Share

Setelah Melepasmu Pergi
Setelah Melepasmu Pergi
Author: Safiiaa

Seratus Juta

Author: Safiiaa
last update Last Updated: 2024-10-09 13:37:47

Bab 1

"Maafkan aku. Aku harus menikah dengan Laila," ucap Mas Fandy dengan pandangan takut-takut.

"Menikah? Lalu aku? Apa maksudmu, Mas?" selaku tak terima. Hubungan ini sudah jalan lebih dari lima tahun tapi dengan teganya dia berkata begitu padaku setelah janji yang kerap ia katakan saat kami bersama.

"A—aku ... Aku tak punya pilihan lain. Aku tak bisa menolak permintaan bapaknya," balas Mas Fandy dengan tergagap. Raut penuh sesal tergambar jelas di wajahnya yang selalu kudamba.

"Mengapa tak bisa menolak?" sergahku penuh penekanan.

"Ada satu hal yang membuatku terikat dengannya. Aku tak mungkin menyusahkanmu dengan menentang pernikahan itu. Percayalah, ini murni karena terpaksa, bukan karena hal lain." Mas Fandy menunduk, menyembunyikan wajahnya dari hadapanku.

"Katakan apa hal itu? Akan kubantu semampuku agar kita bisa tetap bersama," balasku penuh harap. Cinta ini sudah tumbuh subur dan bersemi dalam hati, tak mudah melupakannya begitu saja.

"Tidak, Sayang. Aku cinta kamu, aku tak mungkin menyusahkan wanita yang kucintai karena masalah keluargaku." Mas Fandy menatapku dengan penuh cinta. "Ini semua demi melindungimu. Aku tak mau kamu hidup susah karena aku. Tidak ada jalan yang bisa kutempuh selain melepasmu demi menikah dengannya karena aku tak mampu membayar hutang itu."

Aku terdiam, mencerna ucapan kekasih yang sudah lama berjanji menikahiku. Selama kami dekat, aku tahu banyak soal sifat dan karakter Mas Fandy. Dia tak mungkin menduakan apalagi menyakitiku. Jika memang dia sudah mengambil keputusan itu, maka itu adalah yang terbaik.

Namun, perasaan yang sudah tumbuh ini tak mungkin bisa mati begitu saja. Meskipun aku tahu keputusannya adalah jalan terbaik, tapi tetap tak mudah melepasnya pergi.

"Aku akan bantu, Mas. Kita coba dulu cari solusinya," rayuku agar dia tetap disisiku.

"Kamu yakin?" Bola mata berwarna hitam milik Mas Fandy itu menatapku tak berkedip. Tampak keraguan dalam sorot matanya.

Kepalaku mengangguk mantap. "Aku yakin, agar kita tetap bersama. Katakan padaku, masalah apa yang membuatmu sampai harus menikahinya?" tanyaku mantap.

"Tapi aku tak yakin kamu mampu. Aku tahu bagaimana kehidupanmu dan keluargamu."

"Katakan dulu apa masalahmu? Kita cari solusi bersama."

Mas Fandy diam tak berkedip. Ia seolah sedang berpikir keras. Akan tetapi aku harus tetap meyakinkan dia bahwa aku akan selalu di sisi apapun masalahnya.

"Kamu ingat Mas berhutang sama bapaknya Laila? Sekarang hutang itu makin bertambah, menjadi seratus juta. Tidak ada yang bisa dipakai untuk membayar hutang itu selain menuruti permintaannya untuk menikahi Laila."

"Seratus juta? Sebanyak itu?" pekikku kaget.

"Hutang berikut bunganya. Mas tak bisa bayar tepat waktu hingga hutang itu makin menumpuk menjadi banyak." Mas Fandy menghela napas berat. Seberat hutangnya yang sudah lama tak dibayar itu.

"Padahal Ibu sudah meninggal, tapi hutang itu makin bertambah banyak," lirihku ragu bisa membantu Mas Fandy atau tidak.

