Home / Thriller / Shadow / 09. Penyelamatan

Share

09. Penyelamatan

Matahari sudah berganti dengan bulan. Jason merasakan perutnya mulai sakit karena lebih dari 24 jam tidak makan apapun. Jason pun memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut. Ia juga ingat bahwa Han tidak bisa memesan makanan sendiri. Bocah itu pasti kelaparan sekarang. Jason menaiki tangga menuju ruang tamu.

"Han.." panggilnya.

Suasana rumahnya sangat sunyi, tak ada suara teriakan Han yang biasa menyambutnya. Jason merasa ada sesuatu yang aneh disini. Jason pun mengelilingi rumahnya untuk mencari anak asuhnya tersebut.

"Han! Aku tidak ingin bermain! Aku lapar!" teriak Jason.

Namun lagi lagi tak ada sahutan dari Han. Jason mengira bocah itu sedang keluar rumah. Ia pun memesan makanan terlebih dahulu kareba perutnya sudah tak bisa di ajak berkompromi.

Setelah memesan makanan, ia pun keluar dari rumah untuk melihat kemungkinan ada Han disana.

Lagi-lagi nihil.

Tak ada apapun selain mobil mewahnya yang terparkir indah di halaman. Tapi matanya menangkap sesuatu yang tergeletak di rerumputan.

Ponsel Han.

Jason pun berlari menuju rerumputan tersebut. Lalu ia melihat bercak darah di sekitar rerumputan tersebut. Jason pun segera mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Xenovia.

Tak perlu waktu lama, panggilan tersebut pun di terima oleh kakak nya. Ia mendengar tangisan Han lewat panggilan tersebut.

"Brengsek!"

Hanya kata itu yang ingin di ucapkan oleh Jason kepada kakaknya. Ia segera mengakhiri panggilan dan bergegas menuju mobilnya.

Set.

Sebuah pistol berada tepat di pelipisnya. Jason reflek menghentikan langkahnya.

"Kejutan!" bisik seseorang tepat di telinga nya.

Lewat ekor matanya, Jason menebak siapa yang tengah menodongkan pistol ke arahnya.

Wanita.

Cantik.

Gaun putih.

Tak lupa dengan Cartwheel Hat.

"Jangan bergerak, Jason." ujar sosok tersebut.

Jason menolehkan kepalanya ke arah sosok tersebut.

"Menyingkir!"

Sosok tersebut tersenyum lebar.

"Ya. Setelah kepala mu ku tembak."

