"Ternyata kamu tak lebih murahan daripada aku, Rindu!" Tiba-tiba ada pergerakan yang begitu ceoat sudah berada tepat di hadapan Rindu.
Wanita itu tampak tak terkejut bahkan yang kaget setengah mati adalah sosom Duke yang berada di sampingnya. Ada sosok lain yang juga hampir saja mengeluarkan teriakan saat sosok Tantrama sudah berada tepat di hadapan Rinduu dnegan kata-kata sarkasnya."Tuan Tantrama. Apakah ada masalah dengan Anda saat melihat saya dalam pertemua tender ini?" tanya Rindu dengan wajah dan nada bicara tenang.Sedang sosok Tantrama yang saat ini menatap wajah Rindu yang terlihat pucat itu menggeram di dalam hati. Rupanya pria itu masih belum bisa mengendalikan dirinya akibat perceraiannya dengan wanita yang ada di hadapannya tersebut."Ada masalah apa Anda dengan Nyonya Rindu, Tuan. Tak bisakah Anda menjaga etika dan attitude. Ini di depan umum dan banyak orang melihat apa yang Anda lakukan pada Nyonya Rindu. Apakah Anda ini bisa disebut seorang laki-laki?"Bukk!Sebuah pukulan tanpa diduga mendarat tepat di wajah tampan Duke. Dan bahkan laki-laki tampan itu tak sempat mengelak sama sekali. Dia terkapar jatuh dnegan bibir pecah dan mengeluarkan darah segar.Ruangan pertemuan itu tiba-tiba menjadi gaduh karena perbuatan Tantrama yang tak terkendali."Tuan Tantrama! Kendalikan dirimu! Kenapa Anda jadi seperti ini? Tidak bisakah Anda menghargai semua orang yang ada di sini?"Sebuah suara yang menggema keras itu mampu membuat semua penghuni ruangan itu terdiam seketika. Suasana tiba-tiba menjadi hening. Mereka semua menatap sosok yang kini tengah berbicara di atas pangunh. Pria tampan yang matanyabtertuju kada Duke yang baru saja dibantu bangkit oleh Rindu."You, okey?" Duke mengangguk lantas menciba untuk berdiri seperti biasa."Anda jangan khawatir, Nyonya. Saya baik-baik saja. Yang perlu dokhawatirkan itu Anda karena sepertinya laki-laki itu akan mengincar abda terus dan menyakiti hiduonAnda sepanjang Anda masih belim bisa melepaskannya."Deg!Dada Rindu terasa nyeri saat perkataan Tantrama itu terdengar merdu ditelinganya. Sebuah sindiran keras itu mampu membuat hati Rindu teriris.Lukanya memang belum sembuh namun dia mau luka itu membaik meskipun membekas kuat dan hebat. Rindu mencoba mengurai senyum dengan wajah sebahagia mungkin.Mencoba baik-baik saja walaupun sesungguhnya hati dan jantungnya hancur berkeping-keping."Dengan segala hormat dan berat hati Atas nama Perusahaan Tantrama diblack list dari pertemuan tender ini."Mata Tantrama dan juga sosok sekertraisnya itu membelalak tak percaya. Bahkan dengan emosi yang tak terkendali Tantrama berjalan maju ke depan."Argh! Tantrama! Apa yang kamu lakukan?" Sosok Rindu sangat terkejut saat tangannya tiba-tiba di tarik dengan keras oleh Tantrama. Bahkan gadis yang menjadi sekertarisnya itu pun tak percaya bahwa pria yang selama ini terlihat sangat berwibawa dan sopan bisa senekad utu memperlakukan mantan istrinya di depan semua orang.Melihat kekasaran yang dilakukan oleh Tantrama pada Rindu, dengan cepat Duke yang masih merasakan wajahnyabremuk segera berlari dan menghajar laki-laki itu dari belakang.Bukk!"Dasar manusia tak berhati nurani. Beraninya hanya sama perempuan!"Buk!Sekali lagi tangan Duke menghajqr tubuh dan wajah Tantrama hingga pria itu ambruk terkaoar dengan darah bersimbah saat kepalanya membentur