Share

Bab 6

Penulis: Lusia Sudarti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-21 18:21:36

6. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.

Mendapatkan Pekerjaan.

Penulis : Lusia Sudarti

Part 6

"Bang ...," aku tak mampu lagi mengucapkan apa pun lagi.

🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Malam menggantikan siang yang begitu terik, rembulan menyembul menampakkan diri dengan malu-malu. Ia mengintip dari sela-sela awan putih yang berarak mengikuti arah angin membawanya.

Aku termenung seorang diri, sedang Bang Hardi menemani Anaknya tidur di dalam kamar mereka.

"Assalamualaikum."

Aku terperanjat saat ada seseorang bertamu kegubukku.

"Waalaikumsalam. Eh Juragan Agung, silahkan duduk!" ujarku sembari beranjak untuk mempersilahkan Juragan Agung duduk diatas bale-bale.

"Terima kasih Num. Oh iya, Hardinya ada?" tanyanya sambil menatapku dengan tatapan liar, ia memindai tubuhku dengan tatapan kedua bola matanya.

Aku pun menjadi bergidik karenanya.

Segera aku menjauh dari bale-bale.

"Ada Juragan, sedang menemani Anak-anak tidur di kamarnya. Kalau boleh tau, ada keperluan apa hingga Juragan datang kemari?" tanyaku penuh selidik.

"Saya datang kemari untuk menawarkan pekerjaan buat Hardi suami kamu Num sebagai security di gudang padi milik saya yang ada di daerah sindang," ujar Juragan Agung sembari menghembuskan asap rokok yang mengepul hingga bergulung-gulung di udara.

"Siapa yang datang Dek."

Bang Hardi muncul dari dalam.

"Oh Juragan Agung!" Bang Hardi menjabat tangan Juragan Agung lalu menjatuhkan bobotnya dibale-bale berhadapan dengan Juragan Agung.

"Ada keperluan pentingkah sehingga Juragan menyempatkan diri ke gubuk kami," tanya Bang Hardi dengan sopan, sedangkan aku menyuguhkan air putih.

"Silahkan diminum Juragan, hanya air putih," ujarku tanpa senyum.

Entah mengapa hatiku merasa tak tenang dengan kehadiran Juragan Agung kegubukku.

"Iya terima kasih Num."

"Begini Di, saya ingin menawarkan pekerjaan kepadamu, yaitu menjadi security di gudang padi milik saya yang berada di desa Sindang. Kalau soal gaji dan mess jangan kamu fikirkan, ada mess dan makan sehari dua kali dan gaji kamu bersih sebesar 2,5 juta/perbulan. Gimana Di?" tanya Juragan Agung dengan wajah serius menatap wajah Suamiku.

Aku hanya mendengarkan dari ruang tamu. Jujur saja hatiku sedikit bahagia mendengar percakapan mereka.

"Duh, bagaimana ya Juragan! Bukan saya menolak pekerjaan ini, tetapi akan saya fikirkan terlebih dahulu dan saya akan meminta pendapat istri saya," jawab Bang Hardi kemudian.

"Baiklah kalau begitu Di! Saya tunggu keputusan kamu besok ya? Jangan terlalu lama, karena kalau kamu menolak dan keberatan saya akan memberikan pekerjaan ini kepada Pardi, sesungguhnya dia yang menginginkan pekerjaan ini," sahut Juragan Agung.

"Baik juragan, besok saya akan memberi keputusan besok!" sahut Bang Hardi sembari mengantarkan Juragan Agung keluar teras.

Aku melangkah keluar dan duduk diatas bale setelah Juragan Agung menghilang dari pandangan.

"Jadi gimana Bang?" tanyaku kepadanya setelah Bang Hardi menjatuhkan bobot disampingku.

"Abang sih tertarik Dek, apa lagi gajinya lumayan. Namun bagaimana dengan Adek dan Anak kita jika Abang bekerja jauh!" ujarnya sembari mengusap pipiku perlahan.

Aku meraih jemarinya lalu aku genggam erat. "Adek gak apa Bang, tetapi Abang harus janji bisa menjaga diri dan apakah disana nanti Abang akan baik-baik saja. Juragan Agung itu terkenal sedikit kejam terhadap anak buahnya jika melakukan kesalahan, meski pun kesalahan kecil dan bukan kesengajaan," jawabku lirih sembari menatap dalam dikedua netranya.

