33. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bertemu Indra Kembali. Penulis : Lusia Sudarti Part 33Adit melangkah masuk mencari tempat duduk, tatapan-nya tertuju kearahku, ia sedikit terkejut melihatku. "Mbak ... kirain lagi jalan-jalan, hehehe." 🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Adzan ashar berkumandang dengan merdu mendayu, membuat siapapun yang mendengarnya merasakan kesejukan dan kedamaian, seperti yang aku rasakan saat ini. Aku segera beranjak mengambil wudhu mensucikan diri sebelum menunaikan ibadah sholat ashar. Aku dan Mbak Murti melayani pelanggan hingga pukul 22;00. "Mbak Murti nginep aja, besok pagi baru pulang, gimana ...!" tanyaku sambil memberikan u4ng gajinya sebesar Rp150 ribu, sekalian bonusnya, karena malam ini pembeli di warungku sangat ramai dan semua ludes tak bersisa. "Lho Mbak, kok banyak banget uangnya?" tanya-nya sembari mengeringkan tangan dengan lap bersih sehabis mencuci peralatan kotor. "Alhamdulillah Mbak, warungnya ramai sekali malam ini, dan itu sekalian bonus unt
34. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bertemu Indra Di Warungku. Penulis : Lusia Sudarti Part 34Aku tertegun saat seorang lelaki berseragam TNI menghampiriku dan dia adalah ... 🥀🥀🥀🥀🥀"Num ..." "Indra ..." Kami berdua sama-sama terpaku dan berdiri saling berhadapan.Sementara pegawaiku yang lekaki terbengong melihat kami berdua. "Sebentar, aku ke toilet dulu ...!" ujar Indra berlalu tanpa menunggu jawaban dariku.Aku menatap punggungnya yang telah menjauh dari kami. "Mas, ditaruh aja di sana!" titahku. "Oh iya Bu! Maaf ... terbawa arus sungai hehehe!" jawabnya sembari terkekeh, kemudian ia bergegas menuju meja dimana Indra menaruh ranselnya. Aku hanya tersenyum simpul mendengar candaan-nya. Tiba-tiba sekujur tubuhku menegang, jantungku berdetak sedikit kencang, dan keringat dingin sebesar biji jagung membasahi wajah dan kedua tanganku.'Apa yang harus aku katakan kepada Indra ...? Oh Tuhan ... aku belum siap! Jadi aku harus bagaimana ...!" desisku dalam hati. "Lho
35. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Biarlah Mengalir Seperti Apa Adanya. Penulis : Lusia Sudarti Part 35 "Ah entahlah ... terjadilah apa yang seharusnya terjadi ...," lirihku dalam hati. Aku menatap kedua Anakku yang telah menghilang di balik pintu. "Indra ... kenapa kamu begitu peduli dengan Anak-anakku? Aku tak ingin melihat mereka bersedih hati jika suatu saat kamu meninggalkan mereka! Kamu punya kehidupan sendiri dan kamu pun berhak meraih kebahagiaanmu ...!" ucapku lirih, setelah aku mampu menguasai hati dan punya keberanian. Namun aku tak mampu menatapnya. "Num ... aku bahagia dengan hidupku saat ini, dan aku bahagia dengan pilihanku! Apapun akan aku perjuangkan demi meraih kebahagiaanku," jawabnya dengan tegas dan tak bertele-tele. "Aku menagih janji yang pernah aku tulis dalam selembar surat. Aku ingin mendengar jawaban langsung darimu ...!" ucap Indra seraya meraih jemariku untuk di genggam. Aku merasakan kedamaian dan ketenangan melalui gengg
36. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Mendengar, Orang Tuanya Menolakku. Penulis : Lusia Sudarti Part 36 Aku berada di rumah utamaku yang tak jauh dari warung. Acara di televisi pencarian bakat menjadi favoriteku. 🌺🌺🌺🌺🌺 Pukul 20;00, aku masih bermalas-malasan sambil nonton tv, sehabis sholat isya' aku membantu Anak-anakku mengerjakan PR dari sekolah. Kini mereka telah larut dalam mimpi sejak satu jam yang lalu ... aku merasa bosan akhirnya duduk bersantai. Di atas meja, terletak ponsel yang selalu sepi! Aku hanya telpon dan berkirim kabar dengan Bapak dan Teh Wulan saja, atau dengan pemilik peternak ayam dan pemilik kolam yang menjadi langgananku. Tingtong! Tingtong! Suara bel rumahku berbunyi. Aku beranjak dan sebelum membuka pintu, aku mengintip dari celah khusus untuk melihat siapakah yang bertamu. Nafasku seolah terhenti dan degub jantungku tiba-tiba berdetak lebih kencang saat mengetahui siapa yang berkunjung. Tubuhku berkeringat dingi
37. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Sering Bersedih Karena Menahan Lapar. Penulis : Lusia Sudarti Part 37Hufftt! "Aku tak bisa menuruti kehendak mereka Num ... cintaku hanya buatmu ..." 🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Ucapan Indra masih terngiang di telingaku. Indra berjanji kepadaku untuk membujuk kedua orang tuanya. "Aku janji akan membujuk mereka demi kamu! Hiduplah bersamaku karena aku hanya mencintaimu seumur hidupku ..." Dia mengenggam jemariku begitu erat, seolah enggan untuk melepasnya. 'Ya Allah ... bantu aku untuk memilih satu dari dua pilihan ...," lirihku dalam hati.Entah mengapa, hatiku begitu berat untuk menerima kehadiran Indra. Jauh dari lubuk hatiku hanya mencintai Bang Hardi, almarhum suamiku. Meskipun kini ia telah tiada, namun cintanya masih bersemayam abadi di sudut hatiku. Aku merasa jemariku menghangat dalam genggaman-nya, lalu menjalari seluruh tubuhku. 'Baiklah aku akan mencoba membuka hatiku untuk laki-laki lain. Bismillahiirrohmanirrohiim ... aku meneri
38. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Kedatangan Wanita Yang Mengaku Calon Istri Indra. Penulis : Lusia Sudarti Part 38"Wah ... ada yang lagi jatuh cinta nih ... pagi-pagi Mbak Bos kita udah senyum-senyum aja nih hehehe ..." Aku terkejut mendengar godaan dari Murti yang baru saja tiba sehabis mengantar kedua Anakku ke sekolah.Wajahku menghangat seketika karena malu. Tejo dan Mas Yusuf terkekeh mendengarnya. "Ah Mbak Murti bisa aja ...!" jawabku sedikit malu. "Tampan loh Mbak ... gaskeun Mbak ... takutnya direbut orang hehehe," Murti terus menggodaku, aku semakin salah tingkah dibuatnya. "Betul itu Bu ... tunggu apalagi, Mas TNI-nya juga cinta mati sama Mbaknya," timpal Yusuf. "Apa'an sih, godain terus ..." Sahut Tejo sembari menahan senyum. "Udah-udah! Ada pelanggan tuh ...!" sergah Murti disaat ada pelanggan memasuki teras. "Selamat datang di warung makan Mbak Hanum ...!" sapa Murti ramah.Aku menatap sekilas wanita yang baru saja memasuki teras warungku. 'Namun
39. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Akan Membawa Kedua Orang Tuaku Kepadamu.Penulis : Lusia Sudarti Part 39Aku termenung di dalam kamarku, meratapi semua yang telah terjadi kepadaku, entah sampai kapan aku akan hidup seperti ini ... Hatiku sakit, malu sedih dan kecewa ...Kedua belah kelopak mataku membengkak, akibat terlalu lama menangis. Berkali-kali aku menghapus titik-titik bening yang terus mengalir ... dan berkali pula aku berusaha menahan-nya, namun semakin aku tahan, semakin deras mengalir. Entah berapa puluh lembar tisu yang terbuang ...Entah berapa lama aku tepekur dalam diam di kamarku, saat ini aku begitu merindukan almarhum Suamiku yang telah lama meninggalkan aku untuk selamanya. 🥀🥀🥀🥀🥀 'Bang ... ternyata begitu berat hidupku tanpamu disisiku ... meskipun saat ini aku tak lagi kesulitan dalam ekonomi, namun hatiku tak bahagia.Disaat Abang masih ada, meskipun berhari-hari sering kelaparan. Tetapi aku bahagia ada Abang disisiku!" lirih batinku beruc
40. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Om, Tinggi-tinggi Sekali Ya Gedungnya. Penulis : Lusia Sudarti Part 40Aku menatap punggungnya yang melangkah dengan tegap meninggalkanku untuk bersiap.🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Om ... tinggi sekali gedung-gedung itu ...!" teriak Kurnia sembari menunjuk kearah gedung-gedung bertingkat di kawasan perbatasan Cileungsi dengan netra berbinar. Aku hanya tersenyum melihat tingkah lakunya. Sementara Fandi ikut berdecak kagum namun tak seheboh Kurnia yang duduk di belakang Indra yang sedang mengemudi. "Iya dong, gedungnya tinggi menjulang ... nanti kalo adek sudah besar, belajarnya pinter bisa kok kerja di gedung seperti itu ... atau membuat gedung seperti itu," jawab Indra sembari menoleh kearah Kurnia sekilas lalu fokus ke jalan kembali. "Om ... emangnya kita mau ke mana ... kok dari tadi belum sampai ...?" tanya Fandi sambil memperhatikan Indra yang sedang mengemudi. "Kita mau jalan-jalan ke Taman Mini ... disana banyak permainan. Abang sama Adek past
86. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Mas Indra Pulang! Penulis : Lusia Sudarti Part 86Mas Indra belum juga kembali dan hari ini tepat hari ketiga Mas Indra meninggalkan kami di villa miliknya, tak biasanya Mas Indra pergi begitu lama!🥀🥀🥀🥀🥀🥀Tujuh hari berlalu begitu saja ... sementara Mas Indra belum juga kembali.Di villa kami tidak dapat berbuat banyak.Bapak melakukan serangkaian doa untuk tujuh hari Mama dan Papa. Kami semua mengenakan gamis serba hitam tanda sedang berkabung. Aku berusaha menguatkan hati dan mencoba tegar untuk semuanya.Aku hanya mampu berdoa untuk suamiku tercinta agar segera kembali dan berkumpul bersama-sama lagi. Orang-orang di sekelilingku selalu memberikan semangat kepadaku untuk tetap kuat dan tabah menghadapi semuanya. "Neng, Bapak harap Neng Hanum tetap sabar dan tabah untuk menghadapi semua cobaan ini. Kami akan selalu berada dibelakang demi memberikan semangat kepadamu. Yakinlah, akan ada pelangi setelah hujan dan habis ge
85. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.Mendapat Kabar Tentang Meninggalnya Kedua Mertuaku.Penulis : Lusia Sudarti Part 85"Iya Mbak! Kalau begitu saya ijin kembali bekerja," jawab Mbok Narti sembari tersenyum.🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Baik! Saya akan segera menuju ke lokasi target, amankan lokasi!" Mas Indra sedang berbicara melalui headsetnya. "Sayang, Mas tinggal dulu ya? Pak saya ada tugas menangkap anggota pembelot. Titip keluarga saya ya Pak?" pamit Mas Indra kepada kami. Disaat kami sedang bersantai diruang tamu, setelah sarapan pagi. Bapak mengangguk. "Iya Nak, hati-hati selalu ya?" jawabnya. Mas Indra mengangguk, aku mencium punggung tangannya, kemudian keningku di kecupnya lembut. Mas Indra pun mencium punggung tangan Bapak dengan takzim. 'Ya Allah, selamatkan suamiku dimanapun berada! Amiiinn," gumamku pelan. "Pak, jika Bapak merasa bosan. Jalan-jalan Pak, di kebun belakang banyak terdapat pohon buah-buahan lho Pak!" kataku kepada Bapak yang nampak sedikit gelisah. "Iya Ne
84. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Tak Ingin Menyakiti Mu Lagi Mas. Penulis : Lusia Sudarti Aku mendengarkan cerita Mas Indra dengan seksama, sementara fikiranku melanglang buana dan membayangkan perbuatan tak terpuji yang Ratna lakukan. Part 84🥀🥀🥀🥀🥀"Sebetulnya, saat Mas Indra koma, Ratna pernah mengancam Hanum. Saat itu, berada di mushola rumah sakit." Mas Indra masih memelukku, aku berada di pangkuannya. "Oh iya ... benarkah?" tanya Mas Indra. "Iya, namun saat itu tak aku hiraukan semua kata-kata pedas yang terlontar darinya. Karena bagiku saat itu yang paling penting adalah Mas Indra," jawabku pelan. "Yah, Mas tahu bagaimana Adek." "Rupanya, Ratna selama ini merasa sakit hati terhadap Mas dan akhirnya dia membelot. Kemudian bekerja sama dengan pemberontak." "Hanum tahu tentang itu. Makanya Mas di pindahkan ke ruang rahasia." "Sekarang ini, tim pasukan inteligen sedang menyebar mata-mata untuk menangkap anggota yang melarikan diri! Jika Mas menghilang, i
83. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mas Indra Menghilang Lagi, Demi Sebuah Tugas. Penulis : Lusia Sudarti Part 83Kami berdua akhirnya tertidur dengan lelap di bawah selimut di atas pembaringan.🥀🥀🥀🥀🥀Allahu akbar! Allahu Akbar ...! Aku terjaga saat mendengar adzan subuh berkumandang dari kejauhan. Terdengar sayup-sayup terbawa angin.Tanganku menggapai sisi kiri pembaringan, namun aku tak menemukan siapapun disana. Hanya bantal guling berada di tengahnya. Segera aku beringsut bangun dan mencari-cari keberadaan Mas Indra di sekitar kamar. Tetapi tak ada siapa-siapa. "Mas ..." Aku memanggilnya sembari menurunkan kedua kaki ke atas lantai dan menyibak selimut yang membalut tubuhku. "Astaga ... ternyata aku belum memakai pakaianku," gumamku pelan. Gegas aku meraih handuk yang tergantung di tempatnya.Segera aku menuju ke kamar mandi untuk memversihkan tubuhku, lalu mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Dalam sujudku, aku berdoa agar diberikan kesehatan da
82. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terpaksa Mengungsi Karena darurat. Penulis : Lusia Sudarti Part 82"Selamat datang Mbak, Bapak dan Adik-adik. Saya Mbok Narti yang menjaga villa Mas Indra."🥀🥀🥀🥀🥀Mbok Narti menyambut kami dengan hangat dan menjamu kami dengan makanan lezat. Selepas makan malam, kami berbincang sebentar di ruang keluarga. Sementara Mbok Narti menyiapkan minuman hangat dan beberapa macam cemilan untuk menemani berbincang. "Jadi, bagaimana keadaan rumah, Nak Indra?" tanya Bapak sedikit khawatir. "Bapak dan Teteh tenang saja, saya sudah memperketat keamanan untuk menjaga rumah dengan pasukan khusus," jawab Mas Indra. Kami tertegun mendengar ucapan Mas Indra. "Bagaimana dengan warung Hanum dan Bapak Mas? Kok jadi rumit begini ya?" ucapku. "Sabar Sayang! Percayalah, ini semua tak akan berlangsung lama!" kata Mas Indra menenangkan hatiku. Kami bercerita hingga larut malam. Becanda bersama kedua Anakku, juga Mbok Narti. Fandi dan Kurnia becanda bersam
81. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penulis : Lusia Sudarti Part 81Aku, Bapak dan Teh Wulan tersenyum bahagia. 🥀🥀🥀🥀🥀 Kami melakukan perjalanan ke makam Bang Hardi. Bapak dan Teh Wulan pun demikian. "Ayah, habis ziarah kita jalan-jalan kemana?" tanya Fandi saat sedang dalam perjalanan. "Abang, jangan ganggu Ayah yang sedang mengemudi ya?" ujar Hanum sambil mengusap kepala Fandi dengan lembut. "Enggak apa-apa kok. Kita jalan-jalan kemana ya ..." Mas Indra pura-pura sedang berfikir. " ke pantai ... setuju?" sambungnya setelah terdiam beberapa saat. "Setuju ..." Kurnia dan Fandi menjawab serentak.Bapak, Teh Wulan dan aku hanya geleng-geleng kepala seraya tersenyum. "Tetapi pantai lumayan jauh Nak Indra! Sebaiknya di tunda dulu ke pantainya. Bapak khawatir sama kesehatan Nak Ibdra yang baru saja pulih!" sahut Bapak. "Iya Mas, kita cari tempat yang jaraknya tidak terlalu jauh!" imbuhku. Mas Indra tersenyum. "Enggak apa-apa kok Pak! Indra ingin membahagiakan kalia
80. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Secarik Kertas Pesan Dari Mas Indra Penulis: Lusia Sudarti Part 80"Bagus juga tuh saran Bapak Sayang. Agar Adek enggak capek, apalagi jika perut Adek membesar, tentu sangat kerepotan bukan?" imbuh Mas Indra. Aku mempertimbangkan saran mereka berdua. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Abang kalau sudah besar cita-citanya mau jadi apa?" tanya Mama mertuaku. "Abang cita-citanya mau jadi tentara seperti Ayah, Opa!" jawab Fandi. "Oh ya ... apa Abang enggak takut kena tembak?" "Enggak takut Opa! Abang ingin melindungi negara seperti Ayah!" Fandi menjawab dengan semangat. Teh Wulan tersenyum. "Bagus Bang, menjadi tentara memang mulia." Mama mertuaku menambahkan. "Tapi jangan lupa ya Sayang, pendidikan itu lebih penting. Ayah ingin kamu menjadi tentara yang pintar." Aku tersenyum bahagia mempunyai keluarga yang harmonis dan penuh kehangatan. "Tentara yang pintar dan tampan seperti Ayah!" Mas Indra menambahkan, dan membuat kami semua tertawa mendengarnya.
79. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Malam Yang Di Nanti. Penulis : Lusia Sudarti Part 79Aku menutup mulut karena terkejut.Sedangkan Mas Indra kembali berdiri dan pura-pura membaca slip gaji untuk pegawaiku.🥀🥀🥀🥀🥀🥀Aku merasa wajahku memanas menatap Mas Indra dengan mata terbelalak. "Mas Indra jangan begini dong. Aku kan jadi malu!" ucapku dengan menyembunyikan senyum bahagia dihatiku. "Kenapa memangnya Sayang, heemm! Mas telah begitu lama menantikan malam ini!" katanya sembari tersenyum nakal. Aku merasakan bulu romaku meremang mendengar ucapan dan melihat ekspresi Mas Indra yang menggodaku. "Heemm mulai deh nakalnya ya?" sungutku sembari mencubit hidungnya yang mancung. Tanganku di raih Mas Indra ketika hendak menyentuh hidungnya. "Mas sangat merindukan kamu Sayang!" Mas Indra menatap lekat kearah kedua bola mataku, tatapan syahdu yang juga selama ini aku rindukan. Malam syahdu membuatku larut dalam suasana yang indah yang dinantikan oleh setiap pasangan. "Seh
78. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Pujian Mas Indra Membuat Hatiku Meleleh. Penulis : Lusia Sudarti Part 78Aku dan Mbak Murti kembali meneruskan memasak hingga selesai. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Tujuh hari berlalu dan kondisi luka suamiku telah membaik, meskipun belum sepenuhnya mengering di bagian dalamnya. Hari ini Mas Indra akan melakukan serangkaian pemeriksaan, tim Dokter akan bertolak kerumah demi keamanan. Dihalaman depan terdengar deru mesin kendaraan yang lebih dari satu dan berhenti tepat di depan rumahku. Aku bergegas keluar dari kamar dan membuka pintu depan. "Silahkan masuk Dokter! Sudah ditunggu dikamar." "Baik Bu, terima kasih." Aku melebarkan daun pintu untuk memberi jalan pada Dokter Iqbal dan beberapa lelaki tinggi tegap berpakaian serba hitam. Aku melihat keluar halaman dan mendapati beberapa orang yang juga berpakaian hitam berjaga diluar. Aku segera menutup pintu dan masuk kedalam kamar.Diluar kamar tepatnya disisi kanan dan kiri pintu dua orang berjaga,