Share

Bab 7

Penulis: Lusia Sudarti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-22 14:16:57

7. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.

Bang Hardi Pamit Untuk Bekerja.

Penulis : Lusia Sudarti

Part 7

Ia melambaikan tangannya, dikedua netranya nampak genangan air mata yang siap tumpah.

"Bapaakk ... jangan pergiii, jangan tinggalin Adeekk ...!" Kurnia berteriak histeris sembari mengejar Bang Hardi, ia berlari sangat kencang setelah terlepas dari rengkuhanku.

"Adeek, jangan dek. Bapak kerja Sayang!" Fandi berteriak seraya mengejar sang Adik, saat itu kesadaranku seolah menghilang. Aku berteriak saat telah menyadari kedua Anakku berlarian.

"Adeeek ..!" teriakku dan segera menyusul kedua Anakku yang telah berdiri di tepi jalan raya sembari menangis menatap kepergian sang Bapak, yaitu Suamiku yang telah menjauh bersama mobil pick up yang menjemputnya.

"Sayang ...!" aku pun mendekap mereka berdua dengan tangis yang tak dapat lagi aku bendung.

"Mak, Bapak pergi meninggalkan kita Mak," isak Kurnia semakin membuat hatiku begitu pilu.

Aku mengangguk dan mencoba tegar untuk memberikan kekuatan kepada Anak-anakku karena harus ditinggalkan bapaknya untuk mengadu nasib di desa lain.

"Bapak cari uang Sayang. Adek juga kelak mau sekolah kan?" tanyaku sembari merenggangkan pelukan dan mensejajari mereka dengan berjongkok.

Kurnia mengangguk, sedang Fandi lebih tegar dan mampu menguasai kesedihannya.

"Iya Mak," sahut Kurnia yang telah mampu sedikit merelakan kepergian Bapaknya.

"Ayo kita pulang Sayang!" ujarku sambil meraih tangan kedua Anakku.

Plok! Plok! Plok!

"Wah-wah sungguh drama yang sangat-sangat menyedihkan."

Aku terlonjak kaget mendengar suara seseorang yang berada di belakangku.

Selvi berdiri seraya tersenyum sinis menatapku.

"Heh, cengeng banget sih Anak-anak kamu Num! Denger ya bocil-bocil kucel, Bapak kalian itu gak akan pernah pulang. Karena apa coba tebak? Karena bapak kalian itu sudah bosan hidup bersama Mak kalian yang juga kucel begitu!" ujar Selvi membungkuk kan tubuhnya kearah kedua Anakku, lalu berdiri kembali sembari menatapku.

"Hei Tante. Hati-hati kalo bicara! Bapak Fandi itu begitu sayang kepada Emak," teriak Fandi dengan suara lantang. Aku tertegun mendengar ucapannya bagai Anak dewasa.

Tentu saja Selvi terkejut dan seketika kedua bola matanya membeliak tak percaya jika Anak sekecil Fandi membentaknya.

"Heehh dasar bocil tak tau diri dan tak punya sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Aku tau, pasti ini adalah didikan kamu!" hardiknya marah sambil menuding wajahku.

Aku pun tertawa mendengar ucapan Selvi yang ingin dihargai.

"Hahaha, apa aku gak salah dengar nih Sel? Ingin dihargai ... denger Sel, hidupmu saja tak pernah menghargai orang di sekitarmu. Bagaimana ceritanya kamu ingin dihargai!" jawabku tak kalah sengit dari semua ucapannya.

"Ayo Mak kita pulang!" Fandi menarik tanganku perlahan.

"Ayo Sayang," aku menuruti ajakan dari Fandi.

"Heh perempuan la*ur, mau kemana kamu? Jangan harap suami kamu akan kembali lagi. Karena aku akan menyusulnya kesana!" teriak Selvi, dan sontak aku memutar kembali tubuhku menghadap kearah Selvi yang berdiri dengan angkuhnya sambil tersenyum sinis penuh kemenangan.

"Kamu jangan macam-macam Sel, karena aku tak akan membiarkan orang yang berani mengusik kehidupanku! Camkan itu!" ancamku sembari menghampirinya. Raut wajahnya terlihat tegang mendengar ucapanku.