lantai.Arah!Teriakan histeris baik dari Rindu maupun seluruh orang yang ada di ruangan itu pecah menggema menyaksikan pertaruang duel antara pengawal dan pengusaha tersebut."Tantrama!" Teriakan itu membuat sosok Duke berhenti menunjukan bkgem mentah ke tubuh dan wajah Tantrama. Tak menyangka kalau akan melihat Rindu berlari dan memeluk pria itu."Sadarlah, Tantrama! Bertajanlah! Tolong! Siapa pun panggil ambulans!" Suara Rindu melengking di antara reriyuhan orang-orang yang menyaksikan kejadian itu.Duke tertegun seketika melihat apa yang dilakukan oleh Rindu. Bahkan saat Rindu meminta tolong agar pria itu mengangkat tubuh Tantrama dan membawanya ke rumah sakit pun, sosok Duke masih bergeming.Namun setelah mendengar isak tangis wanita dewasa itu dan terlihat tubuh Rindu serta wajahnya semakin memucat, Duke menurunkan egonya. Mengambil tindakan dengan membawa tubuh Tantrama ke dalam mobil untuk dibawa menuju ke rumah sakit.Rumah SakitMata Duke tak lepas memperhatikan sosok Rindu yang masih sibuk menemani bahkan menciba menyadarkan Tantrama dari pingsannya.Ada rasa kecewa yang menggelepar di dalam dada pria tampan tersebut. Bahkan lebih tepatnya bukan kecewa lagi melainkan rasa sakit menyaksikan wanita yang selama ini dia kagumi masih saja belum bisa move on dari mantan suaminya.Masih terlihat jelas sosok Rindu sangat mencintai laki-laki brengsek itu. Sesungguhnya Duke ingin sekali meninggalkan Rindu namun dia sudah berjanji pada Anindia untuk tetap di samping wanita rapuh itu."Dok!"Dokter yang baru datang itu mendekati Rindu dan fersenyum ramah."Jangan khawatir, Nyonya Rindu. Tuan Tantrama baik-baik saja. Tidak sampai mengalami patang tulang hanya saja rahangnya ada yang bengkok dan itu butuh waktu untuk pemyembuhan dan pemulihannya. Saya harap Anda masih bisa stay di samping Tuan Tantrama saat beliau sakit. Karena hanya Anda yang bisa mengobati bahkan melayani meskioun saya tahu kalian sudah menjadi manta suami istri."Bukan hanya Rindu yabg terkejut mendengar apa yang barusan dikatakan oleh dokter Muda tersebut. Melainkan sosok Duke dengan kedua tangan yang mengepalenatap ke arah Dokter itu. Berteoatan dengan itu sosok dokter tampan itu juga menatap ke arah Duke.Ada senyum yang seolah mengejek Duke dilakukan oleh dokter itu. Membuat Duke semakin geram."Ada yang tak beres dengan dokter itu. Apa mungkin dia bersekongkol dengan Tantrama untuk mengambil Rindu lagi? Tidak akan pernah kubiarkan. Kalian belum tahu berhadapan dengan siapa?"Entah kenapa Duke beberapa menit ini merasa tidak bisa mengendalikan diri apalagi mengontrol emosinya. Pria itu semakin menjadi saaf mengetahui Tantrama masih mengincar bahkan mencoba membuat sosok Ri du kembali ke pelukannya.Bagi Duke dia selama ini sudah cukup sabar menunggu momen di mana Rindu akan menjadi seprang Janda. Penantian bertahun-tahun itu tak akan pernah dia sia-siakan. Karena saat ini dirinyalah yang sudah mampu berada di samping wanita itu."Sudah cukup selama ini aku membiarkan Rindu bertingkat polah sesuka-sukanya. Andai saja dia tidak terluka dan hancur hidupnya aku tak akan pernah muncul kembali di hidupnya. Karena aku tahu aku pernah melukai wanita itu. Aku cukup sadar siapa diriku."Berbagai kalimat yang entah apa maknanya kini beradu di dalam hatinya. Duke juga sudah tak mau mengala lagi. Baginya sudah cukup