9. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Satu Minggu Berlalu, Namun Belum Ada Kabar Dari Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 9Beruntung tempat tinggal Juragan Darta tak terlalu jauh, hingga aku tak berlama-lama di bawah teriknya matahari. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Assalamualaikum," aku berdiri di teras Juragan Darta sambil menunggu pemilik rumah membuka pintu, peluhku masih terus membanjiri wajah dan tubuhku. Ceklek! "Waalaikumsalam, kamu Num.""Iya Juragan!" jawabku sambil mengekori langkahnya. Aku langsung menuju ruang pakaian dan segera melakukan pekerjaanku hingga selesai.Tak membutuhkan waktu lama aku mengerjakan semua, hanya butuh 40 menit untuk menyelesaikannya. Entah mengapa, hatiku benar-benar tak tenang dan kepikiran Bang Hardi yang baru saja merantau untuk bekerja di luar kota kecil kami, tepatnya di pinggiran kota. Desa Kali Sari ....!Aku pun tak ingin membuang waktu lama."Num, kilat sekali kamu bekerja. Dan sepertinya kamu seperti sedang memikirkan sesuatu?" tanya j
10. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penderitaanku. Penulis : Lusia Sudarti Part 10"Num, keluar ...." Brakk! Dubraakk! Braakk! Suara pintu digedor-gedor dan digebrak-gebrak dengan keras. Ceklek! "Heh Num ... bayar hutang kamu! Enak saja kamu gak mau bayar-bayar! Emang modalku dari daun!" hardik bude Sinta sembari berdiri dengan angkuh sembari mengipas wajahnya. "Duduk dulu bude, gak baik bicara sambil berdiri!" aku mengajak bude Sinta untuk duduk di bale bambu. "Halah, gak sudi aku duduk di bale bambu, pastinya kotor dan penuh kuman hiiyyy," bude Sinta mencemooh tempat tinggalku. Aku hanya mampu beristigfar dalam hati. "Eh Hanum, gak usah berbelit-belit kamu! Cepat bayar hutang mu! Enak saja gak mau bayar hutang!" cibirnya sambil menengadahkan tangan di depan wajahku. "Maaf bude saya belum punya uang sekarang. Bang Hardi pun belum ada kabarnya, sedangkan saya hanya bekerja disatu orang," jawabku lirih sembari menunduk. "Halah alasan aja kamu! Mana sini biar aku y
11. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Juragan Agung melecehkan Aku. Penulis : Lusia Sudarti Part 11 Aku hanya pasrah dengan semua yang telah ditakdirkan untukku. "Ampun Juragan, Jangan lakukan itu Juragan! Jangaaaan .... !" Dengan kasar dan tanpa perasaan Juragan Agung menggagahiku. Hidupku hancur berkeping-keping, duniaku runtuh seketika. Air mataku tak terbendung lagi. Aku kotor, aku hina ....!Manusia laknat itu tertawa puas melihatku tak berdaya. "Heh jal4n9 ... awas jika kamu berani mengadu! Aku pastikan hidupmu akan lebih menderita dari ini!" ancamnya sembari mengenakan celananya kembali, lalu melepaskan ikatan tanganku dan melenggang santai meninggalkan kamarku. "Bunuh saja aku b4j1ng4n ... ! Hidupku kini telah hancur. Tak ada lagi yang tersisa dalam hidupku ini ... !" tubuhku luruh kembali. Manusia iblis itu tak menggubris semua ucapanku. Brraaaakk! Ia berlalu sembari menutup pintu kamarku dengan keras. Aku terlonjak karena terkejut. 'Oh Tuhan, apakah salah d
12. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.Bermimpi Di datangi Sesosok Mahluk Yang berubah Menjadi Sosok Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 12"Dek ... !" tubuhku di dekap dengan erat.Namun aku merasakan ada yang aneh dengan suamiku! 'Mengapa tubuhnya begitu dingin bagai sebongkah es!" aku mengurai pelukanku untuk menatap wajahnya. "Deekk ... tolong Abang Dek ... ," Tiba-tiba ... "Awww ... !" aku mundur satu langkah kebelakang. Bagaimana tidak! Wajah bang Hardi sangat menyeramkan. Kedua netranya melotot, usus terburai, tangan kanan hampir putus. Bibirnya ternganga seketika aroma busuk bercampur amis memenuhi rongga hidungku. Ketakutan merajai hatiku, namun aku berusaha menguatkan hatiku untuk tetap berdiri ditempatku semula. Aku merasakan bahwa sosok mahluk tersebut ingin menyampaikan sesuatu kepadaku."Tolong Abang Dek ... !" rintihnya pilu. Benar dugaanku, sosok mahluk yang berdiri dihadapanku itu mencoba berinteraksi denganku. "Apa yang terjadi Bang? Kenapa Abang sep
13. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku Mendapat Rejeki Tak Terduga. Penulis : Lusia Sudarti Part 13 Seketika aku berlari meninggalkan batang singkong yang telah aku cabut.Dengan nafas tersengal aku masuk kedapur dan menutup pintu sedikit kencang.Aku mengusap dadaku yang berdetak kencang, jantung seakan terlepas dari tempatnya. 'Selama ini aku tak pernah mendapat gangguan sedemikian rupa! Tetapi mengapa rumahku terasa horor!" batinku berucap.Aku menoleh kearah tungku, apinya masih menyala, dan air dalam kukusan telah mendidih. Segera aku memasukkan beras yang telah aku cuci kedalam panci kukusan.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Semburat warna kuning keemasan menghiasi ufuk timur, cahaya matahari mengintip malu-malu menembus dedaunan. Aku telah selesai dengan aktivitasku. Memasak, menyapu lantai, mencuci pakaian kotor. Dengan lelehan air mata yang terus merembes dari celah-celah manik netraku, menemani semua aktivitas yang aku lakukan. Duka mendalam begitu aku rasakan.Aku diperkos4, belum
14. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.Hari Paling Menyakitkan, Bang Hardi Pulang Tinggal Nama. Penulis : Lusia Sudarti Part 14Juragan Sekar menatapku. "Siapa yang bilang kalo kamu merepotkan saya Num! Saya ihklas kok, dan ini hanya makanan kecil!" sahutnya tegas.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Tok! Tok! Tok! "Assalamu'alaikum." Terdengar ketukan dan salam dari depan. Aku bertanya-tanya dalam hati, siapakah yang bertamu di gubukku? Selama ini jarang ada yang bertamu. Aku melangkah tergesa sembari menerka tamu yang berkunjung. Krieett! "Waalaikumsalam. Siapa!" tanyaku sambil membuka pintu. "Num ... ada yang ingin kami sampaikan! Tetapi kami harap kamu harus kuat ya?" Pak RT dan Bu RT telah berada di hadapanku dengan tatapan antara bingung dan iba kepadaku. "Ada apa Bu, Pak? Ayo silahkan duduk dahulu!" ucapku kepada mereka berdua dengan sopan. "Num ... yang sabar ya!" tiba-tiba Bu RT memelukku dan menangis. Aku yang tak menyangka bahwa Bu RT akan memelukku seketika terpaku karena
15. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penulis : Lusia Sudarti Part 15'Kaki ini tak pernah lelah berjalan demi mencari nafkah untuk kami," tak urung air mataku luruh kembali. Segera aku usap jejak yang menggenang agar tak terjatuh di jenazah Bang Hardi. Hidupku hancur saat ini, entahlah apa aku akan sanggup menjalani hari-hariku kelak ...!🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Di gubuk milikku yang biasanya sepi seolah tak berpenghuni, dari siang hingga malam sangat ramai. Ya ... mereka melayat dan membantu segala persiapan untuk mengebumikan jenazah Suamiku. Ada yang bertugas menggali makam, ada yang memasak di dapur sederhanaku.Ada yang gotong royong membersihkan ruangan untuk takziah malam pertama nanti. Aku menatap tubuh yang berbalut kain putih yang terbujur kaku di depanku. Lelaki yang membersamaiku selama hampir sepuluh tahun kini telah berpulang kepangkuan-Nya. Meninggalkan tanda tanya dan duka yang mendalam bagiku."Assalamu'alaikum ...! "Waalaikum salam ... !" jawab Pak RT yang sed
16. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Meninggalnya Bang Hardi. Penulis : Lusia Sudarti Part 16Wajah mereka sedikit sumringah menaiki mobil dan bibir membentuk sebuah lengkungan tipis.Mereka belum pernah menaiki mobil selama ini. Inilah kali pertama mereka menaikinya. "Om, mobilnya bagus ya?" tanya Kurnia dengan wajah polos. "Adek suka naik mobil?" tanya Indra tersenyum sembari menoleh kearah Kurnia yang juga sedang menatapnya. "Suka Om ...!" sahut-nya. Aku hanya diam sambil menatap keluar kaca. "Lain kali Om ajak jalan-jalan ya Sayang. Abang-nya juga," sambung Indra. Aku hanya meliriknya sekilas."Beneran Om! Mauuu ... tapi ...!" Ia menjeda ucapan-nya seraya menatapku dengan raut wajah segan. Aku hanya mencoba tersenyum tipis. "Num, apapun yang terjadi kepada kalian. Saya harap kamu tabah dan kuat menghadapinya. Saya tau, kamu adalah wanita kuat!" ujar juragan Sekar sembari merangkul bahuku. Tak terasa air mataku kembali luruh mendengar kata-kata bernada semangat jura