Share

Bab 7

Author: Lusia Sudarti
last update Last Updated: 2024-08-22 14:16:57

7. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.

Bang Hardi Pamit Untuk Bekerja.

Penulis : Lusia Sudarti

Part 7

Ia melambaikan tangannya, dikedua netranya nampak genangan air mata yang siap tumpah.

"Bapaakk ... jangan pergiii, jangan tinggalin Adeekk ...!" Kurnia berteriak histeris sembari mengejar Bang Hardi, ia berlari sangat kencang setelah terlepas dari rengkuhanku.

"Adeek, jangan dek. Bapak kerja Sayang!" Fandi berteriak seraya mengejar sang Adik, saat itu kesadaranku seolah menghilang. Aku berteriak saat telah menyadari kedua Anakku berlarian.

"Adeeek ..!" teriakku dan segera menyusul kedua Anakku yang telah berdiri di tepi jalan raya sembari menangis menatap kepergian sang Bapak, yaitu Suamiku yang telah menjauh bersama mobil pick up yang menjemputnya.

"Sayang ...!" aku pun mendekap mereka berdua dengan tangis yang tak dapat lagi aku bendung.

"Mak, Bapak pergi meninggalkan kita Mak," isak Kurnia semakin membuat hatiku begitu pilu.

Aku mengangguk dan mencoba tegar untuk memberikan kekuatan kepada Anak-anakku karena harus ditinggalkan bapaknya untuk mengadu nasib di desa lain.

"Bapak cari uang Sayang. Adek juga kelak mau sekolah kan?" tanyaku sembari merenggangkan pelukan dan mensejajari mereka dengan berjongkok.

Kurnia mengangguk, sedang Fandi lebih tegar dan mampu menguasai kesedihannya.

"Iya Mak," sahut Kurnia yang telah mampu sedikit merelakan kepergian Bapaknya.

"Ayo kita pulang Sayang!" ujarku sambil meraih tangan kedua Anakku.

Plok! Plok! Plok!

"Wah-wah sungguh drama yang sangat-sangat menyedihkan."

Aku terlonjak kaget mendengar suara seseorang yang berada di belakangku.

Selvi berdiri seraya tersenyum sinis menatapku.

"Heh, cengeng banget sih Anak-anak kamu Num! Denger ya bocil-bocil kucel, Bapak kalian itu gak akan pernah pulang. Karena apa coba tebak? Karena bapak kalian itu sudah bosan hidup bersama Mak kalian yang juga kucel begitu!" ujar Selvi membungkuk kan tubuhnya kearah kedua Anakku, lalu berdiri kembali sembari menatapku.

"Hei Tante. Hati-hati kalo bicara! Bapak Fandi itu begitu sayang kepada Emak," teriak Fandi dengan suara lantang. Aku tertegun mendengar ucapannya bagai Anak dewasa.

Tentu saja Selvi terkejut dan seketika kedua bola matanya membeliak tak percaya jika Anak sekecil Fandi membentaknya.

"Heehh dasar bocil tak tau diri dan tak punya sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Aku tau, pasti ini adalah didikan kamu!" hardiknya marah sambil menuding wajahku.

Aku pun tertawa mendengar ucapan Selvi yang ingin dihargai.

"Hahaha, apa aku gak salah dengar nih Sel? Ingin dihargai ... denger Sel, hidupmu saja tak pernah menghargai orang di sekitarmu. Bagaimana ceritanya kamu ingin dihargai!" jawabku tak kalah sengit dari semua ucapannya.

"Ayo Mak kita pulang!" Fandi menarik tanganku perlahan.

"Ayo Sayang," aku menuruti ajakan dari Fandi.

"Heh perempuan la*ur, mau kemana kamu? Jangan harap suami kamu akan kembali lagi. Karena aku akan menyusulnya kesana!" teriak Selvi, dan sontak aku memutar kembali tubuhku menghadap kearah Selvi yang berdiri dengan angkuhnya sambil tersenyum sinis penuh kemenangan.

"Kamu jangan macam-macam Sel, karena aku tak akan membiarkan orang yang berani mengusik kehidupanku! Camkan itu!" ancamku sembari menghampirinya. Raut wajahnya terlihat tegang mendengar ucapanku.