lama dia harus menunggu dalam kesakitan dan kehancuran. Dan sudah saatnya sekarang."Ingat Tantrama. Aku tak akan pernah melepaskan Rindu. Apalagi kembali ke pelukanmu lagi. Keputusan bodoh aku menyerahkan dia padamu. Seharusnya aku tak pernah sama sekali memberikan Rindu padamu. Dan aku tak akan pernah mengulangi kesalahanku lagi!"Wajah itu pucat dengan mata terpejam. Ada kegelisahan yang kini sedang menyelimuti Rindu. Wanita itu berkali-kali menengok waktu di ponsel genggamnya."Aku harus pergi. Sudah waktunya aku menjnggalkan tempat ini," ucapnya segera mengambil langkah seribu karena memang ada hal penting yang tidak bisa dia tinggalkan.Namun baru saja dia membalikkan tubuhnya tiba-tiba terdengar suara memanggilnya."Rindu!" Tak lantas membalikkan tubuhnya, wanita dewasa itu menghentikan langkah kakinya."Jangan pergi! Aku membutuhkanmu." Ada desahan berat terdengar lirih dari Rindu. Wanita itu kemudian memutar tubuhnya menatap ke arah Tantrama yang saat ini masih berbaring di pembaringan rumah sakit."Maaf, Tantrama. Aku harus pergi. Ada pertemuan yang tidak bisa aku tinggalkan. Kamu bisa menghubungi keluargamu atau minimal selingkuhan kamu untuk menemanimu di rumah sakit. Jangan terlalu khawatir dengan kondisimu. Dokter bilang kamu hanya mengalami luka ringan dan sudah bisa kembali ke rumah dalam waktu dek
Ada senyum tipis namun samar menyelimuti bibir sosok itu lantas dengan cepat memasukkan ponsel genggamnya ke dalam tas kecil yang dia sengaja ditaruh di sofa sebelah dirinya mengemudikan mobil.Melajukan mobil itu meninggalkan gedung rumah sakit itu. Membiarkan Tantrama bergelut dan berperang batin dengan dirinya sendiri setelah dia mengetahui bahwa di dalam rahimnya kini ada janin yang sedang berkembang.“Selamat menikmati kesakitanmu, Rindu. Aku sudah membuktikan padamu siapa aku yang sesungguhnya.” Gumaman itu keluar dari bibir tipis Sahira. Sambil melajukan mobilnya, wanita yang berstatus janda itu saat bahagia dengan adanya janin di rahimnya.Janin yang nantinya akan membuatnya menjadi wanita yang bisa mengendalikan Tantrama dan menjatuhkan bahkan menyakiti sosok Rindu, adik kandungnya. Sedang Duke yang memabwa Rindu terus melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal."Nyonya. Are you, okey?" Tak ada jawaban apapun dari sosok Rindu bahkan perempuan itu memejamkan matanya dengan
“Nyonya Rindu. Sebentar lagi ada rapat penting. Apa Anda sudah siap!” Sosok Eindu hanya mengangguk dengan wajah datar tanpa ekspresi.Wanita itu emisi an memakai jas kebesarannya yang menampakkan keelegannya.“Ini petama kalinya di Kakrtq. Apa ada yang kamu ingat?” Kali ini Rindu menoleh. Sosok pria tampan yang sudah berpakaian rapi dan tampan itu tampak menghampirinya.“Sudah berapa kali aku bilang. Aku tak butuh kamu. Di mana laki-laki itu?”“Siapa maksud kami? Duke? Sudah berapa kali aku ulang, dia meninggalkan kamu saat kamu koma. Tepatnya di Rimah asakit Center Singapura.”Akh! Rindu menggelengkan kepalanya dengan berat. Dia tak percaya kalai Duke akan tega meninggalkan dirinya yang sedang koma.“Anin sendiri setelah menunggu operasimu selesai juga berpamitan untuk pergi. Aku rasa dia juga meninggalkan kita ini. Setelah kamu dirawat di Singapura langsung dibawa ke Vietnam dan menetap di sini. Aku hanya ditugasi menjagamu sampai kamu bis mandiri menjalankan perusahaan yang selama i
