Rindu menatap jendela kaca yang menampakkan pemandangan di luar sana. Siang itu tidak terik. Mendung dan gerimis yang sebentar lagi akan turun hujan deras. Namun hati Rindu sama sekali tidak adem. Wanita dewasa itu mengepalkan kedua telapak tangannya dengan kuat. Tatapan matanya yang tadinya terlihat sangat teduh kini mendadak jadi garang dan beringas penuh dengan dendam membara. “Sahur,” desisnya tajam. “Aku akan membalasmu. Tak peduli siapa kamu dan apa statusmu denganku. Kalian berdua akan menerima akibatnya. Tak akan kubiarkan lagi mengusik dan mengganggu kehidupanku. Termasuk melenyapkan kalian berdua selama-lamanya dari dunia ini!” Bom! Sebuah ekspresi sikap yang gak terduga sama sekali. Sosok Rindu yang gak pernah sekalipun membenci apalagi menyimpan dendam pada orang lain kini seperti diselimuti oleh iblis. “Jadwalkan pertemuanku dengan Tuan Tantrama, Silvia!” Perintah itu membuat sosok sekretaris cantik itu sedikit terkejut. “Baik, Bu,” jawab Silvia. Hari ini
"Tanda tangani dan silakan hadir di persidangan yang sudah dijadwalkan." Mata pria itu hanya menatap lurus dengan ekspresi datar ke arah wanita cantik bernama Rindu Saraswati itu.Tidak terkejut sama sekali dengan apa yang disodorkan oleh wanita itu. Lalu Tantrama mengambil pena dan menggoreskan pada tempat yang seharusnya."Sudah puaskah kamu dengan apa yang saat ini kamu dapatkan?" Rindu hanya menerbitkan senyum yang sebelumnya dia kulum lembut. Lantas wanita dewasa itu dengan wajah yang biasa saja mengangguk."Bukankah ini yang memang kamu inginkan, Mas? Perceraian denganku karena kamu sudah menyimpan dia selama sekali. Sayangnya aku baru mengetahui sekarang. Tapi jangan khawatir. Belum terlambat buat kalian untuk mendapatkan anak. Karena usia pelakor itu masih sangat muda. Aku nggak menyangka kalau kamu pecinta daun muda, Mas."Ada kemarahan yang seketika merebak di hati Tantrama. Laki-laki itu menatap dengan tajam ke arah Rindu yang saat ini masih sah menjadi istrinya.Pernikahan
"Jadi benar yang dikatakan oleh Rindu bahwa kalian bercerai gara-gara selertaris kamu yang binal itu! Tidak cukupkah aku saja yang kamu jadikan pelampiasan, Tantrama!"Wajahnya terlihat memerah dan menegang. Rahangnya tampak mengeras hingga ototnya terlihat sangat jelas membuat sosok Sahira semakin menatap wajah tampan itu.Tak ada rasa takut sedikitpun saat melihat sosok tampan itu murka dan marah. Rasanya Sahira sudah kehilangan akal sejatinya. Kewarasannya sudah sirna melihat mantan adik iparnya tersebut sekarang sudah berstatus duren itu. Duda keren yang sudah dia incar sebelum bercerai dengan adik kandungnya, Rindu. Bahkan Sahira rela melepas Raja Katarajasa, suaminya demi mengejar dan mendapatkan sosok Tantrama yang memang mempesona dan memikat setiap kaum hawa."Jaga bicaramu, Sahira. Apa yang kamu katakan itu tidak benar. Aku bukan tipe laki-laki yang seperti yang kamu sebutkan." Sahira terkejut menatap wajah Tantrama."Apa kamu bilang! Jadi selama ini apa yang kamu lakukan it