"Mas ngga bisa berbuat banyak sebab Mas hanya sopir. Apa kamu masih yakin bisa bantu Mas?" Mas Fandy menatapku tak berkedip, seolah ia tahu bahwa aku tidak mampu membantunya.

Kini, ganti aku yang ragu dengan ucapanku. Seratus juta untukku yang hanya seorang penjaga butik tentu adalah jumlah yang sangat besar. Tak mudah untukku mendapatkan uang itu dalam waktu dekat.

"Kita coba cari bantuan Bapak, gimana?" tawarku mencoba mencari solusi.

"Kamu yakin?" balas Mas Fandy ragu. "Apa kamu tahu Bapak punya uang sebanyak itu?"

"Kita coba saja. Dapat atau tidak itu urusan belakangan."

Mas Fandy terdiam sambil menatapku tak berkedip. Tangan kekar miliknya itu perlahan bergerak meraih tanganku. "Mas malu sama kamu, apalagi keluargamu. Bagaimana Mas tega merepotkan kamu sementara kita belum sah menjadi suami istri?"

"Hubungan kita sudah lama terjalin. Tak mungkin aku diam saja melihatmu kesusahan. Dapat atau tidak paling enggak aku udah berusaha."

"Makasih ya?" Mas Fandy mengusap pucuk kepalaku dengan lembutnya.

Aku tersenyum sambil mengangguk. Melihat senyum di wajah kekasihku itu membuat hatiku lega seketika. Setidaknya aku sudah melakukan sesuatu untuk mempertahankan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius.

Setelah berjumpa dengan Mas Fandy, aku segera kembali ke rumah. Aku harus bicara pada bapak dan mendapatkan solusi dari semua ini.

"Pak," panggilku lembut. Bapak yang sedang membaca berita online di ponselnya seketika mendongak, menatapku setelah menurunkan kaca matanya.

"Apa?"

"Rani mau bicara," ucapku lirih. Perlahan kakiku melangkah menuju kursi panjang yang diduduki Bapak.

"Tumben? Mau bicara apa? Sepertinya penting." Bapak meletakkan ponselnya, lalu memasang wajah serius sambil menunggu aku bercerita.

"Mas Fandy, Pak." Aku menghentikan ucapanku sambil mengulur waktu untuk merangkai kata.

"Kapan dia datang melamar? Sudah lama kalian pacaran tapi hubungan kalian ngga ada kemajuan."

Ucapan Bapak itu membuatku tersentak, sempat membuatku ragu untuk bicara. Akan tetapi aku tak punya pilihan lain.

"Itu masalahnya, Pak. Mas Fandy terlilit hutang," selaku takut-takut. Jemariku memegang ujung baju sambil memilinnya untuk mengurai rasa cemas.

"Lalu?"

"Mas Fandy tak dapat membayar, yang punya uang minta ganti Mas Fandy menikahi putrinya. Rani tak bisa biarkan itu terjadi, Pak. Rani cinta sama Mas Fandy. Apa Bapak ngga bisa bantu biar Mas Fandy ngga perlu membayar hutangnya dengan pernikahan?"

Wajah yang semula penuh rasa penasaran kini berubah sedikit mengeras. Jemari Bapak yang sudah dipenuhi kerutan itu perlahan mengusap wajahnya, lalu beralih mengusap kepalaku dengan lembutnya.

"Nak, hutang itu dibawa mati dan wajib dibayar oleh yang bersangkutan. Sebagai orang lain, kamu tak harus memikirkan hal ini. Kalau pemilik uangnya minta dibayar dengan pernikahan ya biar saja, biar dibayar sama Fandy sesuai permintaannya. Toh hidupmu ngga akan selesai meskipun kamu tidak jadi menikah dengan dia."

"Mas Fandy bukan orang lain, Pak!" selaku tak terima dengan ucapan Bapak.