"Huuffft, memang benar apa yang Adek katakan. Kemarin Pardi pun mendapat murka dari Juragan, padahal Pardi hanya beristirahat sebentar karena kehausan, celakanya juragan Agung baru saja tiba disaat Pardi baru saja meninggalkan cangkulnya dan melangkah kesaung untuk mengambil air minum," ujar Bang Hardi seraya menghempaskan nafasnya.

Aku menatap Bang Hardi dengan tatapan tak percaya, jika Juragan Agung bersikap demikian kepada Anak buahnya.

"Astagfirullah. Kok tega ya Juragan Agung itu," ucapku.

Suasana menjadi hening seketika, aku mau pun Bang Hardi larut dalam fikiran masing-masing. Sementara itu malam semakin larut dan udara yang semula sejuk kini menjadi begitu dingin hingga menembus tulang.

"Bang, tumben ya suasananya kok sedikit mencekam?" tanyaku kepada Bang Hardi.

"Iya nih Dek, kita masuk saja yuk!" ujar Bang Hardi kepadaku.

Aku mengangguk, dan beranjak sambil membawa tempat air minum yang belum tersentuh sedikit pun.

Bang Hardi menutup pintu dan menguncinya, aku menaruh air ke dapur dan kembali ke ruang depan menghampirinya.

"Terus apa keputusan Abang?" tanyaku.

"Akan Abang coba Dek! Jika nanti Abang merasa tak sanggup, Abang akan mengundurkan diri."

Aku menimbang keputusan Bang Hardi sejenak, lalu aku pun menyetujui keputusannya.

"Baiklah jika menurut Abang itu yang terbaik. Adek akan mendukung keputusan Abang. Namun pesan Adek, berhati-hatilah disaat bekerja!" aku menggenggam jemarinya.

"InsyaAllah Dek. Akan Abang ingat pesan Adek. Jaga diri Adek dan Anak-anak ya, Abang titip mereka," jawabnya dengan suara lirih.

Aku mengangguk.

"Ayo kita istirahat karena hari telah larut!" Bang Hardi memapahku menuju pembaringan.

Seperti malam-malam sesudahnya, Bang Hardi memberikan nafkah bathin, ia selalu bersemangat dan selalu tersenyum penuh rasa bahagia.

⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘

Hari perpisahan pun telah tiba. Bang Hardi telah rapi dan siap dengan segala keperluan untuk bekerja disana.

Ia tampak gagah mengenakan kaos putih polos dan celana jeans yang ia miliki satu-satunya. Begitu pun dengan sepatu kets hitam yang membalut kakinya.

"Pak, kok Bapak ganteng sekali, emang Bapak mau kemana?" tanya Fandi yang terheran-heran melihat penampilan Bapaknya yang telah rapi.

Aku tersenyum pilu mendengarnya.

"Bapak mau bekerja Bang! Abang jangan nakal ya, jaga Emak dan Adek. Bapak mau cari uang yang buaanyaak untuk kalian!" jawab Bang Hardi sambil mensejajarkan tubuh dengan Anaknya.

"Iya Pak. Fandi akan ingat pesan Bapak," jawab Fandi, ia memeluk Bang Hardi sambil terisak. Hatiku pun menjadi semakin pilu. Selama menikah dan mempunyai buah hati, belum sekali pun kami terpisah.

"Bapak, jangan pergi ...! jangan tinggalin Adek ... !" seru Kurnia seraya berlari dan memeluk Bang Hardi.

Kurnia menangis dengan tangisan pilu yang terasa begitu menyayat kalbu.

Aku terhenyak melihat adegan dihadapanku. Aku pun tak dapat memungkiri kesedihan yang aku rasakan saat ini.

"Udah Sayang, Bapakkan mau kerja!" jawabku seraya meraih Kurnia yang tak ingin melepaskan pelukan dari Bapaknya.

"Enggak Mak. Bapak enggak kerja Mak, Bapak disana akan dibunuh orang! Tolong Mak cegah Bapak Maaakk ...!" teriaknya semakin histeris. Namun ucapan Kurnia membuatku terkejut dan bingung.

Dari mana Anak sekecil itu tau tentang dibunuh! Semua menjadi pertanyaan yang berkecamuk di dalam hatiku, sementara Bang Hardi pun tertegun mendengar kata-kata si bungsu.

Tok!

Tok!

Tok!

