Seketika mata Aurel melotot saat tak sengaja menjatuhkan benda yang ada di tangan nya. Ia perlahan menatap pria yang baru saja menegurnya. "Oh Tuhan, apa yang sudah aku lakukan?" rutuknya dalam hati. Aurel merasa sangat takut, apalagi saat melihat tatapan tajam dari pria tersebut. Pria yang bernama Zain itu, berjalan mendekati Aurel dan menunduk mengambil patung yang sudah menjadi beberapa bagian. "Kau tahu berapa harga patung ini?" tanyanya dengan menahan amarah. "Maafkan saya Tuan, saya tidak sengaja!" ucap Aurel menunduk. "Apa dengan maafmu bisa mengembalikan patung ku? bahkan gajimu setahun, tidak akan bisa menggantikan nya!" ucapnya tajam. "Maaf Tuan, saya benar-benar tidak sengaja!" Aurel masih berusaha untuk meminta maaf. Aurel benar-benar merasa takut dan bersalah. Ia tahu, yang dimaksud bosnya itu bukan masalah ganti rugi, tetapi barang itu adalah peninggalan dari sang kekasih yang sudah lama tiada. Aurel sangat tau, kalau patung itu sangat berharga bagi Zain. Tetapi,
Aries mengerutkan kedua alisnya, ia berusaha mencerna setiap ucapan yang keluar dari mulut bibinya itu. "Apa maksud kalian?" tanyanya tak mengerti. "Dengar Aries, ibumu adalah seorang pembunuh! dia membunuh nenek dengan cara meracuninya agar nenek cepat meninggal dan harta warisan jatuh pada ayahmu! beruntung aku mengetahui rencana liciknya itu, sehingga kami bisa melaporkan nya! tetapi, ayahmu tidak mpercayai ku dan memilih membawa kalian pergi. Tetapi karma datang begitu cepat sehingga mobil yang di kendarai oleh orang tuamu mengalami kecelakaan saat akan kabur!" Jelas Sandra panjang lebar."Itu tidak mungkin, ibuku wanita yang sangat lembut, jadi tidak mungkin beliau melakukan hal sekejam itu! lagi pula, Aurel tidak ada sangkut pautnya dengan hal itu, lalu apa gunanya kalian membencinya. Aku juga tidak percaya jika ibuku bisa sekejam itu!" tegas Aries. Dia benar-benar tak mempercayai ucapan Sandra, pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Sandra. Karena menurut Aries, ada sedik
Aries berjalan menuju kamar adiknya setelah pan dan bibinya pergi. Ia yakin saat ini adiknya itu pasti sedang sedih. "Dek, kakak boleh masuk?" tanya Aries seteleh mengetuk pintu kamar Aurel. Tak berapa lama Aurel membukakan pintu, terlihat wajah Aurel yang sembab. Aries segera membawa adiknya itu dalam pelukan nya. "Sudah, tidak apa-apa! ada Kakak disini!" ucapnya menenangkan. "Kak, Ibu tidak mungkin sejahat itu kan Kak?" tanya Aurel dengan tangisan nya. Ya, Aurel mendengar semuanya. Meski sebenarnya tidak sopan dirinya menguping, tetapi dia penasaran dengan apa yang mereka bicarakan. Karena Aurel yakin, mereka pasti sedang membicarakan nya. Ternyata benar dugaan nya, mereka membicarakan tentang alasan kenapa paman dan bibinya tidak menyukainya. Aurel merasa sangat terkejut dengan apa yang dia dengar. Aurel sangat mengenal ibunya. Ibunya adalah seorang wanita yang lembut dan baik, jadi mana mungkin beliau tega melakukan hal yang sekeji itu. "Sssttt, jangan di dengar tentang ap
