14. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.Hari Paling Menyakitkan, Bang Hardi Pulang Tinggal Nama. Penulis : Lusia Sudarti Part 14Juragan Sekar menatapku. "Siapa yang bilang kalo kamu merepotkan saya Num! Saya ihklas kok, dan ini hanya makanan kecil!" sahutnya tegas.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Tok! Tok! Tok! "Assalamu'alaikum." Terdengar ketukan dan salam dari depan. Aku bertanya-tanya dalam hati, siapakah yang bertamu di gubukku? Selama ini jarang ada yang bertamu. Aku melangkah tergesa sembari menerka tamu yang berkunjung. Krieett! "Waalaikumsalam. Siapa!" tanyaku sambil membuka pintu. "Num ... ada yang ingin kami sampaikan! Tetapi kami harap kamu harus kuat ya?" Pak RT dan Bu RT telah berada di hadapanku dengan tatapan antara bingung dan iba kepadaku. "Ada apa Bu, Pak? Ayo silahkan duduk dahulu!" ucapku kepada mereka berdua dengan sopan. "Num ... yang sabar ya!" tiba-tiba Bu RT memelukku dan menangis. Aku yang tak menyangka bahwa Bu RT akan memelukku seketika terpaku karena
15. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penulis : Lusia Sudarti Part 15'Kaki ini tak pernah lelah berjalan demi mencari nafkah untuk kami," tak urung air mataku luruh kembali. Segera aku usap jejak yang menggenang agar tak terjatuh di jenazah Bang Hardi. Hidupku hancur saat ini, entahlah apa aku akan sanggup menjalani hari-hariku kelak ...!🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Di gubuk milikku yang biasanya sepi seolah tak berpenghuni, dari siang hingga malam sangat ramai. Ya ... mereka melayat dan membantu segala persiapan untuk mengebumikan jenazah Suamiku. Ada yang bertugas menggali makam, ada yang memasak di dapur sederhanaku.Ada yang gotong royong membersihkan ruangan untuk takziah malam pertama nanti. Aku menatap tubuh yang berbalut kain putih yang terbujur kaku di depanku. Lelaki yang membersamaiku selama hampir sepuluh tahun kini telah berpulang kepangkuan-Nya. Meninggalkan tanda tanya dan duka yang mendalam bagiku."Assalamu'alaikum ...! "Waalaikum salam ... !" jawab Pak RT yang sed
16. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Meninggalnya Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 16Wajah mereka sedikit sumringah menaiki mobil dan bibir membentuk sebuah lengkungan tipis.Mereka belum pernah menaiki mobil selama ini. Inilah kali pertama mereka menaikinya. "Om, mobilnya bagus ya?" tanya Kurnia dengan wajah polos. "Adek suka naik mobil?" tanya Indra tersenyum sembari menoleh kearah Kurnia yang juga sedang menatapnya. "Suka Om ...!" sahut-nya. Aku hanya diam sambil menatap keluar kaca. "Lain kali Om ajak jalan-jalan ya Sayang. Abang-nya juga," sambung Indra. Aku hanya meliriknya sekilas."Beneran Om! Mauuu ... tapi ...!" Ia menjeda ucapan-nya seraya menatapku dengan raut wajah segan. Aku hanya mencoba tersenyum tipis. "Num, apapun yang terjadi kepada kalian. Saya harap kamu tabah dan kuat menghadapinya. Saya tau, kamu adalah wanita kuat!" ujar juragan Sekar sembari merangkul bahuku. Tak terasa air mataku kembali luruh mendengar kata-kata bernada semangat jura
17. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Bersumpah Untuk Mebalaskan Dendam Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 17Di sudut ruangan aku melihat Indra. Ia menatapku dengan sorot yang nampak sayu. Namun aku segera mengalihkan tatapanku kearah lain.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Hari-hari aku lalui dengan penuh duka dan kecewa. Meskipun air mataku telah mengering, namun batinku yang menangis. Para tetangga masih berdatangan untuk membantuku selama takziah diadakan hingga tujuh hari tujuh malam.Hari ini adalah hari ketujuh. Para tetangga saling membantu menyiapkan hidangan.Malam ini! Malam takziah terakhir.Aku menyendiri di kamarku. Sementara Kurnia sedang bermain dengan Anak tetangga seusianya.Ibunya membantu pekerjaan di dapur. Tok! Tok! Tok! "Num ... boleh aku masuk." Pintu diketuk dari luar kemudian terdengar suara Siti meminta ijin untuk masuk kekamarku. "Silahkan Sit!" seruku lirih. Ceklek! Daun pintu terbuka, aku menoleh sekilas kearahnya. Ia menatapku lembut dan mengha
18. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Hari Ini, Hari Istimewa Kita Dan Hari Ulang Tahunmu, Bang! Penulis : Lusia Sudarti Part 18Aku mengangguk dan mengikuti langkah Juragan Sekar dengan dipapah Siti menuju keruang depan."Selamat sore Ibu Hanum!" lelaki berpakaian serba hitam itu bangkit dari duduknya lalu menjabat tanganku. "Selamat sore Pak." "Ayo silahkan duduk kembali Pak!" seru Juragan Sekar. Beliau mengambil posisi berada disisiku. "Terima kasih Bu!" ucap lelaki itu kembali seraya menjatuhkan bobotnya kembali. "Begini Bu Hanum ... identitas pelaku pembunuhan terhadap saudara Hardi telah kami peroleh. Dan saat ini kami sedang melakukan pengejaran," jelasnya dengan panjang lebar. "Alhamdulillah Pak! Semoga pelaku dapat segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya, agar tak membuat resah warga lainnya! Kalo boleh kami tau, siapakah pelak pembunuhan sadis yang tak berperikemansiaan itu Pak?" tanya Juragan Sekar, dari raut wajahnya nampak lega mendengar kabar jika iden
19. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kedatangan Indra Kembali. Penulis : Lusia Sudarti Part 19Aku bersimpuh dan memeluk nisan Suamiku dengan erat. Hati ini belum mampu sepenuhnya mengikhlaskan kepergiannya dari hidupku. "Num ...." Aku terperanjat mendengar suara panggilan dari belakangku. Aku mendengar suara seseorang yang aku kenal! Yah ... itu suara Indra. Aku memperbaiki posisi tubuhku lalu menoleh kearah sumber suara. Benar saja! Indra telah berdiri dengan kedua Anakku. Bibirnya terukir sebuah senyuman. Senyum yang menyimpan kerinduan. Namun aku tak tau, kerinduan itu tertuju kepada siapa? "Mak ....!" Kurnia dan Fandi menghambur dan memelukku dengan erat. Sementara Indra melangkah mendekati kami. "Num, apa kabar?" tanyanya sambil mengulurkan tangan kanannya untuk menjabat tanganku. "Baik In! Kamu sendiri apa kabar?" jawabku berbasa-basi. "Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat!" ujarnya sambil kembali tersenyum. Indra melangkah menuju kepusara Bang Hardi, kemudi
20. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penulis : Lusia Sudarti Part 20"Bang itu Oom datang, bawa banyak sekali belanjaan ....!" seru Kurnia kepada Fandi, aku mengikuti arah petunjuknya. Indra tersenyum lebar melihat kedua Anakku. "Wah, seru sekali sepertinya!" ucap Indra sembari menaruh paper bag di atas meja.Ia tersenyum kepada mereka. Aku gak enak hati kepada Indra! Bagaimanapun juga Indra bukan siapa-siapa buatku. Ia hanya orang dari masa laluku. Aku akan memintanya berhenti selalu memberikan hadiah-hadiah kepada Anakku. Aku tak ingin selalu merepotkan dan bergantung dari orang lain. "Ayo Anak-anak, cepat dihabisi es creamnya! Setelah itu kita pulang. Oom mau berangkat tugas dan Emak mau cari kerja tambahan," ungkapku. "Iya Mak! Kapan-kapan kita beli es cream lagi ya Mak, kalo punya duit ....!" kata Kurnia dengan netra berbinar dan senyum merekah di bibirnya. Indra pun tersenyum mendengar ucapan Kurnia. Ia mengulurkan tangannya dan mengusap lembut pucuk kepala Kurnia d
21. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Membaca Surat Dari Indra Penulis : Lusia Sudarti Part 21"Iya, terima kasih!" Indra meraih gelas lalu menyesap kopi perlahan. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Malam ini Selvi, ijin pamit untuk menjenguk orang tuanya. Aku duduk termenung di tepi pembaringan sembari menatap kedua buah hatiku yang telah terlelap dengan damai. Aku menyimpan semua kesedihan dan duka yang aku rasakan. Aku tak ingin Anak-anak melihatku larut dalam kesedihan. Aku tak ingin mereka tau, jika sesungguhnya Ibunya begitu rapuh. Biarlah ... biarlah semua kusimpan dalam hatiku. 'Emak akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari uang buat kalian Sayang!" lirih batinku penuh kepiluan. Aku harus kuat demi mereka, karena saat ini aku adalah orang tua tunggal. Kedua kakiku harus berdiri dengan kokoh, kedua tanganku harus sekuat besi dan kedua bahuku harus tangguh, untuk memikul beban hidup ini. Tiba-tiba aku teringat pemberian Indra siang tadi, sesaat sebelum dia berpamitan.Aku beranjak m