"Hardi, Hardi ... Juragan sudah menunggu," seru seseorang dari luar rumah.

Aku pun menggendong Kurnia dan mengiringi langkah Bang Hardi menuju teras.

"Oh bang Alek. Sebentar bang!" ujarnya saat melihat Bang Alek yang menjemputnya.

Ia hanya mengangguk menanggapi ucapan Bang Hardi.

"Dek, Abang pamit ya."

Aku mengangguk dan mencium punggung tangannya dengan takzim.

Kemudian ia mencium kedua pipi Kurnia yang masih menangis.

"Bang, Bapak titip Emak dan Adek ya? Belajar yang pinter," ujar Bang Hardi kepada Fandi.

"Iya Pak."

Fandi mencium punggung tangan Bang Hardi.

"Bang ... hati-hati ya."

Bang Hardi mengangguk, ia menyunggingkan senyum manis kepada kami. Dengan langkah berat Bang Hardi meninggalkan kami. Tatapannya seolah mengungkapkan selamat tinggal kepada kami.

Ia melambaikan tangannya, dikedua netranya nampak genangan air mata yang siap tumpah.

(Bersambung)

hai Bunda, jangan lupa mampir ke novel baruku ya?

Bab terkait

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 7

    7. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bang Hardi Pamit Untuk Bekerja. Penulis : Lusia SudartiPart 7Ia melambaikan tangannya, dikedua netranya nampak genangan air mata yang siap tumpah. "Bapaakk ... jangan pergiii, jangan tinggalin Adeekk ...!" Kurnia berteriak histeris sembari mengejar Bang Hardi, ia berlari sangat kencang setelah terlepas dari rengkuhanku. "Adeek, jangan dek. Bapak kerja Sayang!" Fandi berteriak seraya mengejar sang Adik, saat itu kesadaranku seolah menghilang. Aku berteriak saat telah menyadari kedua Anakku berlarian. "Adeeek ..!" teriakku dan segera menyusul kedua Anakku yang telah berdiri di tepi jalan raya sembari menangis menatap kepergian sang Bapak, yaitu Suamiku yang telah menjauh bersama mobil pick up yang menjemputnya. "Sayang ...!" aku pun mendekap mereka berdua dengan tangis yang tak dapat lagi aku bendung. "Mak, Bapak pergi meninggalkan kita Mak," isak Kurnia semakin membuat hatiku begitu pilu. Aku mengangguk dan mencoba tegar untuk memberi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 8

    8. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Lauk Nasi. Bertemu Mantan. Penulis : Lusia Sudarti Part 8 "Tunggu Num ..." Aku tak menghiraukan panggilannya.Karena aku tak ingin orang salah menilai yang kelak akan menimbulkan fitnah.Belum lagi aku harus segera bekerja. Aku setengah berlari untuk menghindari Indra, ia adalah teman semasa SMA dan ia adalah seseorang yang pernah hadir dalam hatiku. Kebaikannya tak pernah pudar meskipun aku dan dia telah mengakhiri hubungan diantara kami. "Eh Num kok jalan kamu kayak dikejar se*an gitu sih!" suara Siti sahabatku satu-satunya tiba-tiba muncul dihadapanku.Aku yang melangkah tergesa sangat terkejut di buatnya. "Astagfirullah Siti!" pekikku, aku sampai terlonjak karenanya. "Lho kok aku!" sungutnya sambil mengarahkan jari telunjuk kedadanya. "Habis kamu ngagetin aku," ujarku tak mau kalah. "Yee, kamunya yang gak fokus kali." "Oh maafkanlah aku. Sekarang aku mau melanjutkan perjalananku menuju ke kediaman Ani. Aku sudah terlambat." Aku menin

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 9

    9. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Satu Minggu Berlalu, Namun Belum Ada Kabar Dari Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 9Beruntung tempat tinggal Juragan Darta tak terlalu jauh, hingga aku tak berlama-lama di bawah teriknya matahari. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Assalamualaikum," aku berdiri di teras Juragan Darta sambil menunggu pemilik rumah membuka pintu, peluhku masih terus membanjiri wajah dan tubuhku. Ceklek! "Waalaikumsalam, kamu Num.""Iya Juragan!" jawabku sambil mengekori langkahnya. Aku langsung menuju ruang pakaian dan segera melakukan pekerjaanku hingga selesai.Tak membutuhkan waktu lama aku mengerjakan semua, hanya butuh 40 menit untuk menyelesaikannya. Entah mengapa, hatiku benar-benar tak tenang dan kepikiran Bang Hardi yang baru saja merantau untuk bekerja di luar kota kecil kami, tepatnya di pinggiran kota. Desa Kali Sari ....!Aku pun tak ingin membuang waktu lama."Num, kilat sekali kamu bekerja. Dan sepertinya kamu seperti sedang memikirkan sesuatu?" tanya j