Aku bergegas meninggalkan Selvi yang masih berdiri terpaku di tempatnya semula, kedua tangannya terkepal.

Aku membawa Anak-anakku kembali kerumah. Aku takut jika terus meladeni Selvi, Fandi akan telat ke sekolah dan aku pun terlambat bekerja.

Hari masih sangat pagi, waktu menunjukkan pukul 06:00.

Aku menyiapkan keperluan sekolah Fandi dengan sedikit tak bersemangat.

Kemudian aku memandikan Kurnia dengan air hangat dan menyiapkan keperluan Kurnia selama aku bekerja.

Sesungguhnya aku tak tega meninggalkan dia seorang diri di rumah, namun Fandi tak mempunyai teman jika nanti ia pulang sekolah.

"Mak, sepatu Abang sudah sobek Mak," Fandi membawa sepatunya yang telah robek dikedua sisinya.

"Sini Bang coba Mak liat, masih bisa dijahit apa enggak!" kuraih sepatu dari tangan Fandi.

"Nanti malam Mak jahit ya Bang, ini masih bisa dipakai untuk hari ini!" ujarku sambil memasangkannya dikedua kaki mungilnya.

"Iya Mak."

"Mak Adek takut di rumah seorang diri," seru Kurnia, sepertinya hari ini aku tak bisa meninggalkannya seorang diri dirumah.

"Abang kan pulangnya gak lama Dek. Tunggu Abang di rumah aja, biasanya Adek juga seorang diri di rumah," sahut Fandi.

"Iya Bang, tapi Abang langsung pulang ya?" jawab Kurnia sembari menatap Fandi.

Aku hanya tertegun mendengar percakapan kedua Anakku.

Ternyata selama ini mereka saling menjaga, saling melengkapi.

Tak terasa kembali luruh bening dari kedua kelopak netraku.

Aku bersyukur karena di tengah kemiskinanku aku dikarunia kedua Anak yang baik dan soleh juga soleha.

"Jadi Adek berani di rumah seperti biasa?" tanyaku sembari menangkup wajahnya yang imut.

"Iya Mak," ia mengulas senyumnya.

"Kalau begitu Emak berangkat dulu sambil anter Abang sekolah ya Sayang. Main sama boneka Adek seperti biasa ya? Jangan keluar ...!" pesanku sambil memeluknya.

"Iya Mak."

Kurnia menutup pintu dari dalam aku bergegas meraih tangan mungil Fandi menuju ke sekolahnya.

"Bang belajar yang pinter, jangan nakal ingat pesan Ibu Guru di sekolah."

"Iya Mak."

Kami melangkah perlahan karena sekolahan Fandi hanya berjarak 500 meter.

Fandi mencium punggung tanganku, aku tersenyum sembari mengusap rambut dan mencium pipinya. Aku bergegas menuju kekediaman juragan Ayu, setelah Fandi memasuki pintu gerbang.

Langkahku tergesa agar segera sampai. Aku ingin segera menyelesaikan pekerjaanku hari ini dan harus berada di rumah sebelum petang.

"Hanum."

Aku mendengar seseorang memanggil namaku, ingatanku berkelana semasa mengenakan seragam putih abu-abu dahulu, disaat mendengar suaranya.

Aku berhenti dan mencari arah sumber suara. Aku memutar tubuh berbalik arah dan melihat sosok yang pernah aku kenal.

Aku terkesiap kala mengenalinya. Aku tak menyangka jika akan bertemu kembali.

"Indra. Betulkah itu kamu?" tanyaku seraya menatapnya. Aku memberanikan diri untuk menyapanya.

Ia tersenyum kepadaku, senyum itu tak pernah berubah, lembut dan manis.

Indra mengulurkan tangannya untuk menjabat tanganku, namun aku segera menangkup jemariku di depan dada.

Indra menurunkan tangannya lalu melakukan hal yang sama sepertiku sembari tersenyum.

"Ternyata ingatan kamu masih tajam Num. Kamu apa kabar, dan juga keluargamu," tanyanya ramah. Aku bingung dan gelisah karena aku harus segera bekerja.

Aku tersenyum mendengar pertanyaannya.

"Alhamdulillah aku dan keluargaku baik-baik saja. Kamu apa kabar dan kenapa sampai berada disini?" tanyaku sambil mengedarkan pandangan kesekeliling.