"Sudahlah, lebih baik aku segera berangkat!" ucap Aurel yang memilih menyudahi sarapan nya dan pergi. meninggalkan dua lelaki yang ada di hadapanya. "Aurel, tunggu! biar aku antar!" Daniel berlari mengejar Aurel. Aries hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya yang seolah tak kenal lelah mengejar Aurel, meski sudah beberapa kali ditolak. "Daniel, aku bisa berangkat sendiri!" tolaknya. "Oh, ayolah! sudah hampir dua bulan kita tidak bertemu Aurel, apa kau tidak merindukan ku?" Mendengar pertanyaan Daniel, Aurel langsung menghentikan langkahnya. Ia menatap lekat pada kedua manik Daniel. Jika ada yang bertanya, bagaimana perasaan Aurel terhadap Daniel saat ini. Aurel akan menjawab, kalau dirinya memang menyayangi Daniel sebagai Kakak tidak lebih. Karena cinta untuk Daniel sudah lama ia buang jauh-jauh. Dulu, memang dia akui kalau dirinya masih mencintai Daniel. Tapi, semenjak kejadian mengerikan itu terjadi, ia memutuskan untuk membuang rasa cinta itu dan menutup pi
Aurel mengatur nafasnya, saat sudah sampai di sebuah gedung tinggi milik Zain. Ia mencoba untuk membuang rasa takut dan gugupnya saat bertemu dengan Zain nanti. "Semoga saja, Tuan Zain lupa sama aku!" gumamnya dan segera memaski gedung tinggi itu. "Kamu pasti orang yang di suruh buat nganterin barang milik Pak Zain," ucap resepsionis saat Aurel menyapanya. "Iya Kak," kawan Aurel dengan tersenyum. "Pergilah ke lantai 10, Tuan Zain sudah menunggumu!" Aurel mengangguk dan segera berjalan menuju lift, lalu memencet angka 10. "Ah, pasti ini ruangan nya!" gumam Aurel saat sudah sampai di lantai sepuluh. Ia melihat hanya ada Satun ruangan dengan pintu yang tertutup rapat. Aurel mengetuk pintu lalu segera masuk setelah mendapat persetujuan dari sang pemilik ruangan. "T-tuan, saya ingin mengantar ini Tuan," ucap Aurel gugup. "Kau sudah datang? ayo ikut aku!" ucap Zain dan segera berjalan menuju pintu. "Tunggu apa lagi, ayo cepat! aku sudah sangat terlambat!" kata Zain lagi karena Aur
"Jika tidak ada yang penting, lebih baik kau cepat pergi!" usir Zain. "Baiklah-baiklah, aku akan pergi!" Robin segera menegakkan tubuhnya dan merapikan jas yang ia kenakan. Lalu berbalik dan hendak pergi. Namun, langkahnya terehenti saat mengingat sesuatu. "Ah, aku hampir lupa! datanglah kerumah, mama mengundangmu untuk makan malam!" ucapnya. Setelah mengatakan hal itu, Robin segera pergi dari tempat itu. Sementara Zain, masih diam saja menatap punggung calon kakak iparnya itu. Ya, Robin adalah kakak Zalora, kekasih Zain yang sudah meninggal. Dulu mereka sangat dekat, bahkan lelaki itu sangat merestui hubungan keduanya. Namun, setelah kecelakaan itu terjadi dan menyebabkan Zalora adik kesayangan nya meninggal. Membuat Robin membenci dan menyalahkan Zain atas kematian Zalora. Entah apa yang direncanakan oleh lelaki itu? yang jelas, Zain merasa akan terjadi sesuatu hal yang akan membuatnya kesulitan. Ia yakin, undangan makan malam hanya alasan nya saja. Meskipun, hubungan nya de
"Zain, tunggu!" Zain yang tengah berjalan menuju mobilnya untuk segera berangkat ke kantornya, segera menghentikan langkahnya saat mamanya memanggil. "Ada apa Ma?" tanya Zain dengan bingung. "Nanti sore antarkan mama ke butik tante Niken, sekalian kita makan malam bersama!" "Tapi Ma,""Tidak ada tapi-tapian, Mama tunggu jam empat nanti!" ucapnya lagi yang takn bisa dibantah. "Baiklah," jawab Zain terpaksa. Bukan nya ia tak ingin mengantar Mamanya, tetapi ia tahu kalau sang Mama ingin menjodohkan nya dengan anak teman nya. Ini bukan pertama kalinya, mamanya menjodohkan dengan seorang wanita. Bahkan sudah berkali-kali, tetapi selalu saja ia tolak. Bahkan ada yang belum ia beri tanggapan, tetapi wanita itu sudah berpindah ke Robin. Ia juga sudah beberapa kali bilang ke mamanya, kalau dirinya tak ingin dijodohkan. Tetapi mamanya selalu saja memaksanya. Zakn mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, suara musik menemani perjalanannya. Ia sesekali bersenandung kecil, mengikuti
