Share

Bab 5

Penulis: Lusia Sudarti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-20 19:39:13

5. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

Penulis : Lusia Sudarti

Part 5

Aku segera menyelesaikan semua pekerjaanku, entah mengapa hati dan perasaanku akhir-akhir ini merasa tak tenang.

Ingin aku segera pulang untuk menemui Bang Hardi suamiku.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

"Itu Emak Pak ...!" teriakan Fandi menyambut kedatanganku, ia berlarian kearahku bersama Kurnia dan Bang Hardi menyusul di belakang mereka.

Senyum ceria Anak-anakku menjadi pengobat lelah yang aku rasakan saat ini.

Bang Fandi tersenyum mesra ketika menatapku.

"Capek dek ...!" Bang Hardi menyodorkan air minum kepadaku.

"Terimakasih Bang!" aku menerima gelas berisi air lalu aku sesap hingga tandas.

"Hari ini terik sekali Bang."

"Mak, ini baju untuk Fandi?" seru Fandi sembari mengeluarkan isi plastik yang tadi aku taruh sepulang dari rumah Juragan Sekar.

"Iya Sayang, itu buat Fandi. Itu pemberian Juragan Sekar. Untuk Kurnia gak ada, nanti Emak ngumpulin uang untuk beli baju baru buat kalian ya?" aku mengusap pucuk kepala kedua Anakku.

"Maafin Bapak ya, yang belum bisa membuat kalian bahagia," ucap suamiku sembari menunduk dengan raut wajah sedih.

Aku merasa begitu iba melihat suamiku yang tiba-tiba berwajah murung.

"Enggak apa kok Bang!" ucapku sambil membuka plastik berisi lauk dari Juragan Sekar.

"Iya Pak, Fandi gak apa-apa kok. Fandi akan belajar yang rajin agar kelak bisa menjadi Anak kebanggaan Mak dan juga Bapak!" sahut Fandi seraya memeluk Bang Hardi.

Hatiku trenyuh mendengar ucapan Anak seusianya.

"Mak, Adek gak dapat baju," sahut Kurnia sambil cemberut.

Aku dan Bang Hardi saling tatap lalu ia menghampiri Kurnia dan menggendongnya.

Aku hanya tertegun tak mampu menjawab ucapan Kurnia.

"Sabar ya Adek! Maafin Bapak ya, karena belum mampu membuat kalian bahagia!" Bang Hardi menciumi Kurnia putri kami.

"Ayo Sayang kita makan. Mak sudah siapin semuanya," ujarku kepada mereka.

"Hole kita makan enak lagi hari ini!" seru Kurnia sambil turun dari dekapan Bang Hardi.

Aku tersenyum mendengarnya.

Bang Hardi menghampiriku. Wajahnya terlihat sangat bersih dan tampan.

Aku menatapnya dengan rasa yang tak dapat aku ungkapkan.

"Anak-anak, kemarilah sejenak," Bang Hardi memanggil Anak-anaknya dengan lembut, kemudian beralih menatapku yang sedang menata hidangan untuk makan.

Aku bergegas menghampiri suamiku itu yang telah menunggu diatas bale-bale bambu di dapur.

"Sini Adek sama Abang peluk Bapak!" ujar Bang Hardi kepada Anak-anak.

Dengan raut bingung Anak-anak saling pandang namun mereka tetap memeluk Bapak mereka. Aku pun melakukan hal yang sama, memeluk mereka bertiga.

"Maafin Bapak ya Bang, Adek dan Istriku," ucap Bang Hardi dengan wajah sendu, dan kedua netranya berembun.

"Iya Pak. Kan Bapak gak ada salah," sahut Kurnia dengan polos.

Bang Hardi mengangguk seraya mengeratkan pelukannya.

"Kenapa Abang selalu meminta maaf? Bukankah Abang tak pernah melakukan kesalahan sama sekali kepada kami?" tanyaku ketika kami sama-sama melepaskan pelukan.

Bang Hardi menatapku dan menatap Anak-anaknya satu persatu.

"Iya Pak," sahut Fandi si sulung.

Bang Hardi mengulas senyum yang terlihat begitu manis menurutku.

