13. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku Mendapat Rejeki Tak Terduga. Penulis : Lusia Sudarti Part 13 Seketika aku berlari meninggalkan batang singkong yang telah aku cabut.Dengan nafas tersengal aku masuk kedapur dan menutup pintu sedikit kencang.Aku mengusap dadaku yang berdetak kencang, jantung seakan terlepas dari tempatnya. 'Selama ini aku tak pernah mendapat gangguan sedemikian rupa! Tetapi mengapa rumahku terasa horor!" batinku berucap.Aku menoleh kearah tungku, apinya masih menyala, dan air dalam kukusan telah mendidih. Segera aku memasukkan beras yang telah aku cuci kedalam panci kukusan.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Semburat warna kuning keemasan menghiasi ufuk timur, cahaya matahari mengintip malu-malu menembus dedaunan. Aku telah selesai dengan aktivitasku. Memasak, menyapu lantai, mencuci pakaian kotor. Dengan lelehan air mata yang terus merembes dari celah-celah manik netraku, menemani semua aktivitas yang aku lakukan. Duka mendalam begitu aku rasakan.Aku diperkos4, belum
14. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.Hari Paling Menyakitkan, Bang Hardi Pulang Tinggal Nama. Penulis : Lusia Sudarti Part 14Juragan Sekar menatapku. "Siapa yang bilang kalo kamu merepotkan saya Num! Saya ihklas kok, dan ini hanya makanan kecil!" sahutnya tegas.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Tok! Tok! Tok! "Assalamu'alaikum." Terdengar ketukan dan salam dari depan. Aku bertanya-tanya dalam hati, siapakah yang bertamu di gubukku? Selama ini jarang ada yang bertamu. Aku melangkah tergesa sembari menerka tamu yang berkunjung. Krieett! "Waalaikumsalam. Siapa!" tanyaku sambil membuka pintu. "Num ... ada yang ingin kami sampaikan! Tetapi kami harap kamu harus kuat ya?" Pak RT dan Bu RT telah berada di hadapanku dengan tatapan antara bingung dan iba kepadaku. "Ada apa Bu, Pak? Ayo silahkan duduk dahulu!" ucapku kepada mereka berdua dengan sopan. "Num ... yang sabar ya!" tiba-tiba Bu RT memelukku dan menangis. Aku yang tak menyangka bahwa Bu RT akan memelukku seketika terpaku karena
15. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Hancur Karena Kepergian Suamiku. Penulis : Lusia Sudarti Part 15 'Kaki ini tak pernah lelah berjalan demi mencari nafkah untuk kami," tak urung air mataku luruh kembali. Segera aku usap jejak yang menggenang agar tak terjatuh di jenazah Bang Hardi. Hidupku hancur saat ini, entahlah apa aku akan sanggup menjalani hari-hariku kelak ...! 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Di gubuk milikku yang biasanya sepi seolah tak berpenghuni, dari siang hingga malam sangat ramai. Ya ... mereka melayat dan membantu segala persiapan untuk mengebumikan jenazah Suamiku. Kutatap tubuh yang terbaring kaku beralaskan tikar dan tertutup selimut dengan rasa tak percaya, karena hatiku benar-benar merasa kehilangan dengan kepergian Bang Hardi yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, aku berharap ini hanyalah mimpi dan berulang kali aku mencubit dan memukul kedua pipiku, namun terasa sakit ... dan tubuh itu benar-benar tak bergerak. Ada yang bertugas menggali makam, a
16. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Meninggalnya Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 16 Wajah mereka sedikit sumringah menaiki mobil dan bibir membentuk sebuah lengkungan tipis. Mereka belum pernah menaiki mobil selama ini. Inilah kali pertama mereka menaikinya. "Om, mobilnya bagus ya?" tanya Kurnia dengan wajah polos. "Adek suka naik mobil?" tanya Indra tersenyum sembari menoleh kearah Kurnia yang juga sedang menatapnya. "Suka Om ...!" sahutnya. Aku hanya diam sambil menatap keluar kaca. "Lain kali Om ajak jalan-jalan ya Sayang. Abang-nya juga," sambung Indra. Aku hanya meliriknya sekilas. "Beneran Om! Mauuu ... tapi ...!" Ia menjeda ucapan-nya seraya menatapku dengan raut wajah segan. Aku hanya mencoba tersenyum tipis. "Num, apapun yang terjadi kepada kalian. Saya harap kamu tabah dan kuat menghadapinya. Saya tau, kamu adalah wanita kuat!" ujar Juragan Sekar sembari merangkul bahuku. Tak terasa air mataku kembali luruh mendengar kata-kata bernada se
17. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Bersumpah Untuk Mebalaskan Dendam Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 17 Di sudut ruangan aku melihat Indra. Ia menatapku dengan sorot yang nampak sayu. Namun aku segera mengalihkan tatapanku kearah lain. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Hari-hari aku lalui dengan penuh duka dan kecewa. Meskipun air mataku telah mengering, namun batinku yang menangis. Para tetangga masih berdatangan untuk membantuku selama takziah diadakan hingga tujuh hari tujuh malam. Hari ini adalah hari ketujuh. Para tetangga saling membantu menyiapkan hidangan. Malam ini! Malam takziah terakhir. Aku menyendiri di kamarku. Sementara Kurnia sedang bermain dengan Anak tetangga seusianya. Ibunya membantu pekerjaan di dapur. Tok! Tok! Tok! "Num ... boleh aku masuk." Pintu diketuk dari luar kemudian terdengar suara Siti meminta ijin untuk masuk kekamarku. "Silahkan Sit!" seruku lirih. Ceklek! Daun pintu terbuka, aku menoleh sekilas kearahnya. Ia menatapku
18. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Hari Ini, Hari Istimewa Kita Dan Hari Ulang Tahunmu, Bang! Penulis : Lusia Sudarti Part 18 Aku mengangguk dan mengikuti langkah Juragan Sekar dengan dipapah Siti menuju keruang depan. "Selamat sore Ibu Hanum!" lelaki berpakaian serba hitam itu bangkit dari duduknya lalu menjabat tanganku. "Selamat sore Pak." "Ayo silahkan duduk kembali Pak!" seru Juragan Sekar. Beliau mengambil posisi berada disisiku. "Terima kasih Bu!" ucap lelaki itu kembali seraya menjatuhkan bobotnya kembali. "Begini Bu Hanum ... identitas pelaku pembunuhan terhadap saudara Hardi telah kami peroleh. Dan saat ini kami sedang melakukan pengejaran," jelasnya dengan panjang lebar. "Alhamdulillah Pak! Semoga pelaku dapat segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya, agar tak membuat resah warga lainnya! Kalo boleh kami tau, siapakah pelak pembunuhan sadis yang tak berperikemansiaan itu Pak?" tanya Juragan Sekar, dari raut wajahnya nampak lega mendengar kabar
19. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kedatangan Indra Kembali. Penulis : Lusia Sudarti Part 19Aku bersimpuh dan memeluk nisan Suamiku dengan erat. Hati ini belum mampu sepenuhnya mengikhlaskan kepergiannya dari hidupku. "Num ...." Aku terperanjat mendengar suara panggilan dari belakangku. Aku mendengar suara seseorang yang aku kenal! Yah ... itu suara Indra. Aku memperbaiki posisi tubuhku lalu menoleh kearah sumber suara. Benar saja! Indra telah berdiri dengan kedua Anakku. Bibirnya terukir sebuah senyuman. Senyum yang menyimpan kerinduan. Namun aku tak tau, kerinduan itu tertuju kepada siapa? "Mak ....!" Kurnia dan Fandi menghambur dan memelukku dengan erat. Sementara Indra melangkah mendekati kami. "Num, apa kabar?" tanyanya sambil mengulurkan tangan kanannya untuk menjabat tanganku. "Baik In! Kamu sendiri apa kabar?" jawabku berbasa-basi. "Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat!" ujarnya sambil kembali tersenyum. Indra melangkah menuju kepusara Bang Hardi, kemudi
20. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penulis : Lusia Sudarti Part 20"Bang itu Oom datang, bawa banyak sekali belanjaan ....!" seru Kurnia kepada Fandi, aku mengikuti arah petunjuknya. Indra tersenyum lebar melihat kedua Anakku. "Wah, seru sekali sepertinya!" ucap Indra sembari menaruh paper bag di atas meja.Ia tersenyum kepada mereka. Aku gak enak hati kepada Indra! Bagaimanapun juga Indra bukan siapa-siapa buatku. Ia hanya orang dari masa laluku. Aku akan memintanya berhenti selalu memberikan hadiah-hadiah kepada Anakku. Aku tak ingin selalu merepotkan dan bergantung dari orang lain. "Ayo Anak-anak, cepat dihabisi es creamnya! Setelah itu kita pulang. Oom mau berangkat tugas dan Emak mau cari kerja tambahan," ungkapku. "Iya Mak! Kapan-kapan kita beli es cream lagi ya Mak, kalo punya duit ....!" kata Kurnia dengan netra berbinar dan senyum merekah di bibirnya. Indra pun tersenyum mendengar ucapan Kurnia. Ia mengulurkan tangannya dan mengusap lembut pucuk kepala Kurnia d
103. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Nasi Aking, Karena Telah Memberikan Kesuksesan. Penulis : Lusia Sudarti "Lho ... ada apa disana Mbak!" seru Mbak Murti sambil berlari keluar. Part 103(TAMAT) 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Heehh, Hanum ... bicara apa kamu sama putriku haah!" Sungguh, aku sangat terkejut mendengar teriakan Rania yang membuat heboh suasana restaurant milikku yang semula begitu tenang dan tentram. Aku dan Mbak Murti saling tatap karena tak mengerti maksud kedatangan Rania dengan marah-marah.Para pengunjung terdiam menatap Rania yang sedang emosi. Mereka yang sedang menikmati makanan di meja masing-masing saling berbisik.Aku sangat merasa malu karena situasi diluar dugaan ini.Namun aku berusaha menghadapi sikap Rania, untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk lagi. "Ada apa Rania? Silahkan duduk, kita bicarakan dengan baik-baik. Maaf, tak enak disaksikan semua pengunjung disini!" ucapku lembut sambil menatap para pengunjung yang nampak terganggu
103. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Nasi Aking, Karena Telah Memberikan Kesuksesan. Penulis : Lusia Sudarti "Lho ... ada apa disana Mbak!" seru Mbak Murti sambil berlari keluar. Part 103(TAMAT) 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Heehh, Hanum ... bicara apa kamu sama putriku haah!" Sungguh, aku sangat terkejut mendengar teriakan Rania yang membuat heboh suasana restaurant milikku yang semula begitu tenang dan tentram. Aku dan Mbak Murti saling tatap karena tak mengerti maksud kedatangan Rania dengan marah-marah.Para pengunjung terdiam menatap Rania yang sedang emosi. Mereka yang sedang menikmati makanan di meja masing-masing saling berbisik.Aku sangat merasa malu karena situasi diluar dugaan ini.Namun aku berusaha menghadapi sikap Rania, untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk lagi. "Ada apa Rania? Silahkan duduk, kita bicarakan dengan baik-baik. Maaf, tak enak disaksikan semua pengunjung disini!" ucapku lembut sambil menatap para pengunjung yang nampak terganggu
102. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mencari Pegawai Baru. Penulis : Lusia Sudarti"Alita ..." Baik aku dan Fandi sama-sama menyebut nama Alita.Part 102🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Aku dan Fandi berfikiran sama, sama-sama menebak bahwa yang menjatuhkan vas bunga kristal milikku adalah Alita. Terdengar derap langkah kaki di tangga lantai atas. "Ada apa Dek, sepertinya ada suara benda terjatuh?" tanya Mas Indra, sembari melangkah menuju kearah kami dengan tatapan bingung. Aku hanya terdiam, namun tatapan aku arahkan ke lantai, dimana vas bunga kristal berhamburan di lantai. "Itu Ayah ..." Fandi menunjuk kearah lantai dengan telunjuknya. Mas Indra mengikuti arahanku dan Fandi. "Kenapa Bang, bisa jatuh?" tanya Mas Indra, kemudian menatapku meminta penjelasan. Aku hanya mengangkat bahu, karena memang aku tak tahu. "Abang enggak tahu Yah. Sebentar Abang ambil sapu dulu Yah!" seru Fandi sambil melangkah ke dapur mengambil sapu untuk membersihkan pecahan kristal. "Iya Bang. Panggil aja
101. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kedatangan Alita, Putri Dari Rania. Penulis : Lusia Sudarti'Ya Allah, terima kasih tak terhingga hamba panjatkan kepada-Mu. Terima kasih atas semuanya," doaku dalam hati. "Ibu, kami memberikan hadiah untuk Ibu, terimalah Ibu!" ujar Fandi memberikan tiga buah amplop besar kepadaku.Part 101 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Keesokan harinya ..."Assalamualaikum Ibu, Ayah! Abang pulang nih!" seru Fandi yang tiba-tiba telah berada di dapur. "Waalaikum salam, Abang! Ba---ru pulang." Aku menjeda ucapanku saat baru menyadari jika ada seseorang dibelakang Fandi yang berdiri dengan malu-malu. "Lho, itu siapa Bang? Cantik sekali!" seruku. Aku tak dapat menyimpan rasa penasaranku tentang teman wanitanya. "Oh itu, namanya Alita Bu!" jawab Fandi sembari mencium punggung tanganku dan Mas Indra. "Nama yang cantik, secantik orang ..." Ucapanku terjeda, saat tiba-tiba teringat sesuatu tentang nama yang Fandi ucapkan. "Ibu ... Bu, kok bengong?" tanya Fandi sambil m
100. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mas Indra Memberikan Kejutan Tak Terduga Di Hari Ultahku. Penulis : Lusia SudartiBrruughh Prannkkk Barang-barang di tanganku jatuh berhamburan di lantai, sementara aku hampir saja terjatuh. Namun sebuah tangan menangkap tubuhku dan .... Part 100.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Untuk beberapa detik, nyawaku seolah tidak berada dalam ragaku. Tanpa sadar aku menatap seseorang yang sedang memelukku dan juga menyelamatkan aku ketika aku hampir tersungkur. "Ohh ... ternyata begini kelakuan istri dari Pak Indra dibelakang suaminya! Sungguh tidak aku duga, hijabnya hanya untuk menutupi kedok busuknya." Plokk, plokk, plokk. Suara tepuk tangan dan ujaran penuh kebencian menyadarkan aku dari situasi yang tidak aku duga sebelumnya. Aku dan seorang lelaki yang telah menyelamatkan aku sama-sama terkejut dan sontak sama-sama melepas pelukan. "Maaf Mbak, saya tidak sengaja!" kata Pak Dewa dengan raut wajah bersalah.Aku pun demikian. "Saya juga minta maaf Pak."
99. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Ya Allah Penulis : Lusia SudartiKarena sibuk dengan hati yang sedang meronta, aku tak menyadari kehadiran Mas Indra yang kini memelukku dan kemudian mengangkat tubuhku, dibaringkan diatas ranjang. Nafasku tercekat melihat tatapannya. Part 99🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Keesokan harinya ... "Pagi Mbak!" sapa Mbak Murti saat aku berada di warung. Aku tersenyum. "Pagi juga Mbak. DGimana warung kita selama aku punya banyak masalah?" tanyaku. Mbak Murti menatapku, senyum selalu terukir di wajahnya. "Alhamdulillah banyak perubahan Mbak, semakin laris dan ramai. Oh iya Mbak, aku ... aku!" kata-kata Mbak Murti terbata. Aku menatapnya dengan kening bertaut."Ada apa Mbak? Katakan?" desakku. Mbak Murti menunduk dengan wajah memerah. "Itu Mbak, aku mau menikah sama Mas Yusuf." Aku terbelalak mendengar pengakuannya."Oh iya ... bagus dong Mbak. Bisa sama-sama bekerja disini, selamat ya Mbak Murti. Jadi kapan rencana Mbak Murti akan meni
98. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Ya Allah, Atas Nikmat Dari-Mu. Penulis : Lusia Sudarti"Enggak apa-apa Mbak, enggak usah takut," ujar Mas Indra memenangkan kami. Part 98 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀5 bulan kemudian ... "Mas lihat, putra kita semakin mont0k," seruku kepada Mas Indra sembari menggendong putraku yang kini berusia tiga bulan. Ya, aku telah melahirkan secara normal berjenis kel4min laki-laki dan aku beri nama Harry Dewantara.Aku bahagia hidup dengan Mas Indra, suami keduaku. Meskipun aku seorang janda, namun Mas Indra tetap mencintaiku dengan tulus tanpa syarat. Ujian dan cobaan telah aku lalui dan aku menjadi pemenangnya. Mas Indra tersenyum. "Sini putra Ayah." Aku melangkah menghampiri Mas Indra yang sedang sibuk dengan laptopnya. "Huumm, udah wangi sekali putra Ayah!" ucapnya sambil menciumi kedua pipi putranya dengan gemas. "Titip dulu ya Mas. Hanum mau bikin kopi buat Mas!" kataku sambil melangkah. "Iya Ibu, biar jagoan Ayah sama Ayah dulu."
97. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Rania Tetap Dengan Pendiriannya. Penulis : Lusia SudartiRania mengusap cairan merah dari bibirnya akibat tamparanku, kemudian dia pergi dengan menghentakkan kakinya dengan keras.Part 97🥀🥀🥀🥀🥀🥀Baru saja aku menjatuhkan bobotku di kursi dengan bantuan Mas Indra. Tiba-tiba Rania datang kembali dan kali ini dia membawa gunting untuk mengancam Mas Indra dan diriku. "Mas, aku menuntut hakku sebagai seorang istri yang telah lima tahun lamanya belum pernah mendapatkan nafkah bathin darimu!" ancam Rania sambil mengangkat tangan kirinya dan bersiap melukai dirinya sendiri. Aku terhenyak mendengar dan melihat ancaman dari Rania. Mas Indra panik melihatku yang mendadak lemas. Sementara aku melihat kilatan puas dari wajah dan tatapan Rania. Namun Mas Indra tetap tenang dan tidak terpengaruh sama sekali dengan ancamam Rania. Mas Indra panik melihatku yang tampak shock karena perbuatan Rania yang diluar akal sehat. Rania masih berdiri dengan
96. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Separuh Bongkahan Hatiku Yang Tersisa Untuk Mu. Penulis : Lusia Sudarti Aku terdiam mendengarnya, entahlah percaya atau tidak percaya!Yang pasti aku akan mendengarkan semua ceritanya.Part 96Malam semakin beranjak, dan aku tak dapat memicingkan kedua mataku. Aku teringat kata terakhir yang membuatku semakin kecewa dan sakit hati. "Rania meminta waktu kepada Mas, agar tidak menceraikannya dalam waktu-waktu dekat ini Sayang! Karena dia masih belum mendapatkan pekerjaan." "Mas menyanggupinya?" tanyaku sedikit ketus. Mas Indra menatapku. "Ya, setidaknya sampai Mas dapat menghubungi ayah biologis anaknya." "Apa Mas yakin, jika itu bukan d4r4h daging Mas?" tanyaku penuh selidik. "Bukan Sayang. Mas dan juga Dipta yang membawa sample untuk tes DNA dan hasilnya negatif." "Baiklah Mas! Untuk saat ini, Hanum percaya sama Mas." Mas Indra memelukku dengan erat dan penuh kasih sayang. Namun aku tak membalasnya sama sekali, karena aku pun belum