29. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bertemu Selvi Di Warungku. Penulis : Lusia Sudarti Part 29"Kamu ..." "Kamu ..." Aku tertegun melihatnya, begitupun dengan Selvi yang terkejut melihatku, namun aku segera menguasai hatiku dari rasa terkejut. "Heh j4l4n9 ... ternyata kamu jadi pelayan di sini toh, hahaha ... jangan-jangan kamu ju4l d1r1 juga nih!" ucapnya kepadaku sembari melipat kedua tangan di dada dengan tatapan meremehkan. Aku hanya tersenyum mendengar hinaan-nya. Sedangkan Rio hanya bengong menatapku dan Selvi secara bergantian, dengan alis bertaut. "Jadi kalian ..." Ucapan Rio terjeda ...! "Ya Bang, aku kenal dengan Hanum ... dia perempuan j4l4n9 yang telah merebut kekasih orang! Dan asal Abang tau ... Suaminya meninggal di tempat kerjanya demi memenuhi permintaan Istrinya yang tak tau diri ini dan sekarang dia jadi p3layan di sini! Hati-hati pasti dia juga menjual diri ..." Ucapan Selvi benar-benar tajam menusuk relung hati, aku tetap berusaha menahan-nya. "
30. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Lauk Nasi.Mengunjungi Makam Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 30 "Adek kangen sama Tante ...!" sahut Fandi sedikit berteriak, karena bisingnya deru kendaraan.Lumayan lama untuk tiba di makam Bang Hardi, aku menutup wajahku dengan masker. Agar tak dikenali oleh orang-orang di desaku yang lama. Desa Kalisari ... Bukan apa-apa aku tak ingin terlibat dengan prasangka mereka tentangku. Saat memasuki area pemakaman, hatiku terasa nyeri bagai teriris sembilu ... bagaimana tidak, disinilah aku merajut hari bahagia bersama Suamiku Bang Hardi. Aku memarkir kendaraanku di tempat yang di sediakan. TPU Kalisari ... "Ayo Sayang ...!" ajakku kepada kedua Anakku. "Iya Mak ..." Mereka melangkah mendahului aku.Aku membawa karangan bunga yang telah aku siapkan, bunga tabur dan satu botol air kemasan. "Udah lama ya Mak kita gak ke makam Bapak ...!" ucap Kurnia sembari melangkah. "Iya, ya Dek ... udah hampir dua tahun kita gak kesini .. !" sahut Fandi
31. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Om Indra Bilang, Mau Jadi Bapak Adek Mak ... Penulis : Lusia Sudarti Part 31Seketika semua terdiam mendengar pertanyaanku.Aku tertegun melihat sikap mereka ... 'Ada apa?" gumamku.🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Ayo turun Sayang, kita sudah sampai ...!" aku menyentuh pundak Kurnia yang sepertinya sedang melamun.Ia terkejut disaat pundaknya kutepuk perlahan, seketika ia mendongak menatapku. "Eh ... iya Mak!" ujarnya sambil nyengir lalu turun dari kendaraan. Fandi sudah turun lebih dulu, motor kuparkir di teras samping dan aku segera membuka pintu depan yang dijadikan warung nasi. "Mak, menyenangkan ya kita jalan-jalan-nya ... tapi Adek capek," ujarnya sambil menjatuhkan tubuh di kursi ruang tamu. Aku membuka tirai warung serta membuka tirai jendela. Hari ini aku membuka warung sedikit petang! Karena aku akan buka hingga pukul 10 malam nanti. Aku di bantu satu orang pekerja yang khusus malam senin masuknya. "Assalamualaikum Mbak ...!" ucapan salam da
1. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku Alhamdulillah. Penulis : Lusia Sudarti. "Dek ... seandainya Abang belum bisa membahagiakan kalian disisa hidup Abang. Abang mohon maaf yang sebesar-besarnya ....!" Part 1 "Emaak, Adek lapar udah masak belum Emak?" tanya Kurnia, Anak keduaku. Aku terkesiap mendengar ucapan dan pertanyaannya. "Belum Sayang. Maafin Emak ya," ucapku pilu sembari merengkuhnya dalam pelukan. Tak terasa titik-titik embun menggenang dalam pelupuk mataku. "Ya sudah kalo gitu Adek Nia main dulu ya mak, nanti kalo emak udah mateng masaknya, Adek panggil aja ya Mak!" ujarnya sambil beranjak dari kedua pahaku. Aku mengangguk dan mencoba untuk tersenyum. "Iya Sayang," sahutku dengan suara parau Selepas kepergiannya aku menangis dalam diam, tubuhku luruh kelantai. 'Ya Allah, tunjukkanlah kuasa-Mu yang Maha besar. Namaku Hanum aku hidup bersama Suami dan kedua orang Anakku. Anak sulungku bernama Fandi, ia duduk di kelas dua SD, Kurnia masih berusia empat tahu
2. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kita Bisa Makan Enak Mak Sore Ini. Penulis : Lusia Sudarti. Aku merasakan ia berurai air mata. Aku sedikit mendongak untuk menatapnya. Benar saja, kedua netranya terlihat sembab. Dan masih ada jejak air yang menggenang. Part 2 Entah mengapa hari ini Bang Hardi seolah enggan jauh dariku dan Anak-anaknya. Senja menampakkan dirinya, menggantikan siang yang terik. Aku seperti biasa bekerja sebagai buruh cuci setrika di rumah tetangga yang tak jauh dari kediamanku. "Num, jangan lupa yang ini dicuci sampai putih lagi ya?" ujar Bude Ani sambil menyerahkan baju seragam SMA yang terlihat sangat dekil dan kotor. Aku mengamati seragam yang ada ditanganku. Aku bingung bagaimana caraku menghilangkan noda, yang sepertinya noda getah pohon pisang. "Juragan, tetapi ini sepertinya noda dari pohon atau daun pisang. Dan akan sangat sulit untuk dihilangkan. Kecuali dengan serbuk khusus atau cairan penghilang noda membandel," ujarku kepada Juraga
Mohon bijak dalam memilih bacaan Rate 21+++ 3. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kenapa Suamiku Kedua Kakinya Tak Berpijak. Penulis : Lusia Sudarti. Part 3 "Abang merasa tak berguna menjadi seorang Suami dan Bapak!" Bang Hardi meremas jemari tanganku. Aku menggenggamnya erat untuk memberikan sedikit kekuatan kepadanya Bang Hardi akhir-akhir ini selalu melamun, bahkan ia sering kali bangun tengah malam untuk melakukan sholat malam, dan setelahnya ia tak langsung istirahat, ia berzikir begitu lama dan panjang. "Dek, Abang ingin menghabiskan waktu Abang bersama kalian, ayo kita kedepan sambil membantu Fandi belajar," Bang Hardi menarik lembut tanganku. "Abang duluan, Adek mau mencuci piring sebentar," tolakku dengan halus, aku tersenyum manis untuknya. "Oh ya sudah. Abang tunggu di depan ya!" ujar Bang Hardi sembari mencium pipiku, setelah itu ia meninggalkan aku di dapur seorang diri. Aku tertegun menerima perlakuan Bang Hardi, aku menatap punggungnya yang bergun
4. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku Mencoba Untuk Tegar Penulis : Lusia Sudarti Part 4 Dengan cekatan aku menyelesaikan pekerjaanku. Selepas dari sini aku harus kerumah Juragan Agung. Karena istri Juragan Agung yang terkenal judes. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Num, ini baju untuk Fandi Anakmu, untuk Kurnia gak ada karena Anak saya cowok!" ujar Juragan Sekar sembari menaruh sekantong plastik yang lumayan besar. Beliau menyunggingkan senyum ramah yang menyejukkan hatiku. "Terima kasih Juragan. Anak saya pasti suka ...!" jawabku sambil meraih sepotong kaos putih yang berbahan tebal dan bagus. "Maaf ya Num, jangan berprasangka buruk kepada saya karena memberi barang bekas, bukan saya menghina keluargamu!" juragan Sekar melipat kedua tangannya. "Enggak apa Juragan," jawabku tersenyum. "Justru saya sangat berterima kasih, Fandi pasti suka sekali," imbuhku lagi. "Oh iya Num, ini ada sayuran segar dan sayur mateng, dari pada gak ada yang makan lebih baik buat kamu aja. Karena nant
5. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku Penulis : Lusia Sudarti Part 5 Aku segera menyelesaikan semua pekerjaanku, entah mengapa hati dan perasaanku akhir-akhir ini merasa tak tenang. Ingin aku segera pulang untuk menemui Bang Hardi suamiku. 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹 "Itu Emak Pak ...!" teriakan Fandi menyambut kedatanganku, ia berlarian kearahku bersama Kurnia dan Bang Hardi menyusul di belakang mereka. Senyum ceria Anak-anakku menjadi pengobat lelah yang aku rasakan saat ini. Bang Fandi tersenyum mesra ketika menatapku. "Capek dek ...!" Bang Hardi menyodorkan air minum kepadaku. "Terimakasih Bang!" aku menerima gelas berisi air lalu aku sesap hingga tandas. "Hari ini terik sekali Bang." "Mak, ini baju untuk Fandi?" seru Fandi sembari mengeluarkan isi plastik yang tadi aku taruh sepulang dari rumah Juragan Sekar. "Iya Sayang, itu buat Fandi. Itu pemberian Juragan Sekar. Untuk Kurnia gak ada, nanti Emak ngumpulin uang untuk beli baju baru buat kalian ya?"