"Bapak belum mampu membuat kalian bahagia. Jika suatu hari nanti terjadi sesuatu terhadap Bapak. Bapak minta maaf kepada kalian, dan ikhlaskan semua, karena semua yang ada di dunia ini milik Allah, termasuk Bapak, Emak, Adek mau pun Abang," ucapan Bang Hardi membuatku tertegun dan perasaanku menjadi sangat tidak tenang.

"Pak, memang Bapak mau pergi kemana? Kok sepertinya Bapak mau pergi jauh!" seru Fandi.

"Abang, gak boleh bicara seperti itu. Bapak gak akan pergi kemana-mana kok, benarkan Bang?" tanyaku sembari menatap Bang Hardi.

"Abang gak akan pergi kemana-mana kok Dek. Namun, jika saatnya tiba Abang harap kalian merelakannya," jawab Bang Hardi lirih, ia tersenyum tulus.

Aku dan Anak-anak hanya mampu mengangguk.

"Ayo makan, Bapak udah lapar nih. Abang sama Adek udah lapar belum?" tanya Bang Hardi seraya mengusap perutnya.

"Lapaar juga Pak," sahut mereka serentak.

Kami melangkah mengekori Bang Hardi.

"Baca doa makan dulu sebelumnya."

"Baik Pak," jawab Fandi dan Kurnia.

"Allauhumma bariiklana fiima rozaqtana waqina adzabanar amiin," Fandi membaca doa makan dan kami semua meng aminkan.

"Amiin."

"Amiin."

Mereka menyantap makanan dengan penuh rasa syukur dan suka cita.

Sedangkan aku masih terfikirkan ucapan Bang Hardi. Hati dan perasaanku semakin tak tenang hingga membuat selera makanku menguap entah kemana.

"Lho Mak, kok nasinya cuma dibolak-balik gak dimakan?" tanya Fandi sembari menautkan kedua alisnya.

Bang Hardi menatapku sambil tersenyum.

"Kenapa Dek? Lepaskan semua beban yang mengganggu fikiran Adek. Istigfar niscaya Allah akan menerangi hati Adek kembali," ujarnya kepadaku.

Aku hanya tersenyum tipis, namun bukan senyuman menurutku. Melainkan lengkungan patah, seperti sayapku yang seolah akan patah sebentar lagi.

"Mak, Adek udah kenyang."

"Abang juga Mak."

Aku tersenyum. "Alhamdulillah nak, nanti Abang bawa masuk semua pakaian dari Juragan Sekar kedalam ya? Biar Emak yang menyusun dilemari," jawabku.

"Iya Mak," sahut Fandi.

"Adek bantuin ya Bang?!" ujar Kurnia sembari meraih kantong plastik.

"Iya Dek, ayo kita angkat!" seru Fandi sembari berdiri.

"Ayo Bang. Aduh ternyata berat ya Bang," sahut Kurnia dengan tubuh sedikit membungkuk menahan beban berat dari kantong plastik yang tak sesuai dengan postur tubuhnya yang kecil.

"Sini Dek biar Abang aja yang angkat!" ujar Fandi sembari membungkukkan tubuhnya untuk mengangkat plastik pakaian.

Fandi melangkah sedikit terseok menuju kekamar mereka.

Kurnia mengiringi Fandi dari belakangnya.

Aku tersenyum melihat mereka. Merekalah penguat dan pengobat dari rasa sedihku selama ini.

"Lihatlah Dek, mereka berdua kelak akan menjadi Anak yang sangat membanggakan buat kita," ujar Bang Hardi sembari menggenggam tanganku dengan erat.

Aku membalas genggaman tangan Bang Hardi.

Aku menatapnya dengan tatapan yang sangat dalam. Aku merasakan setelah hari ini aku tak dapat lagi menatapnya seperti ini. Hatiku terasa pilu, menyusup direlung sanubariku.

Tak terasa air mataku meleleh tanpa bisa di bendung. Namun aku segera menghapus dengan ujung bajuku agar Bang Hardi tak mengetahuinya.

"Bang ...."

"Heemm ...."

"Jangan tinggalin kami Bang," akhirnya luruh juga air mataku setelah Anak-anakku berada di ruang depan. Jadi membuatku leluasa untuk mengungkapkan semua yang mengganjal hatiku.

Semua risalah hati yang selama ini aku pendam.

