"Jadi benar yang dikatakan oleh Rindu bahwa kalian bercerai gara-gara selertaris kamu yang binal itu! Tidak cukupkah aku saja yang kamu jadikan pelampiasan, Tantrama!"
Wajahnya terlihat memerah dan menegang. Rahangnya tampak mengeras hingga ototnya terlihat sangat jelas membuat sosok Sahira semakin menatap wajah tampan itu.Tak ada rasa takut sedikitpun saat melihat sosok tampan itu murka dan marah. Rasanya Sahira sudah kehilangan akal sejatinya. Kewarasannya sudah sirna melihat mantan adik iparnya tersebut sekarang sudah berstatus duren itu. Duda keren yang sudah dia incar sebelum bercerai dengan adik kandungnya, Rindu. Bahkan Sahira rela melepas Raja Katarajasa, suaminya demi mengejar dan mendapatkan sosok Tantrama yang memang mempesona dan memikat setiap kaum hawa."Jaga bicaramu, Sahira. Apa yang kamu katakan itu tidak benar. Aku bukan tipe laki-laki yang seperti yang kamu sebutkan." Sahira terkejut menatap wajah Tantrama."Apa kamu bilang! Jadi selama ini apa yang kamu lakukan itu apa, Tantrama! Kamu benar-benar laki-laki brengsek!"Kemarahan Sahira tak terbendung lagi. Dia merasa kalau Tantrama benar-benar keterlaluan. Awalnya merasa sangat senang saat mengetahui Rindu, adiknya menggugat Tantrama, suaminya.Namun setelah perceraian itu, dia mendapatkan sebuah berita dan kabar bahkan menemukan bukti perselingkuhan Tantrama dengan sekertarisnya yang bernama Sasti.Sahira bukan murka lagi. Tapi ngamuk dan menerima kenyataan bahwa laki-laki yang sangat diinginkannya selama ini sudah berpaling ke lain hati.Tantrama yang melihat Sahira sudah tak terkendali segera meninggalkan wanita cantik itu. Dia tidak mau peduli dengan wanita yang baru beberapa lama menjadi janda itu.Sahira semakin meradang bahkan kini dia tak punya kendali untuk mencegah dan mengontrol sosok pria tampan yang sudah membuatnya menjadi menggelora itu.Berbeda dengan Rindu yang sudah keluar dari rumah sakit. Wanita itu sepertinya sedang menerima panggilan telpon yang penting hingga dirinya menyempatkan untuk menghentikan langkah kakinya menuju ke parkiran mobil.“Congratulation, bidadari tangguh.” Rindu hanya menerbitkan senyum tipis meskipun dia lahan aka yang diucapkan sahabatnya itu tidaklah dari hati yang paling dalam.Winda tahu betul bahwa sahabatnya, Rindu sangat menderita.“Setidaknya satu beban sudah lenyap. Meskipun akubgahhnaaat ini kamu sangat terluka dalam. Fokus Sam ape hem ubanmu dan juga karierku yang cemerlang, Cantik.”Sekali lagi kalimat penuh dnegan semangat itu terdengar manis di telinga Rindu.“Terima kasih, Anin. Hanya kamu saat ini yang aku punya.” Aninfia Pratiwi, sosok wanita karier dengan prestasi cemerlang menghantarkan Fashion Group milik Rinfu ke ujung dunia membelah bisnis internasional itu menelan salivanya saat mendengar isak tangis dari sahabat terkasihnya itu.“Apa hari ini ada kabar buruk lagi?” Rindu mengangguk walaupun dia sadar bahwa Anindia tudak melihatnya.“Aku tidak bisa menjemputmu karena sedang perjalan ke kuar kita tapi pengawal sera asisten pribadi yang kamu minta sudah aku siapkan dan saat ini sedang menuju ke lokasi di mana kamu berada. Jadi tunggu ya , Sayang.”Rindu tertegun dengan tangan kiri sudah membuka pintu mobil.