Mobil Lio berjalan membelah jalanan malam. Suasana di dalam mobil begitu sunyi. Baik Lio maupun Lia, semua sibuk dengan pikiran masing-masing.
Sejak tadi Lia hanya memandang ke arah luar jendela, sama sekali tak melirik suami di sisinya, tapi walau begitu, tak dapat dipungkiri, bahwa pikirannya dipenuhi oleh lelaki yang bergelar suami itu."Dulu, dua hal yang selalu aku harapkan dari pernikahan ini adalah ungkapan cinta dari mas Lio dan penyatuan jiwa raga kami dalam sebuah pergulatan yang indah. Dan kini, sebenarnya dua hal itu telah aku dapatkan, tapi mengapa rasanya begitu menyakitkan? Mengapa harus dengan cara seperti ini aku mendapatkannya?Dua hal yang seharusnya menjadi hal yang sangat membahagiakan bagjku, kini justru menjadi momok yang selalu menghantuiku.Ya Allah, apa nungkin aku bisa melalui hari-hari selanjuynya bersama mas Lio dengan baik? Setelah apa yang terjadi di antara kami.Apakah hati ini masih bisa ditumbuhi oleNamun, Lio justru menahan tangan Lia di genggamannya. Ditariknya tangan itu mendekat ke arah bibirnya, kemudian mengecupnya pelan, lalu ia menarik kepala Lia untuk mendekat ke arahnya, kemudian mendaratkan sebuah kecupan hangat di kening istrinya.Perlakuan Lio yang begitu manis sejenak membuat Lia menegang, merasakan sesuatu yang hangat menyelimuti hatinya. Sesaat situasi di antara keduanya menjadi canggung, "kamu jaga diri baik-baik, ya, kalau butuh sesuatu kamu hubungi Mas saja," ucap Lio memecah keheningan.Lia hanya mengangguk mengiyakan."Oiya, besok jadwal kamu shift pagi atau malam?" tanya Lio lagi."Pagi, Mas," jawab Lia singkat."Ya sudah, besok pagi Mas jemput kamu, kita berangkat bersama, ya," ucap Lio dengan senyuman mengembang, yang lagi-lagi hanya dijawab dengan anggukan oleh Lia."Kalau gitu, Lia turun dulu, ya, Mas," ucap Lia lagi."Sebentar," ucap Lio menahan Lia, kemudian meraih makanan yang
Ehem!]Tiba-tiba suara deheman Lio menginterupsi. Membuat Lia memandangnya penuh makna. Sesaat mereka saling berpandangan, kemudian Lio meraih ponsel dari tangan Lia.[Lia, itu suara suami kamu? Kamu sedang bersama dia kah?]Tanya Vino dari seberang sana.[Iya, ini saya, Adelio Mahendra.]Sahut Lio membuat Vino di seberang sana terkejut.[Kenapa? Anda kaget seluruh percakapan Anda dengan istri saya terdengar langsung oleh saya?]Tanya Lio lagi.[Maaf, pak Lio, saya tidak tahu Anda di sana,][Anda dengar ya dr. Elvino Sebastian! Ada saya ataupun tidak, seharusnya Anda bisa menjaga sikap Anda terhadap wainta yang sudah bersuami.Anda, tidak perlu mengkhawatirkan istri saya, karena saya sebagai suaminya, akan senantiasa menjaga dan melindunginya. Saya akan pastikan dia baik-baik saja berada di sisi saya.Dan satu lagi, tolong Anda tidak perlu ikut campur dan ingin tahu urusan kami. Anda harus sadar, Anda sud
"Mas ingin kamu berhenti bekerja." Deg!Pernyataan Lio sukses membuat Lia menoleh ke arahnya dengan kedua mata yang membulat, ia benar-benar tak menyangka bahwa kecemburuan suaminya akan berakibat sejauh ini."Mas, kamu apaan, sih?""Tolong, Lia. Ikuti kemauan Mas, kali ini saja," ucap Lio."Lia nggak mau, Mas. Lia nggak mau meninggalkan pekerjaan Lia. Ini nggak adil untuk Lia," sahut Lia enggan menuruti permintaan suaminya."Nggak adil bagaimana? Saya suami kamu, Saya yang akan menjamin seluruh kebutuhan hidup kamu," jawab Lio dengan tegasnya."Bukan soal bagaimana aku akan memenuhi kebutuhanku, Mas. Tapi aku juga mencintai profesiku," sahut Lia tetap tak goyah."Mana yang lebih kamu cinta? Suami atau peofesi kamu?" tanya Lio yang membuat Lia memandangnya penuh keheranan."Mas, kamu ini kenapa, sih?""Jawab, Lia!""Nggak akan bisa dibandingkan antara kamu dengan pekerjaan aku, Mas. Itu dua hal yang berbeda. Pokoknya Lia nggak mau be
Aaaaarrrrhgghhhh," teriak Lio sesaat setelah punggung Lia menghilang di balik pintu. Sedang Lia, kini ia tengah menyandarkan tubuhnya di pintu, menghela nafasnya panjang, mencoba meredakan segala gejolak di hatinya."Ya Allah, kenapa semuanya semakin runyam begini?" batinnya.Ia memejamkan matanya sejenak, mencari ketenangan untuk dirinya. Diliriknya ponsel di tangannya, kemudian menempelkan sidik jarinya agar layar ponsel itu menyala. Dan, halaman pertama yang nampak adalah halaman chattnya dengan Vino.Lagi-lagi ia menghela nafasnya. Ia tak menyangka kejadian hari ini akan berefek sedemikan jauh.Lia kembali menutup ponselnya, lalu beranjak menuju kamar ibunya, sejenak mencari ketenangan dengan aroma khas kamar ibunya.****Lio menghempaskan tubuhnya kasar di sebuah ranjang berukuran kingsize. Dipejamkannya mata menikmati aroma istrinya yang masih tertinggal di sana. Lio menggerakkan tangannya mengusap kasur yang dite