"Sama aku juga alhamdulillah baik. Aku berada disini karena aku dinas disini," jawabnya seraya tersenyum.

"Oh ... oh iya aku pamit dulu In, aku ada pekerjaan!" jawabku, dan bergegas meninggalkan Indra tanpa menunggu jawaban darinya.

"Tunggu Num."

Aku tak menghiraukan panggilannya.

Karena aku tak ingin orang salah menilai yang kelak akan menimbulkan fitnah.

Belum lagi aku harus segera bekerja.

(Bersambung)

Bab terkait

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 8

    8. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Lauk Nasi. Bertemu Mantan. Penulis : Lusia Sudarti Part 8 "Tunggu Num ..." Aku tak menghiraukan panggilannya.Karena aku tak ingin orang salah menilai yang kelak akan menimbulkan fitnah.Belum lagi aku harus segera bekerja. Aku setengah berlari untuk menghindari Indra, ia adalah teman semasa SMA dan ia adalah seseorang yang pernah hadir dalam hatiku. Kebaikannya tak pernah pudar meskipun aku dan dia telah mengakhiri hubungan diantara kami. "Eh Num kok jalan kamu kayak dikejar se*an gitu sih!" suara Siti sahabatku satu-satunya tiba-tiba muncul dihadapanku.Aku yang melangkah tergesa sangat terkejut di buatnya. "Astagfirullah Siti!" pekikku, aku sampai terlonjak karenanya. "Lho kok aku!" sungutnya sambil mengarahkan jari telunjuk kedadanya. "Habis kamu ngagetin aku," ujarku tak mau kalah. "Yee, kamunya yang gak fokus kali." "Oh maafkanlah aku. Sekarang aku mau melanjutkan perjalananku menuju ke kediaman Ani. Aku sudah terlambat." Aku menin

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 9

    9. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Satu Minggu Berlalu, Namun Belum Ada Kabar Dari Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 9Beruntung tempat tinggal Juragan Darta tak terlalu jauh, hingga aku tak berlama-lama di bawah teriknya matahari. πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€"Assalamualaikum," aku berdiri di teras Juragan Darta sambil menunggu pemilik rumah membuka pintu, peluhku masih terus membanjiri wajah dan tubuhku. Ceklek! "Waalaikumsalam, kamu Num.""Iya Juragan!" jawabku sambil mengekori langkahnya. Aku langsung menuju ruang pakaian dan segera melakukan pekerjaanku hingga selesai.Tak membutuhkan waktu lama aku mengerjakan semua, hanya butuh 40 menit untuk menyelesaikannya. Entah mengapa, hatiku benar-benar tak tenang dan kepikiran Bang Hardi yang baru saja merantau untuk bekerja di luar kota kecil kami, tepatnya di pinggiran kota. Desa Kali Sari ....!Aku pun tak ingin membuang waktu lama."Num, kilat sekali kamu bekerja. Dan sepertinya kamu seperti sedang memikirkan sesuatu?" tanya j

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 10

    10. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penderitaanku. Penulis : Lusia Sudarti Part 10"Num, keluar ...." Brakk! Dubraakk! Braakk! Suara pintu digedor-gedor dan digebrak-gebrak dengan keras. Ceklek! "Heh Num ... bayar hutang kamu! Enak saja kamu gak mau bayar-bayar! Emang modalku dari daun!" hardik bude Sinta sembari berdiri dengan angkuh sembari mengipas wajahnya. "Duduk dulu bude, gak baik bicara sambil berdiri!" aku mengajak bude Sinta untuk duduk di bale bambu. "Halah, gak sudi aku duduk di bale bambu, pastinya kotor dan penuh kuman hiiyyy," bude Sinta mencemooh tempat tinggalku. Aku hanya mampu beristigfar dalam hati. "Eh Hanum, gak usah berbelit-belit kamu! Cepat bayar hutang mu! Enak saja gak mau bayar hutang!" cibirnya sambil menengadahkan tangan di depan wajahku. "Maaf bude saya belum punya uang sekarang. Bang Hardi pun belum ada kabarnya, sedangkan saya hanya bekerja disatu orang," jawabku lirih sembari menunduk. "Halah alasan aja kamu! Mana sini biar aku y