“Aku sudah memberikan nomor pribadi kamu yang bisa menghubungkan dia dengan diriku. Pokoknya kamu tunggu di mobil sampai dia datang. Nggak lama kok.”Rindu menghela napas dan sekali lagi mengangguk seolah Anindia mengetahui jawaban yang dia berikan. Hingga akhirnya pembicaraan itu berakhir dan Rindu memejamkan mata mencobq mengurangi pedih matanya hari ini.Tok! Tok!Sedikit terkejut bahkan kekagetan itu tampak jelas dari raut wajah cantik Ribdubsaat dia membuka matanya dengan berat. Samar-samar terlihat jelas di luar pintu kaca mobilnya sosok oria sedang berdiri dan mengetuk kaca mobilnya dengan perlahan.Rindu menurunkan kaca mobil tersebut lantas menatap wajah tampan dengan l postur tubuh tinggi tegak yang seketika membuat salivanya wanita berstatus janda itu tertekan begitu saja.Sedikit terpana karena mengagumi indahnya ciptaan Tuhan.“Duke!”Pria itu mengangguk dnegan hormat membuat Rindu seketika membuka pintu. Pria yang bentakan Duke itu sedikit menyingsut untuk memberikan jalan kada wanita dewasa tersebut.“Aku rasa Anindia sudah menjelaskan semua. Karena kamu rekomendasi dari dia.” Sekali lagi peia bernama Duke itu mengangguk.Tak banyak bicara bahkan terkesan lebih diam pria itu segera masuk ke dalam mobil menggantikan posisi Rindu mengemudi.“Jalan ke kantor saja, Duke. Di sana mamu bisa mempelajari semua tugas kamu dan beradaptasi dengan karyawan lain.”Duke lagi-lagi hanya mengangguk dan itu yang disuka dari Rindu. Tak perlu dia harus berinteraksi dengan pengawal sekaligus asisten barunya itu. Cukup dia yang memerintah dan Duke mengangguk. Baginya itu cukup.Setengah kerjakan Rindu kembali memejamkan matanya. Rasa kantuk yang menyerangnya itu akibat beberapa menit lalu ada injeksi yang dia terima dari Dokter Lucas untuk membuatnya bertahan hidup.“Nyonya. Kita sudah sampai,” ucap Duke sambil menoleh dan mendapati bos barunya itu tengah terlelap.“Nyonya. Kita sudah sampai.” Kembali Duke menciba membangunkan Rindu. Kali jnj oria tampan itu sedikit mendekatkan jaraknya dnegan Rindu yang terlihat sangat lelap sekali.Saat Duke sedang menatap dalam ke arah Rindu tiba-tiba wanita dewasa itu membuka matanya dan hampir melakukan pergerakan ekstremnya saat melihat sosok Duke sangat dekat jaraknya dengan dia.“Maaf, Nyonya. Hanya ingin memberitahukan bahwa kita sudah sampai.”Rindu mengangguk lantas menarik tubuhnya yang sedikit berbaring utu agar bisa duduk tegak. Duke sendiri sudah kembali ke posisinya semula. Pria itu tampak dingin dan acuh tak acuh.“Kita ke dalam kantor, Duke,” ucap Tinfu kanta membuka pintu mobilnya yang diikuti oleh Duke si belakangnya.Dalam beberapa menit mereka sudah berjalan di lantai lobi menuju ruang karyawan hang ada di lantai 3.Kedatangan Rundu disambut dnegan akan heran oleh para karyawannya karena kali inj yang mengiringi bis cantik mereka bukan lagi sosok Tantrama, suaminya melainkan laki-laki berwajah bule hang terlihat sangat tampan sekali.“Selamat Siang, BU.”Rindu mengangguk lantas menghentikan langkahnya tepat di tengah meja karyawannya.“Minta perhatian sebentar. Hari ini saya akan memperkenalkan lada kalian asisten sekaligus pengawal batu saya. Namanya Duke. Pria blasteran dari Inggris. Jadi sia akan bekerja si kantor kita mulai hari ini. Mohon kerja samanya.”Seketika gaduh ini tak tertahankan setelah Tibfu menyelesaikan narasinya. Wanita itu sengaja membiarkan seluruh karyawannya gaduh untuk saling berasumsi tentang Duke yang detik ini juga resmi menjadi asisten dan pengawal pribadinya.“Sudah selesaikah kalian berbuat gaduh? Kalau sudah mari kita bekerja lagi.”Mendengar kalimat terakhir dari bos meeeka itu seketika itu juga seluruh karyawan itu hening dan kembali ke meja kerja meeeka masing-masing. Hal itu membuat sosok Duke menerbitkan senyum mautnya.Merasa sangat salut dnegan kekompakan seluruh karyawan yang ada di kantor Fashion Group. Kemudia pria itu mengikuti kembali langkah kaki Rindu yang berjalan menuju ke arah tuangan Direktur.