Jakarta"Sudah berapa lama Christ aku tidak menginjakkan kaki di kota kelahiranku?" Christ menatap wajah Rindu yang tampak memerah karena teekena sinar matahari setelah keluar dari Bandara soetta."Di Jakarta suhunya lebih tinggi. Kamu harus mencari hotel yang sejuk dan benar-benar cocok dnegan kulit kamu suasananya, Rindu."Rindu tersenyum lantas menoleh ke arah Christ lantas tersenyum."Kamu sangat detail sekaliemperhqtikanku, Chrisf. Sayangnya waktu peristiwa itu terjadi Kamu sedang hodup berbajagia di diniamu." Sindiran itu telak ke ulu hati Christ yang sektika itu merasa sangat bersalah."Maafkan aku, Rindu. Tak seharusnya aku meninggalkan kamu waktu bahkan membiarkan kamu menikah dengan laki-laki brengsek itu. Tapi kamu pasti dia sangat menyesal telah menyakitimu. Satu hal yang membuatku sangat bahagia sekarang. Kamu sembuh total dari penyakit mematikan itu. Dan ini adalah keajaiban Tuhan."Hembusan napas itu milik Rindu. Wanita dewasa itu kemudian mengedarkan pandangannya menjel
Rindu bukan lagi marah. Wanita dewasa itu mengepalkan kedua tangannya dengan rahang yang mengeras saat kalimat itu meluncur bebas dari bibir tebal milik Sahira, Kakak kandungnya."Kamu keterlaluan, Sahira. Aku hanya menitipkan perusahaan itu padamu untuk sementara. Bukan untuk kamu miliki."Bukannya merasa bersalah mendengar apa yang disampaikan oleh Rindu, Sahira malah memperdengarkan tawanya yang seolah mengejek sosok Rindu."Kamu memang beruntung, Rindu. Masih bisa hidup dengan adanya penyakit mematikan itu. Tapi sayangnya aku tetap bodoh seperti dulu. Bagaimana tidak? Suami saja bisa kecolongan diambil kakak jandung kamu sendiri apalagi perusahaan? Dan yang perlu kamu ingat, bahwa kamu wanita mandul Rindu."Plak! Plak!Dua kali tamparan itu mamlu membuat tubuh Sahira terhuyung dan menyingsut ke belakang. Melihat itu dengan cepat Tantrama menghampiri Sahira, istrinya."Rindu! Apa yang jamu lakukan? Kenapa kamu sekarang berubah menjadi begini? Toxic dan bukan sosok wanita yang aku ke
Pertemuan dengan manta suaminya Tantmansan istri barunya yang tak lain adalah kakak kandungnya tersebut membuat darah Tindu seketika naik. Tubuhnya melemah dengan kepala terasa sangat pusing. “Apa kamu membutuhkan seorang dokter, Rindu?” Gelengan kepala itu membuat sosok Christ menghela napas panjang melihat kekerasan hati wanita yang pernah menjadi incaran dalam hidupnya itu.“Yang aku butuhkan adalah seorang pengacara. Carikan secepatnya! Aku tidak ingin menunda untuk menggugat mereka bersua.” Bukan main terkejutnya Christ mendengar keputusan Rindu.Wanita dewasa itu tidak memprediksikan keterkejutan Christ. Saat ini yang ingin dia lakukan adalah secepatnya mengambil haknya yang sudah lama dia tinggalkan dan bahkan kini malah menjadi milik orang lain.“Aku mau beristirahat. Kalau tidak ada yang penting jangan hubungi aku, Christ. Kamu boleh kembali ke apartemenmu.”Christ seketika menghentikan langkah kakinya dan membiarkan Rindu masuk ke dalam apartemenennya. Tak lama kemudian terd
