han. Lusiana melihat luka yang ada di kepala anak tersebut. Terdapat lebam di dahi Han yang juga di hiasi oleh darah yang sudah mulai mengering.

"Jangan bergerak." Ujar Lusiana.

Kemudian Lusiana mengambil sapu tangan yang selalu ia bawa kemana pun. Lusiana membasahi sapu tangan tersebut dengan air yang di sediakan untuk minum. Perlahan ia membersihkan darah yang sudah mengering di sekitar luka tersebut. Lusiana menekan luka tersebut selama kurang lebih 10 menit. Dirasa darah sudah tidak mengalir lagi, Lusiana pun membalut luka tersebut dengan perban yang sudah di sediakan beserta plester luka. Lalu ia mengambil paracetamol dan memberikannya pada Han.

"Darahnya sudah berhenti, sekarang minum ini untuk mengurangi rasa nyeri nya." Jelas Lusiana.

Han mengangguk dan segera menelan obat tersebut disusul oleh air putih. Lusiana tersenyum dan mengusap kepala Han.

"Anak pintar. Berapa usia mu?" Tanya Lusiana.

"10 tahun." Jawab Han.

Lusiana menganggukan kepalanya beberapa kali.

"Kita pasti bisa bebas, Han." Ujar Lusiana.

Han mengangguk mantap. "Ya! Paman Niko akan menjemputku. Tadi aku mendengar suara paman Niko saat tante jahat itu sedang menelepon."

Lusiana mendekatkan wajahnya dengan Han. "Paman Niko? Siapa itu?"

"Paman yang itu." Ujar Han sambil menunjuk ke arah jendela.

Yap. Jason sudah menampakan kepalanya di jendela. Ia menatap datar ke arah Lusiana, kemudian tersenyum lebar pada Han. Sungguh perbedaan yang kentara. Lusiana segera membuka jendela, namun jendela tersebut sangat sulit terbuka karena mungkin sudah terlalu lama tertutup.

Jason mengisyaratkan mereka untuk minggir, kemudian ia mendorong jendela tersebut hingga engselnya patah. Kemudian jendela tersebut terbuka walaupun menimbulkan sedikit kegaduhan. Jason segera masuk ke dalam ruangan remang-remang tersebut.

"Han.." panggil Jason lirih.

Ia memeluk anak asuhnya tersebut dengan erat. Tak bisa di percaya ia menangis hanya karena Han. Mungkin itu karena Han adalah dia, dan dia adalah Han. Sungguh romantis bapak dan anak tak sedarah ini.

"Ayo pulang. Aku sudah membeli daging." Ujar Jason.

Han mengangguk senang.

Sedangkan Lusiana hanya bisa menonton drama antara bapak dan anak tersebut. Jason melirik Lusiana dan menyuruhnya untuk keluar terlebih dahulu.

"Bawa Han terlebih dahulu. Ini kunci mobilku, aku memarkirnya tepat di lantai dasar." Ujar Jason.

Lusiana termangu mendengar ucapan Jason. Lantai dasar? Yap. Mereka sekarang berada di lantai tiga di sebuah gedung tak terpakai. Bagaimana Jason bisa mengetahui posisi mereka? Itu karena Jason memasangkan alat pelacak di semua baju yang di kenakan oleh Han. Hebat bukan ayah yang satu ini?

"Lompat?" Tanya Lusiana dengan ragu.

Jason menatap malas ke arah dokter tersebut.

"Lompatlah jika kau ingin mati. Kau pikir aku kesini tanpa persiapan apapun?"

Lusiana tertawa pelan. Ia menengok ke arah jendela dan mendapati tangga vertikal yang terbuat dari tali, seperti yang biasa di dapati pada rumah pohon. Lusiana pun keluar melewati jendela, kemudian ia perlahan menuruni anak tangga tersebut. Setelah itu Han mengikuti Lusiana menuruni tangga itu menuju ke bawah. Tinggalah Jason yang masih berads di ruangan tersebut. Jason tak bergerak sama sekali. Ia menunggu sosok yang dengan berani menculik anak asuhnya tersebut.

Lusiana dan Han sudah berada di bawah dan masuk ke dalam mobil. Tapi Jason masih tak terlihat melewati tangga tersebut. Jason masih menatap ke arah pintu. Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki yang mendekat.

Pintu pun terbuka.

Sosok yang membelakangi cahaya itu menatap horor ke arah Jason.

"Jas- Niko?" Panggil sosok tersebut dengan raut wajah ketakutan.