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 10

    10. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penderitaanku. Penulis : Lusia Sudarti Part 10"Num, keluar ...." Brakk! Dubraakk! Braakk! Suara pintu digedor-gedor dan digebrak-gebrak dengan keras. Ceklek! "Heh Num ... bayar hutang kamu! Enak saja kamu gak mau bayar-bayar! Emang modalku dari daun!" hardik bude Sinta sembari berdiri dengan angkuh sembari mengipas wajahnya. "Duduk dulu bude, gak baik bicara sambil berdiri!" aku mengajak bude Sinta untuk duduk di bale bambu. "Halah, gak sudi aku duduk di bale bambu, pastinya kotor dan penuh kuman hiiyyy," bude Sinta mencemooh tempat tinggalku. Aku hanya mampu beristigfar dalam hati. "Eh Hanum, gak usah berbelit-belit kamu! Cepat bayar hutang mu! Enak saja gak mau bayar hutang!" cibirnya sambil menengadahkan tangan di depan wajahku. "Maaf bude saya belum punya uang sekarang. Bang Hardi pun belum ada kabarnya, sedangkan saya hanya bekerja disatu orang," jawabku lirih sembari menunduk. "Halah alasan aja kamu! Mana sini biar aku y

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 11

    11. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Juragan Agung melecehkan Aku. Penulis : Lusia Sudarti Part 11 Aku hanya pasrah dengan semua yang telah ditakdirkan untukku. "Ampun Juragan, Jangan lakukan itu Juragan! Jangaaaan .... !" Dengan kasar dan tanpa perasaan Juragan Agung menggagahiku. Hidupku hancur berkeping-keping, duniaku runtuh seketika. Air mataku tak terbendung lagi. Aku kotor, aku hina ....!Manusia laknat itu tertawa puas melihatku tak berdaya. "Heh jal4n9 ... awas jika kamu berani mengadu! Aku pastikan hidupmu akan lebih menderita dari ini!" ancamnya sembari mengenakan celananya kembali, lalu melepaskan ikatan tanganku dan melenggang santai meninggalkan kamarku. "Bunuh saja aku b4j1ng4n ... ! Hidupku kini telah hancur. Tak ada lagi yang tersisa dalam hidupku ini ... !" tubuhku luruh kembali. Manusia iblis itu tak menggubris semua ucapanku. Brraaaakk! Ia berlalu sembari menutup pintu kamarku dengan keras. Aku terlonjak karena terkejut. 'Oh Tuhan, apakah salah d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 12

    12. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bermimpi Di datangi Sesosok Mahluk Yang berubah Menjadi Sosok Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 12 "Dek ... !" tubuhku di dekap dengan erat. Namun aku merasakan ada yang aneh dengan suamiku! 'Mengapa tubuhnya begitu dingin bagai sebongkah es!" aku mengurai pelukanku untuk menatap wajahnya. "Deekk ... tolong Abang Dek ..." Tiba-tiba ... "Awww ... !" aku mundur satu langkah kebelakang. Bagaimana tidak! Wajah Bang Hardi sangat menyeramkan. Kedua netranya melotot, usus terburai, tangan kanan hampir putus. Bibirnya ternganga seketika aroma busuk bercampur amis memenuhi rongga hidungku. Ketakutan merajai hatiku, namun aku berusaha menguatkan hatiku untuk tetap berdiri ditempatku semula. Aku merasakan bahwa sosok mahluk tersebut ingin menyampaikan sesuatu kepadaku. Namun aku sangat ketakutan dan kedua kakiku terpaku di tempatku berdiri dan tak mampu aku gerakkan sama sekali. Sosok itupun melangkah semakin mendekat ketempatku.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 13