"Dia seorang laki-laki, bagaimana pun tetap berkewajiban membayar apa yang sudah diperbuatnya, sekalipun itu untuk keluarganya. Nak, kamu anak perempuan. Ngga perlu susah mikir urusan hutang seperti itu. Lebih baik kamu pikir dirimu sendiri. Kalau Fandy bisa cepat menikah kenapa kamu enggak?"

Aku terkejut dengan ucapan panjang Bapak yang selama ini terkesan tak banyak bicara. Ucapan Bapak kali ini bak bom yang meledak setelah tertahan sekian lama.

"Apa maksud Bapak?" Dahiku mengerut, tak paham dengan apa yang Bapak inginkan.

"Kalau dia bisa menikah, kenapa kamu enggak? Bapak bisa carikan calon untukmu."

"Calon?" pekikku kaget. "Pak, Rani maunya sama Mas Fandy! Ngga mau yang lainnya!" sentakku tak terima. Aku sampai lupa dengan adab, berani membentak Bapak tanpa ragu.

"Jangan membuat semua menjadi makin runyam. Dia ngga bisa menikahi kamu karena harus membayar hutangnya dengan pernikahan. Itu berarti mereka memang sengaja menjerat Fandy agar menjadi menantu mereka. Kalau kamu memaksa untuk bayar hutang itu, percayalah, hidupmu tak akan tenang."

"Apa maksud Bapak?" balasku tak paham.

"Hartono itu bukan orang sembarangan. Mereka punya kuasa atas segalanya. Percuma kamu bayar hutang itu, nanti yang ada dia akan tetap membuat Fandy terikat dengan mereka. Sudahlah, Nak. Jangan hanya bicara soal cinta dalam pernikahan. Yang penting lelakinya setia dan mau menerima kamu apa adanya. Maulana kemarin datang untuk meminangmu, lebih baik Bapak terima saja lamarannya dari pada hidupmu susah karena Fandy."

Mataku membulat tak percaya. Maulana? Dia datang melamar? Bagaimana bisa?

Related chapters

  • Setelah Melepasmu Pergi    Ancaman

    Bab 2Urung melanjutkan pembicaraan dengan Bapak, aku masuk ke kamar tanpa permisi sambil menahan kesal. Bagaimana bisa permintaanku untuk membantu Mas Fandy berujung pada keputusannya menerima lamaran Maulana, yang usianya selisih sepuluh tahun dariku?Apa tidak ada wanita seusia dia yang mau menerimanya sebagai pasangan? Mengapa harus aku?Ibu menyusul ke kamar setelah aku membanting badan di atas ranjang. Tidak pernah sedikitpun terlintas di kepala akan menikah dengan orang lain selain Mas Fandy. Sementara bayang senyum bahagia kami di atas pelaminan tiap hari sudah menari di pelupuk mata, mengingat Mas Fandy selalu membicarakan itu padaku."Nak," sapa Ibu sambil mengusap bahuku yang sedang bergetar karena tangis."Bapak jahat sekali, Bu. Menikah itu sekali seumur hidup, kenapa Rani harus menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak Rani cintai?" omelku berusaha mengutarakan apa yang sedang mengganjal dalam hati."Nak, Bapak dan Ibu itu lebih dulu makan asam garam kehidupan dari pa

    Last Updated : 2024-10-09
  • Setelah Melepasmu Pergi    Terima Saja

    Bab 3Dengan hati-hati Mas Fandy memboncengku menuju kafe tempat kami janjian. Laila, bukan gadis sembarangan sebab dia anak dari Tuan Tanah di kampung kami. Sedangkan aku, hanya anak seorang pensiunan guru yang hanya bekerja sebagai karyawan di butik tempat Ibu bekerja dulu.Mas Fandy juga demikian. Ia hanya sopir pribadi Pak Hartono yang sepertinya menjadi anak buah kesayangan bosnya itu.Rasanya sulit untuk kami mempertahankan hubungan ini mengingat mereka orang-orang yang berkuasa di kampung. Tapi, tidak ada salahnya kami berusaha. Bukankah diatas langit masih ada langit?"Waah, serasi sekali kalian," ucap Laila menyambut kedatangan kami. Senyum miring yang terukir di wajahnya itu menunjukkan keangkuhan dirinya.Perlahan aku menggandeng tangan Mas Fandy untuk mendekat. Meskipun aku tahu apa yang kulakukan ini bisa menambah murka hati Laila tapi aku tak peduli. Cinta kami suci dan utuh meskipun aku tak tahu akan bertahan seberapa lama lagi."Sebaiknya lepas pegangan tangan kamu itu