Aurel menyodorkan kopi yang telah ia buat. Ia menatap kopi yang akan diseruput Zain. Ia berharap, kopi kali ini akan cocok di lidah atasanya itu. Jika tidak, maka dia akan menyuruh Zain untuk membuat sendiri. Ia sudah lelah harus mondar-mandir ke pantry hanya untuk membuat kopi lagi. Apalagi, jika dia harus bertemu dengan wanita menyebalkan tadi. Setelah menyeruput kopi, Zain meletakkan cangkit kopi dan menatap Aurel. "Kenapa Tuan? apa masih kurang pas? jika masih, lebih baik Tuan bikin sendiri atau suruh orang lain saja! saya tidak bisa!" ucap Aurel panjang lebar. Zain menaikkan sebelah alisnya, apa dia tidak salah dengar? Aurel menolak perintahnya dan bahkan menyuruhnya untuk membuat kopi sendiri. "Apa kau keberatan, aku menyuruhmu membuat kopi?""Saya sama sekali tidak keberatan Tuan! tetapi jika kopi buatan saya tidak cocok di lidah Anda, lebih baik Anda buat sendiri atau suruh orang lain saja!" kesal Aurel. "Dengar Aurel, membuat kopi juga salah satu tugasmu! ingat, kau ada
Aurel meringis saat merasakan benda tajam menusuk lehernya, tidak dalam memang, namun, membuat lehernya mengeluarkan darah.Reno benar-benar sudah gila, mereka benar-benar tak menyangka jika lelaki itu tega melukai Aurel, wanita yang dicintainya."Jangan," pekik Zain kawatir saat melihat leher Aurel mengeluarkan darah."Kamu boleh minta apapun, asalkan lepaskan Aurel dan jangan lukai dia!" Zain mulai memberi pilihan."Suruh mereka melepaskan senjata mereka dan biarkan kami pergi!" "Baiklah!" Zain memberi kode agar para polisi melepas senjata mereka dan membiarkan Reno membawa pergi Aurel.Untuk sementara Zain harus menuruti apa yang diinginkan oleh lelaki itu. Ia tak ingin, pria gila itu menyakiti Aurel.Setelah yakin, semua polisi melepas senjatanya, Reno mulai melangkahkan kakinya dan memaksa Aurel untuk mengikutinya.Zain dan kedua anggota polisi yang bersamanya, memberi jalan pada Reno dan waspada. Mereka tak boleh gegabah dan berujung menyakiti Aurel.Tiba saat Reno akan melewat
Waktu sudah menunjukkan tengah malam, terlihat beberapa penjaga mulai bergantian untuk menjaga rumah itu.Daniel, Zain dan Abi, bersiap untuk menyelinap masuk. Mereka dibantu oleh beberapa polisi. Mereka harus berhati-hati, karena bisa saja Reno melakukan hal yang nekat.Daniel juga menyuruh seseorang untuk menjadi salah satu pelayan di dalam rumah itu. Dari dia lah, mereka tahu keadaan Aurel sekarang."Kopinya datang," ucap pelayan itu mengantarkan kopi untuk penjaga yang berada di luar."Wah, untung kau datang membawa kopi, jadi hilang ngantuk ku!" ucap salah satu dari mereka."Tentu, aku tahu apa yang kalian butuhkan! selamat menikmati." Ucapnya lalu segera meninggalkan mereka dan membiarkan mereka menikmati kopi buatan nya.Rani, orang salah satu teman Daniel yang menyamar untuk menjadi pelayan di rumah Aurel.Ia melihat sekeliling, semua penjaga dan pelayan sudah ia beri obat tidur. Sudah dipastikan, sekarang mereka tengah terlelap efek dari obat yang dia berikan.Sekarang, tingg