Aku bergegas meninggalkan Selvi yang masih berdiri terpaku di tempatnya semula, kedua tangannya terkepal.

Aku membawa Anak-anakku kembali kerumah. Aku takut jika terus meladeni Selvi, Fandi akan telat ke sekolah dan aku pun terlambat bekerja.

Hari masih sangat pagi, waktu menunjukkan pukul 06:00.

Aku menyiapkan keperluan sekolah Fandi dengan sedikit tak bersemangat.

Kemudian aku memandikan Kurnia dengan air hangat dan menyiapkan keperluan Kurnia selama aku bekerja.

Sesungguhnya aku tak tega meninggalkan dia seorang diri di rumah, namun Fandi tak mempunyai teman jika nanti ia pulang sekolah.

"Mak, sepatu Abang sudah sobek Mak," Fandi membawa sepatunya yang telah robek dikedua sisinya.

"Sini Bang coba Mak liat, masih bisa dijahit apa enggak!" kuraih sepatu dari tangan Fandi.

"Nanti malam Mak jahit ya Bang, ini masih bisa dipakai untuk hari ini!" ujarku sambil memasangkannya dikedua kaki mungilnya.

"Iya Mak."

"Mak Adek takut di rumah seorang diri," seru Kurnia, sepertinya hari ini aku tak bisa meninggalkannya seorang diri dirumah.

"Abang kan pulangnya gak lama Dek. Tunggu Abang di rumah aja, biasanya Adek juga seorang diri di rumah," sahut Fandi.

"Iya Bang, tapi Abang langsung pulang ya?" jawab Kurnia sembari menatap Fandi.

Aku hanya tertegun mendengar percakapan kedua Anakku.

Ternyata selama ini mereka saling menjaga, saling melengkapi.

Tak terasa kembali luruh bening dari kedua kelopak netraku.

Aku bersyukur karena di tengah kemiskinanku aku dikarunia kedua Anak yang baik dan soleh juga soleha.

"Jadi Adek berani di rumah seperti biasa?" tanyaku sembari menangkup wajahnya yang imut.

"Iya Mak," ia mengulas senyumnya.

"Kalau begitu Emak berangkat dulu sambil anter Abang sekolah ya Sayang. Main sama boneka Adek seperti biasa ya? Jangan keluar ...!" pesanku sambil memeluknya.

"Iya Mak."

Kurnia menutup pintu dari dalam aku bergegas meraih tangan mungil Fandi menuju ke sekolahnya.

"Bang belajar yang pinter, jangan nakal ingat pesan Ibu Guru di sekolah."

"Iya Mak."

Kami melangkah perlahan karena sekolahan Fandi hanya berjarak 500 meter.

Fandi mencium punggung tanganku, aku tersenyum sembari mengusap rambut dan mencium pipinya. Aku bergegas menuju kekediaman juragan Ayu, setelah Fandi memasuki pintu gerbang.

Langkahku tergesa agar segera sampai. Aku ingin segera menyelesaikan pekerjaanku hari ini dan harus berada di rumah sebelum petang.

"Hanum."

Aku mendengar seseorang memanggil namaku, ingatanku berkelana semasa mengenakan seragam putih abu-abu dahulu, disaat mendengar suaranya.

Aku berhenti dan mencari arah sumber suara. Aku memutar tubuh berbalik arah dan melihat sosok yang pernah aku kenal.

Aku terkesiap kala mengenalinya. Aku tak menyangka jika akan bertemu kembali.

"Indra. Betulkah itu kamu?" tanyaku seraya menatapnya. Aku memberanikan diri untuk menyapanya.

Ia tersenyum kepadaku, senyum itu tak pernah berubah, lembut dan manis.

Indra mengulurkan tangannya untuk menjabat tanganku, namun aku segera menangkup jemariku di depan dada.

Indra menurunkan tangannya lalu melakukan hal yang sama sepertiku sembari tersenyum.

"Ternyata ingatan kamu masih tajam Num. Kamu apa kabar, dan juga keluargamu," tanyanya ramah. Aku bingung dan gelisah karena aku harus segera bekerja.

Aku tersenyum mendengar pertanyaannya.

"Alhamdulillah aku dan keluargaku baik-baik saja. Kamu apa kabar dan kenapa sampai berada disini?" tanyaku sambil mengedarkan pandangan kesekeliling.