“Ini meja dan tuangan kerja kamu, Duke. Kita hanya teroris ajakan oleh kaca yang gembus pancangan. Kamu bisa menghubungi Aku lewat telpon kantor kalau tidak ingin ke ruanganku.”Duke hanya mengangguk pelan mendengar penjelasan hang diberikan oleh Rindu.“Selamat bekerja, Duke.” Sekali lagi pria itu mengangguk lantas melihat kepergian Rindu ke ruangannya yang berada tepat di seberang meja dan juga ruangan kerjanya.“Semoga kamu baik-baik saja, Nyonya,” gumamnya dalam hati.“Siapa pria itu? Berani sekali menggantikan posisiku dengan dari pengawal dan asisten pribadi.”“Namanya Duke, Pak. Kurang tahu nama kepanjangannya. Karena Bu Tindu hanya menyebutkan nama panggilannya saja.”Ada helaan napas panjang yang terdengar dari soso Tantrama. Jelas kecemburuan itu terlihat dari wajah tampannya.“Baru sehari bercerai sudah mendapatkan pria baru. Begitu aku yang dituduh berselingkuh!” Dengan geram Tantrama berucap entah pada siapa. Yang jelas saat ini yangbada di ruangannya adalah sosok pria hang usianya tidak jauh dari dirinya.“Henry! Tetap awasi dan laporkan semua aktivitas di kantor itu terutama BU Rinfu dan pria baru itu!”Ada anggukan untuk menjawab perintah dari Tantrama. Laki-laki bernama Henry itu menunduk patuh.“Kamu boleh pergi!” Perintah itupun kembali dilaksanakan oleh Henry yang seketika itu berjalan keluar dari ruangan itu.Henry sempat terkejut saat melihat Sasti, sang sekertaris sudah berada di balik pintu.“Nona Sasti,” lirih Henry saat menat
"Dok."Dokter itu hanya menatap wajah Dike dengan tatapan sendiri. Bahkan ketika Duke serius untuk mendengarkan apa pun yang akan dikatakan dokter tersebut, pria tampan itu berjalan menuju ke arah ruangan kerjanya."Tak ada harapan lagi sebenarnya. Namun semnagat Nyonya Rindu yang membuat tubuhnya masih kuat bertahan sampai detik ini. Maka dari itu dia memutuskan untuk fokus pada dunianya sendiri karena tidak menginginkan semua orang yang ada di sekitarnya terluka."Duke menahan napas ketika dikter tampan itu menjelaskan semua yang terjadi pada Rindu. "Bahkan sampai mengorbankan pernikahannya yang memang sudah tak seumur jagung lagi. Bersyukur mereka belum mempunyai keturunan karena ini akan sangat menyakitkan Nyonya Rindu kalau sempat mengandung. Namun hal itulah yang memicu rumah tangga mereka berantakan. Berbarengan dengan semua moment ini, Nyonya Rindu memilih bercerai."Duke hapal betul dengan apa yang dikatakan oleh Dokter Lucas. "Saya tahu itu, Dok. Apa tidak ada tindakan khu
"Ternyata kamu tak lebih murahan daripada aku, Rindu!" Tiba-tiba ada pergerakan yang begitu ceoat sudah berada tepat di hadapan Rindu.Wanita itu tampak tak terkejut bahkan yang kaget setengah mati adalah sosom Duke yang berada di sampingnya. Ada sosok lain yang juga hampir saja mengeluarkan teriakan saat sosok Tantrama sudah berada tepat di hadapan Rinduu dnegan kata-kata sarkasnya."Tuan Tantrama. Apakah ada masalah dengan Anda saat melihat saya dalam pertemua tender ini?" tanya Rindu dengan wajah dan nada bicara tenang.Sedang sosok Tantrama yang saat ini menatap wajah Rindu yang terlihat pucat itu menggeram di dalam hati. Rupanya pria itu masih belum bisa mengendalikan dirinya akibat perceraiannya dengan wanita yang ada di hadapannya tersebut."Ada masalah apa Anda dengan Nyonya Rindu, Tuan. Tak bisakah Anda menjaga etika dan attitude. Ini di depan umum dan banyak orang melihat apa yang Anda lakukan pada Nyonya Rindu. Apakah Anda ini bisa disebut seorang laki-laki?"Bukk!Sebuah pu
