49. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Ambil Saja Kembaliannya Mbak! Penulis : Lusia Sudarti Part 49 Siti menerima ponsel dari tanganku kemudian dia asyik menscrol pesan dari Indra kemudian kedua matanya terbelalak melihat adegan dalam video syur yang diperankan Cindy."Haahh ..."🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Gil4 ... betul-betul gil4 si Cindy itu Num! Bisa-bisanya dia mau menjebak Pak Indra ... dasar cewek murah4n," desis Siti dengan raut kesal, aku hanya menanggapinya dengan mengangkat bahu. "Terus apa keputusan kamu Num? Kasihan Pak Indra, cintanya yang tulus kepadamu betul-betul dia buktikan. Bukan hanya sekedar janji-janji palsu," sambungnya sembari menatapku. "Huufffttt ... aku juga gak tahu Sit! Aku benar-benar bingung saat ini," jawabku sambil menatap gelapnya malam. "Yuk masuk, malam semakin larut nih!" elakku agar Siti tak lagi bertanya tentang hatiku. Jujur ... aku sendiri pun bingung mencari jawaban-nya. "Tidur dikamarku aja Sit ... di kamar Anak-anak sempit." Aku mencegah
50. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Apapun Yang Terjadi, Mas Akan Tetap Mencintai Adek. Penulis : Lusia Sudarti Part 50Aku menjatuhkan bobotku di kursi kasir perlahan. 'Ada apa dengan diriku ini? Kenapa setiap melihat Pak Dewa aku menjadi salah tingkah dan selalu berdebar ...," gumamku. "Dek ..." 🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Aku tertegun sejenak mendengar suara seseorang yang aku kenal, perlahan aku menengadahkan kepala. Indra telah berdiri tegak di depan meja kasir dan tersenyum menawan kepadaku.Entah mengapa, hatiku menjadi tawar terhadapnya! Apa karena aku terlalu kecewa dengan sikap Ibunya terhadapku. Entahlah ... aku juga tak tahu. Namun yang aku tahu, hatiku tak pernah berubah untuknya ...! "Dek ...," ia kembali memanggilku dengan suara lirih dan membuyarkan lamunanku. "Iya Mas," jawabku sembari menatapnya. "Boleh Mas minta waktunya sebentar? Ada hal penting yang akan Mas bicarakan sama Adek ...," tukasnya. Aku mengangguk sambil berdiri lalu melangkah menuju gazebo di belaka
51. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Warungku Terbakar Habis. Penulis : Lusia Sudarti Part 51Cteekk! Aku terkejut listrik tiba-tiba padam saat aku melipat mukenaku. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Mukena kutaruh diatas pembaringan dan aku melangkah perlahan menuju kearah nakas dimana gawaiku sedang aku isi daya.Setelah meraba-raba akhirnya aku menemukan gawai yang aku cari. Menscrol layar dan menghidupkan senter ponsel. Aku keluar kamar untuk memeriksa apa yang menyebabkan listrik di rumahku padam. Luar rumah terasa sepi dan sunyi ... horor banget rasanya letak amper listrik di pojok kiri bersebelahan dengan lahan kosong milik penduduk, cahaya senter aku arahkan keatas dimana terletak amper.Cteeekk! Tombol aku naikkan dan listrik kembali menyala, aku mengamati keadaan sekitar yang kini terang benderang kembali. Amper listrik turun rupanya ...! Tetapi, apa penyebabnya sedangkan selama ini tak pernah padam! Meskipun semua menyala baik siang maupun malam karena aku tak pernah menunggak m
52. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penulis : Lusia Sudarti Indra Melamarku Part 52Teh Wulan, Bapak dan Mbak Murti tersenyum bahagia mendengar ucapan beliau. Sedangkan aku terkejut mendengarnya, entahlah apakah aku bahagia atau sedih ...!🥀🥀🥀🥀🥀🥀Satu-persatu masalahku berkurang itu semua karena campur tangan Indra dan keluarganya, mereka betul-betul maksimal dalam membantuku mengusut tentang terbakarnya warung makan milikku dan pelakunya adalah Cindy dan antek-anteknya. Kedua orang tua Indra telah meminta ijin kepada Bapak untuk meminangku dalam waktu dekat, namun aku meminta waktu untuk berfikir dan mempertimbangkan dengan matang. Aku ingin mewujudkan impian almarhum Suamiku terlebih dahulu untuk membangun kembali warung makan yang baru saja habis terbakar.Dan mereka pun menyetujuinya. Namun ... ada satu masalah yang menurutku cukup menyita perhatian dan fikiranku, yaitu tentang Pak Dewa yang bertubuh tinggi tegap dan tamp4n yang selalu mencari perhatian kepadaku.
53. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mimpi Bertemu Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 53"Ayo kita kedalam Pak, Bu, Mas! Masa dari tadi diluar!" ucapku kepada calon Mertua dan calon Suamiku untuk berbincang di dalam rumah.Mereka pun menyetujuinya dan kami melangkah beriringan untuk masuk kedalam ruang tamu dirumahku. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Entah mengapa aku merasakan jika waktu seolah berjalan begitu cepat, aku merenungi semua yang telah terjadi padaku dalam kurun satu bulan ini ... bermacam-macam ujian seolah tak ingin menjauh dari kehidupan yang aku jalani. Lima tahun sudah Bang Hardi pergi meninggalkan aku untuk selamanya. Problema dan dilema selalu mewarnai kehidupanku. 'Sudah benarkah keputusanku untuk menerima pinangan Indra ...," lirihku seorang diri. Aku menatap bayangan diriku di dalam cermin. 'Pantaskah aku mendampingi Indra yang begitu sempurna dimataku ..."Aku memutuskan untuk melakukan kewajibanku terlebih dahulu, kegiatan rutin yang selalu aku kerjakan disep
54. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Ziarah Ke Makam Almarhum Suamiku. Penulis : Lusia Sudarti Part 54"Baik Bu ...!" sahut mereka serentak dan menghabiskan sarapan mereka. 🥀🥀🥀🥀🥀Di halaman terdengar deru mesin mobil dan berhenti tepat di teras rumah. Braak!Terdengar pintu mobil di tutup kemudian suara alarm berbunyi dua kali, itu menandakan jika pemiliknya telah menjauh dari mobil.Aku dan Anakku masih menyiapkan keperluan yang akan dibawa.Air mineral, bunga untuk taburan dan satu buah yang telah dirangkai dengan cantik. Fandi dan Kurnia membawa tas bahu mereka masing-masing berisi keperluan-nya. Fandi mengenakan stelan koko dan Kurnia mengenakan gamis berwarna biru senada dengan pakaian Fandi. Hijab berwarna hitam senada denganku. Tunik dan hijab berwarna hitam dipadu dengan jeans berwarna biru. Aku mematut diriku di depan cermin sesaat. Fandi dan Kurnia menyambut kedatangan Indra lebih dulu karena aku belum selesai. Meskipun wajahku tidak cantik, namun aku sela
55. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Ziarah Ke Makam Bang Hardi Penulis : Lusia Sudarti Part 55"Mas Indra ..." Kami dikejutkan oleh teriakan orang yang sepertinya juga terkejut melihat sosok Indra. Dengan gerakan serentak seolah dikomando kami menoleh kearah suara itu. "Mas Indra ... aku kangen deh! Apa kabarnya Mas?" teriak Selvi seraya menghambur kearah kami, tepatnya kearah Mas Indra dengan tanpa rasa canggung sama sekali. Teh Wulan menggamit lenganku dan menatap kearahku dengan kening bertaut meminta penjelasan dariku tentang wanita yang menghampiri Indra. "Apaan sih kamu ...! Maaf kami akan melakukan ziarah!" sentak Indra saat Selvi yang tiba-tiba akan merangkul lengan kekar Indra. Seketika wajah Selvi yang tadinya ceria kini berubah mendung dan cemberut.Aku dan Teh Wulan menutup mulut menahan senyum mendengar penolakan Indra kepada Selvi sedang Indra segera meraih jemariku lalu kami melangkah memasuki area pemakaman. "Ayo Dek ..." Bapak hanya diam tak bersuara
56. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Selvi Selalu Mengganggu Kami. Penulis : Lusia Sudarti Part 56 "Ayo Anak-anak ... kita duduk disana!" ajak beliau sembari menuju bangku dibawah pohon. Aku dan Teh Wulan juga kedua Anakku mengekor dibelakang Bapak. Aku memperhatikan Indra yang sedang fokus mendongkrak mobil dan membuka baut roda satu-persatu. "Bapak dan Teh Wulan lapar?" tanyaku kepada mereka berdua. "Sedikit Neng, hehehe ...!" jawab beliau sambil terkekeh. "Aku haus Teh," sahut Teh Wulan. "Adek juga Bu ..." "Kalo Abang haus dan lapar hehehe," celetuk Fandi. Mereka akhirnya tertawa terbahak-bahak. "Hahaha ... berarti kita samaan dong ...," seru Bapak. "Oke, semua tenang! Tadi sebelum berangkat Mas Indra beli nasi dan ditaruh di rantang susun. Sebentar aku ambil dulu!" sahutku seraya berdiri lalu menuju kemobil untuk mengambil bekal yang sengaja kami siapkan untuk sekedar berjaga-jaga jika dalam posisi darurat seperti ini. "Mas, kita makan d
103. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Nasi Aking, Karena Telah Memberikan Kesuksesan. Penulis : Lusia Sudarti "Lho ... ada apa disana Mbak!" seru Mbak Murti sambil berlari keluar. Part 103(TAMAT) 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Heehh, Hanum ... bicara apa kamu sama putriku haah!" Sungguh, aku sangat terkejut mendengar teriakan Rania yang membuat heboh suasana restaurant milikku yang semula begitu tenang dan tentram. Aku dan Mbak Murti saling tatap karena tak mengerti maksud kedatangan Rania dengan marah-marah.Para pengunjung terdiam menatap Rania yang sedang emosi. Mereka yang sedang menikmati makanan di meja masing-masing saling berbisik.Aku sangat merasa malu karena situasi diluar dugaan ini.Namun aku berusaha menghadapi sikap Rania, untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk lagi. "Ada apa Rania? Silahkan duduk, kita bicarakan dengan baik-baik. Maaf, tak enak disaksikan semua pengunjung disini!" ucapku lembut sambil menatap para pengunjung yang nampak terganggu
103. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Nasi Aking, Karena Telah Memberikan Kesuksesan. Penulis : Lusia Sudarti "Lho ... ada apa disana Mbak!" seru Mbak Murti sambil berlari keluar. Part 103(TAMAT) 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Heehh, Hanum ... bicara apa kamu sama putriku haah!" Sungguh, aku sangat terkejut mendengar teriakan Rania yang membuat heboh suasana restaurant milikku yang semula begitu tenang dan tentram. Aku dan Mbak Murti saling tatap karena tak mengerti maksud kedatangan Rania dengan marah-marah.Para pengunjung terdiam menatap Rania yang sedang emosi. Mereka yang sedang menikmati makanan di meja masing-masing saling berbisik.Aku sangat merasa malu karena situasi diluar dugaan ini.Namun aku berusaha menghadapi sikap Rania, untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk lagi. "Ada apa Rania? Silahkan duduk, kita bicarakan dengan baik-baik. Maaf, tak enak disaksikan semua pengunjung disini!" ucapku lembut sambil menatap para pengunjung yang nampak terganggu
102. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mencari Pegawai Baru. Penulis : Lusia Sudarti"Alita ..." Baik aku dan Fandi sama-sama menyebut nama Alita.Part 102🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Aku dan Fandi berfikiran sama, sama-sama menebak bahwa yang menjatuhkan vas bunga kristal milikku adalah Alita. Terdengar derap langkah kaki di tangga lantai atas. "Ada apa Dek, sepertinya ada suara benda terjatuh?" tanya Mas Indra, sembari melangkah menuju kearah kami dengan tatapan bingung. Aku hanya terdiam, namun tatapan aku arahkan ke lantai, dimana vas bunga kristal berhamburan di lantai. "Itu Ayah ..." Fandi menunjuk kearah lantai dengan telunjuknya. Mas Indra mengikuti arahanku dan Fandi. "Kenapa Bang, bisa jatuh?" tanya Mas Indra, kemudian menatapku meminta penjelasan. Aku hanya mengangkat bahu, karena memang aku tak tahu. "Abang enggak tahu Yah. Sebentar Abang ambil sapu dulu Yah!" seru Fandi sambil melangkah ke dapur mengambil sapu untuk membersihkan pecahan kristal. "Iya Bang. Panggil aja
101. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kedatangan Alita, Putri Dari Rania. Penulis : Lusia Sudarti'Ya Allah, terima kasih tak terhingga hamba panjatkan kepada-Mu. Terima kasih atas semuanya," doaku dalam hati. "Ibu, kami memberikan hadiah untuk Ibu, terimalah Ibu!" ujar Fandi memberikan tiga buah amplop besar kepadaku.Part 101 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Keesokan harinya ..."Assalamualaikum Ibu, Ayah! Abang pulang nih!" seru Fandi yang tiba-tiba telah berada di dapur. "Waalaikum salam, Abang! Ba---ru pulang." Aku menjeda ucapanku saat baru menyadari jika ada seseorang dibelakang Fandi yang berdiri dengan malu-malu. "Lho, itu siapa Bang? Cantik sekali!" seruku. Aku tak dapat menyimpan rasa penasaranku tentang teman wanitanya. "Oh itu, namanya Alita Bu!" jawab Fandi sembari mencium punggung tanganku dan Mas Indra. "Nama yang cantik, secantik orang ..." Ucapanku terjeda, saat tiba-tiba teringat sesuatu tentang nama yang Fandi ucapkan. "Ibu ... Bu, kok bengong?" tanya Fandi sambil m
100. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mas Indra Memberikan Kejutan Tak Terduga Di Hari Ultahku. Penulis : Lusia SudartiBrruughh Prannkkk Barang-barang di tanganku jatuh berhamburan di lantai, sementara aku hampir saja terjatuh. Namun sebuah tangan menangkap tubuhku dan .... Part 100.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Untuk beberapa detik, nyawaku seolah tidak berada dalam ragaku. Tanpa sadar aku menatap seseorang yang sedang memelukku dan juga menyelamatkan aku ketika aku hampir tersungkur. "Ohh ... ternyata begini kelakuan istri dari Pak Indra dibelakang suaminya! Sungguh tidak aku duga, hijabnya hanya untuk menutupi kedok busuknya." Plokk, plokk, plokk. Suara tepuk tangan dan ujaran penuh kebencian menyadarkan aku dari situasi yang tidak aku duga sebelumnya. Aku dan seorang lelaki yang telah menyelamatkan aku sama-sama terkejut dan sontak sama-sama melepas pelukan. "Maaf Mbak, saya tidak sengaja!" kata Pak Dewa dengan raut wajah bersalah.Aku pun demikian. "Saya juga minta maaf Pak."
99. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Ya Allah Penulis : Lusia SudartiKarena sibuk dengan hati yang sedang meronta, aku tak menyadari kehadiran Mas Indra yang kini memelukku dan kemudian mengangkat tubuhku, dibaringkan diatas ranjang. Nafasku tercekat melihat tatapannya. Part 99🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Keesokan harinya ... "Pagi Mbak!" sapa Mbak Murti saat aku berada di warung. Aku tersenyum. "Pagi juga Mbak. DGimana warung kita selama aku punya banyak masalah?" tanyaku. Mbak Murti menatapku, senyum selalu terukir di wajahnya. "Alhamdulillah banyak perubahan Mbak, semakin laris dan ramai. Oh iya Mbak, aku ... aku!" kata-kata Mbak Murti terbata. Aku menatapnya dengan kening bertaut."Ada apa Mbak? Katakan?" desakku. Mbak Murti menunduk dengan wajah memerah. "Itu Mbak, aku mau menikah sama Mas Yusuf." Aku terbelalak mendengar pengakuannya."Oh iya ... bagus dong Mbak. Bisa sama-sama bekerja disini, selamat ya Mbak Murti. Jadi kapan rencana Mbak Murti akan meni
98. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Ya Allah, Atas Nikmat Dari-Mu. Penulis : Lusia Sudarti"Enggak apa-apa Mbak, enggak usah takut," ujar Mas Indra memenangkan kami. Part 98 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀5 bulan kemudian ... "Mas lihat, putra kita semakin mont0k," seruku kepada Mas Indra sembari menggendong putraku yang kini berusia tiga bulan. Ya, aku telah melahirkan secara normal berjenis kel4min laki-laki dan aku beri nama Harry Dewantara.Aku bahagia hidup dengan Mas Indra, suami keduaku. Meskipun aku seorang janda, namun Mas Indra tetap mencintaiku dengan tulus tanpa syarat. Ujian dan cobaan telah aku lalui dan aku menjadi pemenangnya. Mas Indra tersenyum. "Sini putra Ayah." Aku melangkah menghampiri Mas Indra yang sedang sibuk dengan laptopnya. "Huumm, udah wangi sekali putra Ayah!" ucapnya sambil menciumi kedua pipi putranya dengan gemas. "Titip dulu ya Mas. Hanum mau bikin kopi buat Mas!" kataku sambil melangkah. "Iya Ibu, biar jagoan Ayah sama Ayah dulu."
97. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Rania Tetap Dengan Pendiriannya. Penulis : Lusia SudartiRania mengusap cairan merah dari bibirnya akibat tamparanku, kemudian dia pergi dengan menghentakkan kakinya dengan keras.Part 97🥀🥀🥀🥀🥀🥀Baru saja aku menjatuhkan bobotku di kursi dengan bantuan Mas Indra. Tiba-tiba Rania datang kembali dan kali ini dia membawa gunting untuk mengancam Mas Indra dan diriku. "Mas, aku menuntut hakku sebagai seorang istri yang telah lima tahun lamanya belum pernah mendapatkan nafkah bathin darimu!" ancam Rania sambil mengangkat tangan kirinya dan bersiap melukai dirinya sendiri. Aku terhenyak mendengar dan melihat ancaman dari Rania. Mas Indra panik melihatku yang mendadak lemas. Sementara aku melihat kilatan puas dari wajah dan tatapan Rania. Namun Mas Indra tetap tenang dan tidak terpengaruh sama sekali dengan ancamam Rania. Mas Indra panik melihatku yang tampak shock karena perbuatan Rania yang diluar akal sehat. Rania masih berdiri dengan
96. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Separuh Bongkahan Hatiku Yang Tersisa Untuk Mu. Penulis : Lusia Sudarti Aku terdiam mendengarnya, entahlah percaya atau tidak percaya!Yang pasti aku akan mendengarkan semua ceritanya.Part 96Malam semakin beranjak, dan aku tak dapat memicingkan kedua mataku. Aku teringat kata terakhir yang membuatku semakin kecewa dan sakit hati. "Rania meminta waktu kepada Mas, agar tidak menceraikannya dalam waktu-waktu dekat ini Sayang! Karena dia masih belum mendapatkan pekerjaan." "Mas menyanggupinya?" tanyaku sedikit ketus. Mas Indra menatapku. "Ya, setidaknya sampai Mas dapat menghubungi ayah biologis anaknya." "Apa Mas yakin, jika itu bukan d4r4h daging Mas?" tanyaku penuh selidik. "Bukan Sayang. Mas dan juga Dipta yang membawa sample untuk tes DNA dan hasilnya negatif." "Baiklah Mas! Untuk saat ini, Hanum percaya sama Mas." Mas Indra memelukku dengan erat dan penuh kasih sayang. Namun aku tak membalasnya sama sekali, karena aku pun belum