    13. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku Mendapat Rejeki Tak Terduga. Penulis : Lusia Sudarti Part 13 Seketika aku berlari meninggalkan batang singkong yang telah aku cabut.Dengan nafas tersengal aku masuk kedapur dan menutup pintu sedikit kencang.Aku mengusap dadaku yang berdetak kencang, jantung seakan terlepas dari tempatnya. 'Selama ini aku tak pernah mendapat gangguan sedemikian rupa! Tetapi mengapa rumahku terasa horor!" batinku berucap.Aku menoleh kearah tungku, apinya masih menyala, dan air dalam kukusan telah mendidih. Segera aku memasukkan beras yang telah aku cuci kedalam panci kukusan.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Semburat warna kuning keemasan menghiasi ufuk timur, cahaya matahari mengintip malu-malu menembus dedaunan. Aku telah selesai dengan aktivitasku. Memasak, menyapu lantai, mencuci pakaian kotor. Dengan lelehan air mata yang terus merembes dari celah-celah manik netraku, menemani semua aktivitas yang aku lakukan. Duka mendalam begitu aku rasakan.Aku diperkos4, belum

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 14

    14. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.Hari Paling Menyakitkan, Bang Hardi Pulang Tinggal Nama. Penulis : Lusia Sudarti Part 14Juragan Sekar menatapku. "Siapa yang bilang kalo kamu merepotkan saya Num! Saya ihklas kok, dan ini hanya makanan kecil!" sahutnya tegas.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Tok! Tok! Tok! "Assalamu'alaikum." Terdengar ketukan dan salam dari depan. Aku bertanya-tanya dalam hati, siapakah yang bertamu di gubukku? Selama ini jarang ada yang bertamu. Aku melangkah tergesa sembari menerka tamu yang berkunjung. Krieett! "Waalaikumsalam. Siapa!" tanyaku sambil membuka pintu. "Num ... ada yang ingin kami sampaikan! Tetapi kami harap kamu harus kuat ya?" Pak RT dan Bu RT telah berada di hadapanku dengan tatapan antara bingung dan iba kepadaku. "Ada apa Bu, Pak? Ayo silahkan duduk dahulu!" ucapku kepada mereka berdua dengan sopan. "Num ... yang sabar ya!" tiba-tiba Bu RT memelukku dan menangis. Aku yang tak menyangka bahwa Bu RT akan memelukku seketika terpaku karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30

Bab terbaru

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 67

    67. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kulepas Dirimu Dengan Ikhlas Mas!Penulis : Lusia Sudarti Part 67Ia memelukku dengan erat dibawah selimut yang menutupi tubuh kami berdua yang polos tanpa selembar benang pun.Dengkuran halus keluar dari bibirnya yang kini telah terbang ke alam mimpi.🥀🥀🥀🥀🥀🥀Tak terasa usia pernikahanku dan Mas Indra telah berjalan satu bulan dan kini saatnya Mas Indra kembali melanjutkan tugasnya di Papua karena masa-masa cutinya telah habis. Malam ini kami bertolak kerumah Mama dan bermalam disana karena esok pagi kami akan mengantarkan keberangkatan Mas Indra ke Bandara Halim. "Ma, Pa ... Indra titip Anak dan Istri Indra selama Indra bertugas di Papua!" ujar beliau kepada Mama dan Papa. "Kamu tenang saja In, tentu kami akan menjaga Anak dan Istri kamu!" sahut Mama dan Papa membalas dengan anggukan. "Kamu tenang aja selama bertugas, tak perlu risau tentang mereka. Mama sama Papa pasti akan selalu menjaganya. Dan sekali-sekali kami akan bermalam

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 66

    66. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mas Tak Akan Melepas Adek Kembali. Penulis : Lusia Sudarti Part 66 Sungguh aku begitu beruntung mendapatkan-nya. Sepanjang malam kami menghabiskan waktu mereguk nikmatnya menjadi pengantin. Mas Indra betul-betul memu4skan h4sr4t kewanit44nku hingga hampir subuh kami terlelap dengan berpelukan, senyum pu4s terlihat dari raut wajah tampan-nya.🥀🥀🥀🥀🥀Satu minggu telah berlalu dan hari-hari penuh kebahagiaan kami jalani dalam mengarungi masa-masa indah pernikahan. Warungku kini telah beroperasi kembali.Pelanggan mulai berdatangan kembali.Mbak Murti kini merangkap sebagai ART rumah tanggaku, kami mempercayakan tugas-tugas kepadanya. Selain jujur Mbak Murti begitu telaten dan sabar dalam bekerja, itulah yang aku dan Mas Indra suka. Sementara kedua Anakku begitu bahagia mempunyai seorang Ayah. Indra tak menganggap mereka sebagai Anak sambung, baginya kebahagiaan kedua Anakku dan aku sendiri lebih dari segalanya. Ternyata Tuhan mempunya