“Maaf. Tidak sengaja tadi mendengar katanya Tuan Jeje mau buat makanan untuk Anda. Kebetulan saya tadi pagi memasak dan belum sama sekali sqya makan. Bolehkah saya bergabung di suni untuk makan malam. Karena saya tidak mempunyai teman sama sekali.”Terpana dengan kedatangan soso Rindu laki-laki buta itu terbungkam diam di depan pintu apartemennya. Jeje yang melihat kedatangan Rindu segera menyusul ke sepan pintu tersebut.“Silakan, Nyonya. Dengan senang hati.” Sosok buta itu menatap ke arah Jeje seolah bisa melihat bagaiman sekarang raut wajah dan reaksi laki-laki tampan tersebut.“Tuan Mike, ini sebuah kehormatan ada wanita bertamu. Akan lebih baik daripada Muonya Tindu makan malam sendiri.” Rindu menerbitkan senyum setuju dengan apa yang dikatakan oleh Keje. Laki-laki itu kemudian menuntun sosok Mike, laki-laki buta itu. Ternyata mempunyai nama yang sangat indah dan bagus.Mereka berada di ruangan makan sekarang. Namun tiba-tiba ponsel Jeje berbunyi. “Baik-baik. Saya akan segera k
“Mike,” bisik Rindu yang baru saja membuka matanya. Masih tersisa jejak bawah di bibirnya akibat ulah pria buta itu. Rindu sendiri entah kenapa tak bisa menolak apa yang dilakukan Mike dalam waktu yang sangat singkat itu.“Ma-afkan aku, Rindu. Sepertinya aku terbawa suasana. Tapi percayalah apa yang aku lalukan itu tulus dari hatiku.”Rindu tergugah bisu. Wanita dewasa yang berstatus janda itu tak tahu harus menjawab apa dengan ucapan yang barusan dikatakan oleh Mike.Semua terjadi begitu saja. Mereka berdua terlibat cinta lokasi. Mungkin lebih tepatnya seperti itu yang digambarkan oleh sepasang laki-laki dan perempuan ini.“Maaf. Sekali lagi terdengar suara Mike yang lirih. Bahkan posisi itu belum sama sekali mereka ubah. Mike masih di bawah tindihan tubuh Rindu. Dan yang lebih menggila lagi kali ini bukan lagi Mikenyang bersikap cepat. Tiba-tiba Rindu melalukan aksi tak terduga.“Mike,” bisik Rindu lagi denganwajah yang sudah menyatu dengq wajah Mike. Sentuhan kedua kali itu tak ter
Mike mengawasi kedua orang tersebut. Matanya menatap penuh selidik. Rasanya ada gemuruh dada yang sangat cekat mengalir saat melihat pakaian Rindu terkoyak. Berbeda dengan Louis yang memasang senyum Penuh kemenangan. Pria tampan itu merapikan kemejanya yang sepertinya terlepas dari kancingnya. Mike yakin dengan apa yang sudah terjadi. Rasanya dia ingin marah dan melampiaskan semuanya. Sayangnya hal itu gak bisa dia lakukan setelah menyadari posisi dirinya yang sesungguhnya. Hanya mata dan wajah Mike tak bisa dibohongi bahwa pria tampan itu sangat murka. Rindu yang mengetahui itu terlihat menunduk. Menyadari semua kesalahannya. “Mike.” Suaranya bergetar saat memanggil nama itu. Mike hanya menaikkan matanya ke arah sang wanita. “Makan malam sebentar lagi. Dokter tadi menghuni aku. Mengatakan bahwa kesehatanku sudah membaik dan bisa kembali ke Indo secepat mungkin.” Binar mata bahagia itu bukan hanya milik Rindu saat mendengar apa yang disampaikan oleh Mike. Sosok Louis merasa i
Ceklek! Rindu menatap sosok yang sudah berdiri di hadapannya. Tampak wajah teduh dan pandangan begitu dalam itu meluluhlantakkan hati dan debar di dada Rindu. Seolah merasakan chamestry di antara mereka berdua Rindu tanpa mempersilakan sosok itu masuk ke dalam apartemen Mike berjalan masuk kembali ke ruangan utama. “Apa aku mengangguk?” Terdengar suara itu begitu lembut dan halus. Membuat sosok Rindu tertegun sebentar sebelum menghenyakkan tubuhnya ke sofa empuk. “Apa sebelumnya kita pernah dekat?” Dengan cepat Louis, sosok pria tampan yang masih berdiri di hadapan Rindu itu mengangguk. “Sangat dekat,” ulang pria itu tanpa mengedipkan mata. Rindu menatap sedemikian rupa ke arah Louis. “Seberapa dekat?” Tanpa sadar Rindu menanyakan sesuatu yang sepertinya tak perlu ditanyakan. “Sedekat ini bahkan lebih,” bisik Louis yang tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya di hadapan Rindu. Seketika wanita dewasa itu sangat terkejut. Matanya mengerjap liat dan cepat mencoba menghindari deng