"Sama aku juga alhamdulillah baik. Aku berada disini karena aku dinas disini," jawabnya seraya tersenyum.

"Oh ... oh iya aku pamit dulu In, aku ada pekerjaan!" jawabku, dan bergegas meninggalkan Indra tanpa menunggu jawaban darinya.

"Tunggu Num."

Aku tak menghiraukan panggilannya.

Karena aku tak ingin orang salah menilai yang kelak akan menimbulkan fitnah.

Belum lagi aku harus segera bekerja.

(Bersambung)

Related chapters

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 8

    8. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Lauk Nasi. Bertemu Mantan. Penulis : Lusia Sudarti Part 8 "Tunggu Num ..." Aku tak menghiraukan panggilannya.Karena aku tak ingin orang salah menilai yang kelak akan menimbulkan fitnah.Belum lagi aku harus segera bekerja. Aku setengah berlari untuk menghindari Indra, ia adalah teman semasa SMA dan ia adalah seseorang yang pernah hadir dalam hatiku. Kebaikannya tak pernah pudar meskipun aku dan dia telah mengakhiri hubungan diantara kami. "Eh Num kok jalan kamu kayak dikejar se*an gitu sih!" suara Siti sahabatku satu-satunya tiba-tiba muncul dihadapanku.Aku yang melangkah tergesa sangat terkejut di buatnya. "Astagfirullah Siti!" pekikku, aku sampai terlonjak karenanya. "Lho kok aku!" sungutnya sambil mengarahkan jari telunjuk kedadanya. "Habis kamu ngagetin aku," ujarku tak mau kalah. "Yee, kamunya yang gak fokus kali." "Oh maafkanlah aku. Sekarang aku mau melanjutkan perjalananku menuju ke kediaman Ani. Aku sudah terlambat." Aku menin

    Last Updated : 2024-08-23
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 9

    9. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Satu Minggu Berlalu, Namun Belum Ada Kabar Dari Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 9Beruntung tempat tinggal Juragan Darta tak terlalu jauh, hingga aku tak berlama-lama di bawah teriknya matahari. πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€"Assalamualaikum," aku berdiri di teras Juragan Darta sambil menunggu pemilik rumah membuka pintu, peluhku masih terus membanjiri wajah dan tubuhku. Ceklek! "Waalaikumsalam, kamu Num.""Iya Juragan!" jawabku sambil mengekori langkahnya. Aku langsung menuju ruang pakaian dan segera melakukan pekerjaanku hingga selesai.Tak membutuhkan waktu lama aku mengerjakan semua, hanya butuh 40 menit untuk menyelesaikannya. Entah mengapa, hatiku benar-benar tak tenang dan kepikiran Bang Hardi yang baru saja merantau untuk bekerja di luar kota kecil kami, tepatnya di pinggiran kota. Desa Kali Sari ....!Aku pun tak ingin membuang waktu lama."Num, kilat sekali kamu bekerja. Dan sepertinya kamu seperti sedang memikirkan sesuatu?" tanya j

    Last Updated : 2024-08-24
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 10

    10. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penderitaanku. Penulis : Lusia Sudarti Part 10"Num, keluar ...." Brakk! Dubraakk! Braakk! Suara pintu digedor-gedor dan digebrak-gebrak dengan keras. Ceklek! "Heh Num ... bayar hutang kamu! Enak saja kamu gak mau bayar-bayar! Emang modalku dari daun!" hardik bude Sinta sembari berdiri dengan angkuh sembari mengipas wajahnya. "Duduk dulu bude, gak baik bicara sambil berdiri!" aku mengajak bude Sinta untuk duduk di bale bambu. "Halah, gak sudi aku duduk di bale bambu, pastinya kotor dan penuh kuman hiiyyy," bude Sinta mencemooh tempat tinggalku. Aku hanya mampu beristigfar dalam hati. "Eh Hanum, gak usah berbelit-belit kamu! Cepat bayar hutang mu! Enak saja gak mau bayar hutang!" cibirnya sambil menengadahkan tangan di depan wajahku. "Maaf bude saya belum punya uang sekarang. Bang Hardi pun belum ada kabarnya, sedangkan saya hanya bekerja disatu orang," jawabku lirih sembari menunduk. "Halah alasan aja kamu! Mana sini biar aku y