“Siapa pria itu? Berani sekali menggantikan posisiku dengan dari pengawal dan asisten pribadi.”“Namanya Duke, Pak. Kurang tahu nama kepanjangannya. Karena Bu Tindu hanya menyebutkan nama panggilannya saja.”Ada helaan napas panjang yang terdengar dari soso Tantrama. Jelas kecemburuan itu terlihat dari wajah tampannya.“Baru sehari bercerai sudah mendapatkan pria baru. Begitu aku yang dituduh berselingkuh!” Dengan geram Tantrama berucap entah pada siapa. Yang jelas saat ini yangbada di ruangannya adalah sosok pria hang usianya tidak jauh dari dirinya.“Henry! Tetap awasi dan laporkan semua aktivitas di kantor itu terutama BU Rinfu dan pria baru itu!”Ada anggukan untuk menjawab perintah dari Tantrama. Laki-laki bernama Henry itu menunduk patuh.“Kamu boleh pergi!” Perintah itupun kembali dilaksanakan oleh Henry yang seketika itu berjalan keluar dari ruangan itu.Henry sempat terkejut saat melihat Sasti, sang sekertaris sudah berada di balik pintu.“Nona Sasti,” lirih Henry saat menat
"Dok."Dokter itu hanya menatap wajah Dike dengan tatapan sendiri. Bahkan ketika Duke serius untuk mendengarkan apa pun yang akan dikatakan dokter tersebut, pria tampan itu berjalan menuju ke arah ruangan kerjanya."Tak ada harapan lagi sebenarnya. Namun semnagat Nyonya Rindu yang membuat tubuhnya masih kuat bertahan sampai detik ini. Maka dari itu dia memutuskan untuk fokus pada dunianya sendiri karena tidak menginginkan semua orang yang ada di sekitarnya terluka."Duke menahan napas ketika dikter tampan itu menjelaskan semua yang terjadi pada Rindu. "Bahkan sampai mengorbankan pernikahannya yang memang sudah tak seumur jagung lagi. Bersyukur mereka belum mempunyai keturunan karena ini akan sangat menyakitkan Nyonya Rindu kalau sempat mengandung. Namun hal itulah yang memicu rumah tangga mereka berantakan. Berbarengan dengan semua moment ini, Nyonya Rindu memilih bercerai."Duke hapal betul dengan apa yang dikatakan oleh Dokter Lucas. "Saya tahu itu, Dok. Apa tidak ada tindakan khu
"Ternyata kamu tak lebih murahan daripada aku, Rindu!" Tiba-tiba ada pergerakan yang begitu ceoat sudah berada tepat di hadapan Rindu.Wanita itu tampak tak terkejut bahkan yang kaget setengah mati adalah sosom Duke yang berada di sampingnya. Ada sosok lain yang juga hampir saja mengeluarkan teriakan saat sosok Tantrama sudah berada tepat di hadapan Rinduu dnegan kata-kata sarkasnya."Tuan Tantrama. Apakah ada masalah dengan Anda saat melihat saya dalam pertemua tender ini?" tanya Rindu dengan wajah dan nada bicara tenang.Sedang sosok Tantrama yang saat ini menatap wajah Rindu yang terlihat pucat itu menggeram di dalam hati. Rupanya pria itu masih belum bisa mengendalikan dirinya akibat perceraiannya dengan wanita yang ada di hadapannya tersebut."Ada masalah apa Anda dengan Nyonya Rindu, Tuan. Tak bisakah Anda menjaga etika dan attitude. Ini di depan umum dan banyak orang melihat apa yang Anda lakukan pada Nyonya Rindu. Apakah Anda ini bisa disebut seorang laki-laki?"Bukk!Sebuah pu
Wajah itu pucat dengan mata terpejam. Ada kegelisahan yang kini sedang menyelimuti Rindu. Wanita itu berkali-kali menengok waktu di ponsel genggamnya."Aku harus pergi. Sudah waktunya aku menjnggalkan tempat ini," ucapnya segera mengambil langkah seribu karena memang ada hal penting yang tidak bisa dia tinggalkan.Namun baru saja dia membalikkan tubuhnya tiba-tiba terdengar suara memanggilnya."Rindu!" Tak lantas membalikkan tubuhnya, wanita dewasa itu menghentikan langkah kakinya."Jangan pergi! Aku membutuhkanmu." Ada desahan berat terdengar lirih dari Rindu. Wanita itu kemudian memutar tubuhnya menatap ke arah Tantrama yang saat ini masih berbaring di pembaringan rumah sakit."Maaf, Tantrama. Aku harus pergi. Ada pertemuan yang tidak bisa aku tinggalkan. Kamu bisa menghubungi keluargamu atau minimal selingkuhan kamu untuk menemanimu di rumah sakit. Jangan terlalu khawatir dengan kondisimu. Dokter bilang kamu hanya mengalami luka ringan dan sudah bisa kembali ke rumah dalam waktu dek
