26. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mak, Adek Haus. Penulis : Lusia Sudarti Part 26"Hus, hus, hus cepat enyah dari hadapan kami. Gak usah terlalu banyak drama! Udah mirip drama di televisi aja kalian." Bibi Bang Hardi mengusir kami laksana b1n4ta*9.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Aku dan Anakku menyusuri jalan dengan tertatih dan terseok.Tak tau harus kemana, sedangkan saudara aku tak punya lagi. Bulir-bulir air mata seakan berlomba untuk keluar dari pelupuk netraku. 'Oh Tuhan ... rasanya aku tak sanggup lagi menjalani semua kehidupan ini! Kemana lagi aku harus berteduh dari panasnya matahari dan turun-nya hujan, juga gelapnya malam ...!" batinku berucap. Hatiku sungguh sedih dan terluka akan keadaan ini. "Mak, kita akan kemana Mak?" tanya Kurnia seraya menatapku.Aku berhenti lalu menatapnya dengan rasa yang tak dapat kuungkapkan. "Mak juga gak tau Sayang ...!" jawabku lirih sembari menyeka air mata yang tak mau berhenti menetes. "Siapa sih mereka itu Mak? Jahat sekali, masa kita
27. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Hikmah Dibalik Penderitaan. Penulis : Lusia Sudarti Part 27 "Oh iya terima kasih Pak, Teh ...!" jawabku. "Silahkan duduk Neng!" ujar Bapak dengan ramah. "Iya Pak, terima kasih banyak! Maaf merepotkan," jawabku sopan. "Neng ... ambilin makan dan minum buat tamu kita!" titah si Bapak kepada wanita muda yang sedang membersihkan meja. "Baik Pak." "Kalo boleh tau. Neng sama Adik-adik ini ... dari mana dan hendak kemana? Sepertinya sedang dalam perjalanan!" tanya beliau dengan pelan. Wajahnya pun sangat teduh di pandang. Huuffftt! Aku menarik nafas lalu kuhempaskan perlahan sebelum menjawab dan aku menundukkan kepala, menyembunyikan kesedihanku. Anak-anakku duduk dengan tertib di kursi. "Begini Pak! Kami di usir oleh orang yang mengaku Paman dari almarhum Suami saya ...!" aku menunduk untuk menghalau rasa sakit dalam hatiku. "Innalillahi wainailaihi rojiun ... tega sekali mereka," ucap beliau penuh rasa iba kepada kami. Aku menceritak
28. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Tiba-tiba Aku Teringat Indra. Penulis : Lusia Sudarti Part 28Kini tinggalah aku sendiri di ruang depan. Aku menatap jauh, menerawang mengenang semua perjalanan yang aku lalui. Entah mengapa malam ini aku teringat akan Indra dan tiba-tiba rindu menyusup dalam kalbu. 'Astagfirullahal'adzim ... mengapa tiba-tiba saja aku bisa merindukan-nya ...!" segera aku mengusap wajahku dengan sepuluh jariku. Triing! Triing! Triing! Aku terkejut kala mendengar jerit nada dering telponku. Ya aku yang sekarang tak seperti dulu lagi! Kini aku mampu membeli semua yang dahulu hanya sebatas doa dan harapan. Dan ini semua berkat Pak Iwan dan Teh Wulan yang telah aku anggap pengganti orang tua dan saudaraku. Aku segera meraih benda canggih dari meja di hadapanku, lalu kuusap layarnya. "Halo assalamu'alaikum Teh ...!" jawabku saat tersambung. "Waalaikum salam Teh ... maaf mengganggu waktu istirahat Teh Hanum ...!" jawabnya dari seberang telpon. "Oh ... e
29. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bertemu Selvi Di Warungku. Penulis : Lusia Sudarti Part 29"Kamu ..." "Kamu ..." Aku tertegun melihatnya, begitupun dengan Selvi yang terkejut melihatku, namun aku segera menguasai hatiku dari rasa terkejut. "Heh j4l4n9 ... ternyata kamu jadi pelayan di sini toh, hahaha ... jangan-jangan kamu ju4l d1r1 juga nih!" ucapnya kepadaku sembari melipat kedua tangan di dada dengan tatapan meremehkan. Aku hanya tersenyum mendengar hinaan-nya. Sedangkan Rio hanya bengong menatapku dan Selvi secara bergantian, dengan alis bertaut. "Jadi kalian ..." Ucapan Rio terjeda ...! "Ya Bang, aku kenal dengan Hanum ... dia perempuan j4l4n9 yang telah merebut kekasih orang! Dan asal Abang tau ... Suaminya meninggal di tempat kerjanya demi memenuhi permintaan Istrinya yang tak tau diri ini dan sekarang dia jadi p3layan di sini! Hati-hati pasti dia juga menjual diri ..." Ucapan Selvi benar-benar tajam menusuk relung hati, aku tetap berusaha menahan-nya. "
30. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Lauk Nasi.Mengunjungi Makam Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 30 "Adek kangen sama Tante ...!" sahut Fandi sedikit berteriak, karena bisingnya deru kendaraan.Lumayan lama untuk tiba di makam Bang Hardi, aku menutup wajahku dengan masker. Agar tak dikenali oleh orang-orang di desaku yang lama. Desa Kalisari ... Bukan apa-apa aku tak ingin terlibat dengan prasangka mereka tentangku. Saat memasuki area pemakaman, hatiku terasa nyeri bagai teriris sembilu ... bagaimana tidak, disinilah aku merajut hari bahagia bersama Suamiku Bang Hardi. Aku memarkir kendaraanku di tempat yang di sediakan. TPU Kalisari ... "Ayo Sayang ...!" ajakku kepada kedua Anakku. "Iya Mak ..." Mereka melangkah mendahului aku.Aku membawa karangan bunga yang telah aku siapkan, bunga tabur dan satu botol air kemasan. "Udah lama ya Mak kita gak ke makam Bapak ...!" ucap Kurnia sembari melangkah. "Iya, ya Dek ... udah hampir dua tahun kita gak kesini .. !" sahut Fandi
31. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Om Indra Bilang, Mau Jadi Bapak Adek Mak ... Penulis : Lusia Sudarti Part 31Seketika semua terdiam mendengar pertanyaanku.Aku tertegun melihat sikap mereka ... 'Ada apa?" gumamku.🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Ayo turun Sayang, kita sudah sampai ...!" aku menyentuh pundak Kurnia yang sepertinya sedang melamun.Ia terkejut disaat pundaknya kutepuk perlahan, seketika ia mendongak menatapku. "Eh ... iya Mak!" ujarnya sambil nyengir lalu turun dari kendaraan. Fandi sudah turun lebih dulu, motor kuparkir di teras samping dan aku segera membuka pintu depan yang dijadikan warung nasi. "Mak, menyenangkan ya kita jalan-jalan-nya ... tapi Adek capek," ujarnya sambil menjatuhkan tubuh di kursi ruang tamu. Aku membuka tirai warung serta membuka tirai jendela. Hari ini aku membuka warung sedikit petang! Karena aku akan buka hingga pukul 10 malam nanti. Aku di bantu satu orang pekerja yang khusus malam senin masuknya. "Assalamualaikum Mbak ...!" ucapan salam da
1. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku Alhamdulillah. Penulis : Lusia Sudarti. "Dek ... seandainya Abang belum bisa membahagiakan kalian disisa hidup Abang. Abang mohon maaf yang sebesar-besarnya ....!" Part 1 "Emaak, Adek lapar udah masak belum Emak?" tanya Kurnia, Anak keduaku. Aku terkesiap mendengar ucapan dan pertanyaannya. "Belum Sayang. Maafin Emak ya," ucapku pilu sembari merengkuhnya dalam pelukan. Tak terasa titik-titik embun menggenang dalam pelupuk mataku. "Ya sudah kalo gitu Adek Nia main dulu ya mak, nanti kalo emak udah mateng masaknya, Adek panggil aja ya Mak!" ujarnya sambil beranjak dari kedua pahaku. Aku mengangguk dan mencoba untuk tersenyum. "Iya Sayang," sahutku dengan suara parau Selepas kepergiannya aku menangis dalam diam, tubuhku luruh kelantai. 'Ya Allah, tunjukkanlah kuasa-Mu yang Maha besar. Namaku Hanum aku hidup bersama Suami dan kedua orang Anakku. Anak sulungku bernama Fandi, ia duduk di kelas dua SD, Kurnia masih berusia empat tahu
2. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kita Bisa Makan Enak Mak Sore Ini. Penulis : Lusia Sudarti. Aku merasakan ia berurai air mata. Aku sedikit mendongak untuk menatapnya. Benar saja, kedua netranya terlihat sembab. Dan masih ada jejak air yang menggenang. Part 2 Entah mengapa hari ini Bang Hardi seolah enggan jauh dariku dan Anak-anaknya. Senja menampakkan dirinya, menggantikan siang yang terik. Aku seperti biasa bekerja sebagai buruh cuci setrika di rumah tetangga yang tak jauh dari kediamanku. "Num, jangan lupa yang ini dicuci sampai putih lagi ya?" ujar Bude Ani sambil menyerahkan baju seragam SMA yang terlihat sangat dekil dan kotor. Aku mengamati seragam yang ada ditanganku. Aku bingung bagaimana caraku menghilangkan noda, yang sepertinya noda getah pohon pisang. "Juragan, tetapi ini sepertinya noda dari pohon atau daun pisang. Dan akan sangat sulit untuk dihilangkan. Kecuali dengan serbuk khusus atau cairan penghilang noda membandel," ujarku kepada Juraga