Lia berjalan menuju ruang tamu untuk membukakan pintu, diputarnya kunci kemudian menarik ganggang pintu bergaya belah kupu-kupu itu untuk membukanya.Setelah pintu terbuka, tampaklah seseorang telah berdiri di sana, menyambutnya dengan senyuman terindahnya."Mas Lio?" "Selamat pagi Lia." sapa Lio hangat."Ngapain Mas Lio di sini?""Kamu nggak ingin mempersilakan saya masuk dulu? Masa ada tamu dibiarkan berdiri di depan pintu?"Lia menghela nafasnya kemudian dengan penuh keterpaksaan mempersilakan Lio masuk."Ya udah, masuk, Mas," ucap Lia.Kemudian Lio masuk dan duduk di sofa. Sedangkan Lia, ia segera beranjak dari hadapan Lio."Kamu mau ke mana, Lia?""Buatin tamu minum," jawab Lia dengan wajah betenya, membuat Lio mengukir senyuman tipis di bibirnya.Lio membiarkan Lia pergi, rasanya ia rindu momen pagi hari bersama istrinya, pagi di mana Lia akan menyiapkan teh hangat dan beberapa
Mobil melaju cepat melewati jalanan yang mulai padat merayap, suasana di antara Lio dan Lia terasa canggung, tidak ada obrolan di antara keduanya. Sedari tadi Lia hanya terdiam sembari menikmati pemandangan dari jendela, sedangkan Lio, ia tengah fokus menyetir, dengan sesekali menoleh ke arah istri di sisinya.Merasa bosan dengan suasana yang sunyi, Lio menyalakan radio, kemudian sebuah lagu dengan judul "Beri Aku Kesempatan" yang dirilis oleh D'DOOLS terputar menghibur perjalanan mereka.Bila saja aku kau beri kesempatanSekali lagiTakkan ada kata pisahYang akan terucapBila saja aku kau beri kesempatanSekali lagiIzinkan ku memelukmuKembali padamuLio mendengarkan lagu itu dengan seksama, entah mengapa ia merasa lagu itu begitu sesuai dengan isi hatinya saat ini, diliriknya Lia yang ternyata juga tengah memandanginya, rupanya, lagu "Beri Aku Kesempatan" berhasil mencuri perhatiannya.Lio mengulas senyum pada Lia, membuat Lia den
"Itu ..." Lina menggantung kalimatnya kemudian menoleh ke arah kerumunan rekan-rekan kerjanya."Itu mereka berkerumun karena penasaran siapa minggu ini yang punya giliran menggantikan jadwal shift malam kamu, karena tadi Pak Sigit bilang, kalau kita semua akan digilir bergantian bertukar jadwal shift malam dengan kamu. Kita semua sangat antusias karena untuk pertukaran shift malam dengan kamu kita akan mendapatkan bayaran dua kali lipat," jelas suster Lina membuat liat tercengang heran.Lia melirik Lio di sisinya yang sedang tersenyum merekah, " Apa mungkin ini yang dimaksud Mas Lio bahwa dia telah memperkirakan segala sesuatunya? Mas Lio memang memiliki power, dia bisa melakukan apapun untuk mewujudkan keinginannya, tapi aku bersyukur, karena dengan ini rekan-rekan kerjaku tidak merasakan kecemburuan sosial," batin Lia."Btw, aku nggak nyangka lho kalau kamu ternyara istri dari pemilik rumah sakit ini, Masya Allah, selamat ya, Lia, aku turut bahagia, semoga pernikahan kalian langgeng
Ada lagi yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Lidiya membuat Lio tersadar."Oh, nggak ada. Terima kasih ya," jawab Lio"Baik, kalau begitu saya permisi, Pak.""Silakan."Lio menghela nafasnya sesaat setelah Lidiya berlalu. Pikirannya berkelana mencerna ucapan Lidiya,"Lia, beri saya kesempatan sekali lagi, akan saya buat kamu menjadi wanita paling bahagia di dunia ini," gumamnya dalam hati.Memikirkan Lia membuat ia tiba-tiba teringat akan sesuatu. Tentang sebuah buku diary yang Lia berikan padanya semalam dan belum sempat dibacanya.Lio segera mengambil buku tersebut yang disimpannya di dalam tas kerja, kemudian ia mulai membuka lembar pertama dari buku yang mulai usang itu. Namun, saat ia baru saja membaca dua kata pertama dari buku tersebut, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, membuatnya membatalkan niat untuk membaca buku tersebut."Masuk!" Titah Lio pada seseorang di balik pintu. Tak lama kemudian t