39. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Akan Membawa Kedua Orang Tuaku Kepadamu.Penulis : Lusia Sudarti Part 39Aku termenung di dalam kamarku, meratapi semua yang telah terjadi kepadaku, entah sampai kapan aku akan hidup seperti ini ... Hatiku sakit, malu sedih dan kecewa ...Kedua belah kelopak mataku membengkak, akibat terlalu lama menangis. Berkali-kali aku menghapus titik-titik bening yang terus mengalir ... dan berkali pula aku berusaha menahan-nya, namun semakin aku tahan, semakin deras mengalir. Entah berapa puluh lembar tisu yang terbuang ...Entah berapa lama aku tepekur dalam diam di kamarku, saat ini aku begitu merindukan almarhum Suamiku yang telah lama meninggalkan aku untuk selamanya. 🥀🥀🥀🥀🥀 'Bang ... ternyata begitu berat hidupku tanpamu disisiku ... meskipun saat ini aku tak lagi kesulitan dalam ekonomi, namun hatiku tak bahagia.Disaat Abang masih ada, meskipun berhari-hari sering kelaparan. Tetapi aku bahagia ada Abang disisiku!" lirih batinku beruc
40. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Om, Tinggi-tinggi Sekali Ya Gedungnya. Penulis : Lusia Sudarti Part 40Aku menatap punggungnya yang melangkah dengan tegap meninggalkanku untuk bersiap.🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Om ... tinggi sekali gedung-gedung itu ...!" teriak Kurnia sembari menunjuk kearah gedung-gedung bertingkat di kawasan perbatasan Cileungsi dengan netra berbinar. Aku hanya tersenyum melihat tingkah lakunya. Sementara Fandi ikut berdecak kagum namun tak seheboh Kurnia yang duduk di belakang Indra yang sedang mengemudi. "Iya dong, gedungnya tinggi menjulang ... nanti kalo adek sudah besar, belajarnya pinter bisa kok kerja di gedung seperti itu ... atau membuat gedung seperti itu," jawab Indra sembari menoleh kearah Kurnia sekilas lalu fokus ke jalan kembali. "Om ... emangnya kita mau ke mana ... kok dari tadi belum sampai ...?" tanya Fandi sambil memperhatikan Indra yang sedang mengemudi. "Kita mau jalan-jalan ke Taman Mini ... disana banyak permainan. Abang sama Adek past
41. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Keluargaku. Cindy Menghinaku Di Depan Umum Penulis : Lusia Sudarti Part 41Aku terkejut lalu berputar menatap pintu gerbang yang ada di ruang depan.Cindy berdiri dengan angkuhnya sambil melipat kedua tangan di dada dengan tatapan sinis kepadaku. Cindy tidak seorang diri, dia bersama dua orang wanita yang berpakaian sedikit terbuka di bagian belahan dadanya. Aku dan Indra sontak berdiri melihat kedatangan mereka. Indra dengan sigap meraih pinggangku dan merangkul pundakku di hadapan mereka bertiga. Aku terkejut dengan tindakan-nya yang spontan dan tiba-tiba. "Ciiih ... apa sih istimewanya dia di mata kamu ... hingga kamu tega menolakku In ...!" teriak Cindy dengan wajah penuh amarah. Teriakan Cindy menarik perhatian para pengunjung, mereka semua memperhatikan kami berlima.Aku mengedarkan tatapanku ke area taman yang dipenuhi pengunjung yang saat ini sedang memperhatikan kami. Bisik-bisik dari semua orang terdengar di telingaku. Sungguh ...
42. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Indra Membawa Kami Jalan-Jalan. Penulis : Lusia Sudarti Part 42 Aku mengangguk karena memang tubuhku lelah sekali.Kemudian aku menyandarkan kepalaku sembari memejamkan kedua netraku.🌺🌺🌺🌺🌺🌺"Dek ... bangun! Kita udah sampai ..." Aku terkejut saat aku merasakan tepukan lembut di pipiku serta bisikan halus di telingaku. Aku mengerjapkan kedua netraku yang terasa lengket. Tatapan kami bertemu ... Indra tersenyum manis kepadaku. "Ma ... aaf Mas aku ketiduran! Hoaamm," aku terlonjak seraya menguap lebar dan segera duduk tegak. Aku menoleh kebelakang mencari keberadaan kedua Anakku di kursi belakang. Namun betapa terkejutnya aku mendapati jok belakang telah kosong. Aku menatap Indra yang tersenyum sembari menaikkan sebelah alisnya yang melihatku kebingungan. "Mereka sudah turun duluan Dek ... masih mau duduk dimobil ya ...?" tanyanya sambil mengedipkan sebelah netranya. "Eng ... enggak kok!" jawabku tergagap sembari bergegas turun
43. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kedatangan Ibu Indra. Penulis : Lusia Sudarti Part 43 Wanita setengah baya yang masih tampak awet muda mengenakan gamis syar'i berwarna salem lembut berdiri dengan angkuh dengan tatapan sinis.Kacamata bertengger di atas hidungnya yang mancung. "Iya Bu ... dengan saya sendiri!" ujarku. Aku menundukkan kepala tak ingin membalas tatapannya yang penuh selidik. "Oh kamu yang namanya Hanum ...!" ujarnya dengan kata-kata meremehkan.Dia berjalan memutari tubuhku dan tatapannya memindai penampilanku dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Pantas saja Anakku begitu menggilai kamu! Ternyata kamu sangat cantik dan anggun. Tetapi sayang ... statusmu seorang janda dengan dua orang Anak!" ucapnya tegas dan tanpa basa-basi.Aku mendongak dan memberanikan diri menatap Ibu dari Indra itu dengan rasa bercampuk aduk. "Mari kita bicara di rumah saja Bu." "Iya Bu! Saya memang seorang janda dengan dua orang Anak yang miskin dan hina. Tetapi maaf beribu maa
44. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Siti Berkunjung Ke Rumahku Penulis : Lusia Sudarti Part 44Suara panggilan berhenti dan kini berganti dengan sebuah pesan chat dari aplikasi berwarna hijau.🥀🥀🥀🥀🥀[Dek ... tolong jangan hindari Mas! Maafkanlah Mamanya Mas. Mas janji akan membuat kedua orang tua Mas menerima kehadiran Adek sebagai menantu mereka tanpa syarat.] pesan dari Indra. Aku hanya membacanya tanpa ingin membalas pesan-nya.Aku menaruh gawaiku kembali.Tak lama kemudian Mbak Murti masuk membawa makanan. "Ini Mbak makanannya! Harus dimakan! Aku akan menunggu Mbak makan dulu baru aku akan keluar ...!" ujar Mbak Murti seraya menaruh semua makanan di depanku. Aku menatapnya sesaat kemudian beralih kearah makanan diatas meja. "Baiklah Mbak ...!" ucapku lembut.Aku menatap semua makanan dengan perasaan tak menentu. Sama sekali tak berselera namun tetap aku paksakan untuk menyuapkan ke mulutku lalu kukunyah perlahan. Mbak Murti memperhatikan dengan seksama dan betu
45. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bagai Tersambar Petir Saat Mendengar Berita Kehamilan Cindy. Penulis : Lusia Sudarti Part 45 "Dek ... maafin Mas dan kedua orang tua Mas ya?" ucapnya lirih sembari nenatapku sendu. Aku tak ingin membalas tatapan-nya yang mampu meluluhkan hatiku, untuk sesaat aku terdiam! Hatiku benar-benar bimbang dengan semua ini. Namun aku berusaha untuk menahan semuanya. Aku mendongak dan menatap di kegelapan malam di kejauhan ... "Mas sebelumnya aku minta maaf atas sikapku yang mungkin tidak sopan kepada Ibu Mas Indra. Tetapi aku berusaha untuk bersikap baik ..." Aku menjeda sejenak ucapanku dan menghela nafas untuk sedikit mengurangi beban berat dihatiku saat ini. Huuffftt! "Cindy adalah wanita yang tepat untukmu. Bukan hanya masih perawan, namun dia juga wanita berkelas dan berpendidikan tinggi! Tidak seperti aku ... hanya seorang janda miskin punya dua orang Anak dan tak punya pendidikan apapun," lirihku. "Jangan bicara seperti itu Dek! Itu
46. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Cindy Dan Ibu Indra Membuat Ulah Di Warungku. Penulis : Lusia Sudarti Part 46Aku berusaha untuk bersikap sopan kepada Ibunya Indra dengan memberikan satu gelas air putih dan mengajaknya duduk di kursi. "Ayo duduk Bu ..." Aku berusaha untuk membantu Indra memapah Ibunya namun sungguh diluar dugaanku, Ibunya justru semakin berang sembari mendorong tubuhku. "Heh ... gak usah senang dulu kamu dan gak usah memanfaatkan situasi mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk mencari perhatian saya!" ketusnya kepadaku. Sontak ... aku mengurungkan niatku untuk membantunya berjalan menuju kursi.Sungguh aku tak menyangka jika niat baikku ditolak dengan mentah-mentah.Tentu saja semua itu membuatku benar-benar kecewa. Wajah Indra memerah mendengar kata-kata penghinaan dan penolakan Ibunya terhadapku. Seketika ia berdiri tegak memandang tajam kearah Ibunya. "Mama ..." Indra mendengus kesal kepada Ibunya.Sang Ibu terkejut mendengar teriakan Indra
87. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Kami Kembali Pulang. Penulis : Lusia Sudarti Part 87Mas Indra memeluk semakin erat, tubuhku di bopong menuju ke kamar, lalu terjadilah sesuatu yang diinginkan ...🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Suara adzan membangunkan aku dan Mas Indra. Mas Indra membelai wajahku dan mencium keningku dengan lembut."Selamat pagi Sayang! Terima kasih sudah mencintai Mas dengan tulus. Kini Mas sudah tak punya siapapun selain Adek dan Anak-anak," katanya sendu. Hatiku menjadi sangat sedih dan terluka, melihatnya tiba-tiba menjadi sangat rapuh. "Sabar Mas, ada Hanum dan semuanya yang selalu mendukung Mas." Aku memeluknya semakin erat dan menghujani wajahnya dengan ciuman lembut, agar hatinya menjadi tenang. Mas Indra tersenyum karena aku mengelitiknya. "Heem ... nakal ya sekarang!" ujarnya sambil berbalik dan mengungkung tubuhku. "Hati-hati Mas, ntar debaynya kesakitan lho," candaku. Mas Indra berhenti sejenak. "Betul juga ya Sayang!" Mas Indra mengusap lembu
86. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Mas Indra Pulang! Penulis : Lusia Sudarti Part 86Mas Indra belum juga kembali dan hari ini tepat hari ketiga Mas Indra meninggalkan kami di villa miliknya, tak biasanya Mas Indra pergi begitu lama!🥀🥀🥀🥀🥀🥀Tujuh hari berlalu begitu saja ... sementara Mas Indra belum juga kembali.Di villa kami tidak dapat berbuat banyak.Bapak melakukan serangkaian doa untuk tujuh hari Mama dan Papa. Kami semua mengenakan gamis serba hitam tanda sedang berkabung. Aku berusaha menguatkan hati dan mencoba tegar untuk semuanya.Aku hanya mampu berdoa untuk suamiku tercinta agar segera kembali dan berkumpul bersama-sama lagi. Orang-orang di sekelilingku selalu memberikan semangat kepadaku untuk tetap kuat dan tabah menghadapi semuanya. "Neng, Bapak harap Neng Hanum tetap sabar dan tabah untuk menghadapi semua cobaan ini. Kami akan selalu berada dibelakang demi memberikan semangat kepadamu. Yakinlah, akan ada pelangi setelah hujan dan habis ge
85. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.Mendapat Kabar Tentang Meninggalnya Kedua Mertuaku.Penulis : Lusia Sudarti Part 85"Iya Mbak! Kalau begitu saya ijin kembali bekerja," jawab Mbok Narti sembari tersenyum.🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Baik! Saya akan segera menuju ke lokasi target, amankan lokasi!" Mas Indra sedang berbicara melalui headsetnya. "Sayang, Mas tinggal dulu ya? Pak saya ada tugas menangkap anggota pembelot. Titip keluarga saya ya Pak?" pamit Mas Indra kepada kami. Disaat kami sedang bersantai diruang tamu, setelah sarapan pagi. Bapak mengangguk. "Iya Nak, hati-hati selalu ya?" jawabnya. Mas Indra mengangguk, aku mencium punggung tangannya, kemudian keningku di kecupnya lembut. Mas Indra pun mencium punggung tangan Bapak dengan takzim. 'Ya Allah, selamatkan suamiku dimanapun berada! Amiiinn," gumamku pelan. "Pak, jika Bapak merasa bosan. Jalan-jalan Pak, di kebun belakang banyak terdapat pohon buah-buahan lho Pak!" kataku kepada Bapak yang nampak sedikit gelisah. "Iya Ne
84. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Tak Ingin Menyakiti Mu Lagi Mas. Penulis : Lusia Sudarti Aku mendengarkan cerita Mas Indra dengan seksama, sementara fikiranku melanglang buana dan membayangkan perbuatan tak terpuji yang Ratna lakukan. Part 84🥀🥀🥀🥀🥀"Sebetulnya, saat Mas Indra koma, Ratna pernah mengancam Hanum. Saat itu, berada di mushola rumah sakit." Mas Indra masih memelukku, aku berada di pangkuannya. "Oh iya ... benarkah?" tanya Mas Indra. "Iya, namun saat itu tak aku hiraukan semua kata-kata pedas yang terlontar darinya. Karena bagiku saat itu yang paling penting adalah Mas Indra," jawabku pelan. "Yah, Mas tahu bagaimana Adek." "Rupanya, Ratna selama ini merasa sakit hati terhadap Mas dan akhirnya dia membelot. Kemudian bekerja sama dengan pemberontak." "Hanum tahu tentang itu. Makanya Mas di pindahkan ke ruang rahasia." "Sekarang ini, tim pasukan inteligen sedang menyebar mata-mata untuk menangkap anggota yang melarikan diri! Jika Mas menghilang, i
83. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mas Indra Menghilang Lagi, Demi Sebuah Tugas. Penulis : Lusia Sudarti Part 83Kami berdua akhirnya tertidur dengan lelap di bawah selimut di atas pembaringan.🥀🥀🥀🥀🥀Allahu akbar! Allahu Akbar ...! Aku terjaga saat mendengar adzan subuh berkumandang dari kejauhan. Terdengar sayup-sayup terbawa angin.Tanganku menggapai sisi kiri pembaringan, namun aku tak menemukan siapapun disana. Hanya bantal guling berada di tengahnya. Segera aku beringsut bangun dan mencari-cari keberadaan Mas Indra di sekitar kamar. Tetapi tak ada siapa-siapa. "Mas ..." Aku memanggilnya sembari menurunkan kedua kaki ke atas lantai dan menyibak selimut yang membalut tubuhku. "Astaga ... ternyata aku belum memakai pakaianku," gumamku pelan. Gegas aku meraih handuk yang tergantung di tempatnya.Segera aku menuju ke kamar mandi untuk memversihkan tubuhku, lalu mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Dalam sujudku, aku berdoa agar diberikan kesehatan da
82. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terpaksa Mengungsi Karena darurat. Penulis : Lusia Sudarti Part 82"Selamat datang Mbak, Bapak dan Adik-adik. Saya Mbok Narti yang menjaga villa Mas Indra."🥀🥀🥀🥀🥀Mbok Narti menyambut kami dengan hangat dan menjamu kami dengan makanan lezat. Selepas makan malam, kami berbincang sebentar di ruang keluarga. Sementara Mbok Narti menyiapkan minuman hangat dan beberapa macam cemilan untuk menemani berbincang. "Jadi, bagaimana keadaan rumah, Nak Indra?" tanya Bapak sedikit khawatir. "Bapak dan Teteh tenang saja, saya sudah memperketat keamanan untuk menjaga rumah dengan pasukan khusus," jawab Mas Indra. Kami tertegun mendengar ucapan Mas Indra. "Bagaimana dengan warung Hanum dan Bapak Mas? Kok jadi rumit begini ya?" ucapku. "Sabar Sayang! Percayalah, ini semua tak akan berlangsung lama!" kata Mas Indra menenangkan hatiku. Kami bercerita hingga larut malam. Becanda bersama kedua Anakku, juga Mbok Narti. Fandi dan Kurnia becanda bersam
81. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penulis : Lusia Sudarti Part 81Aku, Bapak dan Teh Wulan tersenyum bahagia. 🥀🥀🥀🥀🥀 Kami melakukan perjalanan ke makam Bang Hardi. Bapak dan Teh Wulan pun demikian. "Ayah, habis ziarah kita jalan-jalan kemana?" tanya Fandi saat sedang dalam perjalanan. "Abang, jangan ganggu Ayah yang sedang mengemudi ya?" ujar Hanum sambil mengusap kepala Fandi dengan lembut. "Enggak apa-apa kok. Kita jalan-jalan kemana ya ..." Mas Indra pura-pura sedang berfikir. " ke pantai ... setuju?" sambungnya setelah terdiam beberapa saat. "Setuju ..." Kurnia dan Fandi menjawab serentak.Bapak, Teh Wulan dan aku hanya geleng-geleng kepala seraya tersenyum. "Tetapi pantai lumayan jauh Nak Indra! Sebaiknya di tunda dulu ke pantainya. Bapak khawatir sama kesehatan Nak Ibdra yang baru saja pulih!" sahut Bapak. "Iya Mas, kita cari tempat yang jaraknya tidak terlalu jauh!" imbuhku. Mas Indra tersenyum. "Enggak apa-apa kok Pak! Indra ingin membahagiakan kalia
80. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Secarik Kertas Pesan Dari Mas Indra Penulis: Lusia Sudarti Part 80"Bagus juga tuh saran Bapak Sayang. Agar Adek enggak capek, apalagi jika perut Adek membesar, tentu sangat kerepotan bukan?" imbuh Mas Indra. Aku mempertimbangkan saran mereka berdua. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Abang kalau sudah besar cita-citanya mau jadi apa?" tanya Mama mertuaku. "Abang cita-citanya mau jadi tentara seperti Ayah, Opa!" jawab Fandi. "Oh ya ... apa Abang enggak takut kena tembak?" "Enggak takut Opa! Abang ingin melindungi negara seperti Ayah!" Fandi menjawab dengan semangat. Teh Wulan tersenyum. "Bagus Bang, menjadi tentara memang mulia." Mama mertuaku menambahkan. "Tapi jangan lupa ya Sayang, pendidikan itu lebih penting. Ayah ingin kamu menjadi tentara yang pintar." Aku tersenyum bahagia mempunyai keluarga yang harmonis dan penuh kehangatan. "Tentara yang pintar dan tampan seperti Ayah!" Mas Indra menambahkan, dan membuat kami semua tertawa mendengarnya.
79. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Malam Yang Di Nanti. Penulis : Lusia Sudarti Part 79Aku menutup mulut karena terkejut.Sedangkan Mas Indra kembali berdiri dan pura-pura membaca slip gaji untuk pegawaiku.🥀🥀🥀🥀🥀🥀Aku merasa wajahku memanas menatap Mas Indra dengan mata terbelalak. "Mas Indra jangan begini dong. Aku kan jadi malu!" ucapku dengan menyembunyikan senyum bahagia dihatiku. "Kenapa memangnya Sayang, heemm! Mas telah begitu lama menantikan malam ini!" katanya sembari tersenyum nakal. Aku merasakan bulu romaku meremang mendengar ucapan dan melihat ekspresi Mas Indra yang menggodaku. "Heemm mulai deh nakalnya ya?" sungutku sembari mencubit hidungnya yang mancung. Tanganku di raih Mas Indra ketika hendak menyentuh hidungnya. "Mas sangat merindukan kamu Sayang!" Mas Indra menatap lekat kearah kedua bola mataku, tatapan syahdu yang juga selama ini aku rindukan. Malam syahdu membuatku larut dalam suasana yang indah yang dinantikan oleh setiap pasangan. "Seh