35. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Biarlah Mengalir Seperti Apa Adanya. Penulis : Lusia Sudarti Part 35 "Ah entahlah ... terjadilah apa yang seharusnya terjadi ...," lirihku dalam hati. Aku menatap kedua Anakku yang telah menghilang di balik pintu. "Indra ... kenapa kamu begitu peduli dengan Anak-anakku? Aku tak ingin melihat mereka bersedih hati jika suatu saat kamu meninggalkan mereka! Kamu punya kehidupan sendiri dan kamu pun berhak meraih kebahagiaanmu ...!" ucapku lirih, setelah aku mampu menguasai hati dan punya keberanian. Namun aku tak mampu menatapnya. "Num ... aku bahagia dengan hidupku saat ini, dan aku bahagia dengan pilihanku! Apapun akan aku perjuangkan demi meraih kebahagiaanku," jawabnya dengan tegas dan tak bertele-tele. "Aku menagih janji yang pernah aku tulis dalam selembar surat. Aku ingin mendengar jawaban langsung darimu ...!" ucap Indra seraya meraih jemariku untuk di genggam. Aku merasakan kedamaian dan ketenangan melalui gengg
36. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Mendengar, Orang Tuanya Menolakku. Penulis : Lusia Sudarti Part 36 Aku berada di rumah utamaku yang tak jauh dari warung. Acara di televisi pencarian bakat menjadi favoriteku. 🌺🌺🌺🌺🌺 Pukul 20;00, aku masih bermalas-malasan sambil nonton tv, sehabis sholat isya' aku membantu Anak-anakku mengerjakan PR dari sekolah. Kini mereka telah larut dalam mimpi sejak satu jam yang lalu ... aku merasa bosan akhirnya duduk bersantai. Di atas meja, terletak ponsel yang selalu sepi! Aku hanya telpon dan berkirim kabar dengan Bapak dan Teh Wulan saja, atau dengan pemilik peternak ayam dan pemilik kolam yang menjadi langgananku. Tingtong! Tingtong! Suara bel rumahku berbunyi. Aku beranjak dan sebelum membuka pintu, aku mengintip dari celah khusus untuk melihat siapakah yang bertamu. Nafasku seolah terhenti dan degub jantungku tiba-tiba berdetak lebih kencang saat mengetahui siapa yang berkunjung. Tubuhku berkeringat dingi
37. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Sering Bersedih Karena Menahan Lapar. Penulis : Lusia Sudarti Part 37Hufftt! "Aku tak bisa menuruti kehendak mereka Num ... cintaku hanya buatmu ..." 🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Ucapan Indra masih terngiang di telingaku. Indra berjanji kepadaku untuk membujuk kedua orang tuanya. "Aku janji akan membujuk mereka demi kamu! Hiduplah bersamaku karena aku hanya mencintaimu seumur hidupku ..." Dia mengenggam jemariku begitu erat, seolah enggan untuk melepasnya. 'Ya Allah ... bantu aku untuk memilih satu dari dua pilihan ...," lirihku dalam hati.Entah mengapa, hatiku begitu berat untuk menerima kehadiran Indra. Jauh dari lubuk hatiku hanya mencintai Bang Hardi, almarhum suamiku. Meskipun kini ia telah tiada, namun cintanya masih bersemayam abadi di sudut hatiku. Aku merasa jemariku menghangat dalam genggaman-nya, lalu menjalari seluruh tubuhku. 'Baiklah aku akan mencoba membuka hatiku untuk laki-laki lain. Bismillahiirrohmanirrohiim ... aku meneri
38. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Kedatangan Wanita Yang Mengaku Calon Istri Indra. Penulis : Lusia Sudarti Part 38"Wah ... ada yang lagi jatuh cinta nih ... pagi-pagi Mbak Bos kita udah senyum-senyum aja nih hehehe ..." Aku terkejut mendengar godaan dari Murti yang baru saja tiba sehabis mengantar kedua Anakku ke sekolah.Wajahku menghangat seketika karena malu. Tejo dan Mas Yusuf terkekeh mendengarnya. "Ah Mbak Murti bisa aja ...!" jawabku sedikit malu. "Tampan loh Mbak ... gaskeun Mbak ... takutnya direbut orang hehehe," Murti terus menggodaku, aku semakin salah tingkah dibuatnya. "Betul itu Bu ... tunggu apalagi, Mas TNI-nya juga cinta mati sama Mbaknya," timpal Yusuf. "Apa'an sih, godain terus ..." Sahut Tejo sembari menahan senyum. "Udah-udah! Ada pelanggan tuh ...!" sergah Murti disaat ada pelanggan memasuki teras. "Selamat datang di warung makan Mbak Hanum ...!" sapa Murti ramah.Aku menatap sekilas wanita yang baru saja memasuki teras warungku. 'Namun
39. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Akan Membawa Kedua Orang Tuaku Kepadamu.Penulis : Lusia Sudarti Part 39Aku termenung di dalam kamarku, meratapi semua yang telah terjadi kepadaku, entah sampai kapan aku akan hidup seperti ini ... Hatiku sakit, malu sedih dan kecewa ...Kedua belah kelopak mataku membengkak, akibat terlalu lama menangis. Berkali-kali aku menghapus titik-titik bening yang terus mengalir ... dan berkali pula aku berusaha menahan-nya, namun semakin aku tahan, semakin deras mengalir. Entah berapa puluh lembar tisu yang terbuang ...Entah berapa lama aku tepekur dalam diam di kamarku, saat ini aku begitu merindukan almarhum Suamiku yang telah lama meninggalkan aku untuk selamanya. 🥀🥀🥀🥀🥀 'Bang ... ternyata begitu berat hidupku tanpamu disisiku ... meskipun saat ini aku tak lagi kesulitan dalam ekonomi, namun hatiku tak bahagia.Disaat Abang masih ada, meskipun berhari-hari sering kelaparan. Tetapi aku bahagia ada Abang disisiku!" lirih batinku beruc
40. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Om, Tinggi-tinggi Sekali Ya Gedungnya. Penulis : Lusia Sudarti Part 40Aku menatap punggungnya yang melangkah dengan tegap meninggalkanku untuk bersiap.🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Om ... tinggi sekali gedung-gedung itu ...!" teriak Kurnia sembari menunjuk kearah gedung-gedung bertingkat di kawasan perbatasan Cileungsi dengan netra berbinar. Aku hanya tersenyum melihat tingkah lakunya. Sementara Fandi ikut berdecak kagum namun tak seheboh Kurnia yang duduk di belakang Indra yang sedang mengemudi. "Iya dong, gedungnya tinggi menjulang ... nanti kalo adek sudah besar, belajarnya pinter bisa kok kerja di gedung seperti itu ... atau membuat gedung seperti itu," jawab Indra sembari menoleh kearah Kurnia sekilas lalu fokus ke jalan kembali. "Om ... emangnya kita mau ke mana ... kok dari tadi belum sampai ...?" tanya Fandi sambil memperhatikan Indra yang sedang mengemudi. "Kita mau jalan-jalan ke Taman Mini ... disana banyak permainan. Abang sama Adek past
41. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Keluargaku. Cindy Menghinaku Di Depan Umum Penulis : Lusia Sudarti Part 41Aku terkejut lalu berputar menatap pintu gerbang yang ada di ruang depan.Cindy berdiri dengan angkuhnya sambil melipat kedua tangan di dada dengan tatapan sinis kepadaku. Cindy tidak seorang diri, dia bersama dua orang wanita yang berpakaian sedikit terbuka di bagian belahan dadanya. Aku dan Indra sontak berdiri melihat kedatangan mereka. Indra dengan sigap meraih pinggangku dan merangkul pundakku di hadapan mereka bertiga. Aku terkejut dengan tindakan-nya yang spontan dan tiba-tiba. "Ciiih ... apa sih istimewanya dia di mata kamu ... hingga kamu tega menolakku In ...!" teriak Cindy dengan wajah penuh amarah. Teriakan Cindy menarik perhatian para pengunjung, mereka semua memperhatikan kami berlima.Aku mengedarkan tatapanku ke area taman yang dipenuhi pengunjung yang saat ini sedang memperhatikan kami. Bisik-bisik dari semua orang terdengar di telingaku. Sungguh ...
42. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Indra Membawa Kami Jalan-Jalan. Penulis : Lusia Sudarti Part 42 Aku mengangguk karena memang tubuhku lelah sekali.Kemudian aku menyandarkan kepalaku sembari memejamkan kedua netraku.🌺🌺🌺🌺🌺🌺"Dek ... bangun! Kita udah sampai ..." Aku terkejut saat aku merasakan tepukan lembut di pipiku serta bisikan halus di telingaku. Aku mengerjapkan kedua netraku yang terasa lengket. Tatapan kami bertemu ... Indra tersenyum manis kepadaku. "Ma ... aaf Mas aku ketiduran! Hoaamm," aku terlonjak seraya menguap lebar dan segera duduk tegak. Aku menoleh kebelakang mencari keberadaan kedua Anakku di kursi belakang. Namun betapa terkejutnya aku mendapati jok belakang telah kosong. Aku menatap Indra yang tersenyum sembari menaikkan sebelah alisnya yang melihatku kebingungan. "Mereka sudah turun duluan Dek ... masih mau duduk dimobil ya ...?" tanyanya sambil mengedipkan sebelah netranya. "Eng ... enggak kok!" jawabku tergagap sembari bergegas turun
103. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Nasi Aking, Karena Telah Memberikan Kesuksesan. Penulis : Lusia Sudarti "Lho ... ada apa disana Mbak!" seru Mbak Murti sambil berlari keluar. Part 103(TAMAT) 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Heehh, Hanum ... bicara apa kamu sama putriku haah!" Sungguh, aku sangat terkejut mendengar teriakan Rania yang membuat heboh suasana restaurant milikku yang semula begitu tenang dan tentram. Aku dan Mbak Murti saling tatap karena tak mengerti maksud kedatangan Rania dengan marah-marah.Para pengunjung terdiam menatap Rania yang sedang emosi. Mereka yang sedang menikmati makanan di meja masing-masing saling berbisik.Aku sangat merasa malu karena situasi diluar dugaan ini.Namun aku berusaha menghadapi sikap Rania, untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk lagi. "Ada apa Rania? Silahkan duduk, kita bicarakan dengan baik-baik. Maaf, tak enak disaksikan semua pengunjung disini!" ucapku lembut sambil menatap para pengunjung yang nampak terganggu
103. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Nasi Aking, Karena Telah Memberikan Kesuksesan. Penulis : Lusia Sudarti "Lho ... ada apa disana Mbak!" seru Mbak Murti sambil berlari keluar. Part 103(TAMAT) 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Heehh, Hanum ... bicara apa kamu sama putriku haah!" Sungguh, aku sangat terkejut mendengar teriakan Rania yang membuat heboh suasana restaurant milikku yang semula begitu tenang dan tentram. Aku dan Mbak Murti saling tatap karena tak mengerti maksud kedatangan Rania dengan marah-marah.Para pengunjung terdiam menatap Rania yang sedang emosi. Mereka yang sedang menikmati makanan di meja masing-masing saling berbisik.Aku sangat merasa malu karena situasi diluar dugaan ini.Namun aku berusaha menghadapi sikap Rania, untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk lagi. "Ada apa Rania? Silahkan duduk, kita bicarakan dengan baik-baik. Maaf, tak enak disaksikan semua pengunjung disini!" ucapku lembut sambil menatap para pengunjung yang nampak terganggu
102. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mencari Pegawai Baru. Penulis : Lusia Sudarti"Alita ..." Baik aku dan Fandi sama-sama menyebut nama Alita.Part 102🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Aku dan Fandi berfikiran sama, sama-sama menebak bahwa yang menjatuhkan vas bunga kristal milikku adalah Alita. Terdengar derap langkah kaki di tangga lantai atas. "Ada apa Dek, sepertinya ada suara benda terjatuh?" tanya Mas Indra, sembari melangkah menuju kearah kami dengan tatapan bingung. Aku hanya terdiam, namun tatapan aku arahkan ke lantai, dimana vas bunga kristal berhamburan di lantai. "Itu Ayah ..." Fandi menunjuk kearah lantai dengan telunjuknya. Mas Indra mengikuti arahanku dan Fandi. "Kenapa Bang, bisa jatuh?" tanya Mas Indra, kemudian menatapku meminta penjelasan. Aku hanya mengangkat bahu, karena memang aku tak tahu. "Abang enggak tahu Yah. Sebentar Abang ambil sapu dulu Yah!" seru Fandi sambil melangkah ke dapur mengambil sapu untuk membersihkan pecahan kristal. "Iya Bang. Panggil aja
101. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kedatangan Alita, Putri Dari Rania. Penulis : Lusia Sudarti'Ya Allah, terima kasih tak terhingga hamba panjatkan kepada-Mu. Terima kasih atas semuanya," doaku dalam hati. "Ibu, kami memberikan hadiah untuk Ibu, terimalah Ibu!" ujar Fandi memberikan tiga buah amplop besar kepadaku.Part 101 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Keesokan harinya ..."Assalamualaikum Ibu, Ayah! Abang pulang nih!" seru Fandi yang tiba-tiba telah berada di dapur. "Waalaikum salam, Abang! Ba---ru pulang." Aku menjeda ucapanku saat baru menyadari jika ada seseorang dibelakang Fandi yang berdiri dengan malu-malu. "Lho, itu siapa Bang? Cantik sekali!" seruku. Aku tak dapat menyimpan rasa penasaranku tentang teman wanitanya. "Oh itu, namanya Alita Bu!" jawab Fandi sembari mencium punggung tanganku dan Mas Indra. "Nama yang cantik, secantik orang ..." Ucapanku terjeda, saat tiba-tiba teringat sesuatu tentang nama yang Fandi ucapkan. "Ibu ... Bu, kok bengong?" tanya Fandi sambil m
100. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mas Indra Memberikan Kejutan Tak Terduga Di Hari Ultahku. Penulis : Lusia SudartiBrruughh Prannkkk Barang-barang di tanganku jatuh berhamburan di lantai, sementara aku hampir saja terjatuh. Namun sebuah tangan menangkap tubuhku dan .... Part 100.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Untuk beberapa detik, nyawaku seolah tidak berada dalam ragaku. Tanpa sadar aku menatap seseorang yang sedang memelukku dan juga menyelamatkan aku ketika aku hampir tersungkur. "Ohh ... ternyata begini kelakuan istri dari Pak Indra dibelakang suaminya! Sungguh tidak aku duga, hijabnya hanya untuk menutupi kedok busuknya." Plokk, plokk, plokk. Suara tepuk tangan dan ujaran penuh kebencian menyadarkan aku dari situasi yang tidak aku duga sebelumnya. Aku dan seorang lelaki yang telah menyelamatkan aku sama-sama terkejut dan sontak sama-sama melepas pelukan. "Maaf Mbak, saya tidak sengaja!" kata Pak Dewa dengan raut wajah bersalah.Aku pun demikian. "Saya juga minta maaf Pak."
99. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Ya Allah Penulis : Lusia SudartiKarena sibuk dengan hati yang sedang meronta, aku tak menyadari kehadiran Mas Indra yang kini memelukku dan kemudian mengangkat tubuhku, dibaringkan diatas ranjang. Nafasku tercekat melihat tatapannya. Part 99🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Keesokan harinya ... "Pagi Mbak!" sapa Mbak Murti saat aku berada di warung. Aku tersenyum. "Pagi juga Mbak. DGimana warung kita selama aku punya banyak masalah?" tanyaku. Mbak Murti menatapku, senyum selalu terukir di wajahnya. "Alhamdulillah banyak perubahan Mbak, semakin laris dan ramai. Oh iya Mbak, aku ... aku!" kata-kata Mbak Murti terbata. Aku menatapnya dengan kening bertaut."Ada apa Mbak? Katakan?" desakku. Mbak Murti menunduk dengan wajah memerah. "Itu Mbak, aku mau menikah sama Mas Yusuf." Aku terbelalak mendengar pengakuannya."Oh iya ... bagus dong Mbak. Bisa sama-sama bekerja disini, selamat ya Mbak Murti. Jadi kapan rencana Mbak Murti akan meni
98. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Ya Allah, Atas Nikmat Dari-Mu. Penulis : Lusia Sudarti"Enggak apa-apa Mbak, enggak usah takut," ujar Mas Indra memenangkan kami. Part 98 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀5 bulan kemudian ... "Mas lihat, putra kita semakin mont0k," seruku kepada Mas Indra sembari menggendong putraku yang kini berusia tiga bulan. Ya, aku telah melahirkan secara normal berjenis kel4min laki-laki dan aku beri nama Harry Dewantara.Aku bahagia hidup dengan Mas Indra, suami keduaku. Meskipun aku seorang janda, namun Mas Indra tetap mencintaiku dengan tulus tanpa syarat. Ujian dan cobaan telah aku lalui dan aku menjadi pemenangnya. Mas Indra tersenyum. "Sini putra Ayah." Aku melangkah menghampiri Mas Indra yang sedang sibuk dengan laptopnya. "Huumm, udah wangi sekali putra Ayah!" ucapnya sambil menciumi kedua pipi putranya dengan gemas. "Titip dulu ya Mas. Hanum mau bikin kopi buat Mas!" kataku sambil melangkah. "Iya Ibu, biar jagoan Ayah sama Ayah dulu."
97. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Rania Tetap Dengan Pendiriannya. Penulis : Lusia SudartiRania mengusap cairan merah dari bibirnya akibat tamparanku, kemudian dia pergi dengan menghentakkan kakinya dengan keras.Part 97🥀🥀🥀🥀🥀🥀Baru saja aku menjatuhkan bobotku di kursi dengan bantuan Mas Indra. Tiba-tiba Rania datang kembali dan kali ini dia membawa gunting untuk mengancam Mas Indra dan diriku. "Mas, aku menuntut hakku sebagai seorang istri yang telah lima tahun lamanya belum pernah mendapatkan nafkah bathin darimu!" ancam Rania sambil mengangkat tangan kirinya dan bersiap melukai dirinya sendiri. Aku terhenyak mendengar dan melihat ancaman dari Rania. Mas Indra panik melihatku yang mendadak lemas. Sementara aku melihat kilatan puas dari wajah dan tatapan Rania. Namun Mas Indra tetap tenang dan tidak terpengaruh sama sekali dengan ancamam Rania. Mas Indra panik melihatku yang tampak shock karena perbuatan Rania yang diluar akal sehat. Rania masih berdiri dengan
96. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Separuh Bongkahan Hatiku Yang Tersisa Untuk Mu. Penulis : Lusia Sudarti Aku terdiam mendengarnya, entahlah percaya atau tidak percaya!Yang pasti aku akan mendengarkan semua ceritanya.Part 96Malam semakin beranjak, dan aku tak dapat memicingkan kedua mataku. Aku teringat kata terakhir yang membuatku semakin kecewa dan sakit hati. "Rania meminta waktu kepada Mas, agar tidak menceraikannya dalam waktu-waktu dekat ini Sayang! Karena dia masih belum mendapatkan pekerjaan." "Mas menyanggupinya?" tanyaku sedikit ketus. Mas Indra menatapku. "Ya, setidaknya sampai Mas dapat menghubungi ayah biologis anaknya." "Apa Mas yakin, jika itu bukan d4r4h daging Mas?" tanyaku penuh selidik. "Bukan Sayang. Mas dan juga Dipta yang membawa sample untuk tes DNA dan hasilnya negatif." "Baiklah Mas! Untuk saat ini, Hanum percaya sama Mas." Mas Indra memelukku dengan erat dan penuh kasih sayang. Namun aku tak membalasnya sama sekali, karena aku pun belum