Aries menatap lekat wajah adiknya yang tengah tertidur pulas. Tadi, setelah berhasil membuat adiknya tenang, ia membawa sang adik kembali ke kamarnya. Beruntung dia datang tepat waktu, sehingga Aurel tidak melakukan tindakan yang bisa membahayakan dirinya.Aries juga tak menyangka jika sang adik akan melakukan hal seperti itu. Apalagi, setelah mendengar cerita dari Aurel, membuatnya yakin untuk membawa sang adik pergi dari negara ini. Berharap Aurel bisa melupakan kesakitan yang dialaminya selama ini. Ya, dia ingin memulai hidup baru bersama dengan Aurel tanpa ada barang-batang Reno atau anak-anak Aurel yang sudah meninggal. Bukan maksud ia ingin Aurel melupakan anak-anaknya! tetapi dia hanya tidak ingin bayang-bayang mengerikan itu menghantui sang adik. Ia yakin, lambat laun Aurel bisa menerima kalau anak-anaknya sudah tidak ada dan akan menempatkan mereka di tempat yang kusus di hatinya. "Sekarang apa yang ingin kau lakukan?" tanya Daniel. "Aku ingin membawa Aurel ikut bersama
Seketika mata Aurel melotot saat tak sengaja menjatuhkan benda yang ada di tangan nya. Ia perlahan menatap pria yang baru saja menegurnya. "Oh Tuhan, apa yang sudah aku lakukan?" rutuknya dalam hati. Aurel merasa sangat takut, apalagi saat melihat tatapan tajam dari pria tersebut. Pria yang bernama Zain itu, berjalan mendekati Aurel dan menunduk mengambil patung yang sudah menjadi beberapa bagian. "Kau tahu berapa harga patung ini?" tanyanya dengan menahan amarah. "Maafkan saya Tuan, saya tidak sengaja!" ucap Aurel menunduk. "Apa dengan maafmu bisa mengembalikan patung ku? bahkan gajimu setahun, tidak akan bisa menggantikan nya!" ucapnya tajam. "Maaf Tuan, saya benar-benar tidak sengaja!" Aurel masih berusaha untuk meminta maaf. Aurel benar-benar merasa takut dan bersalah. Ia tahu, yang dimaksud bosnya itu bukan masalah ganti rugi, tetapi barang itu adalah peninggalan dari sang kekasih yang sudah lama tiada. Aurel sangat tau, kalau patung itu sangat berharga bagi Zain. Tetapi,
Aries mengerutkan kedua alisnya, ia berusaha mencerna setiap ucapan yang keluar dari mulut bibinya itu. "Apa maksud kalian?" tanyanya tak mengerti. "Dengar Aries, ibumu adalah seorang pembunuh! dia membunuh nenek dengan cara meracuninya agar nenek cepat meninggal dan harta warisan jatuh pada ayahmu! beruntung aku mengetahui rencana liciknya itu, sehingga kami bisa melaporkan nya! tetapi, ayahmu tidak mpercayai ku dan memilih membawa kalian pergi. Tetapi karma datang begitu cepat sehingga mobil yang di kendarai oleh orang tuamu mengalami kecelakaan saat akan kabur!" Jelas Sandra panjang lebar."Itu tidak mungkin, ibuku wanita yang sangat lembut, jadi tidak mungkin beliau melakukan hal sekejam itu! lagi pula, Aurel tidak ada sangkut pautnya dengan hal itu, lalu apa gunanya kalian membencinya. Aku juga tidak percaya jika ibuku bisa sekejam itu!" tegas Aries. Dia benar-benar tak mempercayai ucapan Sandra, pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Sandra. Karena menurut Aries, ada sedik
Aries berjalan menuju kamar adiknya setelah pan dan bibinya pergi. Ia yakin saat ini adiknya itu pasti sedang sedih. "Dek, kakak boleh masuk?" tanya Aries seteleh mengetuk pintu kamar Aurel. Tak berapa lama Aurel membukakan pintu, terlihat wajah Aurel yang sembab. Aries segera membawa adiknya itu dalam pelukan nya. "Sudah, tidak apa-apa! ada Kakak disini!" ucapnya menenangkan. "Kak, Ibu tidak mungkin sejahat itu kan Kak?" tanya Aurel dengan tangisan nya. Ya, Aurel mendengar semuanya. Meski sebenarnya tidak sopan dirinya menguping, tetapi dia penasaran dengan apa yang mereka bicarakan. Karena Aurel yakin, mereka pasti sedang membicarakan nya. Ternyata benar dugaan nya, mereka membicarakan tentang alasan kenapa paman dan bibinya tidak menyukainya. Aurel merasa sangat terkejut dengan apa yang dia dengar. Aurel sangat mengenal ibunya. Ibunya adalah seorang wanita yang lembut dan baik, jadi mana mungkin beliau tega melakukan hal yang sekeji itu. "Sssttt, jangan di dengar tentang ap