Wajah itu pucat dengan mata terpejam. Ada kegelisahan yang kini sedang menyelimuti Rindu. Wanita itu berkali-kali menengok waktu di ponsel genggamnya."Aku harus pergi. Sudah waktunya aku menjnggalkan tempat ini," ucapnya segera mengambil langkah seribu karena memang ada hal penting yang tidak bisa dia tinggalkan.Namun baru saja dia membalikkan tubuhnya tiba-tiba terdengar suara memanggilnya."Rindu!" Tak lantas membalikkan tubuhnya, wanita dewasa itu menghentikan langkah kakinya."Jangan pergi! Aku membutuhkanmu." Ada desahan berat terdengar lirih dari Rindu. Wanita itu kemudian memutar tubuhnya menatap ke arah Tantrama yang saat ini masih berbaring di pembaringan rumah sakit."Maaf, Tantrama. Aku harus pergi. Ada pertemuan yang tidak bisa aku tinggalkan. Kamu bisa menghubungi keluargamu atau minimal selingkuhan kamu untuk menemanimu di rumah sakit. Jangan terlalu khawatir dengan kondisimu. Dokter bilang kamu hanya mengalami luka ringan dan sudah bisa kembali ke rumah dalam waktu dek
Ada senyum tipis namun samar menyelimuti bibir sosok itu lantas dengan cepat memasukkan ponsel genggamnya ke dalam tas kecil yang dia sengaja ditaruh di sofa sebelah dirinya mengemudikan mobil.Melajukan mobil itu meninggalkan gedung rumah sakit itu. Membiarkan Tantrama bergelut dan berperang batin dengan dirinya sendiri setelah dia mengetahui bahwa di dalam rahimnya kini ada janin yang sedang berkembang.“Selamat menikmati kesakitanmu, Rindu. Aku sudah membuktikan padamu siapa aku yang sesungguhnya.” Gumaman itu keluar dari bibir tipis Sahira. Sambil melajukan mobilnya, wanita yang berstatus janda itu saat bahagia dengan adanya janin di rahimnya.Janin yang nantinya akan membuatnya menjadi wanita yang bisa mengendalikan Tantrama dan menjatuhkan bahkan menyakiti sosok Rindu, adik kandungnya. Sedang Duke yang memabwa Rindu terus melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal."Nyonya. Are you, okey?" Tak ada jawaban apapun dari sosok Rindu bahkan perempuan itu memejamkan matanya dengan
“Nyonya Rindu. Sebentar lagi ada rapat penting. Apa Anda sudah siap!” Sosok Eindu hanya mengangguk dengan wajah datar tanpa ekspresi.Wanita itu emisi an memakai jas kebesarannya yang menampakkan keelegannya.“Ini petama kalinya di Kakrtq. Apa ada yang kamu ingat?” Kali ini Rindu menoleh. Sosok pria tampan yang sudah berpakaian rapi dan tampan itu tampak menghampirinya.“Sudah berapa kali aku bilang. Aku tak butuh kamu. Di mana laki-laki itu?”“Siapa maksud kami? Duke? Sudah berapa kali aku ulang, dia meninggalkan kamu saat kamu koma. Tepatnya di Rimah asakit Center Singapura.”Akh! Rindu menggelengkan kepalanya dengan berat. Dia tak percaya kalai Duke akan tega meninggalkan dirinya yang sedang koma.“Anin sendiri setelah menunggu operasimu selesai juga berpamitan untuk pergi. Aku rasa dia juga meninggalkan kita ini. Setelah kamu dirawat di Singapura langsung dibawa ke Vietnam dan menetap di sini. Aku hanya ditugasi menjagamu sampai kamu bis mandiri menjalankan perusahaan yang selama i