Karena sekuat apa pun aku menahan semua rasa, tak urung lolos juga dan tak mampu lagi aku tahan.

Aku tak tau, jika aku berpisah dengan Suamiku? Bagaimana aku hidup tanpa-nya disisiku!

"Dek, Abang pun selalu berdoa buat kita semua, agar dipanjangkan umur untuk merawat Anak-anak. Namun kita tak dapat menolak takdir yang kuasa, jika Allah telah menghendakinya," sahut Bang Hardi lembut.

"Bang ....," aku tak mampu lagi mengucapkan kata apapun lagi.

(Bersambung)

Halo Bunda ... apa kabar semua? jangan lupa like komen dan juga dukungannya ya? Aku tak berarti apa-apa tanpa Bunda-Bunda semua! 🥰🙏love u sekebon pokoknya.

Bab terkait

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 6

    6. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mendapatkan Pekerjaan. Penulis : Lusia Sudarti Part 6"Bang ...," aku tak mampu lagi mengucapkan apa pun lagi. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀Malam menggantikan siang yang begitu terik, rembulan menyembul menampakkan diri dengan malu-malu. Ia mengintip dari sela-sela awan putih yang berarak mengikuti arah angin membawanya. Aku termenung seorang diri, sedang Bang Hardi menemani Anaknya tidur di dalam kamar mereka. "Assalamualaikum." Aku terperanjat saat ada seseorang bertamu kegubukku. "Waalaikumsalam. Eh Juragan Agung, silahkan duduk!" ujarku sembari beranjak untuk mempersilahkan Juragan Agung duduk diatas bale-bale. "Terima kasih Num. Oh iya, Hardinya ada?" tanyanya sambil menatapku dengan tatapan liar, ia memindai tubuhku dengan tatapan kedua bola matanya.Aku pun menjadi bergidik karenanya. Segera aku menjauh dari bale-bale. "Ada Juragan, sedang menemani Anak-anak tidur di kamarnya. Kalau boleh tau, ada keperluan apa hingga Juragan datang kemari?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 7

    7. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bang Hardi Pamit Untuk Bekerja. Penulis : Lusia SudartiPart 7Ia melambaikan tangannya, dikedua netranya nampak genangan air mata yang siap tumpah. "Bapaakk ... jangan pergiii, jangan tinggalin Adeekk ...!" Kurnia berteriak histeris sembari mengejar Bang Hardi, ia berlari sangat kencang setelah terlepas dari rengkuhanku. "Adeek, jangan dek. Bapak kerja Sayang!" Fandi berteriak seraya mengejar sang Adik, saat itu kesadaranku seolah menghilang. Aku berteriak saat telah menyadari kedua Anakku berlarian. "Adeeek ..!" teriakku dan segera menyusul kedua Anakku yang telah berdiri di tepi jalan raya sembari menangis menatap kepergian sang Bapak, yaitu Suamiku yang telah menjauh bersama mobil pick up yang menjemputnya. "Sayang ...!" aku pun mendekap mereka berdua dengan tangis yang tak dapat lagi aku bendung. "Mak, Bapak pergi meninggalkan kita Mak," isak Kurnia semakin membuat hatiku begitu pilu. Aku mengangguk dan mencoba tegar untuk memberi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 8

    8. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Lauk Nasi. Bertemu Mantan. Penulis : Lusia Sudarti Part 8 "Tunggu Num ..." Aku tak menghiraukan panggilannya.Karena aku tak ingin orang salah menilai yang kelak akan menimbulkan fitnah.Belum lagi aku harus segera bekerja. Aku setengah berlari untuk menghindari Indra, ia adalah teman semasa SMA dan ia adalah seseorang yang pernah hadir dalam hatiku. Kebaikannya tak pernah pudar meskipun aku dan dia telah mengakhiri hubungan diantara kami. "Eh Num kok jalan kamu kayak dikejar se*an gitu sih!" suara Siti sahabatku satu-satunya tiba-tiba muncul dihadapanku.Aku yang melangkah tergesa sangat terkejut di buatnya. "Astagfirullah Siti!" pekikku, aku sampai terlonjak karenanya. "Lho kok aku!" sungutnya sambil mengarahkan jari telunjuk kedadanya. "Habis kamu ngagetin aku," ujarku tak mau kalah. "Yee, kamunya yang gak fokus kali." "Oh maafkanlah aku. Sekarang aku mau melanjutkan perjalananku menuju ke kediaman Ani. Aku sudah terlambat." Aku menin

