18. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Hari Ini, Hari Istimewa Kita Dan Hari Ulang Tahunmu, Bang! Penulis : Lusia Sudarti Part 18Aku mengangguk dan mengikuti langkah Juragan Sekar dengan dipapah Siti menuju keruang depan."Selamat sore Ibu Hanum!" lelaki berpakaian serba hitam itu bangkit dari duduknya lalu menjabat tanganku. "Selamat sore Pak." "Ayo silahkan duduk kembali Pak!" seru Juragan Sekar. Beliau mengambil posisi berada disisiku. "Terima kasih Bu!" ucap lelaki itu kembali seraya menjatuhkan bobotnya kembali. "Begini Bu Hanum ... identitas pelaku pembunuhan terhadap saudara Hardi telah kami peroleh. Dan saat ini kami sedang melakukan pengejaran," jelasnya dengan panjang lebar. "Alhamdulillah Pak! Semoga pelaku dapat segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya, agar tak membuat resah warga lainnya! Kalo boleh kami tau, siapakah pelak pembunuhan sadis yang tak berperikemansiaan itu Pak?" tanya Juragan Sekar, dari raut wajahnya nampak lega mendengar kabar jika iden
19. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kedatangan Indra Kembali. Penulis : Lusia Sudarti Part 19Aku bersimpuh dan memeluk nisan Suamiku dengan erat. Hati ini belum mampu sepenuhnya mengikhlaskan kepergiannya dari hidupku. "Num ...." Aku terperanjat mendengar suara panggilan dari belakangku. Aku mendengar suara seseorang yang aku kenal! Yah ... itu suara Indra. Aku memperbaiki posisi tubuhku lalu menoleh kearah sumber suara. Benar saja! Indra telah berdiri dengan kedua Anakku. Bibirnya terukir sebuah senyuman. Senyum yang menyimpan kerinduan. Namun aku tak tau, kerinduan itu tertuju kepada siapa? "Mak ....!" Kurnia dan Fandi menghambur dan memelukku dengan erat. Sementara Indra melangkah mendekati kami. "Num, apa kabar?" tanyanya sambil mengulurkan tangan kanannya untuk menjabat tanganku. "Baik In! Kamu sendiri apa kabar?" jawabku berbasa-basi. "Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat!" ujarnya sambil kembali tersenyum. Indra melangkah menuju kepusara Bang Hardi, kemudi
20. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penulis : Lusia Sudarti Part 20"Bang itu Oom datang, bawa banyak sekali belanjaan ....!" seru Kurnia kepada Fandi, aku mengikuti arah petunjuknya. Indra tersenyum lebar melihat kedua Anakku. "Wah, seru sekali sepertinya!" ucap Indra sembari menaruh paper bag di atas meja.Ia tersenyum kepada mereka. Aku gak enak hati kepada Indra! Bagaimanapun juga Indra bukan siapa-siapa buatku. Ia hanya orang dari masa laluku. Aku akan memintanya berhenti selalu memberikan hadiah-hadiah kepada Anakku. Aku tak ingin selalu merepotkan dan bergantung dari orang lain. "Ayo Anak-anak, cepat dihabisi es creamnya! Setelah itu kita pulang. Oom mau berangkat tugas dan Emak mau cari kerja tambahan," ungkapku. "Iya Mak! Kapan-kapan kita beli es cream lagi ya Mak, kalo punya duit ....!" kata Kurnia dengan netra berbinar dan senyum merekah di bibirnya. Indra pun tersenyum mendengar ucapan Kurnia. Ia mengulurkan tangannya dan mengusap lembut pucuk kepala Kurnia d
21. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Membaca Surat Dari Indra Penulis : Lusia Sudarti Part 21"Iya, terima kasih!" Indra meraih gelas lalu menyesap kopi perlahan. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Malam ini Selvi, ijin pamit untuk menjenguk orang tuanya. Aku duduk termenung di tepi pembaringan sembari menatap kedua buah hatiku yang telah terlelap dengan damai. Aku menyimpan semua kesedihan dan duka yang aku rasakan. Aku tak ingin Anak-anak melihatku larut dalam kesedihan. Aku tak ingin mereka tau, jika sesungguhnya Ibunya begitu rapuh. Biarlah ... biarlah semua kusimpan dalam hatiku. 'Emak akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari uang buat kalian Sayang!" lirih batinku penuh kepiluan. Aku harus kuat demi mereka, karena saat ini aku adalah orang tua tunggal. Kedua kakiku harus berdiri dengan kokoh, kedua tanganku harus sekuat besi dan kedua bahuku harus tangguh, untuk memikul beban hidup ini. Tiba-tiba aku teringat pemberian Indra siang tadi, sesaat sebelum dia berpamitan.Aku beranjak m
22. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bandi Merayuku.Penulis : Lusia Sudarti Part 22"Awas ada janda baru! Hati-hati sama Hanum lho, jaga Suami-suami kita ....!" terdengar suara sumbang dari Ibu-ibu yang sedang belanja sayur dari Kang sayur keliling. Sejenak langkahku terhenti. Namun, aku segera melanjutkan perjalanan menuju sekolah Fandi, takut jika terlambat. Dari gerbang terlihat Guru Fandi menanti kedatanganku. "Selamat pagi Bu! Saya Fajar guru Fandi ....!" Guru Fandi memperkenalkan diri kepadaku, sembari mengulurkan tangannya. Aku pun menyambut uluran tangan-nya. "Saya Hanum! Ibunya Fandi ... ada apa ya Pak?" tanyaku sembari mengulas senyum. "Oh tidak ada Bu, hanya saja saya ingin memberitahukan bahwa minggu depan Anak-anak satu kelas Fandi akan melakukan study tour ke museum Pancasila sakti di daerah Kalibata," ujar Pak Fajar memberikan penjelasan. Aku terdiam sejenak, aku bimbang karena tak ada yang menemani Fandi saat melakukan perjalanan study tour. "Tapi Pak,
23. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Difitnah Bandi.Penulis : Lusia Sudarti Part 23"Heh ... kenapa Bapak berdua sama Hanum ... oh aku tau, pasti Bapak dirayu oleh janda itu kan ..." Sontak aku menoleh kebelakang ketika mendengar suara Bude Sinta. Wajahnya terlihat garang dan menyeramkan.Aku merasa tak enak hati dengan-nya. "Eh ... Ibu ... eng-enggak kok! Ha-Hanum yang merayu Bapak Bu ... !" dalihnya.Aku terkejut mendengar ucapan Bandi yang memutar balikkan fakta. Hatiku menjadi geram mendengar fitnah yang terlontar dari mulvtnya yang tajam. Seketika Bude Sinta menoleh kearahku dengan kedua bola matanya yang berkilat menahan amarah. "Apa ... aku ...!" sentakku dengan keras, sembari aku menunjuk kearah dadaku dan itu semua membuat nyalinya ciut.Bude Sinta menatap tajam kearah Suaminya, kemudian menoleh kepadaku. "Eh Num ... jangan pura-pura gak bersalah dan lempar batu sembunyi tangan! Bukankah kamu tadi yang mengajakku untuk duduk-duduk ... !" dalih Bandi sambil
24. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kedatangan Tamu Yang Mengaku Paman Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti. Part 24Kami berbincang hingga larut malam, setelah kedua netra terasa berat barulah kami masuk dalam peraduan untuk menjemput hari esok. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Suara adzan bergema memanggil seluruh umat muslim untuk melakukan kewajiban.Aku menggeliat untuk mengendurkan otot-otot yang terasa kaku dan untuk melancarkan peredaran darah. Sesaat kemudian aku membuka kedua bola mata. Aku melihat kedua Anakku yang masih pulas di bawah selimut barunya. Aku mengalihkan tatapan kearah sahabatku Siti, ia begitu menyayangiku dan Anak-anakku seperti keluarganya sendiri. Perlahan aku bangun dan duduk di tepi pembaringan, aku mengumpulkan segenap tenagaku sejenak sebelum bangkit.Keesokan harinya ...! Seperti biasa aku menyiapkan sarapan setelah membersihkan tubuh dan melakukan sholat. "Num, kamu jahat banget sih ... gak bangunin aku hooaaamm." Aku terkejut mendengar suara Siti yang
25. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kami Diusir Dari Rumah. Penulis : Lusia Sudarti Part 25"Oh iya, saya dengar Hardi meninggal dengan mengenaskan! Kamu sebagai Istri tak becus dan hanya bisa menjadi beban buat Hardi," hardik perempuan itu dengan wajah ketus. Aku tertegun mendengar kata-kata bernada hinaan yang terlontar dari bibir mereka. "Rumah ini milik almarhum Bang Joko! Bapak Hardi, itu artinya kamu tak berhak lagi tinggal disini karena Hardi telah tiada! Jadi mulai saat ini kamu harus meninggalkan rumah ini secepatnya ....!" ucap lelaki itu dengan nada ketus. Aku mendongak menatap mereka berdua dengan rasa tak percaya jika mereka akan mengusirku dengan Anak-anakku. "Paman, Bibi ... maaf tapi rumah ini adalah satu-satunya tempat kami berteduh peninggalan almarhum Ibu Bang Hardi!" jawabku lirih. Mereka saling pandang krmudian tertawa meremehkan dengan raut wajah sinis kepadaku. Anak-anakku ketakutan melihat mereka berdua. "Hahaha, apa kamu bilang ...? Itu bukan u