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 11

    11. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Juragan Agung melecehkan Aku. Penulis : Lusia Sudarti Part 11 Aku hanya pasrah dengan semua yang telah ditakdirkan untukku. "Ampun Juragan, Jangan lakukan itu Juragan! Jangaaaan .... !" Dengan kasar dan tanpa perasaan Juragan Agung menggagahiku. Hidupku hancur berkeping-keping, duniaku runtuh seketika. Air mataku tak terbendung lagi. Aku kotor, aku hina ....!Manusia laknat itu tertawa puas melihatku tak berdaya. "Heh jal4n9 ... awas jika kamu berani mengadu! Aku pastikan hidupmu akan lebih menderita dari ini!" ancamnya sembari mengenakan celananya kembali, lalu melepaskan ikatan tanganku dan melenggang santai meninggalkan kamarku. "Bunuh saja aku b4j1ng4n ... ! Hidupku kini telah hancur. Tak ada lagi yang tersisa dalam hidupku ini ... !" tubuhku luruh kembali. Manusia iblis itu tak menggubris semua ucapanku. Brraaaakk! Ia berlalu sembari menutup pintu kamarku dengan keras. Aku terlonjak karena terkejut. 'Oh Tuhan, apakah salah d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 12

    12. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bermimpi Di datangi Sesosok Mahluk Yang berubah Menjadi Sosok Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 12 "Dek ... !" tubuhku di dekap dengan erat. Namun aku merasakan ada yang aneh dengan suamiku! 'Mengapa tubuhnya begitu dingin bagai sebongkah es!" aku mengurai pelukanku untuk menatap wajahnya. "Deekk ... tolong Abang Dek ..." Tiba-tiba ... "Awww ... !" aku mundur satu langkah kebelakang. Bagaimana tidak! Wajah Bang Hardi sangat menyeramkan. Kedua netranya melotot, usus terburai, tangan kanan hampir putus. Bibirnya ternganga seketika aroma busuk bercampur amis memenuhi rongga hidungku. Ketakutan merajai hatiku, namun aku berusaha menguatkan hatiku untuk tetap berdiri ditempatku semula. Aku merasakan bahwa sosok mahluk tersebut ingin menyampaikan sesuatu kepadaku. Namun aku sangat ketakutan dan kedua kakiku terpaku di tempatku berdiri dan tak mampu aku gerakkan sama sekali. Sosok itupun melangkah semakin mendekat ketempatku.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 13

    13. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku Mendapat Rejeki Tak Terduga. Penulis : Lusia Sudarti Part 13 Seketika aku berlari meninggalkan batang singkong yang telah aku cabut.Dengan nafas tersengal aku masuk kedapur dan menutup pintu sedikit kencang.Aku mengusap dadaku yang berdetak kencang, jantung seakan terlepas dari tempatnya. 'Selama ini aku tak pernah mendapat gangguan sedemikian rupa! Tetapi mengapa rumahku terasa horor!" batinku berucap.Aku menoleh kearah tungku, apinya masih menyala, dan air dalam kukusan telah mendidih. Segera aku memasukkan beras yang telah aku cuci kedalam panci kukusan.πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€ Semburat warna kuning keemasan menghiasi ufuk timur, cahaya matahari mengintip malu-malu menembus dedaunan. Aku telah selesai dengan aktivitasku. Memasak, menyapu lantai, mencuci pakaian kotor. Dengan lelehan air mata yang terus merembes dari celah-celah manik netraku, menemani semua aktivitas yang aku lakukan. Duka mendalam begitu aku rasakan.Aku diperkos4, belum

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 14

    14. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.Hari Paling Menyakitkan, Bang Hardi Pulang Tinggal Nama. Penulis : Lusia Sudarti Part 14Juragan Sekar menatapku. "Siapa yang bilang kalo kamu merepotkan saya Num! Saya ihklas kok, dan ini hanya makanan kecil!" sahutnya tegas.πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€Tok! Tok! Tok! "Assalamu'alaikum." Terdengar ketukan dan salam dari depan. Aku bertanya-tanya dalam hati, siapakah yang bertamu di gubukku? Selama ini jarang ada yang bertamu. Aku melangkah tergesa sembari menerka tamu yang berkunjung. Krieett! "Waalaikumsalam. Siapa!" tanyaku sambil membuka pintu. "Num ... ada yang ingin kami sampaikan! Tetapi kami harap kamu harus kuat ya?" Pak RT dan Bu RT telah berada di hadapanku dengan tatapan antara bingung dan iba kepadaku. "Ada apa Bu, Pak? Ayo silahkan duduk dahulu!" ucapku kepada mereka berdua dengan sopan. "Num ... yang sabar ya!" tiba-tiba Bu RT memelukku dan menangis. Aku yang tak menyangka bahwa Bu RT akan memelukku seketika terpaku karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 15