"Sudahlah, lebih baik aku segera berangkat!" ucap Aurel yang memilih menyudahi sarapan nya dan pergi. meninggalkan dua lelaki yang ada di hadapanya. "Aurel, tunggu! biar aku antar!" Daniel berlari mengejar Aurel. Aries hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya yang seolah tak kenal lelah mengejar Aurel, meski sudah beberapa kali ditolak. "Daniel, aku bisa berangkat sendiri!" tolaknya. "Oh, ayolah! sudah hampir dua bulan kita tidak bertemu Aurel, apa kau tidak merindukan ku?" Mendengar pertanyaan Daniel, Aurel langsung menghentikan langkahnya. Ia menatap lekat pada kedua manik Daniel. Jika ada yang bertanya, bagaimana perasaan Aurel terhadap Daniel saat ini. Aurel akan menjawab, kalau dirinya memang menyayangi Daniel sebagai Kakak tidak lebih. Karena cinta untuk Daniel sudah lama ia buang jauh-jauh. Dulu, memang dia akui kalau dirinya masih mencintai Daniel. Tapi, semenjak kejadian mengerikan itu terjadi, ia memutuskan untuk membuang rasa cinta itu dan menutup pi
Aurel mengatur nafasnya, saat sudah sampai di sebuah gedung tinggi milik Zain. Ia mencoba untuk membuang rasa takut dan gugupnya saat bertemu dengan Zain nanti. "Semoga saja, Tuan Zain lupa sama aku!" gumamnya dan segera memaski gedung tinggi itu. "Kamu pasti orang yang di suruh buat nganterin barang milik Pak Zain," ucap resepsionis saat Aurel menyapanya. "Iya Kak," kawan Aurel dengan tersenyum. "Pergilah ke lantai 10, Tuan Zain sudah menunggumu!" Aurel mengangguk dan segera berjalan menuju lift, lalu memencet angka 10. "Ah, pasti ini ruangan nya!" gumam Aurel saat sudah sampai di lantai sepuluh. Ia melihat hanya ada Satun ruangan dengan pintu yang tertutup rapat. Aurel mengetuk pintu lalu segera masuk setelah mendapat persetujuan dari sang pemilik ruangan. "T-tuan, saya ingin mengantar ini Tuan," ucap Aurel gugup. "Kau sudah datang? ayo ikut aku!" ucap Zain dan segera berjalan menuju pintu. "Tunggu apa lagi, ayo cepat! aku sudah sangat terlambat!" kata Zain lagi karena Aur
"Jika tidak ada yang penting, lebih baik kau cepat pergi!" usir Zain. "Baiklah-baiklah, aku akan pergi!" Robin segera menegakkan tubuhnya dan merapikan jas yang ia kenakan. Lalu berbalik dan hendak pergi. Namun, langkahnya terehenti saat mengingat sesuatu. "Ah, aku hampir lupa! datanglah kerumah, mama mengundangmu untuk makan malam!" ucapnya. Setelah mengatakan hal itu, Robin segera pergi dari tempat itu. Sementara Zain, masih diam saja menatap punggung calon kakak iparnya itu. Ya, Robin adalah kakak Zalora, kekasih Zain yang sudah meninggal. Dulu mereka sangat dekat, bahkan lelaki itu sangat merestui hubungan keduanya. Namun, setelah kecelakaan itu terjadi dan menyebabkan Zalora adik kesayangan nya meninggal. Membuat Robin membenci dan menyalahkan Zain atas kematian Zalora. Entah apa yang direncanakan oleh lelaki itu? yang jelas, Zain merasa akan terjadi sesuatu hal yang akan membuatnya kesulitan. Ia yakin, undangan makan malam hanya alasan nya saja. Meskipun, hubungan nya de
"Zain, tunggu!" Zain yang tengah berjalan menuju mobilnya untuk segera berangkat ke kantornya, segera menghentikan langkahnya saat mamanya memanggil. "Ada apa Ma?" tanya Zain dengan bingung. "Nanti sore antarkan mama ke butik tante Niken, sekalian kita makan malam bersama!" "Tapi Ma,""Tidak ada tapi-tapian, Mama tunggu jam empat nanti!" ucapnya lagi yang takn bisa dibantah. "Baiklah," jawab Zain terpaksa. Bukan nya ia tak ingin mengantar Mamanya, tetapi ia tahu kalau sang Mama ingin menjodohkan nya dengan anak teman nya. Ini bukan pertama kalinya, mamanya menjodohkan dengan seorang wanita. Bahkan sudah berkali-kali, tetapi selalu saja ia tolak. Bahkan ada yang belum ia beri tanggapan, tetapi wanita itu sudah berpindah ke Robin. Ia juga sudah beberapa kali bilang ke mamanya, kalau dirinya tak ingin dijodohkan. Tetapi mamanya selalu saja memaksanya. Zakn mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, suara musik menemani perjalanannya. Ia sesekali bersenandung kecil, mengikuti