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 65

    65. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Indahnya Malam Pertama Pernikahanku Rate 21+++ Penulis : Lusia Sudarti Part 65Mas Indra sedang mengambil air wudhu untuk melakukan sholat yang terlewat. Ternyata Mas Indra begitu taat terhadap agama, aku benar-benar bersyukur atas semua ini.🥀🥀🥀🥀🥀Malam ini kami bermalam di rumah Mama, namun esok aku harus kembali kerumahku sendiri. Yah ... sudah menjadi kesepakatan, aku dan Mas Indra akan tinggal di kediamanku sendiri. "Dek ..." Aku dikagetkan oleh suara lembut Mas Indra sembari memelukku dari belakang dan sontak membuyarkan lamunanku.Mas Indra mengendus ceruk leher dan belakang telingaku. Hatiku berdebar, jantungku seolah berpacu lebih kencang dan tubuhku menggigil karena sentuhan-sentuhan dari Mas Indra.Aku tahu ... malam ini Mas Indra akan meminta hak-nya kepadaku, meskipun aku telah berusaha untuk tetap tenang, namun tetap saja aku merasa gugup dan canggung serta malu. "Dek ... bolehkah Mas memintanya malam ini? Mas tahu,

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 64

    64. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Aku Resmi Menikah. Penulis ; Lusia Sudarti Part 64Aku melingkarkan lenganku keleher Mas Indra yang melangkah lebar membopong tubuhku kearah mobil.🥀🥀🥀🌹🥀🌹"Saya terima nikah dan kawin-nya Hanum Ambarwati binti Hendrawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar dua puluh lima juta dibayar 'Tunai ..." Mas Indra mengucapkan ijab qabul dengan lantang dan lancar sambil menjabat tangan Pak Iwan sebagai wali nikahku. "Bagai para saksi! Sah ...," tanya Pak Jefri penghulu yang menikahkan kami berdua. "Sah ..." Para saksi dan kerabat yang menghadiri proses akad nikahku menjawab serentak. "Alhamdulillah .." Pak Jefri mengucapkan hamdalah lalu beliau membacakan doa dengan khusyuk. "Bissmillahirrohmanirrohim, Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih. Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaik

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 63

    63. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Detik-Detik Ijab Qabul. Penulis : Lusia Sudarti Part 63Seketika wajahku menghangat mendengar pertanyaan Ibu Mas Indra. Aku melirik sekilas kearah Mas Indra yang dengan santai menyantap makanan dengan wajah yang tampak biasa saja.🥀🥀🥀🥀🥀🥀Malam ini aku bermalam dirumah orang tua Mas Indra karena besok pagi-pagi sekali aku akan dirias oleh MUA!Suasana terasa begitu meriah karena saudara-saudara Mas Indra berkumpul. Pakde dan Bude juga Tante dan Oom Mas Indra berdatangan. Namun mereka tidak bermalam dirumah Ibu Mertua, hanya sebagian saja dan yang sebagian bermalam dirumah saudara Mas Indra yang lain. Kami berkumpul di ruang keluarga dan berkenalan dengan mereka, saling berbagi cerita, berbagi pengalaman hidup. "Tante Hanum ... Om Indra bilang Tante punya usaha rumah makan ya? Wah pasti rumah makan Tante ramai pembeli dan laris manis deh!" tanya keponakan Mas Indra yang bernama Rima. Aku tersenyum sambil mengangguk. "Bukan rumah mak

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 62

    62. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Selalu Terjadi Masalah Tak Terduga. Penulis : Lusia Sudarti Part 62 Kedua netraku terasa basah mendengar alunan musik dan lagu yang mengalun lembut dari tape yang diputar oleh Indra. ***Aku membuang pandangan kesamping sambil menghela nafas perlahan.Mengapa disaat seperti ini aku harus teringat akan mendiang Suamiku yang begitu aku cintai, dan hingga saat ini aku belum bisa melupakan dia sepenuhnya. "Dek ... kenapa wajah Adek sedih begitu? Apa ada yang menyinggung hati Adek perkataan Mas tadi?" tanya Indra lirih sambil menoleh kearahku. Segera aku menghapus titik-titik bening yang merembes dari kelopak mataku. Agar Indra tak melihatnya.Sekuat tenaga aku menyembunyikan rasa sedih yang tiba-tiba merayap kedalam sanubariku yang paling dalam. Esok aku akan melepaskan masa-masa menjandaku. Aku menerima kehadiran Indra, sosok lelaki yang penuh tanggung jawab dan baik hati kepadaku dan kedua Anakku. Tak ada keraguan lagi dalam hatiku. "E