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 9

    9. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Satu Minggu Berlalu, Namun Belum Ada Kabar Dari Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 9Beruntung tempat tinggal Juragan Darta tak terlalu jauh, hingga aku tak berlama-lama di bawah teriknya matahari. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Assalamualaikum," aku berdiri di teras Juragan Darta sambil menunggu pemilik rumah membuka pintu, peluhku masih terus membanjiri wajah dan tubuhku. Ceklek! "Waalaikumsalam, kamu Num.""Iya Juragan!" jawabku sambil mengekori langkahnya. Aku langsung menuju ruang pakaian dan segera melakukan pekerjaanku hingga selesai.Tak membutuhkan waktu lama aku mengerjakan semua, hanya butuh 40 menit untuk menyelesaikannya. Entah mengapa, hatiku benar-benar tak tenang dan kepikiran Bang Hardi yang baru saja merantau untuk bekerja di luar kota kecil kami, tepatnya di pinggiran kota. Desa Kali Sari ....!Aku pun tak ingin membuang waktu lama."Num, kilat sekali kamu bekerja. Dan sepertinya kamu seperti sedang memikirkan sesuatu?" tanya j

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 10

    10. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penderitaanku. Penulis : Lusia Sudarti Part 10"Num, keluar ...." Brakk! Dubraakk! Braakk! Suara pintu digedor-gedor dan digebrak-gebrak dengan keras. Ceklek! "Heh Num ... bayar hutang kamu! Enak saja kamu gak mau bayar-bayar! Emang modalku dari daun!" hardik bude Sinta sembari berdiri dengan angkuh sembari mengipas wajahnya. "Duduk dulu bude, gak baik bicara sambil berdiri!" aku mengajak bude Sinta untuk duduk di bale bambu. "Halah, gak sudi aku duduk di bale bambu, pastinya kotor dan penuh kuman hiiyyy," bude Sinta mencemooh tempat tinggalku. Aku hanya mampu beristigfar dalam hati. "Eh Hanum, gak usah berbelit-belit kamu! Cepat bayar hutang mu! Enak saja gak mau bayar hutang!" cibirnya sambil menengadahkan tangan di depan wajahku. "Maaf bude saya belum punya uang sekarang. Bang Hardi pun belum ada kabarnya, sedangkan saya hanya bekerja disatu orang," jawabku lirih sembari menunduk. "Halah alasan aja kamu! Mana sini biar aku y

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 11

    11. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Juragan Agung melecehkan Aku. Penulis : Lusia Sudarti Part 11 Aku hanya pasrah dengan semua yang telah ditakdirkan untukku. "Ampun Juragan, Jangan lakukan itu Juragan! Jangaaaan .... !" Dengan kasar dan tanpa perasaan Juragan Agung menggagahiku. Hidupku hancur berkeping-keping, duniaku runtuh seketika. Air mataku tak terbendung lagi. Aku kotor, aku hina ....!Manusia laknat itu tertawa puas melihatku tak berdaya. "Heh jal4n9 ... awas jika kamu berani mengadu! Aku pastikan hidupmu akan lebih menderita dari ini!" ancamnya sembari mengenakan celananya kembali, lalu melepaskan ikatan tanganku dan melenggang santai meninggalkan kamarku. "Bunuh saja aku b4j1ng4n ... ! Hidupku kini telah hancur. Tak ada lagi yang tersisa dalam hidupku ini ... !" tubuhku luruh kembali. Manusia iblis itu tak menggubris semua ucapanku. Brraaaakk! Ia berlalu sembari menutup pintu kamarku dengan keras. Aku terlonjak karena terkejut. 'Oh Tuhan, apakah salah d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 12