Jakarta"Sudah berapa lama Christ aku tidak menginjakkan kaki di kota kelahiranku?" Christ menatap wajah Rindu yang tampak memerah karena teekena sinar matahari setelah keluar dari Bandara soetta."Di Jakarta suhunya lebih tinggi. Kamu harus mencari hotel yang sejuk dan benar-benar cocok dnegan kulit kamu suasananya, Rindu."Rindu tersenyum lantas menoleh ke arah Christ lantas tersenyum."Kamu sangat detail sekaliemperhqtikanku, Chrisf. Sayangnya waktu peristiwa itu terjadi Kamu sedang hodup berbajagia di diniamu." Sindiran itu telak ke ulu hati Christ yang sektika itu merasa sangat bersalah."Maafkan aku, Rindu. Tak seharusnya aku meninggalkan kamu waktu bahkan membiarkan kamu menikah dengan laki-laki brengsek itu. Tapi kamu pasti dia sangat menyesal telah menyakitimu. Satu hal yang membuatku sangat bahagia sekarang. Kamu sembuh total dari penyakit mematikan itu. Dan ini adalah keajaiban Tuhan."Hembusan napas itu milik Rindu. Wanita dewasa itu kemudian mengedarkan pandangannya menjel
Rindu bukan lagi marah. Wanita dewasa itu mengepalkan kedua tangannya dengan rahang yang mengeras saat kalimat itu meluncur bebas dari bibir tebal milik Sahira, Kakak kandungnya."Kamu keterlaluan, Sahira. Aku hanya menitipkan perusahaan itu padamu untuk sementara. Bukan untuk kamu miliki."Bukannya merasa bersalah mendengar apa yang disampaikan oleh Rindu, Sahira malah memperdengarkan tawanya yang seolah mengejek sosok Rindu."Kamu memang beruntung, Rindu. Masih bisa hidup dengan adanya penyakit mematikan itu. Tapi sayangnya aku tetap bodoh seperti dulu. Bagaimana tidak? Suami saja bisa kecolongan diambil kakak jandung kamu sendiri apalagi perusahaan? Dan yang perlu kamu ingat, bahwa kamu wanita mandul Rindu."Plak! Plak!Dua kali tamparan itu mamlu membuat tubuh Sahira terhuyung dan menyingsut ke belakang. Melihat itu dengan cepat Tantrama menghampiri Sahira, istrinya."Rindu! Apa yang jamu lakukan? Kenapa kamu sekarang berubah menjadi begini? Toxic dan bukan sosok wanita yang aku ke
Mata Rindu menatap tajam tak berkedip saat melihat sosok Luna makan siang bersama dengan pria yang gak lain Abraham.Sepertinya wanita dewasa itu belum sama sekali menyadari kehadirannya.“Congratultain, Honey. Kamu sukses.” Luna menyuapkan sesuatu makanan ke dalam bibir mungilnya. Kepalanya menggeleng pelan sambil mengerucutkan bibir itu.“Akh rasa nggak seperti itu, Tuan Abraham. Mungkin kita bisa menundukkan Mike tapi tidak dengan Louis. Aku percaya kalau casaanova itu akan berbuat lebih jahat daripada perbuatan kita. Faktanya perusahaan itu dibeli oleh pria mafia itu.”Dug!Jantung Rindu menggelepar seketika manakala mendengar apa yang dikatakan oleh Luna.“Luna. Aku tak menyangka kamu berbuat seperti ini. Setega itu kamu padaku, sahabat yang sudah menganggap kamu segalanya, tapi kenapa kamu berbuat maksiat begini padaku?”Kedua tangan Rindu mengepal kuat dengan tetesan air mata yang jatuh ke pipi tirusnya. Bahkan belum usai penderitaannya kini sudah diberi lagi musibah yang lai
Mata Rindu melebar saat melihat sosok itu sudah duduk di sofa ruang tamu villa milik Luna. Rasa tak percaya kini menaungi hati wanita dewasa itu. “Louis! Panggilan tajam itu membuat sosok tampan berwajah bule itu segera mendongak. Melipat ponsel genggamnya dan menyimpannya di salam saku. Akhirnya aku menemukanmu.” Itu ucapan Louis, sosok laki-laki yang datang di sore hari itu. “Da-dari mana kamu tahu tentang aku di sini.” Louis sama sekali tak menerbitkan senyum. Pria itu bangkit dan mendekat ke arah Rindu. “Itu tidak penting. Sekarang kemasi barangmu yang penting. Kita pergi sari sini!” Rindu mengernyitkan keningnya dan menatap wajah Louis dengan tatapan tanda tanya. “Luna itu tidak baik untukmu, Rindu. Dia itu musuh dalam selimut. Menusuk kamu dari belakang.” “Hei! Kamu kenal Luna?” Ada anggukan yang membuat Rindu terkejut. Padahal itu merupakan jawaban dari Rindu sendiri. “Aku mengenalnya lebih dulu daripada kamu. Dia teman sedari kecilku dan sifatnya dari dulu memang