“Jangan!” Teriakan itu membuat kedua pria tersebut menarik diri. Suara keras Rindu menggema di ruangan itu. Mereka berdua merasa kalau apa yang dilakukan itu sudah sangat menggangu Rindu. Louis menarik diri demikian dengan Mike. Rupanya mereka bisa mereda setelah melihat wajah Rindu yang berang. “Kalian seperti anak kecil!” ketus Rindu lantas berjalan meninggalkan ruangannya. “Ibu yakin sudah mau kembali ke rumah?” Rindu mengangguk setelah minta izin pada dokternya. “Tapi ini di Singapura, Bu. Bukan Indonesia.” Wajah Rindu memperlihatkan keterkejutan mutlak. Wanita itu baru menyadari bahwa dirinya berada di negara yang berbeda. “Siapa yang membawaku ke sini?” tanyanya pendek. “Tuan Mike.” Sekali lagi Rindu terhenyak. Menenangkan diri. Lagi-lagi Mike. Manusia satu-satunya yang ada di ingatannya. “Kita akan pulang ke apartemen, Rindu.” Wanita cantik itu menoleh. Di sana terlihat sosok Mike yang berdiri gegap dengan senyum mautnya. Sedang persis di belakang Kris itu ada
“Argghhh! Apa yang kamu lakukan? Kamu ini siapa?” teriak Rindu di sela-sela deru napas Louis yang seketika melumat bahkan menggigit bibir kekasihnya yang hilang ingatan tersebut. Louis tak peduli dengan apa yang akan terjadi nantinya. Hatinya menggemuruh saat Rindu hanya mengingat sosok Mike yang sudah menyakiti Rindu. Rasa cemburu itu membabi buta. Bahkan Louis menyerukan di dalam hatinya sampai kapanpun tak akan pernah merelakan Rindu jatuh kembali ke tangan pria yang sudah menipunya itu. “Rindu. Ini aku. Kekasihmu.” Deg! Mata Rindu mengerjap cepat. Memaksa melepaskan diri dari ciuman rakus Louis. Rasa tak percaya bahkan tatapan wanita dewasa itu sangat tajam. “Apa maksud kamu ngomong begitu? Aku kekasihnya Mike!” “Bukan! Kamu kekasihku. Mike adalah bagian dari manusia yang sudah menyakitimu. Dia menipumu selama ini.” Lagi-lagi hati Rindu berdentang keras. Tatapannya pun semakin menikam. Namun Louis tak peduli. Pria tampan itu terus menyerukan keadilan buat dirinya send
Mata Louis mengerjap dengan liar setelah mendengar dua patah kata itu. Wajahnya menegang kaget.“Rindu. Ini aku, Sayang. Lukis! Kekasihmu!” “Louis! Kekasihku?” Wajah Rindu pun ikut menegang heran. Bahkan manik matanya terlihat bertanya saat Louis mengatakan dirinya yang sebenarnya.“Mike! Mike itu kekasihku. Di mana dia?”Bom!Semakin menegang hebat wajah tampan Louis. Tak menyangka kalau ternyata nama Mike ah yang sekarang ini halus tertera di pikiran Rindu saat pertama kali bangun dari komanya.Saat panik dan tegang sepeti itu kebetulan sosok dokter yang menangani Rindu datang.“Dok. What happen__Baru saja Luis akan menanyakan tentang kondisi yang terjadi dengan Rindu dokter tersebut sudah menghela napas panjang. Menggambarkan bahwa ada sesuatu yang memang terjadi dengan terbangunnya sosok Tindu.Beberapa saat setelah mendengar penjelasan itu sosok Louis ikut menghembuskan napas kasar. Ada rasa marah namun rasa sedih itu lebih besar.“I am so sorry,” ucap dokter setengah tua itu.