    15. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Hancur Karena Kepergian Suamiku. Penulis : Lusia Sudarti Part 15 'Kaki ini tak pernah lelah berjalan demi mencari nafkah untuk kami," tak urung air mataku luruh kembali. Segera aku usap jejak yang menggenang agar tak terjatuh di jenazah Bang Hardi. Hidupku hancur saat ini, entahlah apa aku akan sanggup menjalani hari-hariku kelak ...! πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€ Di gubuk milikku yang biasanya sepi seolah tak berpenghuni, dari siang hingga malam sangat ramai. Ya ... mereka melayat dan membantu segala persiapan untuk mengebumikan jenazah Suamiku. Kutatap tubuh yang terbaring kaku beralaskan tikar dan tertutup selimut dengan rasa tak percaya, karena hatiku benar-benar merasa kehilangan dengan kepergian Bang Hardi yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, aku berharap ini hanyalah mimpi dan berulang kali aku mencubit dan memukul kedua pipiku, namun terasa sakit ... dan tubuh itu benar-benar tak bergerak. Ada yang bertugas menggali makam, a

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31

Bab terbaru

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 85

    85. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.Mendapat Kabar Tentang Meninggalnya Kedua Mertuaku.Penulis : Lusia Sudarti Part 85"Iya Mbak! Kalau begitu saya ijin kembali bekerja," jawab Mbok Narti sembari tersenyum.πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€"Baik! Saya akan segera menuju ke lokasi target, amankan lokasi!" Mas Indra sedang berbicara melalui headsetnya. "Sayang, Mas tinggal dulu ya? Pak saya ada tugas menangkap anggota pembelot. Titip keluarga saya ya Pak?" pamit Mas Indra kepada kami. Disaat kami sedang bersantai diruang tamu, setelah sarapan pagi. Bapak mengangguk. "Iya Nak, hati-hati selalu ya?" jawabnya. Mas Indra mengangguk, aku mencium punggung tangannya, kemudian keningku di kecupnya lembut. Mas Indra pun mencium punggung tangan Bapak dengan takzim. 'Ya Allah, selamatkan suamiku dimanapun berada! Amiiinn," gumamku pelan. "Pak, jika Bapak merasa bosan. Jalan-jalan Pak, di kebun belakang banyak terdapat pohon buah-buahan lho Pak!" kataku kepada Bapak yang nampak sedikit gelisah. "Iya Ne

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 84

    84. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Tak Ingin Menyakiti Mu Lagi Mas. Penulis : Lusia Sudarti Aku mendengarkan cerita Mas Indra dengan seksama, sementara fikiranku melanglang buana dan membayangkan perbuatan tak terpuji yang Ratna lakukan. Part 84πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€"Sebetulnya, saat Mas Indra koma, Ratna pernah mengancam Hanum. Saat itu, berada di mushola rumah sakit." Mas Indra masih memelukku, aku berada di pangkuannya. "Oh iya ... benarkah?" tanya Mas Indra. "Iya, namun saat itu tak aku hiraukan semua kata-kata pedas yang terlontar darinya. Karena bagiku saat itu yang paling penting adalah Mas Indra," jawabku pelan. "Yah, Mas tahu bagaimana Adek." "Rupanya, Ratna selama ini merasa sakit hati terhadap Mas dan akhirnya dia membelot. Kemudian bekerja sama dengan pemberontak." "Hanum tahu tentang itu. Makanya Mas di pindahkan ke ruang rahasia." "Sekarang ini, tim pasukan inteligen sedang menyebar mata-mata untuk menangkap anggota yang melarikan diri! Jika Mas menghilang, i

