30. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Lauk Nasi.Mengunjungi Makam Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 30 "Adek kangen sama Tante ...!" sahut Fandi sedikit berteriak, karena bisingnya deru kendaraan.Lumayan lama untuk tiba di makam Bang Hardi, aku menutup wajahku dengan masker. Agar tak dikenali oleh orang-orang di desaku yang lama. Desa Kalisari ... Bukan apa-apa aku tak ingin terlibat dengan prasangka mereka tentangku. Saat memasuki area pemakaman, hatiku terasa nyeri bagai teriris sembilu ... bagaimana tidak, disinilah aku merajut hari bahagia bersama Suamiku Bang Hardi. Aku memarkir kendaraanku di tempat yang di sediakan. TPU Kalisari ... "Ayo Sayang ...!" ajakku kepada kedua Anakku. "Iya Mak ..." Mereka melangkah mendahului aku.Aku membawa karangan bunga yang telah aku siapkan, bunga tabur dan satu botol air kemasan. "Udah lama ya Mak kita gak ke makam Bapak ...!" ucap Kurnia sembari melangkah. "Iya, ya Dek ... udah hampir dua tahun kita gak kesini .. !" sahut Fandi
31. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Om Indra Bilang, Mau Jadi Bapak Adek Mak ... Penulis : Lusia Sudarti Part 31Seketika semua terdiam mendengar pertanyaanku.Aku tertegun melihat sikap mereka ... 'Ada apa?" gumamku.🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Ayo turun Sayang, kita sudah sampai ...!" aku menyentuh pundak Kurnia yang sepertinya sedang melamun.Ia terkejut disaat pundaknya kutepuk perlahan, seketika ia mendongak menatapku. "Eh ... iya Mak!" ujarnya sambil nyengir lalu turun dari kendaraan. Fandi sudah turun lebih dulu, motor kuparkir di teras samping dan aku segera membuka pintu depan yang dijadikan warung nasi. "Mak, menyenangkan ya kita jalan-jalan-nya ... tapi Adek capek," ujarnya sambil menjatuhkan tubuh di kursi ruang tamu. Aku membuka tirai warung serta membuka tirai jendela. Hari ini aku membuka warung sedikit petang! Karena aku akan buka hingga pukul 10 malam nanti. Aku di bantu satu orang pekerja yang khusus malam senin masuknya. "Assalamualaikum Mbak ...!" ucapan salam da
32. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Memberi Hadiah Untuk Bude Sinta. Penulis : Lusia Sudarti Part 32Seketika kedua netranya membola sempurna dengan mulut ternganga ... "Ka-kaamuu ..." "Iya Bude, ini saya ...!" jawabku sembari mengulas senyum untuknya.Ia menatapku dengan tatapan sinis dan memindaiku dari rambut hingga ujung kaki. "Wah ... ternyata kamu ada di sini! Ck, ck, ck, kasihan sekali sih hidup kamu Num! Tapi tunggu dulu, penampilan kamu berubah ya sekarang!" ucapnya dengan nada penuh cemooh. Aku hanya menanggapinya dengan santai. "Saya gak berubah bude!" jawabku santai. "Ini Ibu pesanan-nya ...!" Murti membawa satu piring nasi beserta lauk pauk dan juga minuman pesanan dari Bude Sinta. "Iya Mbak, bawa ke ujung sana aja ...!" jawab Bude Sinta sembari menunjuk meja yang berada di pojokan. "Baik Ibu ...!" ujar Murti sambil melangkah. Bude Sinta melangkah dengan angkuh menuju meja yang dipilihnya. Aku hanya tersenyum dalam hati, seandainya dia tahu, warung ini
33. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bertemu Indra Kembali. Penulis : Lusia Sudarti Part 33Adit melangkah masuk mencari tempat duduk, tatapan-nya tertuju kearahku, ia sedikit terkejut melihatku. "Mbak ... kirain lagi jalan-jalan, hehehe." 🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Adzan ashar berkumandang dengan merdu mendayu, membuat siapapun yang mendengarnya merasakan kesejukan dan kedamaian, seperti yang aku rasakan saat ini. Aku segera beranjak mengambil wudhu mensucikan diri sebelum menunaikan ibadah sholat ashar. Aku dan Mbak Murti melayani pelanggan hingga pukul 22;00. "Mbak Murti nginep aja, besok pagi baru pulang, gimana ...!" tanyaku sambil memberikan u4ng gajinya sebesar Rp150 ribu, sekalian bonusnya, karena malam ini pembeli di warungku sangat ramai dan semua ludes tak bersisa. "Lho Mbak, kok banyak banget uangnya?" tanya-nya sembari mengeringkan tangan dengan lap bersih sehabis mencuci peralatan kotor. "Alhamdulillah Mbak, warungnya ramai sekali malam ini, dan itu sekalian bonus unt
34. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bertemu Indra Di Warungku. Penulis : Lusia Sudarti Part 34Aku tertegun saat seorang lelaki berseragam TNI menghampiriku dan dia adalah ... 🥀🥀🥀🥀🥀"Num ..." "Indra ..." Kami berdua sama-sama terpaku dan berdiri saling berhadapan.Sementara pegawaiku yang lekaki terbengong melihat kami berdua. "Sebentar, aku ke toilet dulu ...!" ujar Indra berlalu tanpa menunggu jawaban dariku.Aku menatap punggungnya yang telah menjauh dari kami. "Mas, ditaruh aja di sana!" titahku. "Oh iya Bu! Maaf ... terbawa arus sungai hehehe!" jawabnya sembari terkekeh, kemudian ia bergegas menuju meja dimana Indra menaruh ranselnya. Aku hanya tersenyum simpul mendengar candaan-nya. Tiba-tiba sekujur tubuhku menegang, jantungku berdetak sedikit kencang, dan keringat dingin sebesar biji jagung membasahi wajah dan kedua tanganku.'Apa yang harus aku katakan kepada Indra ...? Oh Tuhan ... aku belum siap! Jadi aku harus bagaimana ...!" desisku dalam hati. "Lho
35. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Biarlah Mengalir Seperti Apa Adanya. Penulis : Lusia Sudarti Part 35 "Ah entahlah ... terjadilah apa yang seharusnya terjadi ...," lirihku dalam hati. Aku menatap kedua Anakku yang telah menghilang di balik pintu. "Indra ... kenapa kamu begitu peduli dengan Anak-anakku? Aku tak ingin melihat mereka bersedih hati jika suatu saat kamu meninggalkan mereka! Kamu punya kehidupan sendiri dan kamu pun berhak meraih kebahagiaanmu ...!" ucapku lirih, setelah aku mampu menguasai hati dan punya keberanian. Namun aku tak mampu menatapnya. "Num ... aku bahagia dengan hidupku saat ini, dan aku bahagia dengan pilihanku! Apapun akan aku perjuangkan demi meraih kebahagiaanku," jawabnya dengan tegas dan tak bertele-tele. "Aku menagih janji yang pernah aku tulis dalam selembar surat. Aku ingin mendengar jawaban langsung darimu ...!" ucap Indra seraya meraih jemariku untuk di genggam. Aku merasakan kedamaian dan ketenangan melalui gengg
36. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Mendengar, Orang Tuanya Menolakku. Penulis : Lusia Sudarti Part 36 Aku berada di rumah utamaku yang tak jauh dari warung. Acara di televisi pencarian bakat menjadi favoriteku. 🌺🌺🌺🌺🌺 Pukul 20;00, aku masih bermalas-malasan sambil nonton tv, sehabis sholat isya' aku membantu Anak-anakku mengerjakan PR dari sekolah. Kini mereka telah larut dalam mimpi sejak satu jam yang lalu ... aku merasa bosan akhirnya duduk bersantai. Di atas meja, terletak ponsel yang selalu sepi! Aku hanya telpon dan berkirim kabar dengan Bapak dan Teh Wulan saja, atau dengan pemilik peternak ayam dan pemilik kolam yang menjadi langgananku. Tingtong! Tingtong! Suara bel rumahku berbunyi. Aku beranjak dan sebelum membuka pintu, aku mengintip dari celah khusus untuk melihat siapakah yang bertamu. Nafasku seolah terhenti dan degub jantungku tiba-tiba berdetak lebih kencang saat mengetahui siapa yang berkunjung. Tubuhku berkeringat dingi
37. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Sering Bersedih Karena Menahan Lapar. Penulis : Lusia Sudarti Part 37Hufftt! "Aku tak bisa menuruti kehendak mereka Num ... cintaku hanya buatmu ..." 🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Ucapan Indra masih terngiang di telingaku. Indra berjanji kepadaku untuk membujuk kedua orang tuanya. "Aku janji akan membujuk mereka demi kamu! Hiduplah bersamaku karena aku hanya mencintaimu seumur hidupku ..." Dia mengenggam jemariku begitu erat, seolah enggan untuk melepasnya. 'Ya Allah ... bantu aku untuk memilih satu dari dua pilihan ...," lirihku dalam hati.Entah mengapa, hatiku begitu berat untuk menerima kehadiran Indra. Jauh dari lubuk hatiku hanya mencintai Bang Hardi, almarhum suamiku. Meskipun kini ia telah tiada, namun cintanya masih bersemayam abadi di sudut hatiku. Aku merasa jemariku menghangat dalam genggaman-nya, lalu menjalari seluruh tubuhku. 'Baiklah aku akan mencoba membuka hatiku untuk laki-laki lain. Bismillahiirrohmanirrohiim ... aku meneri
103. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Nasi Aking, Karena Telah Memberikan Kesuksesan. Penulis : Lusia Sudarti "Lho ... ada apa disana Mbak!" seru Mbak Murti sambil berlari keluar. Part 103(TAMAT) 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Heehh, Hanum ... bicara apa kamu sama putriku haah!" Sungguh, aku sangat terkejut mendengar teriakan Rania yang membuat heboh suasana restaurant milikku yang semula begitu tenang dan tentram. Aku dan Mbak Murti saling tatap karena tak mengerti maksud kedatangan Rania dengan marah-marah.Para pengunjung terdiam menatap Rania yang sedang emosi. Mereka yang sedang menikmati makanan di meja masing-masing saling berbisik.Aku sangat merasa malu karena situasi diluar dugaan ini.Namun aku berusaha menghadapi sikap Rania, untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk lagi. "Ada apa Rania? Silahkan duduk, kita bicarakan dengan baik-baik. Maaf, tak enak disaksikan semua pengunjung disini!" ucapku lembut sambil menatap para pengunjung yang nampak terganggu
103. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Nasi Aking, Karena Telah Memberikan Kesuksesan. Penulis : Lusia Sudarti "Lho ... ada apa disana Mbak!" seru Mbak Murti sambil berlari keluar. Part 103(TAMAT) 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Heehh, Hanum ... bicara apa kamu sama putriku haah!" Sungguh, aku sangat terkejut mendengar teriakan Rania yang membuat heboh suasana restaurant milikku yang semula begitu tenang dan tentram. Aku dan Mbak Murti saling tatap karena tak mengerti maksud kedatangan Rania dengan marah-marah.Para pengunjung terdiam menatap Rania yang sedang emosi. Mereka yang sedang menikmati makanan di meja masing-masing saling berbisik.Aku sangat merasa malu karena situasi diluar dugaan ini.Namun aku berusaha menghadapi sikap Rania, untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk lagi. "Ada apa Rania? Silahkan duduk, kita bicarakan dengan baik-baik. Maaf, tak enak disaksikan semua pengunjung disini!" ucapku lembut sambil menatap para pengunjung yang nampak terganggu
102. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mencari Pegawai Baru. Penulis : Lusia Sudarti"Alita ..." Baik aku dan Fandi sama-sama menyebut nama Alita.Part 102🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Aku dan Fandi berfikiran sama, sama-sama menebak bahwa yang menjatuhkan vas bunga kristal milikku adalah Alita. Terdengar derap langkah kaki di tangga lantai atas. "Ada apa Dek, sepertinya ada suara benda terjatuh?" tanya Mas Indra, sembari melangkah menuju kearah kami dengan tatapan bingung. Aku hanya terdiam, namun tatapan aku arahkan ke lantai, dimana vas bunga kristal berhamburan di lantai. "Itu Ayah ..." Fandi menunjuk kearah lantai dengan telunjuknya. Mas Indra mengikuti arahanku dan Fandi. "Kenapa Bang, bisa jatuh?" tanya Mas Indra, kemudian menatapku meminta penjelasan. Aku hanya mengangkat bahu, karena memang aku tak tahu. "Abang enggak tahu Yah. Sebentar Abang ambil sapu dulu Yah!" seru Fandi sambil melangkah ke dapur mengambil sapu untuk membersihkan pecahan kristal. "Iya Bang. Panggil aja
101. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kedatangan Alita, Putri Dari Rania. Penulis : Lusia Sudarti'Ya Allah, terima kasih tak terhingga hamba panjatkan kepada-Mu. Terima kasih atas semuanya," doaku dalam hati. "Ibu, kami memberikan hadiah untuk Ibu, terimalah Ibu!" ujar Fandi memberikan tiga buah amplop besar kepadaku.Part 101 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Keesokan harinya ..."Assalamualaikum Ibu, Ayah! Abang pulang nih!" seru Fandi yang tiba-tiba telah berada di dapur. "Waalaikum salam, Abang! Ba---ru pulang." Aku menjeda ucapanku saat baru menyadari jika ada seseorang dibelakang Fandi yang berdiri dengan malu-malu. "Lho, itu siapa Bang? Cantik sekali!" seruku. Aku tak dapat menyimpan rasa penasaranku tentang teman wanitanya. "Oh itu, namanya Alita Bu!" jawab Fandi sembari mencium punggung tanganku dan Mas Indra. "Nama yang cantik, secantik orang ..." Ucapanku terjeda, saat tiba-tiba teringat sesuatu tentang nama yang Fandi ucapkan. "Ibu ... Bu, kok bengong?" tanya Fandi sambil m
100. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mas Indra Memberikan Kejutan Tak Terduga Di Hari Ultahku. Penulis : Lusia SudartiBrruughh Prannkkk Barang-barang di tanganku jatuh berhamburan di lantai, sementara aku hampir saja terjatuh. Namun sebuah tangan menangkap tubuhku dan .... Part 100.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Untuk beberapa detik, nyawaku seolah tidak berada dalam ragaku. Tanpa sadar aku menatap seseorang yang sedang memelukku dan juga menyelamatkan aku ketika aku hampir tersungkur. "Ohh ... ternyata begini kelakuan istri dari Pak Indra dibelakang suaminya! Sungguh tidak aku duga, hijabnya hanya untuk menutupi kedok busuknya." Plokk, plokk, plokk. Suara tepuk tangan dan ujaran penuh kebencian menyadarkan aku dari situasi yang tidak aku duga sebelumnya. Aku dan seorang lelaki yang telah menyelamatkan aku sama-sama terkejut dan sontak sama-sama melepas pelukan. "Maaf Mbak, saya tidak sengaja!" kata Pak Dewa dengan raut wajah bersalah.Aku pun demikian. "Saya juga minta maaf Pak."
99. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Ya Allah Penulis : Lusia SudartiKarena sibuk dengan hati yang sedang meronta, aku tak menyadari kehadiran Mas Indra yang kini memelukku dan kemudian mengangkat tubuhku, dibaringkan diatas ranjang. Nafasku tercekat melihat tatapannya. Part 99🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Keesokan harinya ... "Pagi Mbak!" sapa Mbak Murti saat aku berada di warung. Aku tersenyum. "Pagi juga Mbak. DGimana warung kita selama aku punya banyak masalah?" tanyaku. Mbak Murti menatapku, senyum selalu terukir di wajahnya. "Alhamdulillah banyak perubahan Mbak, semakin laris dan ramai. Oh iya Mbak, aku ... aku!" kata-kata Mbak Murti terbata. Aku menatapnya dengan kening bertaut."Ada apa Mbak? Katakan?" desakku. Mbak Murti menunduk dengan wajah memerah. "Itu Mbak, aku mau menikah sama Mas Yusuf." Aku terbelalak mendengar pengakuannya."Oh iya ... bagus dong Mbak. Bisa sama-sama bekerja disini, selamat ya Mbak Murti. Jadi kapan rencana Mbak Murti akan meni
98. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Ya Allah, Atas Nikmat Dari-Mu. Penulis : Lusia Sudarti"Enggak apa-apa Mbak, enggak usah takut," ujar Mas Indra memenangkan kami. Part 98 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀5 bulan kemudian ... "Mas lihat, putra kita semakin mont0k," seruku kepada Mas Indra sembari menggendong putraku yang kini berusia tiga bulan. Ya, aku telah melahirkan secara normal berjenis kel4min laki-laki dan aku beri nama Harry Dewantara.Aku bahagia hidup dengan Mas Indra, suami keduaku. Meskipun aku seorang janda, namun Mas Indra tetap mencintaiku dengan tulus tanpa syarat. Ujian dan cobaan telah aku lalui dan aku menjadi pemenangnya. Mas Indra tersenyum. "Sini putra Ayah." Aku melangkah menghampiri Mas Indra yang sedang sibuk dengan laptopnya. "Huumm, udah wangi sekali putra Ayah!" ucapnya sambil menciumi kedua pipi putranya dengan gemas. "Titip dulu ya Mas. Hanum mau bikin kopi buat Mas!" kataku sambil melangkah. "Iya Ibu, biar jagoan Ayah sama Ayah dulu."
97. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Rania Tetap Dengan Pendiriannya. Penulis : Lusia SudartiRania mengusap cairan merah dari bibirnya akibat tamparanku, kemudian dia pergi dengan menghentakkan kakinya dengan keras.Part 97🥀🥀🥀🥀🥀🥀Baru saja aku menjatuhkan bobotku di kursi dengan bantuan Mas Indra. Tiba-tiba Rania datang kembali dan kali ini dia membawa gunting untuk mengancam Mas Indra dan diriku. "Mas, aku menuntut hakku sebagai seorang istri yang telah lima tahun lamanya belum pernah mendapatkan nafkah bathin darimu!" ancam Rania sambil mengangkat tangan kirinya dan bersiap melukai dirinya sendiri. Aku terhenyak mendengar dan melihat ancaman dari Rania. Mas Indra panik melihatku yang mendadak lemas. Sementara aku melihat kilatan puas dari wajah dan tatapan Rania. Namun Mas Indra tetap tenang dan tidak terpengaruh sama sekali dengan ancamam Rania. Mas Indra panik melihatku yang tampak shock karena perbuatan Rania yang diluar akal sehat. Rania masih berdiri dengan
96. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Separuh Bongkahan Hatiku Yang Tersisa Untuk Mu. Penulis : Lusia Sudarti Aku terdiam mendengarnya, entahlah percaya atau tidak percaya!Yang pasti aku akan mendengarkan semua ceritanya.Part 96Malam semakin beranjak, dan aku tak dapat memicingkan kedua mataku. Aku teringat kata terakhir yang membuatku semakin kecewa dan sakit hati. "Rania meminta waktu kepada Mas, agar tidak menceraikannya dalam waktu-waktu dekat ini Sayang! Karena dia masih belum mendapatkan pekerjaan." "Mas menyanggupinya?" tanyaku sedikit ketus. Mas Indra menatapku. "Ya, setidaknya sampai Mas dapat menghubungi ayah biologis anaknya." "Apa Mas yakin, jika itu bukan d4r4h daging Mas?" tanyaku penuh selidik. "Bukan Sayang. Mas dan juga Dipta yang membawa sample untuk tes DNA dan hasilnya negatif." "Baiklah Mas! Untuk saat ini, Hanum percaya sama Mas." Mas Indra memelukku dengan erat dan penuh kasih sayang. Namun aku tak membalasnya sama sekali, karena aku pun belum