Aurel memandangi beberapa menu yang terhidang di atas meja. Hampir seluruh menu, adalah kesukaan nya.Tetapi, tak membuatnya bernafsu untuk memakan nya. Bagaiman bisa ia bernafsu, sementara ia terkurung di dalam rumah yang dulu pernah ia tempati.Tadi, sempat ia ingin kabur, tetapi Reno menyiapkan penjagaan yang begitu ketat sehingga membuatnya tak bisa berkutik."Ayo makanlah, bukankah ini menu kesukaan mu?" Reno memecah keheningan."Mas, hentikan kegilaan ini! bukankah, dulu yang menginginkan kita berpisah itu kamu Mas? dan aku sudah menuruti mu, jadi hentikan semua ini dan biarkan aku hidup tenang dengan keluarga baruku!" pinta Aurel dengan nada memohon.Berharap lelaki yang ada di hadapan nya ini terketuk hatinya dan menghentikan semua kegilaan yang sudah ia ciptakan."Makanlah, ingat! kau sedang hamil dan membutuhkan asupan gizi yang cukup!" Reno lebih memilih mengabaikan ucapan Aurel dan mengambilkan makanan untuk Aurel. Ia begitu kesal, karena Aurel masih bersikukuh dengan pen
Zain dan Aurel keluar dari ruangan periksa, ada raut bahagia tercetak di wajah mereka. Zain merengkuh pundak Aurel dan membawa duduk di sebuah kursi."Aku tak menyangka, ada dua anak kita!" celetuk Zain sembari menatap hasil USG yang dipegang Aurel.Aurel mengangguk, membenarkan ucapan sang suami. Ya, dokter bilang anak mereka kembar. Hal itu, membuat Aurel semakin bahagia.Karena menurutnya, ini adalah anugrah yang paling indah dalam hidupnya. Ia tak menyangka, jika akan kembali memiliki anak kembar.Kali ini, dia akan lebih berusaha dengan keras untuk menjaga dan merawat calon anaknya sampai mereka lahir dengan selamat.Ia tak ingin kejadian di masa lalu terulang lagi. Jadi, kali ini dia akan lebih ekstra menjaga kedua anaknya."Kau bahagia Mas?" tanya Aurel menatap lekat sang suami. Ia takut, Zain tidak bahagia! pikiran buruk mulai merasuki otak kecilnya."Tentu saja aku bahagia Sayang, jangan samakan aku dengan lelaki itu! lupakan masa lalu dan kita akan mulai lembaran baru dengan
Zain hanya sebentar menatap pada lelaki yang menyandang sebagai mantan suami istrinya itu, lalu mengalihkan tatapan nya pada Aurel.Ia ingin melihat bagaimana reaksi Aurel saat bertatapan langsung dengan mantan suaminya ini. Karena jika Aurel ingin sembuh, Aurel harus bisa melawan rasa takut itu sendiri dengan cara berhadapan langsung dengan Reno.Zain bisa melihat tubuh Aurel bergetar karena ketakutan dan wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Zain meraih tangan Aurel dan menggenggam tangan nya dengan sangat erat. Aurel menatap pada genggaman tangan suaminya dan menatap wajah teduh Zain.Lalaki itu seolah memberinya kekuatan dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Aurel membalas senyuman Zain tak kalah manis.Ia memejamkan matanya dan mencoba melawan rasa takutnya. Ia mengambil nafas dalam dan mengeluarkan secara perlahan.Dirasa cukup tenang, Aurel membuka matanya dan menatap wajah Reno yang menyunggingkan senyum kepadanya."Aurel, akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi!" Reno
Zain perlahan meletakkan tubuh mungil Aurel di atas ranjang mereka. Suami Aurel itu memutuskan untuk membawa nya pulang ke apartemen nya.Selema perjalanan, Aurel hanya diam saja sembari menatap kosong keluar jendela. Zain tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya ini.Bahkan, sekarang istrinya itu masih menatap lurus kedepan dengan tatapan kosongnya. Dibelainya lembut rambut Aurel dan diciumnya kening sang istri.Sungguh, melihat Aurel seperti ini membuat hatinya sakit. Ia yakin, luka itu terlalu dalam sehingga membuat istrinya menjadi seperti ini."Sayang, bicaralah sesuatu! jangan membuatku kawatir! atau mau aku panggilkan dokter?" Zain berusaha mengajak bicara dengan Aurel.Namun, Aurel masih diam membisu tak merespon pertanyaan nya. Membuat Zain semakin kawatir.Zain melepas genggaman tangan nya dan ingin beranjak menelpon dokter, karena dia takut terjadi sesuatu pada sang istri."Tolong jangan pergi, temani aku!" Aurel mengeratkan genggaman nya membuat Zain urung melangk