    12. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bermimpi Di datangi Sesosok Mahluk Yang berubah Menjadi Sosok Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 12 "Dek ... !" tubuhku di dekap dengan erat. Namun aku merasakan ada yang aneh dengan suamiku! 'Mengapa tubuhnya begitu dingin bagai sebongkah es!" aku mengurai pelukanku untuk menatap wajahnya. "Deekk ... tolong Abang Dek ..." Tiba-tiba ... "Awww ... !" aku mundur satu langkah kebelakang. Bagaimana tidak! Wajah Bang Hardi sangat menyeramkan. Kedua netranya melotot, usus terburai, tangan kanan hampir putus. Bibirnya ternganga seketika aroma busuk bercampur amis memenuhi rongga hidungku. Ketakutan merajai hatiku, namun aku berusaha menguatkan hatiku untuk tetap berdiri ditempatku semula. Aku merasakan bahwa sosok mahluk tersebut ingin menyampaikan sesuatu kepadaku. Namun aku sangat ketakutan dan kedua kakiku terpaku di tempatku berdiri dan tak mampu aku gerakkan sama sekali. Sosok itupun melangkah semakin mendekat ketempatku.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 13

    13. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku Mendapat Rejeki Tak Terduga. Penulis : Lusia Sudarti Part 13 Seketika aku berlari meninggalkan batang singkong yang telah aku cabut.Dengan nafas tersengal aku masuk kedapur dan menutup pintu sedikit kencang.Aku mengusap dadaku yang berdetak kencang, jantung seakan terlepas dari tempatnya. 'Selama ini aku tak pernah mendapat gangguan sedemikian rupa! Tetapi mengapa rumahku terasa horor!" batinku berucap.Aku menoleh kearah tungku, apinya masih menyala, dan air dalam kukusan telah mendidih. Segera aku memasukkan beras yang telah aku cuci kedalam panci kukusan.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Semburat warna kuning keemasan menghiasi ufuk timur, cahaya matahari mengintip malu-malu menembus dedaunan. Aku telah selesai dengan aktivitasku. Memasak, menyapu lantai, mencuci pakaian kotor. Dengan lelehan air mata yang terus merembes dari celah-celah manik netraku, menemani semua aktivitas yang aku lakukan. Duka mendalam begitu aku rasakan.Aku diperkos4, belum

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29

Bab terbaru

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 67

    67. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kulepas Dirimu Dengan Ikhlas Mas!Penulis : Lusia Sudarti Part 67Ia memelukku dengan erat dibawah selimut yang menutupi tubuh kami berdua yang polos tanpa selembar benang pun.Dengkuran halus keluar dari bibirnya yang kini telah terbang ke alam mimpi.🥀🥀🥀🥀🥀🥀Tak terasa usia pernikahanku dan Mas Indra telah berjalan satu bulan dan kini saatnya Mas Indra kembali melanjutkan tugasnya di Papua karena masa-masa cutinya telah habis. Malam ini kami bertolak kerumah Mama dan bermalam disana karena esok pagi kami akan mengantarkan keberangkatan Mas Indra ke Bandara Halim. "Ma, Pa ... Indra titip Anak dan Istri Indra selama Indra bertugas di Papua!" ujar beliau kepada Mama dan Papa. "Kamu tenang saja In, tentu kami akan menjaga Anak dan Istri kamu!" sahut Mama dan Papa membalas dengan anggukan. "Kamu tenang aja selama bertugas, tak perlu risau tentang mereka. Mama sama Papa pasti akan selalu menjaganya. Dan sekali-sekali kami akan bermalam

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 66

    66. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mas Tak Akan Melepas Adek Kembali. Penulis : Lusia Sudarti Part 66 Sungguh aku begitu beruntung mendapatkan-nya. Sepanjang malam kami menghabiskan waktu mereguk nikmatnya menjadi pengantin. Mas Indra betul-betul memu4skan h4sr4t kewanit44nku hingga hampir subuh kami terlelap dengan berpelukan, senyum pu4s terlihat dari raut wajah tampan-nya.🥀🥀🥀🥀🥀Satu minggu telah berlalu dan hari-hari penuh kebahagiaan kami jalani dalam mengarungi masa-masa indah pernikahan. Warungku kini telah beroperasi kembali.Pelanggan mulai berdatangan kembali.Mbak Murti kini merangkap sebagai ART rumah tanggaku, kami mempercayakan tugas-tugas kepadanya. Selain jujur Mbak Murti begitu telaten dan sabar dalam bekerja, itulah yang aku dan Mas Indra suka. Sementara kedua Anakku begitu bahagia mempunyai seorang Ayah. Indra tak menganggap mereka sebagai Anak sambung, baginya kebahagiaan kedua Anakku dan aku sendiri lebih dari segalanya. Ternyata Tuhan mempunya