Rindu mengapa tak Praha saat membaca dan melihat berita yang saat ini sedang menjadi trending topik itu. Rasanya dia sangat susah ejekan salivanya. Tak menyangka bahkan sama sekali tak pernah terpikir dalam benaknya Mike, laki-laki yang indah bisa membuka hatinya akan tega melakukan itu. Terhenyak saat mendengar panggilan di telpon genggamnya berdering berkali-kali bahkan seolah tak berhenti. Terlihat nomor berbeda-beda masuk ke dalam ponselnya. Sudah dapat dipastikan bahwa itu adalah semua panggilan dari orang-Itang yang dikenalnya. Kolega dan seluruh manusia yang masih peduli dengan dirinya. Wanita dewasa itu memejamkan matanya degan linangan air mata yang sudah menetes dengan atasnya. Bagaimana tidak? Terlihat sangat jelas bahwa perusahaannya sekarang sudah pindah kepemimpinan. Bahkan ada andil dari laki-laki hamba angkat dikenalnya. Sampai detik ini tak ada sedikitpun niat pria itu untuk mengabari atau sekedar mencari dirinya. Bahkan Rindu juga tak mendengar kabar pria
Rindu merasakan sepi yang berlarut saat membuka matanya. Beberapa jam lalu Lina, sahabatnya sudah pergi ke kita yang dia tinggalkan. Sesaat teringat akan bayangan Louis dan Mike. Dua orang pria yang gak seharusnya mengobral-antik hidupnya setelah kehancurannya ditandai oleh Tantrama, sang mantan suami. “Akh!” desah ya kesal ketika tiba-tiba bayangan-bayangan itu muncul di benaknya bergantian dan bahkan silih berganti seolah memang sengaja mengingatkannya pada kesakitan yang sekarang ini kembali terusik. “Semua pria memang brengsek!” geramnya dengan nada marah lantas bangkit dari pembaringannya. Berjalan menuju ke teras belakang di mana di sana dia menemukan sebuah kolam tenang yang tak begitu dalam. Dalam kekalutannya Rinduntiba-tiba melompat begitu saja masuk ke dalam kolam itu. Terlihat begitu lama tubuhnya nggak muncul kembali dan sekalinya muncul tubuhnya mengapung dalam posisi tengkurap. Di luar sana terdengar suara gaduh seseorang yang berbincang dengan seseorang. “K
“Rindu, apa kamu yakin tidak ingin ikut aku ke Jakarta?” Rindu menggeleng dengan malas. Bahkan kedua matanya pin yak terbuka sama sekali. Pagi itu memang cuaca di Cisarua Bogor sangat dingin. Apalagi ditambah hujan dari semalam yang tak kunjung berhenti. “Kapan kamu kembali?” tanyanya kada sangat dekatnya itu dengan mata masih tertutup. Sedang Luna hanya sekilas menatap ke arah pembaringan wanita yang berstatus janda tersebut. “Setelah semua pekerjaan dan urusan dj sana selesai,” jawab Luna dengan menundukkan wajahnya. Memperbaiki kemeja tanpa lengannya. “Termasuk mengurusi suami orang itu?” Tiba-tiba ada suara kekehan yang terdengar dari bibir sensual Luna. “Siapa yang kamu maksud? Abrahamkah?” Sektoka Tinfu membuka matanya saat mendengar Lina menyebutkan satu nama itu. “Dia bukan suami orang. Masih single hanya saja buaya. Aku bertugas untuk menaklukannya fan menyoroti seluruh harta kekayaannya karena dia pernah menyinggung harga diriku.” Rindu semakin yakin dengan pemi