Zain dan Aurel sampai lebih dulu di restauran milik Abi. Namun, lelaki itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya."Eh, Aurel, nunggu Abi ya?" tanya Gita yang baru saja keluar dari arah dapur dan mendapati Aurel dan seorang pria.Ia yakin itu adalah suami adik bosnya ini. Ia tersenyum ramah pada lelaki yang baru ia temui ini."Iya Kak, kok Abi telat datangnya ya? padahal dia yang nyuruh aku buat datang!" jawab Aurel sedikit kesal."Mungkin kena macet! tunggu saja di ruangan nya, aku akan membuatkan minuman dan mengantarkan nya kesana!" "Gak usah Kak, aku tunggu di sini saja!" tolak Aurel."Ya sudah kalau begitu, aku ambilkan minum dulu atau kalian mau sarapan?""Minum saja Kak, kami sudah sarapan tadi!" Gita mengangguk dan kembali ke dapur untuk membuatkan minum adik dan dan adik ipar bosnya ini.Tak berselang lama Gita masuk ke dapur, Abi datang dan menyapa mereka berdua. Abi tersenyum menatap sang adik dan memeluknya."Jadi bagaimana? kalian udah balikan?" tanya Abi to the poin.
"Jangan bicara sembarangan Abi, aku tahu kau hanya ingin membuatku tidak mengganggu Aurel! itu sebabnya kau bilang dia sudah bersuami." Ucap Reno tak percaya.Ya, ia yakin Abi hanya mengarang cerita agar dirinya tidak mengganggu kehidupan Aurel! tetapi, jika benar itu terjadi, dia tidak akan menyerah begitu saja.Aurel sangat mencintainya, ia yakin cinta itu masih tetap untuknya dan Aurel pasti mau kembali bersamanya karena mereka masih saling mencintai."Terserah kalau kau tak percaya!" jawab Abi enteng."Dengar, aku tidak akan membiarkan kau mengganggu adikku lagi! sebelum aku kehilangan kesabaran, lebih baik kau segera pergi dari sini dan jangan pernah muncul di hadapanku maupun di hadapan Aurel!" ancam Abi dan segera meninggalkan Reno sendirian.Sementara Reno masih diam membisu, rasanya sungguh tak percaya jika Aurel sudah menikah. Ah, ini pasti hanya akal-akalan Abi saja.Reno lebih memilih pergi dari sana dan berniat besok akan kembali lagi dengan harapan bisa bertemu dengan Au
Aurel perlahan membuka matanya, ia menatap langit-langit kamar yang nampak asing baginya. Ia mengerutkan keningnya, sembari berusaha mengingat apa yang sudah terjadi?Ah, tadi siang dia tak sengaja bertemu dengan Reno dan berakhir meminta tolong pada suaminya untuk mengantarkan nya pulang.Bahkan, dia menolak saat Zain ingin membawanya ke rumah sakit! tapi, dengan tegas dia menolak dan meminta pulang.Setelah itu ia tidak mengingat apapun dan sekarang dirinya terbangun di kamar yang sangat asing baginya.Aurel mendudukkan tubuhnya dan menyenderkan punggungnya di kepala ranjang. Ia mengedarkan pandanganya, mencari sosok yang sudah membawanya kemari.Tatapan matanya, terhenti pada sebuah bingkai yang terpajang diatas nakas. Di sana ada foto dirinya dan Zain saat menikah.Aurel semakin bingung dan bertanya-tanya di mana dirinya saat ini. Pasalnya, jika ia berada di rumah Zain, ia merasa sangat asing dengan kamar ini.Jika bukan di rumah Zain, tetapi kenapa ada foto pernikahan nya di sini