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 61

    61. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Selalu Ada Masalah Yang Aku Temui. Penulis : Lusia Sudarti Part 61'Wanita itu memang tinggi, putih, tapi kalau soal cantik ... kayaknya lebih cantik aku deh," sungutku dalam hati. "Jelas-jelas aku lebih dari Cindy maupun janda itu, tetapi mengapa Mas Indra begitu membenci aku," jawabnya dengan wajah sendu. Sementara yang karyawan butik saling sikut melihat ketegangan yang terjadi karena ulah Kartika. "Mbak, tolong bantu saya melepaskan gaun ini!" seruku kepada pegawai yang tadi membantuku memakainya. "Baik Bu. Mari saya bantu!" jawabnya. "Eh tunggu dulu! Dek yang ini saja ya? Cantik banget dan Mas suka!" cegah Indra saat aku melangkah perlahan menuju ruang ganti, ia memegang tanganku kemudian mengangkat wajahku dengan jemari tangan-nya. Kartika terperangah melihat adegan dihadapan-nya, ia menautkan alisnya melihat Indra begitu mesra denganku. "Siapa dia Mas?" tanya Kartika dengan menunjukkan jari mengarah kepadaku.Indra kemudian m

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 60

    60. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Fitting Baju Penulis : Lusia Sudarti Part 60"Iya Ibu dan Bapak ..." Setelah berpamitan kami pun pulang dengan diantar oleh Mas Indra.🥀🥀🥀🥀🥀"Mbak ... Anak-anak biar sama aku aja dirumah, dan akunya biar ada yang nemani dirumah," jelas Murti kepadaku saat aku sibuk menyusun baju-baju kedalam lemari sehabis disetrika. "Oh iya sudah Mbak kalau begitu, soalnya kasihan nanti kalau kelamaan menunggu!" jawabku. "Tapi ... oh iya Mbak, aku hampir lupa. Anak-anak dijemput oleh Ibunya Mas Indra Mbak!" jawabku sambil menatapnya. "Oh ya udah enggak apa-apa Mbak ..." "Mbak Hanum bersiap gih ... biar aku yang lanjutin menyusun pakaian," imbuh Murti menawarkan diri untuk membantuku. "Beneran Mbak Murti mau bantu menyusun pakaian?" tanyaku sambil menatapnya. "Iya, coba deh Mbak Hanum lihat udah jam berapa?" ucapnya sambil melihat kearah jam weker diatas nakas, aku mengikuti arah tatapan-nya. "Astagfirrullah ... udah jam delapan rupanya! Baikl

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 59

    59. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Acara Makan Malam Yang Menegangkan. Penulis : Lusia Sudarti Part 59Kembali Mbak Murti mempersilahkan masuk kepada tamu yang disebut Pak Indra.Aku melangkah menuju keruang tamu untuk menemui Mas Indra.🥀🥀🥀🥀🥀 "Ayo cucu-cucu Oma ... makan yang banyak ya, biar cepat besar dan bertambah pinter!" titah Mama Mas Indra Kepada kedua Anakku. Aku tersenyum tipis mendengarnya. "Iya Oma terima kasih banyak! Tetapi Adek sudah kenyang," jawab Kurnia sambil menyunggingkan senyum dan menampilkan deretan gigi susunya yang putih cemerlang. "Fandi juga kenyang Oma," sambung Fandi. Aku dan kedua Anakku memang diminta untuk makan malam bersama kedua orang tua Mas Indra dan para kerabat mereka.Kami mengelilingi meja makan panjang yang cukup menampung 15 orang.Suasana terasa begitu hangat. Namun ada dua orang yang menatapku penuh dengan kebencian. Tatapan-nya begitu sinis dan tak bersahabat kepadaku dan kedua Anakku. 'Namun aku tak ambil pusing deng

DMCA.com Protection Status