Jason menatap datar ke arah sosok tersebut. "Kau yang mengirim nya kepada ku? Sebaiknya kau pulang dan siapkan pemakaman untuknya."

Sosok tersebut mulai melangkahkan kakinya ke arah Jason dengan langkah yang di seret.

"Berani nya kau.."

Jason tak menghiraukan sosok tersebut dan berjalan menuju jendela. Tanpa di duga, sosok itu mengacungkan senjata tajam ke arah Jason. Sedangkan Jason yang lengah, akhirnya harus mendapatkan luka tusukan di pinggang sebelah kanan.

Jason melemas dan jatuh ke lantai. Sosok itu pun tak membuang waktunya. Ia mengambil sebuah besi yang berada di sudut ruangan dan memukulkan nya ke Jason. Namun Jason menendang kaki sosok tersebut hingga terjatuh. Jason menarik pisau yang masih menancap di pinggang nya. Kemudian ia menusukan pisau tersebut kepada sang pemilik.

Jlebb!!

Jlebb!!

Jlebb!!

"MATI KAU!!" Teriak Jason yang sudah mulai hilang kendali.

Jason berkali-kali menusukan pisau itu di sekitar perut korbannya. Ia sangat membenci orang yang berani menyentuh miliknya. Saat sedang bersenang-senang, rasa nyeri mulai menghujam pinggangnya. Tanpa terasa darah sudah sangat deras keluar dari luka tersebut. Jason pun memutuskan untuk menuruni tangga vertikal yang ada di jendela. Tubuhnya sudah mulai melemas karena kekurangan darah. Tapi ia harus menguatkan diri agar tidak terjun dari lantai tiga gedung tersebut.

"Paman!!" Teriak Han dari dalam mobil.

Jason jalan terseok-seok menuju mobilnya. Pandangannya mulai meremang, hingga kemudian semuanya menjadi gelap. Dengan tubuh yang melemah, Jason mengetuk kaca mobilnya. Lusiana pun membuka kaca mobil tersebut. Jason menatap Lusiana dengan mata yang hampir terpejam.

"Ce..pat pergi..Ting..gal..kan aku.."

To be continue..

Related chapters

  • Shadow   10. Arcturians

    "PAMAN!!!"Han berteriak histeris dari dalam mobil saat melihat tubuh Jason yang sudah terkapar di aspal. Darah tak henti hentinya mengalir dari luka di pinggang Jason. Sedangkan Lusiana hanya bisa membeku di tempatnya, menatap Jason layaknya orang yang baru pertama kali melihat darah."Dokter Lusiana.. tolong paman.." ujar Han lirih.Lusiana sontak menolehkan kepalanya ke arah Jason. Matanya masih terasa kosong, nyawa nya bagaikan terbang ke tempat lain."DOKTER!"Teriakan Han tersebut mampu menyatukan jiwa dan raga Lusiana. Ia segera keluar dari mobil dan memapah Jason ke dalam mobil dengan di bantu oleh bocah tersebut. Selanjutnya, Lusiana akan membawa nya pulang.Apa Lusiana tahu dimana tempat tinggal Jason?Tentu saja tidak.Pulang yang di maksud adalah ke rumah Lusiana. Han sedari tadi hanya menangis di sebelah Jason. Berulang kali Lusiana bertanya dimana alamat rumah mereka, Han hanya menangis. Satu-satunya tempat untuk pulang saat

    Last Updated : 2021-02-28
  • Shadow   11. Mama

    Lusiana dan Han menatap Jason dari meja makan. Pagi ini sudah menjadi hari ketiga Jason berada di rumah Lusiana, pria tersebut memutuskan untuk kembali pada pekerjaannya. Jason tengah duduk mengajar muridnya melalui zoom di ruang tamu. Sudah lebih dari seminggu Jason tidak bekerja. Ia disibukkan oleh naluri pembunuhnya, belum lagi beberapa kasus yang melibatkan Han."Hei jangan tidur!" Ujar Jason tiba-tiba.Lusiana dan Han sempat terkaget karena nada bicara Jason yang sedikit meninggi. Jason melirik jam yang ada di tangannya."Lima menit lagi."Jason menarik nafasnya."Rik, jika minggu depan tugas ini tidak selesai, kepala mu akan ku penggal." Ujar Jason.Muridnya yang bernama Riko itu terlihat menggangguk lemah. Jason hanya menatap laptop nya tanpa ekspresi apapun. Lusiana menggelengkan kepalanya berulang kali. Ia mungkin akan berhenti kuliah jika mendapatkan seorang dosen seperti Jason."Kau tahu pamanmu seorang dosen?" Tanya Lusiana pada