Tubuh Louis luluh lantak saat mendengar apa yang disampaikan oleh dokter itu. Kemarahan yang beberapa waktu lalu meraung-raung di dalam dadanya seketika terlerai begitu saja. Tak menyangka kalau kabar yang dia terima sat ini mampu membuatnya hancur lebur. “Maafkan saya, Tuan Louis. Tapi kita masih punya harapan.” Kepanikan Louis tak mampu ditahannya. “Ya Tuhan! Kenapa ini bisa terjadi?” “Aku ada rekomendasi dokter terbaik di Singapura. Bisa kita membawa Rindu ke sana.” Amarah yang awalnya meledak-ledak terhadap pria yang semenjak tadi juga ikut menunggu Rindu di ruang Unit Gawat Darurat itu seketika luruh. Louis menatap sosok itu dengan tatapan yang berbeda. “Aku tidak bisa menjamin apa-apa. Tapi berusaha setidaknya sudah berjuang demi Rindu bisa bangun kembali. Kalau kamu setuju aku akan menghubungi Dokter Emmanuel.” Sekali lagi Louis mencelos mendengar suara datar milik Mike. Pria yang saat ini sangat dia benci. Mike membalas tatapan Louis yang putus asa. Tanpa menunggu j
“Kalian!” Mata itu liar menatap kedua orang yang kini berada di depannya. Ada kemarahan yang membahana namun dia tahan dengan dada yang hampir meledak. “Ternyata, ini yang sesungguhnya dirimu.” Suara itu terdengar sangat dalam. Sudah pasti sosok Rindu menahan gemuruh yang memuncak di dalam dadanya. “Rindu. Aku bisa jelaskan.” Senyum sinis itu terlintas jelas di bibir mungil Rindu. “Apa yang perlu dijelaskan lagi, Mike. Bagiku semua sudah jelas. Ya sudahlah. Lanjutkan saja apa yang menjadi keinginanmu. Kita sudah nggak ada urusan lagi selain tentang perusahaan yang sudah kamu hancurkan.” Secepat kilat Rindu meninggalkan tempat itu. Ada penyesalan kenapa dia harus memergoki kedua makhluk laknat yaitu. Awalnya dia sudah tak mau peduli namun melihat mereka berdua berjalan berdampingan dan sangat intim membuat rasa penasaran itu semakin menggebu. Hingga akhirnya Rindu memutuskan untuk memastikan keberadaan mereka berdua. Sayangnya hati Rindu terlalu ringkih untuk menerima kenyata
Setelah semua terbingkar kini Rindu lebih menepi dan silent treatment. Wanita dewasa itu lebih banyak menghabiskan waktu di kantor dengan segudang pekerjaannya. "Nyonya. Ada Tuan Mike di luar." Mata Rindu melebar seketika. "Masih berani dia menampakkan wajahnya!" geram Rindu sambil mengepalkan kedua telapak tangannya. "Nina. Suruh pria itu pergi. Urusannya nanti di kantor polisi." Wajah terkejut Nina tak dapat disembunyikan. Tak memyangka kalai bos cantiknya tesebut apa memperpanjang permasalahan yang dibuatboleh sosok Mike. pria yang sgdah mamph memberikan keprcayaan tinggi. Beberapa menit yang lalu sosok Nina sudah meninggalkan ruangan Rindu. "Dengar, Nina. ini sudah menjadi tugas kamu. Datangkan sini. Aku gak akan pernah mengampuni kamu kalau ini sampai gagal untuk ke sekian kali." Bukan lagi teguran tapi itu sebuah ultimatum yang terdengar sangat keras dan tegas. Lebih terkesan dengan sebuah ancaman. "Kenapa kamu hanya diam saja? Apa memang kamu gak sanggup menjal
Mata Rindu menatap tajam tak berkedip saat melihat sosok Luna makan siang bersama dengan pria yang gak lain Abraham. Sepertinya wanita dewasa itu belum sama sekali menyadari kehadirannya. “Congratultain, Honey. Kamu sukses.” Luna menyuapkan sesuatu makanan ke dalam bibir mungilnya. Kepalanya menggeleng pelan sambil mengerucutkan bibir itu. “Aku rasa nggak seperti itu, Tuan Abraham. Mungkin kita bisa menundukkan Mike tapi tidak dengan Louis. Aku percaya kalau casaanova itu akan berbuat lebih jahat daripada perbuatan kita. Faktanya perusahaan itu dibeli oleh pria mafia itu.” Dug! Jantung Rindu menggelepar seketika manakala mendengar apa yang dikatakan oleh Luna. “Luna. Aku tak menyangka kamu berbuat seperti ini. Setega itu kamu padaku, sahabat yang sudah menganggap kamu segalanya, tapi kenapa kamu berbuat maksiat begini padaku?” Kedua tangan Rindu mengepal kuat dengan tetesan air mata yang jatuh ke pipi tirusnya. Bahkan belum usai penderitaannya kini sudah diberi lagi musib