Ada senyum tipis namun samar menyelimuti bibir sosok itu lantas dengan cepat memasukkan ponsel genggamnya ke dalam tas kecil yang dia sengaja ditaruh di sofa sebelah dirinya mengemudikan mobil.Melajukan mobil itu meninggalkan gedung rumah sakit itu. Membiarkan Tantrama bergelut dan berperang batin dengan dirinya sendiri setelah dia mengetahui bahwa di dalam rahimnya kini ada janin yang sedang berkembang.“Selamat menikmati kesakitanmu, Rindu. Aku sudah membuktikan padamu siapa aku yang sesungguhnya.” Gumaman itu keluar dari bibir tipis Sahira. Sambil melajukan mobilnya, wanita yang berstatus janda itu saat bahagia dengan adanya janin di rahimnya.Janin yang nantinya akan membuatnya menjadi wanita yang bisa mengendalikan Tantrama dan menjatuhkan bahkan menyakiti sosok Rindu, adik kandungnya. Sedang Duke yang memabwa Rindu terus melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal."Nyonya. Are you, okey?" Tak ada jawaban apapun dari sosok Rindu bahkan perempuan itu memejamkan matanya dengan
Rindu menatap jendela kaca yang menampakkan pemandangan di luar sana. Siang itu tidak terik. Mendung dan gerimis yang sebentar lagi akan turun hujan deras. Namun hati Rindu sama sekali tidak adem. Wanita dewasa itu mengepalkan kedua telapak tangannya dengan kuat. Tatapan matanya yang tadinya terlihat sangat teduh kini mendadak jadi garang dan beringas penuh dengan dendam membara. “Sahur,” desisnya tajam. “Aku akan membalasmu. Tak peduli siapa kamu dan apa statusmu denganku. Kalian berdua akan menerima akibatnya. Tak akan kubiarkan lagi mengusik dan mengganggu kehidupanku. Termasuk melenyapkan kalian berdua selama-lamanya dari dunia ini!” Bom! Sebuah ekspresi sikap yang gak terduga sama sekali. Sosok Rindu yang gak pernah sekalipun membenci apalagi menyimpan dendam pada orang lain kini seperti diselimuti oleh iblis. “Jadwalkan pertemuanku dengan Tuan Tantrama, Silvia!” Perintah itu membuat sosok sekretaris cantik itu sedikit terkejut. “Baik, Bu,” jawab Silvia. Hari ini
Kelima jemari Mike mengetuk meja kerjanya dengan nada berlarian. Tak menyangka kalau kejadian itu terduga itu mampu membuatnya menyelamatkan wanita dan pria tersebut. “Bodoh!” makinya entah pada siapa. Lantas ada hembusan napas kasar nan panjang. “Anda memanggil saya, Tuan.” Mike mendongak sekaligus menoleh. “Seperti rencana awal, Zan.” Pria yang dipanggilnya dengan nama Zan itu mengangguk pelan lantas pergi setelah mendapat perintah dari sang bos besar. Tuk! Tuk! Langkah kaki itu mampu membuat Mike melirik sadis ke arah pintu. Bahkan dia bisa menghitung dari angka sepuluh bahwasannya pintu uang kerjanya akan segera terbuka. Dan benar adanya. Tepuk tangan itu terdengar setelah beberapa menit pintu terbuka. Mike terpaku. Terdiam dan menatap sosok yang baru saja datang. “Kenapa kamu menolong dan menggagalkan rencana yang sudah kamu buat sendiri, Mike?” Mike kembali mendongak. Kalo ini menatap wanita tinggi yang terlihat sangat anggun dan cantik itu. “Tidak tega? Atau cint