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 83

    83. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mas Indra Menghilang Lagi, Demi Sebuah Tugas. Penulis : Lusia Sudarti Part 83Kami berdua akhirnya tertidur dengan lelap di bawah selimut di atas pembaringan.πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€Allahu akbar! Allahu Akbar ...! Aku terjaga saat mendengar adzan subuh berkumandang dari kejauhan. Terdengar sayup-sayup terbawa angin.Tanganku menggapai sisi kiri pembaringan, namun aku tak menemukan siapapun disana. Hanya bantal guling berada di tengahnya. Segera aku beringsut bangun dan mencari-cari keberadaan Mas Indra di sekitar kamar. Tetapi tak ada siapa-siapa. "Mas ..." Aku memanggilnya sembari menurunkan kedua kaki ke atas lantai dan menyibak selimut yang membalut tubuhku. "Astaga ... ternyata aku belum memakai pakaianku," gumamku pelan. Gegas aku meraih handuk yang tergantung di tempatnya.Segera aku menuju ke kamar mandi untuk memversihkan tubuhku, lalu mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Dalam sujudku, aku berdoa agar diberikan kesehatan da

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 82

    82. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terpaksa Mengungsi Karena darurat. Penulis : Lusia Sudarti Part 82"Selamat datang Mbak, Bapak dan Adik-adik. Saya Mbok Narti yang menjaga villa Mas Indra."πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€Mbok Narti menyambut kami dengan hangat dan menjamu kami dengan makanan lezat. Selepas makan malam, kami berbincang sebentar di ruang keluarga. Sementara Mbok Narti menyiapkan minuman hangat dan beberapa macam cemilan untuk menemani berbincang. "Jadi, bagaimana keadaan rumah, Nak Indra?" tanya Bapak sedikit khawatir. "Bapak dan Teteh tenang saja, saya sudah memperketat keamanan untuk menjaga rumah dengan pasukan khusus," jawab Mas Indra. Kami tertegun mendengar ucapan Mas Indra. "Bagaimana dengan warung Hanum dan Bapak Mas? Kok jadi rumit begini ya?" ucapku. "Sabar Sayang! Percayalah, ini semua tak akan berlangsung lama!" kata Mas Indra menenangkan hatiku. Kami bercerita hingga larut malam. Becanda bersama kedua Anakku, juga Mbok Narti. Fandi dan Kurnia becanda bersam

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 81

    81. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penulis : Lusia Sudarti Part 81Aku, Bapak dan Teh Wulan tersenyum bahagia. πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€ Kami melakukan perjalanan ke makam Bang Hardi. Bapak dan Teh Wulan pun demikian. "Ayah, habis ziarah kita jalan-jalan kemana?" tanya Fandi saat sedang dalam perjalanan. "Abang, jangan ganggu Ayah yang sedang mengemudi ya?" ujar Hanum sambil mengusap kepala Fandi dengan lembut. "Enggak apa-apa kok. Kita jalan-jalan kemana ya ..." Mas Indra pura-pura sedang berfikir. " ke pantai ... setuju?" sambungnya setelah terdiam beberapa saat. "Setuju ..." Kurnia dan Fandi menjawab serentak.Bapak, Teh Wulan dan aku hanya geleng-geleng kepala seraya tersenyum. "Tetapi pantai lumayan jauh Nak Indra! Sebaiknya di tunda dulu ke pantainya. Bapak khawatir sama kesehatan Nak Ibdra yang baru saja pulih!" sahut Bapak. "Iya Mas, kita cari tempat yang jaraknya tidak terlalu jauh!" imbuhku. Mas Indra tersenyum. "Enggak apa-apa kok Pak! Indra ingin membahagiakan kalia