    Last Updated : 2024-08-26
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 11

    11. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Juragan Agung melecehkan Aku. Penulis : Lusia Sudarti Part 11 Aku hanya pasrah dengan semua yang telah ditakdirkan untukku. "Ampun Juragan, Jangan lakukan itu Juragan! Jangaaaan .... !" Dengan kasar dan tanpa perasaan Juragan Agung menggagahiku. Hidupku hancur berkeping-keping, duniaku runtuh seketika. Air mataku tak terbendung lagi. Aku kotor, aku hina ....!Manusia laknat itu tertawa puas melihatku tak berdaya. "Heh jal4n9 ... awas jika kamu berani mengadu! Aku pastikan hidupmu akan lebih menderita dari ini!" ancamnya sembari mengenakan celananya kembali, lalu melepaskan ikatan tanganku dan melenggang santai meninggalkan kamarku. "Bunuh saja aku b4j1ng4n ... ! Hidupku kini telah hancur. Tak ada lagi yang tersisa dalam hidupku ini ... !" tubuhku luruh kembali. Manusia iblis itu tak menggubris semua ucapanku. Brraaaakk! Ia berlalu sembari menutup pintu kamarku dengan keras. Aku terlonjak karena terkejut. 'Oh Tuhan, apakah salah d

    Last Updated : 2024-08-27
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 12

    12. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bermimpi Di datangi Sesosok Mahluk Yang berubah Menjadi Sosok Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 12 "Dek ... !" tubuhku di dekap dengan erat. Namun aku merasakan ada yang aneh dengan suamiku! 'Mengapa tubuhnya begitu dingin bagai sebongkah es!" aku mengurai pelukanku untuk menatap wajahnya. "Deekk ... tolong Abang Dek ..." Tiba-tiba ... "Awww ... !" aku mundur satu langkah kebelakang. Bagaimana tidak! Wajah Bang Hardi sangat menyeramkan. Kedua netranya melotot, usus terburai, tangan kanan hampir putus. Bibirnya ternganga seketika aroma busuk bercampur amis memenuhi rongga hidungku. Ketakutan merajai hatiku, namun aku berusaha menguatkan hatiku untuk tetap berdiri ditempatku semula. Aku merasakan bahwa sosok mahluk tersebut ingin menyampaikan sesuatu kepadaku. Namun aku sangat ketakutan dan kedua kakiku terpaku di tempatku berdiri dan tak mampu aku gerakkan sama sekali. Sosok itupun melangkah semakin mendekat ketempatku.

    Last Updated : 2024-08-28
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 13

    13. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku Mendapat Rejeki Tak Terduga. Penulis : Lusia Sudarti Part 13 Seketika aku berlari meninggalkan batang singkong yang telah aku cabut.Dengan nafas tersengal aku masuk kedapur dan menutup pintu sedikit kencang.Aku mengusap dadaku yang berdetak kencang, jantung seakan terlepas dari tempatnya. 'Selama ini aku tak pernah mendapat gangguan sedemikian rupa! Tetapi mengapa rumahku terasa horor!" batinku berucap.Aku menoleh kearah tungku, apinya masih menyala, dan air dalam kukusan telah mendidih. Segera aku memasukkan beras yang telah aku cuci kedalam panci kukusan.πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€ Semburat warna kuning keemasan menghiasi ufuk timur, cahaya matahari mengintip malu-malu menembus dedaunan. Aku telah selesai dengan aktivitasku. Memasak, menyapu lantai, mencuci pakaian kotor. Dengan lelehan air mata yang terus merembes dari celah-celah manik netraku, menemani semua aktivitas yang aku lakukan. Duka mendalam begitu aku rasakan.Aku diperkos4, belum

    Last Updated : 2024-08-29
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 14