Mike mengawasi kedua orang tersebut. Matanya menatap penuh selidik. Rasanya ada gemuruh dada yang sangat cekat mengalir saat melihat pakaian Rindu terkoyak. Berbeda dengan Louis yang memasang senyum Penuh kemenangan. Pria tampan itu merapikan kemejanya yang sepertinya terlepas dari kancingnya. Mike yakin dengan apa yang sudah terjadi. Rasanya dia ingin marah dan melampiaskan semuanya. Sayangnya hal itu gak bisa dia lakukan setelah menyadari posisi dirinya yang sesungguhnya. Hanya mata dan wajah Mike tak bisa dibohongi bahwa pria tampan itu sangat murka. Rindu yang mengetahui itu terlihat menunduk. Menyadari semua kesalahannya. “Mike.” Suaranya bergetar saat memanggil nama itu. Mike hanya menaikkan matanya ke arah sang wanita. “Makan malam sebentar lagi. Dokter tadi menghubungi aku. Mengatakan bahwa kesehatanku sudah membaik dan bisa kembali ke Indo secepat mungkin.” Binar mata bahagia itu bukan hanya milik Rindu saat mendengar apa yang disampaikan oleh Mike. Sosok Louis
Ceklek! Rindu menatap sosok yang sudah berdiri di hadapannya. Tampak wajah teduh dan pandangan begitu dalam itu meluluhlantakkan hati dan debar di dada Rindu. Seolah merasakan chamestry di antara mereka berdua Rindu tanpa mempersilakan sosok itu masuk ke dalam apartemen Mike berjalan masuk kembali ke ruangan utama. “Apa aku mengangguk?” Terdengar suara itu begitu lembut dan halus. Membuat sosok Rindu tertegun sebentar sebelum menghenyakkan tubuhnya ke sofa empuk. “Apa sebelumnya kita pernah dekat?” Dengan cepat Louis, sosok pria tampan yang masih berdiri di hadapan Rindu itu mengangguk. “Sangat dekat,” ulang pria itu tanpa mengedipkan mata. Rindu menatap sedemikian rupa ke arah Louis. “Seberapa dekat?” Tanpa sadar Rindu menanyakan sesuatu yang sepertinya tak perlu ditanyakan. “Sedekat ini bahkan lebih,” bisik Louis yang tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya di hadapan Rindu. Seketika wanita dewasa itu sangat terkejut. Matanya mengerjap liat dan cepat mencoba menghindari deng
“Jangan!” Teriakan itu membuat kedua pria tersebut menarik diri. Suara keras Rindu menggema di ruangan itu. Mereka berdua merasa kalau apa yang dilakukan itu sudah sangat menggangu Rindu. Louis menarik diri demikian dengan Mike. Rupanya mereka bisa mereda setelah melihat wajah Rindu yang berang. “Kalian seperti anak kecil!” ketus Rindu lantas berjalan meninggalkan ruangannya. “Ibu yakin sudah mau kembali ke rumah?” Rindu mengangguk setelah minta izin pada dokternya. “Tapi ini di Singapura, Bu. Bukan Indonesia.” Wajah Rindu memperlihatkan keterkejutan mutlak. Wanita itu baru menyadari bahwa dirinya berada di negara yang berbeda. “Siapa yang membawaku ke sini?” tanyanya pendek. “Tuan Mike.” Sekali lagi Rindu terhenyak. Menenangkan diri. Lagi-lagi Mike. Manusia satu-satunya yang ada di ingatannya. “Kita akan pulang ke apartemen, Rindu.” Wanita cantik itu menoleh. Di sana terlihat sosok Mike yang berdiri gegap dengan senyum mautnya. Sedang persis di belakang Kris itu ada
“Argghhh! Apa yang kamu lakukan? Kamu ini siapa?” teriak Rindu di sela-sela deru napas Louis yang seketika melumat bahkan menggigit bibir kekasihnya yang hilang ingatan tersebut. Louis tak peduli dengan apa yang akan terjadi nantinya. Hatinya menggemuruh saat Rindu hanya mengingat sosok Mike yang sudah menyakiti Rindu. Rasa cemburu itu membabi buta. Bahkan Louis menyerukan di dalam hatinya sampai kapanpun tak akan pernah merelakan Rindu jatuh kembali ke tangan pria yang sudah menipunya itu. “Rindu. Ini aku. Kekasihmu.” Deg! Mata Rindu mengerjap cepat. Memaksa melepaskan diri dari ciuman rakus Louis. Rasa tak percaya bahkan tatapan wanita dewasa itu sangat tajam. “Apa maksud kamu ngomong begitu? Aku kekasihnya Mike!” “Bukan! Kamu kekasihku. Mike adalah bagian dari manusia yang sudah menyakitimu. Dia menipumu selama ini.” Lagi-lagi hati Rindu berdentang keras. Tatapannya pun semakin menikam. Namun Louis tak peduli. Pria tampan itu terus menyerukan keadilan buat dirinya send