    Last Updated : 2021-03-03
  • Shadow   12. Hukuman

    Jason tiba di depan bangunan tua yang dihuni oleh ibu nya. Sudah lebih dari dua tahun Jason tidak menginjakan kakinya di lingkungan tersebut. Menurutnya, rumah ini merupakan tempat terkutuk bagi siapapun yang memasuki nya. Mereka tidak akan keluar dari rumah tersebut, bagai terpenjara atau bahkan terkubur di dalamnya. Namun kutukan itu tidak berlaku bagi Jason.Jason membuka pintu kayu tersebur dengan perlahan. Suara decitan kayu yang di hasilkan dari pintu terdengar begitu menyedihkan. Bau amis yang biasa ia cium dirumahnya mulai menyeruak masuk ke dalam hidungnya."Anak ku.." seru Eliza yang sudah duduk cantik di ruang tamu.Jason menghampiri Eliza dan memberikan sekantung plastik sayur mayur. Sudah menjadi rutinitasnya membawa sayuran ketika mengunjungi Eliza, karena ibu nya itu selalu memasak sup ketika Jason berkunjung.Eliza meraih plastik tersebut dan ekspresi wajahnya mendadak kecewa."Wortelnya sudah tidak segar." Protes Eliza."Aku bahka

    Last Updated : 2021-03-06
  • Shadow   13. Ancaman

    Setelah tiga hari menunda kedatangannya ke kantor polisi, kini Jean mendatangi kantor polisi tepat pukul 7 malam. Jean memasuki kantor polisi yang telah lebih dahulu mengamankan rekaman CCTV di lokasi kejadian. Nampak tim Investigasi sedang berkumpul sambil mengamati layar proyektor. Jean mengetuk pintu yang sudah terbuka itu untuk memberitahu kedatangannya. Rekaman di layar proyektor itu berhenti, lalu semua kepala menoleh ke arahnya."Selamat datang, Detektif Jean." sapa kepala tim Investigasi sambil berjalan ke arahnya.Jean melirik badge nama detektif tersebut. "Senang bertemu denganmu, Detektif Wirard."Detektif bernama Wirard itu mengangguk lalu mengulurkan tangannya. Jean membalas uluran tangan Wirard sejenak kemudian melepaskannya. Wirard mempersilahkan Jean untuk bergabung menonton rekaman CCTV yang ada di layar."Dimana letak CCTV yang merekam kejadian ini? Bukankah semua CCTV terdekat sudah di rusak?" tanya Jean.Wirard mengangguk. "Ya,

    Last Updated : 2021-03-08
  • Shadow   14. Han

    Untuk pertama kalinya Jason berlari di tengah malam. Jason berlari mengejar Han yang sudah meninggalkan rumahnya. Entah sejak kapan manusia mampu berlari kencang dengan sebelah kakinya. Jason pun tidak tau kemana Han akan pergi, mengingat anak tersebut tidak punya tempat tujuan. Hanya ada satu tempat yang menjadi tujuan Jason saat ini. Rumah sakit tempat Lusiana bekerja. Entah mengapa hanya tempat itu yang terlintas di kepalanya. Jason mengubah langkah kakinya menuju rumahnya untuk mengambil mobil. Jason meraih kunci mobil yang selalu berada di sakunya. Ia memang selalu menyimpan kunci mobil di saku agar mudah di jangkau saat darurat seperti ini.“Anak nakal..” gumam Jason di dalam mobilnya.Ia segera tancap gas menuju rumah sakit tujuannya. Pikirannya melayang entah kemana. Ia memikirkan Han dan Keisha di saat bersamaan. Disebabkan pikirannya yang kacau, Jason mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan. Ia melewati rambu lalu lintas yang berwarna merah hingga

    Last Updated : 2021-03-13
  • Shadow   15. Kau pembunuhnya.