    14. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.Hari Paling Menyakitkan, Bang Hardi Pulang Tinggal Nama. Penulis : Lusia Sudarti Part 14Juragan Sekar menatapku. "Siapa yang bilang kalo kamu merepotkan saya Num! Saya ihklas kok, dan ini hanya makanan kecil!" sahutnya tegas.πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€Tok! Tok! Tok! "Assalamu'alaikum." Terdengar ketukan dan salam dari depan. Aku bertanya-tanya dalam hati, siapakah yang bertamu di gubukku? Selama ini jarang ada yang bertamu. Aku melangkah tergesa sembari menerka tamu yang berkunjung. Krieett! "Waalaikumsalam. Siapa!" tanyaku sambil membuka pintu. "Num ... ada yang ingin kami sampaikan! Tetapi kami harap kamu harus kuat ya?" Pak RT dan Bu RT telah berada di hadapanku dengan tatapan antara bingung dan iba kepadaku. "Ada apa Bu, Pak? Ayo silahkan duduk dahulu!" ucapku kepada mereka berdua dengan sopan. "Num ... yang sabar ya!" tiba-tiba Bu RT memelukku dan menangis. Aku yang tak menyangka bahwa Bu RT akan memelukku seketika terpaku karena

    Last Updated : 2024-08-30
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 15

    15. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Hancur Karena Kepergian Suamiku. Penulis : Lusia Sudarti Part 15 'Kaki ini tak pernah lelah berjalan demi mencari nafkah untuk kami," tak urung air mataku luruh kembali. Segera aku usap jejak yang menggenang agar tak terjatuh di jenazah Bang Hardi. Hidupku hancur saat ini, entahlah apa aku akan sanggup menjalani hari-hariku kelak ...! πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€ Di gubuk milikku yang biasanya sepi seolah tak berpenghuni, dari siang hingga malam sangat ramai. Ya ... mereka melayat dan membantu segala persiapan untuk mengebumikan jenazah Suamiku. Kutatap tubuh yang terbaring kaku beralaskan tikar dan tertutup selimut dengan rasa tak percaya, karena hatiku benar-benar merasa kehilangan dengan kepergian Bang Hardi yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, aku berharap ini hanyalah mimpi dan berulang kali aku mencubit dan memukul kedua pipiku, namun terasa sakit ... dan tubuh itu benar-benar tak bergerak. Ada yang bertugas menggali makam, a

    Last Updated : 2024-08-31

Latest chapter

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 103(TAMAT)

    103. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Nasi Aking, Karena Telah Memberikan Kesuksesan. Penulis : Lusia Sudarti "Lho ... ada apa disana Mbak!" seru Mbak Murti sambil berlari keluar. Part 103(TAMAT) πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€ "Heehh, Hanum ... bicara apa kamu sama putriku haah!" Sungguh, aku sangat terkejut mendengar teriakan Rania yang membuat heboh suasana restaurant milikku yang semula begitu tenang dan tentram. Aku dan Mbak Murti saling tatap karena tak mengerti maksud kedatangan Rania dengan marah-marah.Para pengunjung terdiam menatap Rania yang sedang emosi. Mereka yang sedang menikmati makanan di meja masing-masing saling berbisik.Aku sangat merasa malu karena situasi diluar dugaan ini.Namun aku berusaha menghadapi sikap Rania, untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk lagi. "Ada apa Rania? Silahkan duduk, kita bicarakan dengan baik-baik. Maaf, tak enak disaksikan semua pengunjung disini!" ucapku lembut sambil menatap para pengunjung yang nampak terganggu

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 103(TAMAT)

    103. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Nasi Aking, Karena Telah Memberikan Kesuksesan. Penulis : Lusia Sudarti "Lho ... ada apa disana Mbak!" seru Mbak Murti sambil berlari keluar. Part 103(TAMAT) πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€ "Heehh, Hanum ... bicara apa kamu sama putriku haah!" Sungguh, aku sangat terkejut mendengar teriakan Rania yang membuat heboh suasana restaurant milikku yang semula begitu tenang dan tentram. Aku dan Mbak Murti saling tatap karena tak mengerti maksud kedatangan Rania dengan marah-marah.Para pengunjung terdiam menatap Rania yang sedang emosi. Mereka yang sedang menikmati makanan di meja masing-masing saling berbisik.Aku sangat merasa malu karena situasi diluar dugaan ini.Namun aku berusaha menghadapi sikap Rania, untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk lagi. "Ada apa Rania? Silahkan duduk, kita bicarakan dengan baik-baik. Maaf, tak enak disaksikan semua pengunjung disini!" ucapku lembut sambil menatap para pengunjung yang nampak terganggu