Mata Louis mengerjap dengan liar setelah mendengar dua patah kata itu. Wajahnya menegang kaget.“Rindu. Ini aku, Sayang. Lukis! Kekasihmu!” “Louis! Kekasihku?” Wajah Rindu pun ikut menegang heran. Bahkan manik matanya terlihat bertanya saat Louis mengatakan dirinya yang sebenarnya.“Mike! Mike itu kekasihku. Di mana dia?”Bom!Semakin menegang hebat wajah tampan Louis. Tak menyangka kalau ternyata nama Mike ah yang sekarang ini halus tertera di pikiran Rindu saat pertama kali bangun dari komanya.Saat panik dan tegang sepeti itu kebetulan sosok dokter yang menangani Rindu datang.“Dok. What happen__Baru saja Luis akan menanyakan tentang kondisi yang terjadi dengan Rindu dokter tersebut sudah menghela napas panjang. Menggambarkan bahwa ada sesuatu yang memang terjadi dengan terbangunnya sosok Tindu.Beberapa saat setelah mendengar penjelasan itu sosok Louis ikut menghembuskan napas kasar. Ada rasa marah namun rasa sedih itu lebih besar.“I am so sorry,” ucap dokter setengah tua itu.
Tubuh Louis luluh lantak saat mendengar apa yang disampaikan oleh dokter itu. Kemarahan yang beberapa waktu lalu meraung-raung di dalam dadanya seketika terlerai begitu saja. Tak menyangka kalau kabar yang dia terima sat ini mampu membuatnya hancur lebur. “Maafkan saya, Tuan Louis. Tapi kita masih punya harapan.” Kepanikan Louis tak mampu ditahannya. “Ya Tuhan! Kenapa ini bisa terjadi?” “Aku ada rekomendasi dokter terbaik di Singapura. Bisa kita membawa Rindu ke sana.” Amarah yang awalnya meledak-ledak terhadap pria yang semenjak tadi juga ikut menunggu Rindu di ruang Unit Gawat Darurat itu seketika luruh. Louis menatap sosok itu dengan tatapan yang berbeda. “Aku tidak bisa menjamin apa-apa. Tapi berusaha setidaknya sudah berjuang demi Rindu bisa bangun kembali. Kalau kamu setuju aku akan menghubungi Dokter Emmanuel.” Sekali lagi Louis mencelos mendengar suara datar milik Mike. Pria yang saat ini sangat dia benci. Mike membalas tatapan Louis yang putus asa. Tanpa menunggu j
“Kalian!” Mata itu liar menatap kedua orang yang kini berada di depannya. Ada kemarahan yang membahana namun dia tahan dengan dada yang hampir meledak. “Ternyata, ini yang sesungguhnya dirimu.” Suara itu terdengar sangat dalam. Sudah pasti sosok Rindu menahan gemuruh yang memuncak di dalam dadanya. “Rindu. Aku bisa jelaskan.” Senyum sinis itu terlintas jelas di bibir mungil Rindu. “Apa yang perlu dijelaskan lagi, Mike. Bagiku semua sudah jelas. Ya sudahlah. Lanjutkan saja apa yang menjadi keinginanmu. Kita sudah nggak ada urusan lagi selain tentang perusahaan yang sudah kamu hancurkan.” Secepat kilat Rindu meninggalkan tempat itu. Ada penyesalan kenapa dia harus memergoki kedua makhluk laknat yaitu. Awalnya dia sudah tak mau peduli namun melihat mereka berdua berjalan berdampingan dan sangat intim membuat rasa penasaran itu semakin menggebu. Hingga akhirnya Rindu memutuskan untuk memastikan keberadaan mereka berdua. Sayangnya hati Rindu terlalu ringkih untuk menerima kenyata