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 65

    65. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Indahnya Malam Pertama Pernikahanku Rate 21+++ Penulis : Lusia Sudarti Part 65Mas Indra sedang mengambil air wudhu untuk melakukan sholat yang terlewat. Ternyata Mas Indra begitu taat terhadap agama, aku benar-benar bersyukur atas semua ini.🥀🥀🥀🥀🥀Malam ini kami bermalam di rumah Mama, namun esok aku harus kembali kerumahku sendiri. Yah ... sudah menjadi kesepakatan, aku dan Mas Indra akan tinggal di kediamanku sendiri. "Dek ..." Aku dikagetkan oleh suara lembut Mas Indra sembari memelukku dari belakang dan sontak membuyarkan lamunanku.Mas Indra mengendus ceruk leher dan belakang telingaku. Hatiku berdebar, jantungku seolah berpacu lebih kencang dan tubuhku menggigil karena sentuhan-sentuhan dari Mas Indra.Aku tahu ... malam ini Mas Indra akan meminta hak-nya kepadaku, meskipun aku telah berusaha untuk tetap tenang, namun tetap saja aku merasa gugup dan canggung serta malu. "Dek ... bolehkah Mas memintanya malam ini? Mas tahu,

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 64

    64. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Aku Resmi Menikah. Penulis ; Lusia Sudarti Part 64Aku melingkarkan lenganku keleher Mas Indra yang melangkah lebar membopong tubuhku kearah mobil.🥀🥀🥀🌹🥀🌹"Saya terima nikah dan kawin-nya Hanum Ambarwati binti Hendrawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar dua puluh lima juta dibayar 'Tunai ..." Mas Indra mengucapkan ijab qabul dengan lantang dan lancar sambil menjabat tangan Pak Iwan sebagai wali nikahku. "Bagai para saksi! Sah ...," tanya Pak Jefri penghulu yang menikahkan kami berdua. "Sah ..." Para saksi dan kerabat yang menghadiri proses akad nikahku menjawab serentak. "Alhamdulillah .." Pak Jefri mengucapkan hamdalah lalu beliau membacakan doa dengan khusyuk. "Bissmillahirrohmanirrohim, Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih. Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaik

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 63

    63. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Detik-Detik Ijab Qabul. Penulis : Lusia Sudarti Part 63Seketika wajahku menghangat mendengar pertanyaan Ibu Mas Indra. Aku melirik sekilas kearah Mas Indra yang dengan santai menyantap makanan dengan wajah yang tampak biasa saja.🥀🥀🥀🥀🥀🥀Malam ini aku bermalam dirumah orang tua Mas Indra karena besok pagi-pagi sekali aku akan dirias oleh MUA!Suasana terasa begitu meriah karena saudara-saudara Mas Indra berkumpul. Pakde dan Bude juga Tante dan Oom Mas Indra berdatangan. Namun mereka tidak bermalam dirumah Ibu Mertua, hanya sebagian saja dan yang sebagian bermalam dirumah saudara Mas Indra yang lain. Kami berkumpul di ruang keluarga dan berkenalan dengan mereka, saling berbagi cerita, berbagi pengalaman hidup. "Tante Hanum ... Om Indra bilang Tante punya usaha rumah makan ya? Wah pasti rumah makan Tante ramai pembeli dan laris manis deh!" tanya keponakan Mas Indra yang bernama Rima. Aku tersenyum sambil mengangguk. "Bukan rumah mak

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 62

    62. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Selalu Terjadi Masalah Tak Terduga. Penulis : Lusia Sudarti Part 62 Kedua netraku terasa basah mendengar alunan musik dan lagu yang mengalun lembut dari tape yang diputar oleh Indra. ***Aku membuang pandangan kesamping sambil menghela nafas perlahan.Mengapa disaat seperti ini aku harus teringat akan mendiang Suamiku yang begitu aku cintai, dan hingga saat ini aku belum bisa melupakan dia sepenuhnya. "Dek ... kenapa wajah Adek sedih begitu? Apa ada yang menyinggung hati Adek perkataan Mas tadi?" tanya Indra lirih sambil menoleh kearahku. Segera aku menghapus titik-titik bening yang merembes dari kelopak mataku. Agar Indra tak melihatnya.Sekuat tenaga aku menyembunyikan rasa sedih yang tiba-tiba merayap kedalam sanubariku yang paling dalam. Esok aku akan melepaskan masa-masa menjandaku. Aku menerima kehadiran Indra, sosok lelaki yang penuh tanggung jawab dan baik hati kepadaku dan kedua Anakku. Tak ada keraguan lagi dalam hatiku. "E