    Jason dan Lusiana sudah berada di dalam mobil. Seperti yang Jason katakan sebelumnya, ia akan mengantar Lusiana pulang."Siapa anak yang ada di foto tadi?" Tanya Jason.Lusiana terdiam sejenak. "Adik ku."Jason menganggukan kepalanya. Kemudian ia kembali fokus menyetir BMW kesayangannya tersebut. Sedangkan Lusiana diam diam memperhatikan Jason dengan saksama.Lusiana berdeham pelan. "Kau bilang kaki Han terluka kan?"Jason hanya mengangguk."Kau mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata untuk mengejar anak yang kaki nya terluka. Kemudian kau menabrak anak tersebut di sebuah jalan kecil yang tidak jauh dari rumah sakit. Bukan kah ada yang janggal?" Ujar Lusiana.Jason menurunkan kecepatan mobilnya. Kemudian ia menoleh ke arah Lusiana. Ia berpikir sejenak, lalu ia juga menemukan kejanggalan tersebut.Lusiana mengangguk mantap dengan mata berapi-ali. "Kematiannya pasti sudah di rencana kan."Jason masih terdiam, ia tengah

    Last Updated : 2021-03-18
  • Shadow   16. Pasien satu kaki

    Sinar matahari menyorot Jason yang sedang menelusuri jalan tanpa mobil kesayangannya. Tanpa berpikir panjang ia segera pergi dari rumahnya, meninggalkan sang ayah yang berhasil membuatnya seperti orang kesetanan. Entah ia akan pergi kemana saat ini. Ia hanya mengikuti kemana dua kakinya akan melangkah. Jason menyeka darah yang sedikit keluar dari luka di pipinya dengan tangan kiri. Ia menatap tangan kanan nya yang sudah tak ada di tempatnya lagi. Orang-orang di sekitar menatap Jason dengan tatapan merendahkan, bukan tatapan sedih atau semacamnya."Apa dia korban penculikan?""Seram.""Apa kau tidak kasihan? Coba tanya apa yang terjadi.""Kau saja.""Jangan dekati dia."Jason dapat merasakan tatapan jijik dan takut dari orang-orang tersebut. Ia menolehkan kepalanya, serentak orang-orang itu bergegas pergi sambil terus mencemooh keadaannya. Jason meraba celananya, namun ia tak menemukan ponsel atau pun dompet disana. Ia meninggalkan semua barangnya

    Last Updated : 2021-03-24
  • Shadow   17. Rekan

    Franco terdiam sejenak, keringat dingin mengalir dari dahinya. Secepat kilat, Franco mampu merubah ekspresinya. Sebisa mungkin ia menarik sudut bibirnya hingga membentuk lengkungan yang natural. Walaupun sebenarnya jantungnya sudah berdetak tak karuan karena tatapan dari ketiga dokter di hadapannya."Aku kesulitan mencari ruang administrasi." Ujar Franco.Dokter penengah itu mengernyitkan dainya. "Bukankah ruang administrasi ada di lantai 1?"Dokter yang sedari tadi diam ikut mengangguk setuju."Aku tidak dapat menemukannya, yang aku lihat hanya lautan manusia di lantai 1." Jelas Franco.Ketiga dokter itu menganggukan kepalanya."Sudah lebih dari lima hari ini rumah sakit memang di penuhi oleh manusia. Angka kematian di Chicago menjadi meningkat pesat, dan tentunya kami kekurangan istirahat." Jelas dokter penengah itu sambil tersenyum."Mari kami antar." Lanjutnya.Setelah itu tak ada perbincangan apapun lagi, karena pintu lift sudah t

    Last Updated : 2021-03-30

Latest chapter

  • Shadow   86. Sampai jumpa (END)

    Hari sudah berganti menjadi pagi. Jason dan Lusiana membawa tubuh Jean yang sudah tak bernyawa ke kabin yang dulunya laboratorium. Jean memang tak minta di makamkan disana, tapi Jason berinisiatif untuk memakamkannya disana. Jason juga sudah menyiapkan lubang di samping kabin untuk makam ayahnya. Jason membuka pintu kabin yang sudah rusak itu. Jason memasuki sebuah ruangan rahasia di dalam kabin tersebut. Lalu ia melihat sebuah peti yang sudah di siapkan oleh Jean bertahun-tahun lama nya. Rupanya peti itu yang pernah di ceritakan oleh Jean padanya. Jason ingin menggunakan peti itu, tapi terlalu berat untuk di angkat berdua dengan Lusiana. Akhirnya Jason dan Lusiana sepakat untuk mengubur Jean hanya menggunakan alas kain. Mereka tak bisa membiarkan siapapun tahu tentang kematian Jean. Jason dan Lusiana membawa tubuh Jean keluar dari mobil. Lalu mereka merebahkan tubuh Jean di atas sebuah kain. Jason menatap Jean yang sudah sangat pucat tersebut. Tubuh Jean