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 102

    102. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mencari Pegawai Baru. Penulis : Lusia Sudarti"Alita ..." Baik aku dan Fandi sama-sama menyebut nama Alita.Part 102πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€ Aku dan Fandi berfikiran sama, sama-sama menebak bahwa yang menjatuhkan vas bunga kristal milikku adalah Alita. Terdengar derap langkah kaki di tangga lantai atas. "Ada apa Dek, sepertinya ada suara benda terjatuh?" tanya Mas Indra, sembari melangkah menuju kearah kami dengan tatapan bingung. Aku hanya terdiam, namun tatapan aku arahkan ke lantai, dimana vas bunga kristal berhamburan di lantai. "Itu Ayah ..." Fandi menunjuk kearah lantai dengan telunjuknya. Mas Indra mengikuti arahanku dan Fandi. "Kenapa Bang, bisa jatuh?" tanya Mas Indra, kemudian menatapku meminta penjelasan. Aku hanya mengangkat bahu, karena memang aku tak tahu. "Abang enggak tahu Yah. Sebentar Abang ambil sapu dulu Yah!" seru Fandi sambil melangkah ke dapur mengambil sapu untuk membersihkan pecahan kristal. "Iya Bang. Panggil aja

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 101

    101. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kedatangan Alita, Putri Dari Rania. Penulis : Lusia Sudarti'Ya Allah, terima kasih tak terhingga hamba panjatkan kepada-Mu. Terima kasih atas semuanya," doaku dalam hati. "Ibu, kami memberikan hadiah untuk Ibu, terimalah Ibu!" ujar Fandi memberikan tiga buah amplop besar kepadaku.Part 101 πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€Keesokan harinya ..."Assalamualaikum Ibu, Ayah! Abang pulang nih!" seru Fandi yang tiba-tiba telah berada di dapur. "Waalaikum salam, Abang! Ba---ru pulang." Aku menjeda ucapanku saat baru menyadari jika ada seseorang dibelakang Fandi yang berdiri dengan malu-malu. "Lho, itu siapa Bang? Cantik sekali!" seruku. Aku tak dapat menyimpan rasa penasaranku tentang teman wanitanya. "Oh itu, namanya Alita Bu!" jawab Fandi sembari mencium punggung tanganku dan Mas Indra. "Nama yang cantik, secantik orang ..." Ucapanku terjeda, saat tiba-tiba teringat sesuatu tentang nama yang Fandi ucapkan. "Ibu ... Bu, kok bengong?" tanya Fandi sambil m

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 100

    100. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mas Indra Memberikan Kejutan Tak Terduga Di Hari Ultahku. Penulis : Lusia SudartiBrruughh Prannkkk Barang-barang di tanganku jatuh berhamburan di lantai, sementara aku hampir saja terjatuh. Namun sebuah tangan menangkap tubuhku dan .... Part 100.πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€Untuk beberapa detik, nyawaku seolah tidak berada dalam ragaku. Tanpa sadar aku menatap seseorang yang sedang memelukku dan juga menyelamatkan aku ketika aku hampir tersungkur. "Ohh ... ternyata begini kelakuan istri dari Pak Indra dibelakang suaminya! Sungguh tidak aku duga, hijabnya hanya untuk menutupi kedok busuknya." Plokk, plokk, plokk. Suara tepuk tangan dan ujaran penuh kebencian menyadarkan aku dari situasi yang tidak aku duga sebelumnya. Aku dan seorang lelaki yang telah menyelamatkan aku sama-sama terkejut dan sontak sama-sama melepas pelukan. "Maaf Mbak, saya tidak sengaja!" kata Pak Dewa dengan raut wajah bersalah.Aku pun demikian. "Saya juga minta maaf Pak."

