Ya Ampun, kamu mau ngajak aku dinner, Mas?" tanya Lia dengan binar bahagianya."Kalau ada orang nanya tuh di jawab, bukan malah di tanya balik." protes Lio pada Lia. Sejujurnya ia gengsi mengakui rencananya untuk mengajak isterinya dinner."Iya, iya, maaf. Lagian aku terlalu bersemangat aja, Mas di ajakin kamu dinner berdua." sanggah Lia polos dengan tatapan manja pada suaminya."Siapa juga yang mau ngajak kamu dinner? Gak usah kege-eran." ucap Lio terus mengelak."Lah, itu barusan nanya cafe yang recommended buat dinner untuk apa tujuannya kalau bukan untuk ngajak Lia dinner?" tanya Lia memastikan ."Ya, itu karena saya ingin makan aja, karena kebetulan saya lagi sama kamu, makanya saya ajak kamu. " jawab Lio menjelaskan."Ih, sama aja tau, Mas." jawab Lia dengan tertawa renyah."Yaudah, jadi dimana cafe yang recommended? Saya benar-benar masih asing dengan segala sesuatu di Bali." ucap Lio apa adanya.Lia kemudian menyebutkan sejumlah cafe ternama yang recomended. Ia memang sangat h
"Saya kan sudah bilang, kita makan di ruang privat aja. Malah ngeyel." ucap Lio penuh penekanan, kemudian meraih tangan Lia beranjak menuju ruang privat. Sepertinya amarah Lio belum tuntas.Lio melempar tubuhnya kasar ke sofa yang tersedia di ruang privat dari cafe Falling in Love. Sedang Lia perlahan duduk di sisi suaminya.Lio menghela nafasnya berat, ia lepas jasnya asal-asalan, lalu di bukannya kedua kancing tangannya dan melipat kemejanya sampai ke siku. Dasi yang ia kenakan pun di tariknya kasar, melonggarkan bagian lehernya yang mungkin tiba-tiba terasa sesak sebab otot-otonya yang menegang. Dibukanya dua kancing teratas kemejanya, menampilkan bagian atas dada bidangnya yang berkulit putih dengan bulu-bulu halus bertumbuh diatasnya.Lia meneguk saliva memandang Lio dengan tampilan berantakannya namun semakin tampak mempesona. Suaminya itu sepertinya telah salah paham melihat kedatangan dua lelaki di hadapannya tadi."Kamu kenapa malah ngusir mereka, Mas?" ucap Lia membuka pembi
"Ya Bunda cerita Mas, kalau dulu Bunda dan Ayah menikah juga karena dijodohkan. Sama seperti kita yang tidak saling kenal dan mencintai awalnya. Tapi setelah melalui proses yang panjang akhirnya mereka bisa saling mencintai bahkan sangat romantis seperti yang kita lihat sekarang." Lia menceritakan secara ringkas pada Lio.Lio hanya mengangguk-anggukkan kepala."Bunda itu sosok yang sangat kuat ya, Mas. Aku bener-bener salut dengan perjuangannya mendapatkan hati Ayah. Bahkan walau Ayah sempat mengabaikannyya karena gagal move on sama pacarnya pun Bunda gak menyerahkan gitu aja. Bunda justru bangkit dan terus berjuang. Padahal sebagai sesama wanita aku bisa merasakan bagaimana sakitnya Bunda saat itu, di abaikan keberadaannya sebagai isteri karena suami yang gagal move on. Beruntung sekarang Bunda sudah bahagia. Mungkin itulah hasil dari perjuangannya yang berdarah-darah selama ini." ucap Lia penuh kakaguman pada Bunda Lio.Sedang Lio yang mendengar cerita Lia mendadak kehilangan mood n
"Ibu, selama ini ibu tidak pernah mengecewakan Lia. Ibu selalu membahagiakan Lia. Nasihat-nasihat Ibu selalu membawa Lia pada kesuksesan dan keberhasilan. Pilihan ibu untuk Lia tidak pernah salah, semua berujung pada kebaikan untuk Lia. Karena itu, saat ibu memilihkan mas Lio untuk Lia, Lia juga yakin, bahwa itu lah yang terbaik untuk Lia. Lia yakin, inilah jalan yang harus Lia tempuh untuk mendapatkan kebahagiaan. Ibu doain Lia terus, ya? Supaya Lia kuat menjalani semua ini. Sampai bahagia itu tiba di waktu yang tepat." ucap Lia lirih sembari terus memandang wajah ibunya.Kemudian ia memeluk erat pigura di tangannya. Sejenak memejamkan mata, membayangkan jika saat ini ia tengah berada dalam pelukan ibunya. Tiba-tiba air mata mengalir dari kedua matanya. "Ibu, Lia rindu." ucapnya lirih dan sukses menyayat hati Lio yang sedari tadi hanya terdiam menyaksikannya.Tak ingin keberadaannya diketahui oleh Lia, Lio pun segera beranjak pergi meninggalkan kamar utama."Maafkan saya, Lia." bati