  • Shadow   85. Tangisan perpisahan

    Jean tiba di depan rumah Jason dengan perasaan yang gelisah. Ia segera memasuki pekarangan rumah itu. Saat itu matahari sudah mulai berada cukup tinggi. Jean membuka pintu yang tak terkunci tersebut. Tapi ia sama sekali tak bisa menemukan Jason. Jean pun berkeliling di rumah itu sendirian untuk mencari keberadaan Jason. Tangan Kanan yang belakangan ini selalu mengikutinya itu sudah kembali ke rumahnya. Jean bahkan sudah berpamitan dengan Tangan Kanan. Mereka tidak akan bertemu lagi karena semua masalah sudah selesai, lalu Jean pun akan kembali ke San Francisco.Setelah cukup lama mencari, Jean pun mulai lelah. Ia sama sekali tak menemukan sosok Jason di rumah tersebut. Jean memilih bersantai di sofa ruang tamu yang begitu menggoda. Jean meraih ponsel Watt yang ada di sakunya. Kemudian ia membuka semua gambar di galeri nya yang berisi kenangan tersebut. Jean menghela nafasnya yang terasa berat saat melihat fotonya bersama Watt di taman Tangan Kanan. Saat it

  • Shadow   84. Gelisah

    Jason kembali ke lantai atas setelah bermalam di ruang bawah tanah. Ia bergegas menuju halaman rumahnya. Pagi ini Jason merasakan semua beban di tubuhnya menghilang. Ia bisa tersenyum lepas menatap matahari yang masih malu-malu menampakan dirinya. Jason memejamkan matanya, merasakan sensasi udara pagi yang begitu segar. Lalu Lusiana muncul dari pintu dengan kondisi yang masih berantakan. Nampaknya wanita itu baru saja bangun dari tidurnya.Jason menghampiri Lusiana yang tersenyum ke arahnya. Sebenarnya Lusiana sempat marah padanya sejak insiden penjagalan anggota tim alpha. Namun sepertinya Lusiana sudah bisa melupakan semuanya saat ini."Bagaimana tidur mu?" Tanya Jason.Lusiana melebarkan senyumnya. "Sangat tenang dan nyaman."Jason juga melebarkan senyumnya. "Bagus lah jika begitu."Jason berdeham pelan. "Bagaimana jika kita jalan-jalan hari ini?"

  • Shadow   83. Game over sesungguhnya

    Setengah jam setelah Tangan Kanan mengusulkan ide nya, kini mereka berada di luar rumah Holland. Dari bola mata mereka terlihat kobaran api yang besar. Ternyata mereka lebih memilih membakar bangunan itu daripada mengebom nya. Jean dan Tangan Kanan terus menatap rumah yang terbakar tersebut. Jean sudah menghubungi pemadam kebakaran 5 menit yang lalu. Orang-orang di sekitar juga sudah mulai berkerumun melihat kebakaran tersebut."Kau sudah menghafal dialog nya?" Bisik Tangan Kanan."Belum. Kau cukup menyamakan jawaban dengan ku, kan?" Jawab Jean dengan pelan.Tangan Kanan menganggukan kepalanya. Lalu ia melanjutkan melihat pemandangan si jago merah yang begitu gagah melahap bangunan tersebut. Tak lama kemudian mobil pemadam kebakaran tiba disusul dengan mobil polisi beberapa menit kemudian. Tangan Kanan menatap Jean sekilas sambil mengacungkan ibu jarinya. Jean juga mengacungkan ibu jarinya. 

  • Shadow   82. Satu pikiran

    Sudah lebih dari 5 menit tapi Franco masih terlalu jauh untuk mencapai tangga. Waktu sudah menunjukan pukul 3 p.m. Jason merasakan perutnya terasa sakit. Ia sama sekali belum memakan apapun selama pulang dari rumah sakit. Jason pun berjalan melewati Franco yang masih berusaha melarikan diri dengan cara melata seperti ular. Jason menghembuskan nafasnya pelan saat berada di samping Franco. Kemudian ia segera menaiki anak tangga itu dengan cepat meninggalkan Franco di ruang bawah tanah itu bersama anggota tim alpha yang sudah tewas.Jason keluar dari pintu yang ada di belakang kulkas. Ia segera menghampiri Lusiana yang sedang berdiri memandangi lantai yang bolong. Jason tersenyum manis pada Lusiana, namun Lusiana hanya menatapnya sekilas."Maafkan aku." Ujar Jason.Lusiana mengernyitkan dahinya. "Untuk apa?"Jason menarik sudut bibirnya. "Aku tak menjawab pertanyaan itu. Sekarang

