44. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Siti Berkunjung Ke Rumahku Penulis : Lusia Sudarti Part 44Suara panggilan berhenti dan kini berganti dengan sebuah pesan chat dari aplikasi berwarna hijau.🥀🥀🥀🥀🥀[Dek ... tolong jangan hindari Mas! Maafkanlah Mamanya Mas. Mas janji akan membuat kedua orang tua Mas menerima kehadiran Adek sebagai menantu mereka tanpa syarat.] pesan dari Indra. Aku hanya membacanya tanpa ingin membalas pesan-nya.Aku menaruh gawaiku kembali.Tak lama kemudian Mbak Murti masuk membawa makanan. "Ini Mbak makanannya! Harus dimakan! Aku akan menunggu Mbak makan dulu baru aku akan keluar ...!" ujar Mbak Murti seraya menaruh semua makanan di depanku. Aku menatapnya sesaat kemudian beralih kearah makanan diatas meja. "Baiklah Mbak ...!" ucapku lembut.Aku menatap semua makanan dengan perasaan tak menentu. Sama sekali tak berselera namun tetap aku paksakan untuk menyuapkan ke mulutku lalu kukunyah perlahan. Mbak Murti memperhatikan dengan seksama dan betu
45. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bagai Tersambar Petir Saat Mendengar Berita Kehamilan Cindy. Penulis : Lusia Sudarti Part 45 "Dek ... maafin Mas dan kedua orang tua Mas ya?" ucapnya lirih sembari nenatapku sendu. Aku tak ingin membalas tatapan-nya yang mampu meluluhkan hatiku, untuk sesaat aku terdiam! Hatiku benar-benar bimbang dengan semua ini. Namun aku berusaha untuk menahan semuanya. Aku mendongak dan menatap di kegelapan malam di kejauhan ... "Mas sebelumnya aku minta maaf atas sikapku yang mungkin tidak sopan kepada Ibu Mas Indra. Tetapi aku berusaha untuk bersikap baik ..." Aku menjeda sejenak ucapanku dan menghela nafas untuk sedikit mengurangi beban berat dihatiku saat ini. Huuffftt! "Cindy adalah wanita yang tepat untukmu. Bukan hanya masih perawan, namun dia juga wanita berkelas dan berpendidikan tinggi! Tidak seperti aku ... hanya seorang janda miskin punya dua orang Anak dan tak punya pendidikan apapun," lirihku. "Jangan bicara seperti itu Dek! Itu
46. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Cindy Dan Ibu Indra Membuat Ulah Di Warungku. Penulis : Lusia Sudarti Part 46Aku berusaha untuk bersikap sopan kepada Ibunya Indra dengan memberikan satu gelas air putih dan mengajaknya duduk di kursi. "Ayo duduk Bu ..." Aku berusaha untuk membantu Indra memapah Ibunya namun sungguh diluar dugaanku, Ibunya justru semakin berang sembari mendorong tubuhku. "Heh ... gak usah senang dulu kamu dan gak usah memanfaatkan situasi mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk mencari perhatian saya!" ketusnya kepadaku. Sontak ... aku mengurungkan niatku untuk membantunya berjalan menuju kursi.Sungguh aku tak menyangka jika niat baikku ditolak dengan mentah-mentah.Tentu saja semua itu membuatku benar-benar kecewa. Wajah Indra memerah mendengar kata-kata penghinaan dan penolakan Ibunya terhadapku. Seketika ia berdiri tegak memandang tajam kearah Ibunya. "Mama ..." Indra mendengus kesal kepada Ibunya.Sang Ibu terkejut mendengar teriakan Indra
47. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Percaya, Allah Tak Akan Menguji Di Luar Kemampuanku. Penulis : Lusia Sudarti Part 47Aku harus menghadapi hari esok dengan senyuman ... meskipun bathinku menangis.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Adzan subuh berkumandang bersahut-sahutan dari seluruh masjid menggema dan terdengar syahdu memenuhi pendengaranku.Aku duduk di tepi pembaringan dan membaca salam kemudian basmalah lalu kulanjutkan membaca alfatiha dan kukirimkan untuk diriku sendiri agar semua kebaikan menyertaiku disepanjang hari ini. Aku beranjak untuk membersihkan diri dan mengambil wudhu.Dalam sujudku aku memohon semua kebaikan dan kekuatan untuk menghadapi semua ujian yang aku hadapi saat ini.Tak lupa aku panjatkan puji dan syukur atas semua nikmat yang diberikan kepadaku hingga aku bisa menjadi seperti ini. Sayup-sayup terdengar kicau burung yang seolah sedang bernyanyi menyambut datangnya pagi ... aku membuka daun jendela kamarku agaŕ udara sejuk menggantikan udara yang terasa
48. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bukan Anakku Yang Di Kandung Cindy Penulis : Lusia Sudarti Part 48 Senyum itu tak pernah sirna menghiasi bibirnya yang tipis dan itu semakin membuatku menahan degub jantung yang tiba-tiba berdetak lebih kencang. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Triiingg! Triiingg! Triiingg! Suara dering gawai bersahutan diatas nakas aku hanya meliriknya sesaat tak ada niat sedikitpun dalam hati untuk mengangkatnya atau melihat siapa yang menelpon. Karena aku tahu, itu pasti telpon dari Indra. Ting! Tak berapa lama setelah panggilan berhenti, terdengar sebuah notifikasi chat dari aplikasi berwarna hijau tersebut. Bukan hanya sekali melainkan hingga tiga kali. Karena terdorong rasa penasaran akhirnya aku melangkah kearah nakas meraih gawai yang masih menyala. Layar kuusap untuk membuka kunci dan dari aplikasi W******p terdapat tiga pesan foto dan video dari Indra. Aku membuka foto pertama dan aku terkejut karena foto itu milik Cindy yang sedang berp3lukan
49. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Ambil Saja Kembaliannya Mbak! Penulis : Lusia Sudarti Part 49 Siti menerima ponsel dari tanganku kemudian dia asyik menscrol pesan dari Indra kemudian kedua matanya terbelalak melihat adegan dalam video syur yang diperankan Cindy."Haahh ..."🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Gil4 ... betul-betul gil4 si Cindy itu Num! Bisa-bisanya dia mau menjebak Pak Indra ... dasar cewek murah4n," desis Siti dengan raut kesal, aku hanya menanggapinya dengan mengangkat bahu. "Terus apa keputusan kamu Num? Kasihan Pak Indra, cintanya yang tulus kepadamu betul-betul dia buktikan. Bukan hanya sekedar janji-janji palsu," sambungnya sembari menatapku. "Huufffttt ... aku juga gak tahu Sit! Aku benar-benar bingung saat ini," jawabku sambil menatap gelapnya malam. "Yuk masuk, malam semakin larut nih!" elakku agar Siti tak lagi bertanya tentang hatiku. Jujur ... aku sendiri pun bingung mencari jawaban-nya. "Tidur dikamarku aja Sit ... di kamar Anak-anak sempit." Aku mencegah
50. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Apapun Yang Terjadi, Mas Akan Tetap Mencintai Adek. Penulis : Lusia Sudarti Part 50Aku menjatuhkan bobotku di kursi kasir perlahan. 'Ada apa dengan diriku ini? Kenapa setiap melihat Pak Dewa aku menjadi salah tingkah dan selalu berdebar ...," gumamku. "Dek ..." 🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Aku tertegun sejenak mendengar suara seseorang yang aku kenal, perlahan aku menengadahkan kepala. Indra telah berdiri tegak di depan meja kasir dan tersenyum menawan kepadaku.Entah mengapa, hatiku menjadi tawar terhadapnya! Apa karena aku terlalu kecewa dengan sikap Ibunya terhadapku. Entahlah ... aku juga tak tahu. Namun yang aku tahu, hatiku tak pernah berubah untuknya ...! "Dek ...," ia kembali memanggilku dengan suara lirih dan membuyarkan lamunanku. "Iya Mas," jawabku sembari menatapnya. "Boleh Mas minta waktunya sebentar? Ada hal penting yang akan Mas bicarakan sama Adek ...," tukasnya. Aku mengangguk sambil berdiri lalu melangkah menuju gazebo di belaka
51. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Warungku Terbakar Habis. Penulis : Lusia Sudarti Part 51Cteekk! Aku terkejut listrik tiba-tiba padam saat aku melipat mukenaku. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Mukena kutaruh diatas pembaringan dan aku melangkah perlahan menuju kearah nakas dimana gawaiku sedang aku isi daya.Setelah meraba-raba akhirnya aku menemukan gawai yang aku cari. Menscrol layar dan menghidupkan senter ponsel. Aku keluar kamar untuk memeriksa apa yang menyebabkan listrik di rumahku padam. Luar rumah terasa sepi dan sunyi ... horor banget rasanya letak amper listrik di pojok kiri bersebelahan dengan lahan kosong milik penduduk, cahaya senter aku arahkan keatas dimana terletak amper.Cteeekk! Tombol aku naikkan dan listrik kembali menyala, aku mengamati keadaan sekitar yang kini terang benderang kembali. Amper listrik turun rupanya ...! Tetapi, apa penyebabnya sedangkan selama ini tak pernah padam! Meskipun semua menyala baik siang maupun malam karena aku tak pernah menunggak m
87. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Kami Kembali Pulang. Penulis : Lusia Sudarti Part 87Mas Indra memeluk semakin erat, tubuhku di bopong menuju ke kamar, lalu terjadilah sesuatu yang diinginkan ...🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Suara adzan membangunkan aku dan Mas Indra. Mas Indra membelai wajahku dan mencium keningku dengan lembut."Selamat pagi Sayang! Terima kasih sudah mencintai Mas dengan tulus. Kini Mas sudah tak punya siapapun selain Adek dan Anak-anak," katanya sendu. Hatiku menjadi sangat sedih dan terluka, melihatnya tiba-tiba menjadi sangat rapuh. "Sabar Mas, ada Hanum dan semuanya yang selalu mendukung Mas." Aku memeluknya semakin erat dan menghujani wajahnya dengan ciuman lembut, agar hatinya menjadi tenang. Mas Indra tersenyum karena aku mengelitiknya. "Heem ... nakal ya sekarang!" ujarnya sambil berbalik dan mengungkung tubuhku. "Hati-hati Mas, ntar debaynya kesakitan lho," candaku. Mas Indra berhenti sejenak. "Betul juga ya Sayang!" Mas Indra mengusap lembu
86. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Mas Indra Pulang! Penulis : Lusia Sudarti Part 86Mas Indra belum juga kembali dan hari ini tepat hari ketiga Mas Indra meninggalkan kami di villa miliknya, tak biasanya Mas Indra pergi begitu lama!🥀🥀🥀🥀🥀🥀Tujuh hari berlalu begitu saja ... sementara Mas Indra belum juga kembali.Di villa kami tidak dapat berbuat banyak.Bapak melakukan serangkaian doa untuk tujuh hari Mama dan Papa. Kami semua mengenakan gamis serba hitam tanda sedang berkabung. Aku berusaha menguatkan hati dan mencoba tegar untuk semuanya.Aku hanya mampu berdoa untuk suamiku tercinta agar segera kembali dan berkumpul bersama-sama lagi. Orang-orang di sekelilingku selalu memberikan semangat kepadaku untuk tetap kuat dan tabah menghadapi semuanya. "Neng, Bapak harap Neng Hanum tetap sabar dan tabah untuk menghadapi semua cobaan ini. Kami akan selalu berada dibelakang demi memberikan semangat kepadamu. Yakinlah, akan ada pelangi setelah hujan dan habis ge
85. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.Mendapat Kabar Tentang Meninggalnya Kedua Mertuaku.Penulis : Lusia Sudarti Part 85"Iya Mbak! Kalau begitu saya ijin kembali bekerja," jawab Mbok Narti sembari tersenyum.🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Baik! Saya akan segera menuju ke lokasi target, amankan lokasi!" Mas Indra sedang berbicara melalui headsetnya. "Sayang, Mas tinggal dulu ya? Pak saya ada tugas menangkap anggota pembelot. Titip keluarga saya ya Pak?" pamit Mas Indra kepada kami. Disaat kami sedang bersantai diruang tamu, setelah sarapan pagi. Bapak mengangguk. "Iya Nak, hati-hati selalu ya?" jawabnya. Mas Indra mengangguk, aku mencium punggung tangannya, kemudian keningku di kecupnya lembut. Mas Indra pun mencium punggung tangan Bapak dengan takzim. 'Ya Allah, selamatkan suamiku dimanapun berada! Amiiinn," gumamku pelan. "Pak, jika Bapak merasa bosan. Jalan-jalan Pak, di kebun belakang banyak terdapat pohon buah-buahan lho Pak!" kataku kepada Bapak yang nampak sedikit gelisah. "Iya Ne
84. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Tak Ingin Menyakiti Mu Lagi Mas. Penulis : Lusia Sudarti Aku mendengarkan cerita Mas Indra dengan seksama, sementara fikiranku melanglang buana dan membayangkan perbuatan tak terpuji yang Ratna lakukan. Part 84🥀🥀🥀🥀🥀"Sebetulnya, saat Mas Indra koma, Ratna pernah mengancam Hanum. Saat itu, berada di mushola rumah sakit." Mas Indra masih memelukku, aku berada di pangkuannya. "Oh iya ... benarkah?" tanya Mas Indra. "Iya, namun saat itu tak aku hiraukan semua kata-kata pedas yang terlontar darinya. Karena bagiku saat itu yang paling penting adalah Mas Indra," jawabku pelan. "Yah, Mas tahu bagaimana Adek." "Rupanya, Ratna selama ini merasa sakit hati terhadap Mas dan akhirnya dia membelot. Kemudian bekerja sama dengan pemberontak." "Hanum tahu tentang itu. Makanya Mas di pindahkan ke ruang rahasia." "Sekarang ini, tim pasukan inteligen sedang menyebar mata-mata untuk menangkap anggota yang melarikan diri! Jika Mas menghilang, i
83. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mas Indra Menghilang Lagi, Demi Sebuah Tugas. Penulis : Lusia Sudarti Part 83Kami berdua akhirnya tertidur dengan lelap di bawah selimut di atas pembaringan.🥀🥀🥀🥀🥀Allahu akbar! Allahu Akbar ...! Aku terjaga saat mendengar adzan subuh berkumandang dari kejauhan. Terdengar sayup-sayup terbawa angin.Tanganku menggapai sisi kiri pembaringan, namun aku tak menemukan siapapun disana. Hanya bantal guling berada di tengahnya. Segera aku beringsut bangun dan mencari-cari keberadaan Mas Indra di sekitar kamar. Tetapi tak ada siapa-siapa. "Mas ..." Aku memanggilnya sembari menurunkan kedua kaki ke atas lantai dan menyibak selimut yang membalut tubuhku. "Astaga ... ternyata aku belum memakai pakaianku," gumamku pelan. Gegas aku meraih handuk yang tergantung di tempatnya.Segera aku menuju ke kamar mandi untuk memversihkan tubuhku, lalu mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Dalam sujudku, aku berdoa agar diberikan kesehatan da
82. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terpaksa Mengungsi Karena darurat. Penulis : Lusia Sudarti Part 82"Selamat datang Mbak, Bapak dan Adik-adik. Saya Mbok Narti yang menjaga villa Mas Indra."🥀🥀🥀🥀🥀Mbok Narti menyambut kami dengan hangat dan menjamu kami dengan makanan lezat. Selepas makan malam, kami berbincang sebentar di ruang keluarga. Sementara Mbok Narti menyiapkan minuman hangat dan beberapa macam cemilan untuk menemani berbincang. "Jadi, bagaimana keadaan rumah, Nak Indra?" tanya Bapak sedikit khawatir. "Bapak dan Teteh tenang saja, saya sudah memperketat keamanan untuk menjaga rumah dengan pasukan khusus," jawab Mas Indra. Kami tertegun mendengar ucapan Mas Indra. "Bagaimana dengan warung Hanum dan Bapak Mas? Kok jadi rumit begini ya?" ucapku. "Sabar Sayang! Percayalah, ini semua tak akan berlangsung lama!" kata Mas Indra menenangkan hatiku. Kami bercerita hingga larut malam. Becanda bersama kedua Anakku, juga Mbok Narti. Fandi dan Kurnia becanda bersam
81. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penulis : Lusia Sudarti Part 81Aku, Bapak dan Teh Wulan tersenyum bahagia. 🥀🥀🥀🥀🥀 Kami melakukan perjalanan ke makam Bang Hardi. Bapak dan Teh Wulan pun demikian. "Ayah, habis ziarah kita jalan-jalan kemana?" tanya Fandi saat sedang dalam perjalanan. "Abang, jangan ganggu Ayah yang sedang mengemudi ya?" ujar Hanum sambil mengusap kepala Fandi dengan lembut. "Enggak apa-apa kok. Kita jalan-jalan kemana ya ..." Mas Indra pura-pura sedang berfikir. " ke pantai ... setuju?" sambungnya setelah terdiam beberapa saat. "Setuju ..." Kurnia dan Fandi menjawab serentak.Bapak, Teh Wulan dan aku hanya geleng-geleng kepala seraya tersenyum. "Tetapi pantai lumayan jauh Nak Indra! Sebaiknya di tunda dulu ke pantainya. Bapak khawatir sama kesehatan Nak Ibdra yang baru saja pulih!" sahut Bapak. "Iya Mas, kita cari tempat yang jaraknya tidak terlalu jauh!" imbuhku. Mas Indra tersenyum. "Enggak apa-apa kok Pak! Indra ingin membahagiakan kalia
80. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Secarik Kertas Pesan Dari Mas Indra Penulis: Lusia Sudarti Part 80"Bagus juga tuh saran Bapak Sayang. Agar Adek enggak capek, apalagi jika perut Adek membesar, tentu sangat kerepotan bukan?" imbuh Mas Indra. Aku mempertimbangkan saran mereka berdua. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Abang kalau sudah besar cita-citanya mau jadi apa?" tanya Mama mertuaku. "Abang cita-citanya mau jadi tentara seperti Ayah, Opa!" jawab Fandi. "Oh ya ... apa Abang enggak takut kena tembak?" "Enggak takut Opa! Abang ingin melindungi negara seperti Ayah!" Fandi menjawab dengan semangat. Teh Wulan tersenyum. "Bagus Bang, menjadi tentara memang mulia." Mama mertuaku menambahkan. "Tapi jangan lupa ya Sayang, pendidikan itu lebih penting. Ayah ingin kamu menjadi tentara yang pintar." Aku tersenyum bahagia mempunyai keluarga yang harmonis dan penuh kehangatan. "Tentara yang pintar dan tampan seperti Ayah!" Mas Indra menambahkan, dan membuat kami semua tertawa mendengarnya.
79. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Malam Yang Di Nanti. Penulis : Lusia Sudarti Part 79Aku menutup mulut karena terkejut.Sedangkan Mas Indra kembali berdiri dan pura-pura membaca slip gaji untuk pegawaiku.🥀🥀🥀🥀🥀🥀Aku merasa wajahku memanas menatap Mas Indra dengan mata terbelalak. "Mas Indra jangan begini dong. Aku kan jadi malu!" ucapku dengan menyembunyikan senyum bahagia dihatiku. "Kenapa memangnya Sayang, heemm! Mas telah begitu lama menantikan malam ini!" katanya sembari tersenyum nakal. Aku merasakan bulu romaku meremang mendengar ucapan dan melihat ekspresi Mas Indra yang menggodaku. "Heemm mulai deh nakalnya ya?" sungutku sembari mencubit hidungnya yang mancung. Tanganku di raih Mas Indra ketika hendak menyentuh hidungnya. "Mas sangat merindukan kamu Sayang!" Mas Indra menatap lekat kearah kedua bola mataku, tatapan syahdu yang juga selama ini aku rindukan. Malam syahdu membuatku larut dalam suasana yang indah yang dinantikan oleh setiap pasangan. "Seh