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 99

    99. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Ya Allah Penulis : Lusia SudartiKarena sibuk dengan hati yang sedang meronta, aku tak menyadari kehadiran Mas Indra yang kini memelukku dan kemudian mengangkat tubuhku, dibaringkan diatas ranjang. Nafasku tercekat melihat tatapannya. Part 99πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€Keesokan harinya ... "Pagi Mbak!" sapa Mbak Murti saat aku berada di warung. Aku tersenyum. "Pagi juga Mbak. DGimana warung kita selama aku punya banyak masalah?" tanyaku. Mbak Murti menatapku, senyum selalu terukir di wajahnya. "Alhamdulillah banyak perubahan Mbak, semakin laris dan ramai. Oh iya Mbak, aku ... aku!" kata-kata Mbak Murti terbata. Aku menatapnya dengan kening bertaut."Ada apa Mbak? Katakan?" desakku. Mbak Murti menunduk dengan wajah memerah. "Itu Mbak, aku mau menikah sama Mas Yusuf." Aku terbelalak mendengar pengakuannya."Oh iya ... bagus dong Mbak. Bisa sama-sama bekerja disini, selamat ya Mbak Murti. Jadi kapan rencana Mbak Murti akan meni

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 98

    98. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Ya Allah, Atas Nikmat Dari-Mu. Penulis : Lusia Sudarti"Enggak apa-apa Mbak, enggak usah takut," ujar Mas Indra memenangkan kami. Part 98 πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€5 bulan kemudian ... "Mas lihat, putra kita semakin mont0k," seruku kepada Mas Indra sembari menggendong putraku yang kini berusia tiga bulan. Ya, aku telah melahirkan secara normal berjenis kel4min laki-laki dan aku beri nama Harry Dewantara.Aku bahagia hidup dengan Mas Indra, suami keduaku. Meskipun aku seorang janda, namun Mas Indra tetap mencintaiku dengan tulus tanpa syarat. Ujian dan cobaan telah aku lalui dan aku menjadi pemenangnya. Mas Indra tersenyum. "Sini putra Ayah." Aku melangkah menghampiri Mas Indra yang sedang sibuk dengan laptopnya. "Huumm, udah wangi sekali putra Ayah!" ucapnya sambil menciumi kedua pipi putranya dengan gemas. "Titip dulu ya Mas. Hanum mau bikin kopi buat Mas!" kataku sambil melangkah. "Iya Ibu, biar jagoan Ayah sama Ayah dulu."

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 97

    97. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Rania Tetap Dengan Pendiriannya. Penulis : Lusia SudartiRania mengusap cairan merah dari bibirnya akibat tamparanku, kemudian dia pergi dengan menghentakkan kakinya dengan keras.Part 97πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€Baru saja aku menjatuhkan bobotku di kursi dengan bantuan Mas Indra. Tiba-tiba Rania datang kembali dan kali ini dia membawa gunting untuk mengancam Mas Indra dan diriku. "Mas, aku menuntut hakku sebagai seorang istri yang telah lima tahun lamanya belum pernah mendapatkan nafkah bathin darimu!" ancam Rania sambil mengangkat tangan kirinya dan bersiap melukai dirinya sendiri. Aku terhenyak mendengar dan melihat ancaman dari Rania. Mas Indra panik melihatku yang mendadak lemas. Sementara aku melihat kilatan puas dari wajah dan tatapan Rania. Namun Mas Indra tetap tenang dan tidak terpengaruh sama sekali dengan ancamam Rania. Mas Indra panik melihatku yang tampak shock karena perbuatan Rania yang diluar akal sehat. Rania masih berdiri dengan

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 96

    96. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Separuh Bongkahan Hatiku Yang Tersisa Untuk Mu. Penulis : Lusia Sudarti Aku terdiam mendengarnya, entahlah percaya atau tidak percaya!Yang pasti aku akan mendengarkan semua ceritanya.Part 96Malam semakin beranjak, dan aku tak dapat memicingkan kedua mataku. Aku teringat kata terakhir yang membuatku semakin kecewa dan sakit hati. "Rania meminta waktu kepada Mas, agar tidak menceraikannya dalam waktu-waktu dekat ini Sayang! Karena dia masih belum mendapatkan pekerjaan." "Mas menyanggupinya?" tanyaku sedikit ketus. Mas Indra menatapku. "Ya, setidaknya sampai Mas dapat menghubungi ayah biologis anaknya." "Apa Mas yakin, jika itu bukan d4r4h daging Mas?" tanyaku penuh selidik. "Bukan Sayang. Mas dan juga Dipta yang membawa sample untuk tes DNA dan hasilnya negatif." "Baiklah Mas! Untuk saat ini, Hanum percaya sama Mas." Mas Indra memelukku dengan erat dan penuh kasih sayang. Namun aku tak membalasnya sama sekali, karena aku pun belum

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status