Tak ingin lebih lama menunggu, Lio akhirnya memutuskan untuk menelfon Lia. Dan di dering ketiga, akhirnya Lia mengangkat teleponnya.[ Halo, Mas. Ada apa? ] 'Ya Allah, Lia. Bisa-bisanya dia tanya ada apa? Gak tau apa dia kalau saya sudah menunggu balasannya sedari tadi.' batin Lio merasa dongkol.[ Memangnya harus ada apa-apa dulu ya kalau suami mau telepon istrinya? ][ Ya, bukan gitu maksud Lia, Mas. Cuma kan gak biasanya Mas Lio telepon Lia begini. ][ Ya udah, gak usah dibahas. Kamu dimana sekarang? ][ Biasa, Mas. Di komplek Anggrek. ][ Oke, saya kesana sekarang.]Klik. Panggilan terputus.Lia memandang gawainya penuh heran. "Ini Mas Lio maksudnya apa sih?" batin Lia sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia pun segera memasukkan Hp nya kembali ke saku. Kemudian bersiap menemui Lio.Tak berselang lama, akhirnya Lio menampakkan batang hidungnya. Ia berjalan ke arah komplek Anggrek dengan penuh wibawa. Wajah Lio memang sangat berkharisma, membuat siapapun yang melihatnya akan me
"Kenapa, Lia?" tanya Lio sesaat setelah waiters itu pergi."Lia bingunh, Mas. Sepanjang menu yang tertera di sini, yang Lia tahu hanya crispy duck. Yang lainnya asing semua buat Lia. Lia pesan itu aja lah, Mas." jelas Lia apa adanya, membuat Lio tersenyum melihat tingkah polos istrinya. Menu di restoran ini memang dominan denganenu eropa, karena yang sering singgah di sana adalah para touris yang datang dari luar negeri."Masa iya sih kita datang jauh-jauh kesini kamu cuma pesan bebek krispi? Itu sih kita bisa dapatkan di warumg pinggir jalan, Lia," ucap Lio merasa lucu melihat tingkag istrinya."Habisnya Lia bingung, Mas.""Ya sudah, biar saya yang pilihkan, ya?"Lia menjawab dengan anggukan. Setelah itu Lio segera memesan beberapa makanan, ia juga sempat bertanya menu best seller di restoran ini pada waiters yang melayaninya. Sedang Lia kembali menikmati pemandangan di sekitarnya.Pandangan Lia berputah mengitsri setiap sudut dari restoran yang sedang ia pijaki saat ini, semua terta
"Hey, you're Adelio Mahendra, Right?" ucap seorang wanita dengan paras bule menyapa Lio dengan bahasa inggrisnya."Angel? Angelina gomez? " sahut Lio seolah mengenali siapa seseorang yang sedang menyapanya."Yes, I am . I didn't expect to meet you here ", sahut wanita yang ternyata bernama Angel tersebut. Ia mengungkapkan keterkejutannya bertemu Lio di tempat ini."Oh God, Angel. How long have you been in Bali? What's the deal here? " Lio menyambut ramah wanita dengan bola mata berwarna biru di hadapannya. Dia menanyakan sejak kapan Angel berada di Bali dan apa tujuannya berada di tempat ini. Mereka terlihat sangat akrab. Membuat Lia yang berada disisi Lio bertanya-tanya siapa sebenarnya wanita cantik yang tengah berada di hadapannya itu."I just arrived in Bali. And this restaurant is my first destination ,yeah I just wanna travel here," ucap Angel menjelaskan bahwa ia baru saja sampai, dan tujuannya datang ke Bali hanya untuk liburan."oh i see, so welcome to the Island of the Gods
Lia berjalan gontai ke arah pantai. Tak perlu waktu lama untuk sampai di pantai yang sedari tadi hanya ia pandangi dari atas sana, karena restoran ini menyiapkan lift khusus untuk menjangkaunya.Tak banyak pengunjung di sana, bahkan relatif sepi. Mungkin karena sekarang bukan weekend dan masih jam kerja. Lia terus berjalan menyusuri pantai, ia melepas sepatu dan kaos kaki yang dikenakannya, menentengnya dengan tangan kemudian berjalan tanpa alas kaki di hamparan pasir putih. Sejenak membiarkan kakinya menikmati sensasi halus pasir putih yang membuat otot-otot menjadi lebih rilex.Setelah merasa lelah berjalan, Lia memutuskan untuk duduk, masih di atas pasir putih yang sama. Ia duduk dengan memeluk kedua lututnya, di temani sepasang sepatu disisinya."Ah, miris sekali. Duduk di sisi pantai hanya ditemani sepasang sepatu. Padahal status sudah bersuami," ucap Lia pada dirinya sendiri, ia memandangi sepasang sepatu disisinya. Kemudian ia tertawa sumbang, merasa lucu dengan dirinya sendi