Rindu tersentak saat melepas khayalan ya yang menjijikkan itu. Ada tarikan napas yang tersengal saat dia membuka matanya. “Rindu. Kenapa? Sepertinya kamu kurang sehat?” Rindu hanya menghela napas kembali dan menghembuskannya perlahan. “Apa ini karena Sahira lagi?” Rindu menggeleng pelan lantas bangkit dati sandaran duduknya. “Bukan, Luna. Tapi ini karena seorang pria.” Luna Ananta, mode sekaligus desainer terkenal itu seketika mengernyitkan keningnya. “Tanyrama lagikah?” Sekali lagi Rindu menggeleng. “Laki-laki lain?” Anggukan itu cukup untuk menjawab rasa penasaran Luna, sahabat kental wanita berstatus janda itu. “Semenjak kapan kamu membuka hati untuk pria lain?” Pertanyaan itu membuat Rindu mendongak dan sejenak terhenyak. “Aku juga tidak tahu,” jawabnya ramdom. Kemudian menatap sosok Luna yang masih heran dengan sikap Rindu yang sepertinya pendiriannya goyah. “Ada apa? Apakah pria ini bukan Tantrama?” Kembali kepala wanita itu mengangguk. Desahan berat seketika terde
“Aku merebutkan darinya.”Bom!Mata Rindu membelalak lebar saat mendengar perkataan Mike.“Maksudnya?”“Aku curi nomor ponselKamu dari ponse Louis. Dan aku selalu mengaku dia saat kamu chating duli. Coba kamu ingat-ingat dahulu kala. Kita pernah menjadi sahabat kecil. Tapi ketika kamu mulai mengenal Louis di ChannelMedia sosial kamu, kamu merupakan aku. Akhirnya selama bertahun-tahun ini aku yang menemanimu. Sedang Louis sibukDengan dunianya sendiri. Dia adalah manusia robot yang nggak punya kegiatan selain menyendiri dan menyibukkan diri dengan seabrek kegiatan bermanfaatnya hingga pada akhirnya kamu memutuskan untuk menikah. Di situ aku mulai gelap mata. Segala usaha yang kulakukan untuk mencegah pernikahan kamu tak bisa menggagalkan pernikahanmu dengan Tantrama. Hingga aku memutuskan untuk mengasingkan diri dari semua orang dan akhirnya Aku datan lagi menjadi Duke. Pengawal pribadimu dengan transformasi yang berbeda.”“Dan sekarang kamu menjadi Mike dengan Tanaformasi yang berbe
“Kamu mau ke mana?” Napas Rindu bukan lagi tersengal melainkan seolah berhenti berhembus saat mendengar teguran keras dari sosok Louis. Tak sadar dia meringis karena ternyata cengkeraman pria itu membuat tangan Rindu memerah. “Lepaskan, Louis,” desis Rindu sambil mencoba menepiskan tangan pria tampan itu. Tak terasa ada lelehan bening yang saat ini sudah jatuh ke pipi wanita itu. Louis terhenyak kaget. Tak menyangka apa yang dilakukan olehnya mampu membuat wanita yang ada di hadapannya itu menangis. “Apakah sesakit itu?” tanyanya sambil mencoba melepaskan tangannya yang sedari tadi mencengkeram tangan ramping Rindu. “Aku tak akan pernah melepaskan kamu, Rindu. Sudah cukup pencarian dan penantianku selama ini.” Terlihat kening Rindu mengerut hebat saat mendengar apa yang dikatakan oleh Louis. “Apa maksud kamu, Louis? Apa sebelumnya kita pernah bertemu?” Louis sedikit terkejut mendengar pertanyaan penuh dengan rasa penasaran itu. “Lupakan saja,” ucapnya kemudian. Setelah itu
Rindu bukan hanya terdiam mendengar perkataan pria yang saat ini sedang bersama dengannya itu. Sosok yang selama ini seolah menjadi peneror hidupnya itu sekarang seakan merasakan kemenangan yang dia dapat dari kelemahan yang saat ini sedang menimpanya. “Demi Mike! Ya, demi pria itu. Aku akan mengorbankan diriku. Karena hanya pria inilah yang bisa menolong Mike. Alan tak akan pernah tertangkap kalau dia terus menjadikan dirinya pria yang menjadi korban dalam Kasus ini. Aku harus membongkar kebusukan pria pemilik bisnis batu bara itu.” Sepertinya Rindu sudah bertekat untuk benar-benar melakukan apa yang memang seharusnya dia lakukan demi menolong Mike yang saat ini sedang berada di balik jeruji besi. Dan semua itu dilakukannya Karen ademi menolong wanita ya yang selama ini diam cintai yaitu Rindu. “Aku akan melakukan apa yang kamu minta asalkan setik ini kamu bisa menjamin Mike.” Louis seketika tergelak lantas menatap tajam ke arah Rindu. Sebegitu cintakan kamu sama pria itu sa