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 61

    61. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Selalu Ada Masalah Yang Aku Temui. Penulis : Lusia Sudarti Part 61'Wanita itu memang tinggi, putih, tapi kalau soal cantik ... kayaknya lebih cantik aku deh," sungutku dalam hati. "Jelas-jelas aku lebih dari Cindy maupun janda itu, tetapi mengapa Mas Indra begitu membenci aku," jawabnya dengan wajah sendu. Sementara yang karyawan butik saling sikut melihat ketegangan yang terjadi karena ulah Kartika. "Mbak, tolong bantu saya melepaskan gaun ini!" seruku kepada pegawai yang tadi membantuku memakainya. "Baik Bu. Mari saya bantu!" jawabnya. "Eh tunggu dulu! Dek yang ini saja ya? Cantik banget dan Mas suka!" cegah Indra saat aku melangkah perlahan menuju ruang ganti, ia memegang tanganku kemudian mengangkat wajahku dengan jemari tangan-nya. Kartika terperangah melihat adegan dihadapan-nya, ia menautkan alisnya melihat Indra begitu mesra denganku. "Siapa dia Mas?" tanya Kartika dengan menunjukkan jari mengarah kepadaku.Indra kemudian m

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 60

    60. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Fitting Baju Penulis : Lusia Sudarti Part 60"Iya Ibu dan Bapak ..." Setelah berpamitan kami pun pulang dengan diantar oleh Mas Indra.🥀🥀🥀🥀🥀"Mbak ... Anak-anak biar sama aku aja dirumah, dan akunya biar ada yang nemani dirumah," jelas Murti kepadaku saat aku sibuk menyusun baju-baju kedalam lemari sehabis disetrika. "Oh iya sudah Mbak kalau begitu, soalnya kasihan nanti kalau kelamaan menunggu!" jawabku. "Tapi ... oh iya Mbak, aku hampir lupa. Anak-anak dijemput oleh Ibunya Mas Indra Mbak!" jawabku sambil menatapnya. "Oh ya udah enggak apa-apa Mbak ..." "Mbak Hanum bersiap gih ... biar aku yang lanjutin menyusun pakaian," imbuh Murti menawarkan diri untuk membantuku. "Beneran Mbak Murti mau bantu menyusun pakaian?" tanyaku sambil menatapnya. "Iya, coba deh Mbak Hanum lihat udah jam berapa?" ucapnya sambil melihat kearah jam weker diatas nakas, aku mengikuti arah tatapan-nya. "Astagfirrullah ... udah jam delapan rupanya! Baikl

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 59

    59. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Acara Makan Malam Yang Menegangkan. Penulis : Lusia Sudarti Part 59Kembali Mbak Murti mempersilahkan masuk kepada tamu yang disebut Pak Indra.Aku melangkah menuju keruang tamu untuk menemui Mas Indra.🥀🥀🥀🥀🥀 "Ayo cucu-cucu Oma ... makan yang banyak ya, biar cepat besar dan bertambah pinter!" titah Mama Mas Indra Kepada kedua Anakku. Aku tersenyum tipis mendengarnya. "Iya Oma terima kasih banyak! Tetapi Adek sudah kenyang," jawab Kurnia sambil menyunggingkan senyum dan menampilkan deretan gigi susunya yang putih cemerlang. "Fandi juga kenyang Oma," sambung Fandi. Aku dan kedua Anakku memang diminta untuk makan malam bersama kedua orang tua Mas Indra dan para kerabat mereka.Kami mengelilingi meja makan panjang yang cukup menampung 15 orang.Suasana terasa begitu hangat. Namun ada dua orang yang menatapku penuh dengan kebencian. Tatapan-nya begitu sinis dan tak bersahabat kepadaku dan kedua Anakku. 'Namun aku tak ambil pusing deng

DMCA.com Protection Status