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 80

    80. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Secarik Kertas Pesan Dari Mas Indra Penulis: Lusia Sudarti Part 80"Bagus juga tuh saran Bapak Sayang. Agar Adek enggak capek, apalagi jika perut Adek membesar, tentu sangat kerepotan bukan?" imbuh Mas Indra. Aku mempertimbangkan saran mereka berdua. πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€"Abang kalau sudah besar cita-citanya mau jadi apa?" tanya Mama mertuaku. "Abang cita-citanya mau jadi tentara seperti Ayah, Opa!" jawab Fandi. "Oh ya ... apa Abang enggak takut kena tembak?" "Enggak takut Opa! Abang ingin melindungi negara seperti Ayah!" Fandi menjawab dengan semangat. Teh Wulan tersenyum. "Bagus Bang, menjadi tentara memang mulia." Mama mertuaku menambahkan. "Tapi jangan lupa ya Sayang, pendidikan itu lebih penting. Ayah ingin kamu menjadi tentara yang pintar." Aku tersenyum bahagia mempunyai keluarga yang harmonis dan penuh kehangatan. "Tentara yang pintar dan tampan seperti Ayah!" Mas Indra menambahkan, dan membuat kami semua tertawa mendengarnya.

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 79

    79. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Malam Yang Di Nanti. Penulis : Lusia Sudarti Part 79Aku menutup mulut karena terkejut.Sedangkan Mas Indra kembali berdiri dan pura-pura membaca slip gaji untuk pegawaiku.πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€Aku merasa wajahku memanas menatap Mas Indra dengan mata terbelalak. "Mas Indra jangan begini dong. Aku kan jadi malu!" ucapku dengan menyembunyikan senyum bahagia dihatiku. "Kenapa memangnya Sayang, heemm! Mas telah begitu lama menantikan malam ini!" katanya sembari tersenyum nakal. Aku merasakan bulu romaku meremang mendengar ucapan dan melihat ekspresi Mas Indra yang menggodaku. "Heemm mulai deh nakalnya ya?" sungutku sembari mencubit hidungnya yang mancung. Tanganku di raih Mas Indra ketika hendak menyentuh hidungnya. "Mas sangat merindukan kamu Sayang!" Mas Indra menatap lekat kearah kedua bola mataku, tatapan syahdu yang juga selama ini aku rindukan. Malam syahdu membuatku larut dalam suasana yang indah yang dinantikan oleh setiap pasangan. "Seh

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 78

    78. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Pujian Mas Indra Membuat Hatiku Meleleh. Penulis : Lusia Sudarti Part 78Aku dan Mbak Murti kembali meneruskan memasak hingga selesai. πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€Tujuh hari berlalu dan kondisi luka suamiku telah membaik, meskipun belum sepenuhnya mengering di bagian dalamnya. Hari ini Mas Indra akan melakukan serangkaian pemeriksaan, tim Dokter akan bertolak kerumah demi keamanan. Dihalaman depan terdengar deru mesin kendaraan yang lebih dari satu dan berhenti tepat di depan rumahku. Aku bergegas keluar dari kamar dan membuka pintu depan. "Silahkan masuk Dokter! Sudah ditunggu dikamar." "Baik Bu, terima kasih." Aku melebarkan daun pintu untuk memberi jalan pada Dokter Iqbal dan beberapa lelaki tinggi tegap berpakaian serba hitam. Aku melihat keluar halaman dan mendapati beberapa orang yang juga berpakaian hitam berjaga diluar. Aku segera menutup pintu dan masuk kedalam kamar.Diluar kamar tepatnya disisi kanan dan kiri pintu dua orang berjaga,

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk AnakkuΒ Β Β Bab 77

    77. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Mas Indra Kembali Pulang. Penulis : Lusia Sudarti Part 77Aku terharu dengan apa yang aku alami.Syukur aku panjatkan kepada Allah SWT, karena telah mengirimkan suami dan mertua yang begitu menyayangiku. πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€ Tiga hari kemudian ... Keadaan mulai kondusif namun pengawalan tetap ketat demi menghindari sesuatu yang tak di inginkan. Dan hari ini Mas Indra diperbolehkan untuk pulang. Kami bersiap untuk pulang kerumah namun memakai penutup berupa masker dan yang lain-nya untuk menghindari segala kemungkinan. "Mas, Hanum bahagia akhirnya kita bisa pulang kerumah lagi. Aku takut sekali jika Mas akan meninggalkan kami." "Alhamdulillah itu semua pertolongan Allah SWT. Mulai saat ini Mas akan merubah identitas agar tak terendus oleh musuh yang mungkin sedang mengintai," tukas Mas Indra sambil membantuku menyusun pakaian ke dalam koper. Aku menatapnya penuh rasa khawatir!"Apakah kita semua akan aman Mas?" tanyaku bimbang. "Te

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status