Dorr!!

~~~

Han menangis sambil memegangi kepala nya yang berdarah. Wanita yang membawanya sudah pergi entah kemana. Wanita itu bilang akan membawakan dokter untuk mengobati kepalanya. Kini Han seorang diri di sebuah ruangan yang minim pencahayaan dan lagi ruangan tersebut di kunci. Han hanya bisa meringkuk menahan sakit dan juga rasa takut.

"Paman.." ujarnya lirih.

Tak lama kemudian pintu terbuka, menampakan sosok yang membawanya atau lebih tepatnya menculiknya. Di belakang sosok tersebut berdiri seorang wanita yang ia kenal tengah menunduk.

"Dokter Lusiana!" teriak Han.

Lusiana yang merasa terpanggil pun mengangkat kepalanya.

"Han!"

Sosok itu pun mendorong Lusiana masuk ke dalam ruangan remang-remang tersebut.

"Baguslah jika kalian sudah saling mengenal." Ujar sosok tersebut.

"Lusiana, dia pasien yang harus kau obati. Peralatan P3K ada di sebelah anak itu." Jelasnya.

Kemudian sosok itu menatap Han. "Hei Bocah! Dia dokter yang akan merawat kepala kecilmu. Baik-baiklah dengannya. Aku tidak mau kanvasku rusak sebelum aku menorehnya dengan tinta."

Setelah mengatakan hal tersebut, sosok itu pun kembali mengunci pintu. Terdengr langkah kaki yang semakin menjauh menandakan sosok itu sudah pergi.

Lusiana mengambil kotak P3K yang berada di samping Han. Lusiana melihat luka yang ada di kepala anak tersebut. Terdapat lebam di dahi Han yang juga di hiasi oleh darah yang sudah mulai mengering.

"Jangan bergerak." Ujar Lusiana.

Kemudian Lusiana mengambil sapu tangan yang selalu ia bawa kemana pun. Lusiana membasahi sapu tangan tersebut dengan air yang di sediakan untuk minum. Perlahan ia membersihkan darah yang sudah mengering di sekitar luka tersebut. Lusiana menekan luka tersebut selama kurang lebih 10 menit. Dirasa darah sudah tidak mengalir lagi, Lusiana pun membalut luka tersebut dengan perban yang sudah di sediakan beserta plester luka. Lalu ia mengambil paracetamol dan memberikannya pada Han.

"Darahnya sudah berhenti, sekarang minum ini untuk mengurangi rasa nyeri nya." Jelas Lusiana.

Han mengangguk dan segera menelan obat tersebut disusul oleh air putih. Lusiana tersenyum dan mengusap kepala Han.

"Anak pintar. Berapa usia mu?" Tanya Lusiana.

"10 tahun." Jawab Han.

Lusiana menganggukan kepalanya beberapa kali.

"Kita pasti bisa bebas, Han." Ujar Lusiana.

Han mengangguk mantap. "Ya! Paman Niko akan menjemputku. Tadi aku mendengar suara paman Niko saat tante jahat itu sedang menelepon."

Lusiana mendekatkan wajahnya dengan Han. "Paman Niko? Siapa itu?"

"Paman yang itu." Ujar Han sambil menunjuk ke arah jendela.

Yap. Jason sudah menampakan kepalanya di jendela. Ia menatap datar ke arah Lusiana, kemudian tersenyum lebar pada Han. Sungguh perbedaan yang kentara. Lusiana segera membuka jendela, namun jendela tersebut sangat sulit terbuka karena mungkin sudah terlalu lama tertutup.

Jason mengisyaratkan mereka untuk minggir, kemudian ia mendorong jendela tersebut hingga engselnya patah. Kemudian jendela tersebut terbuka walaupun menimbulkan sedikit kegaduhan. Jason segera masuk ke dalam ruangan remang-remang tersebut.

"Han.." panggil Jason lirih.

Ia memeluk anak asuhnya tersebut dengan erat. Tak bisa di percaya ia menangis hanya karena Han. Mungkin itu karena Han adalah dia, dan dia adalah Han. Sungguh romantis bapak dan anak tak sedarah ini.

"Ayo pulang. Aku sudah membeli daging." Ujar Jason.

Han mengangguk senang.

Sedangkan Lusiana hanya bisa menonton drama antara bapak dan anak tersebut. Jason melirik Lusiana dan menyuruhnya untuk keluar terlebih dahulu.

"Bawa Han terlebih dahulu. Ini kunci mobilku, aku memarkirnya tepat di lantai dasar." Ujar Jason.

Lusiana termangu mendengar ucapan Jason. Lantai dasar? Yap. Mereka sekarang berada di lantai tiga di sebuah gedung tak terpakai. Bagaimana Jason bisa mengetahui posisi mereka? Itu karena Jason memasangkan alat pelacak di semua baju yang di kenakan oleh Han. Hebat bukan ayah yang satu ini?

"Lompat?" Tanya Lusiana dengan ragu.

Jason menatap malas ke arah dokter tersebut.

"Lompatlah jika kau ingin mati. Kau pikir aku kesini tanpa persiapan apapun?"

Lusiana tertawa pelan. Ia menengok ke arah jendela dan mendapati tangga vertikal yang terbuat dari tali, seperti yang biasa di dapati pada rumah pohon. Lusiana pun keluar melewati jendela, kemudian ia perlahan menuruni anak tangga tersebut. Setelah itu Han mengikuti Lusiana menuruni tangga itu menuju ke bawah. Tinggalah Jason yang masih berads di ruangan tersebut. Jason tak bergerak sama sekali. Ia menunggu sosok yang dengan berani menculik anak asuhnya tersebut.

Lusiana dan Han sudah berada di bawah dan masuk ke dalam mobil. Tapi Jason masih tak terlihat melewati tangga tersebut. Jason masih menatap ke arah pintu. Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki yang mendekat.

Pintu pun terbuka.

Sosok yang membelakangi cahaya itu menatap horor ke arah Jason.

"Jas- Niko?" Panggil sosok tersebut dengan raut wajah ketakutan.

Jason menatap datar ke arah sosok tersebut. "Kau yang mengirim nya kepada ku? Sebaiknya kau pulang dan siapkan pemakaman untuknya."

Sosok tersebut mulai melangkahkan kakinya ke arah Jason dengan langkah yang di seret.

"Berani nya kau.."

Jason tak menghiraukan sosok tersebut dan berjalan menuju jendela. Tanpa di duga, sosok itu mengacungkan senjata tajam ke arah Jason. Sedangkan Jason yang lengah, akhirnya harus mendapatkan luka tusukan di pinggang sebelah kanan.

Jason melemas dan jatuh ke lantai. Sosok itu pun tak membuang waktunya. Ia mengambil sebuah besi yang berada di sudut ruangan dan memukulkan nya ke Jason. Namun Jason menendang kaki sosok tersebut hingga terjatuh. Jason menarik pisau yang masih menancap di pinggang nya. Kemudian ia menusukan pisau tersebut kepada sang pemilik.

Jlebb!!

Jlebb!!

Jlebb!!

"MATI KAU!!" Teriak Jason yang sudah mulai hilang kendali.

Jason berkali-kali menusukan pisau itu di sekitar perut korbannya. Ia sangat membenci orang yang berani menyentuh miliknya. Saat sedang bersenang-senang, rasa nyeri mulai menghujam pinggangnya. Tanpa terasa darah sudah sangat deras keluar dari luka tersebut. Jason pun memutuskan untuk menuruni tangga vertikal yang ada di jendela. Tubuhnya sudah mulai melemas karena kekurangan darah. Tapi ia harus menguatkan diri agar tidak terjun dari lantai tiga gedung tersebut.

"Paman!!" Teriak Han dari dalam mobil.

Jason jalan terseok-seok menuju mobilnya. Pandangannya mulai meremang, hingga kemudian semuanya menjadi gelap. Dengan tubuh yang melemah, Jason mengetuk kaca mobilnya. Lusiana pun membuka kaca mobil tersebut. Jason menatap Lusiana dengan mata yang hampir terpejam.

"Ce..pat pergi..Ting..gal..kan aku.."

To be continue..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status