  • Shadow   81. Hadiah untuk tamu

    Franco dan tim alpha yang baru masuk ke rumah Holland itu pun terkejut setelah menonton siaran ulang. Mereka yang mengira Walikota berada disini pun akhirnya memilih untuk segera pergi ke rumah Jason. Tujuan utama mereka hanyalah menyelamatkan Walikota. Jean dan Tangan Kanan yang semula panik kini mulai bisa menghembuskan nafasnya dengan lega. Franco dan tim alpha itu sudah pergi dari rumah tersebut. Seandainya tidak ada siaran langsung itu, mungkin Franco dan tim alpha akan memeriksa bangunan tersebut. Lalu mereka akan menemukan ketiga orang yang sudah di bunuh oleh Jason.Diluar gedung, Franco bersama tim alpha itu sedang menyusun strategi. Mereka harus menyelamatkan Walikota dan menangkap Jason. Franco mengeluarkan selembar kertas dan pulpen dari sakunya. Lalu Franco menggambarkan sesuatu."Kita semua ada 8 orang, kita akan bagi menjadi 4 kelompok. Aku akan datang dari arah gerbang depan. Lalu kelompok 2 dan 3 akan masuk lewat

  • Shadow   80. Terbongkar

    Jason mengambil ponselnya, lalu ia beranjak ke kamarnya. Di dalam kamarnya, ia melihat walikota yang sedang meringsut di kasurnya. Jason masuk ke kamarnya, lalu mengunci pinter tersebut. Walikota itu sangat panik saat melihat Jason sudah ada di dalam bersama nya. Jason meletakan ponselnya di atas meja yang bisa menangkap seluruh kamarnya. Kemudian Jason mengenakan topeng yang pernah di beli nya sewaktu kecil. Setelah menggunakan topeng, Jason menekan layar ponselnya. Jason melambaikan tangannya ke kamera saat siaran langsung di mulai."Selamat siang semuanya." Sapa Jason sambil melambaikan tangannya.Jason dapat melihat banyak sekali komentar, tapi ia tak bisa membacanya karena jarak yang cukup jauh. Jason sedikit menggeser tubuhnya agar para penonton bisa melihat walikota yang sedang ketakutan."Aku tidak akan menyakiti pak walikota. Aku hanya akan menanyakan beberapa hal padanya." Ujar Jason.

  • Shadow   79. Siaran langsung

    Jean merasa sangat resah saat ini. Sudah lebih dari 2 jam saat Jason memutuskan untuk menjemput Franco dan Walikota. Seharusnya ia menembak mati Jason saat diminta. Namun rupanya ia sama sekali tak bisa menyingkirkan iblise kecil itu. Jadilah kini ia yang sangat resah karena Jason tak kunjung kembali. Hanya ada dua kemungkinan saat ini. Kemungkinan pertama Jason tertangkap, lalu kemungkinan kedua Jason mati di tempat. Jean menghela nafasnya dengan kasar. Ia menatap Tangan Kanan yang tengah fokus memakan sesuatu di mangkuk. Jean pun menarik mangkuk itu dan mengambil alihnya."Itu punya ku." Ujar Tangan Kanan.Jean mengedikan bahunya. "Mengalah dengan yang lebih tua."Tangan Kanan hanya bisa mendengus pelan menatap mie instan nya yang sudah habis tak tersisa di makan oleh seniornya tersebut. Tangan Kanan bangkit dari kursi nya, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Ia lupa jika d

  • Shadow   78. Santa

    "Kau pernah menjadi sopir Holland?" Tanya Jason.Tangan Kanan menganggukan kepalanya. Ia baru saja memberitahu Jason tentang masa lalunya. Asal usul keluarga nya dan bagaimana dia bisa mengenal Jean. Sebenarnya pertemuannya dengan Jason saat itu memang sudah di rencanakan bersama Jean. Tangan Kanan sengaja menemui Jason yang masih kecil itu untuk berteman dengannya."Lalu mengapa kau di undang ke permainan?" Tanya Jason.Tangan Kanan mengedikan bahunya. "Mungkin dia takut rahasianya terbongkar."Jason menganggukan kepalanya, itu bisa jadi alasan yang sangat masuk akal. Pasti Holland sangat takut rahasia besarnya terbongkar oleh Tangan Kanan."Apa Holland pernah membunuh seseorang?" Tanya Jason.Tangan Kanan mengangguk. "Aku pernah di perintahkan untuk mengubur seorang wanita yang di jadikan eksperimen olehnya." 

DMCA.com Protection Status