    Last Updated : 2024-10-09
  • Setelah Melepasmu Pergi    Terpaksa Menerima

    Bab 4"Astaghfirullah, sadar Sayang. Jangan punya pikiran seperti itu. Aku sayang dan cinta kamu itu tulus. Tak mungkin aku menodai cinta kita dengan hubungan haram itu.""Aku sudah tak tahu lagi harus bagaimana, Mas. Bapak begitu, sekarang Laila juga begitu, sementara aku ngga mau pisah sama kamu." Kutatap wajah laki-laki yang menjadi pemilik hati. Tak bisa kubayangkan jika aku harus melihatnya duduk di pelaminan bersama perempuan lain."Sayang, kamu percaya takdir kan? Jika kita tidak ditakdirkan bersatu sekarang, mungkin suatu saat nanti kita bisa bersama. Biarkan cinta mencari jalannya sendiri untuk mempersatukan kita. Kamu percaya sama Mas kan? Meskipun Mas menikahi Laila, tapi cinta Mas hanya buat kamu.""Mas yakin dengan jalan yang Mas ambil? Mas benar-benar akan menikahi Laila?" tanyaku dengan tatapan penuh buliran air."Yakin tak yakin, suka tak suka, mau tak mau Mas harus melakukannya sebab membayar hutang itu secara cash pun Mas tak mampu," balas Mas Fandy dengan tatapan da

    Last Updated : 2024-10-09
  • Setelah Melepasmu Pergi    Mari Berjuang

    Bab 5Selepas kepergian Mas Lana, aku segera masuk ke dalam kamar. Dadaku sudah tak sanggup lagi menahan rasa yang berkecamuk di hati.Betapa takdir tak berpihak pada kami yang saling mencintai. Betapa Tuhan tidak berkenan mempersatukan kami menjadi sepasang halal dan berlayar bersama menuju mahligai bahagia.[Aku sudah mengikuti perintahmu, Mas. Kita berjuang bersama dengan takdir kita masing-masing.] Sebuah pesan kukirim pada Mas Fandy. Akan tetapi, pesanku hanya dibaca dan dibiarkan tanpa balasan.Aku tahu, Mas Fandy pasti sama. Ia juga sedang sibuk menata hatinya yang juga sedang porak-poranda.[Bismillah ya, Sayang. Semoga Allah berkenan mempersatukan kita kelak.] Sebuah pesan balasan baru masuk setelah sekian lama layar itu diam tak menyala. Lihatlah, Tuhan. Lihat betapa kami sama-sama terluka karena takdir ini. Sungguh apakah tidak ada jalan lain agar kami tetap bersama?Bahuku bergetar hebat sebab tangis yang sudah terbendung. Sakit yang sesungguhnya adalah ketika kami sama

    Last Updated : 2024-10-09
  • Setelah Melepasmu Pergi    Sabar Ya Sayang

    Bab 6"Awas, Dik," pekik Mas Lana membuatku kembali mengarahkan pandangan padanya. Kulihat jeruk dalam kantong itu berceceran di lantai."Maaf, Mas. Aku ngga sengaja." Refleks aku berjongkok, memunguti jeruk-jeruk itu dan kembali memasukkannya ke dalam kantong.Mas Lana pun demikian. Ia turut memunguti jeruk yang berceceran karena ulahku.Tak sengaja pandangan kami bertemu. Sepersekian detik kami saling bertatapan, lalu aku menunduk, menatap jeruk-jeruk yang sedang menggelinding di sekitarku untuk mengalihkan rasa canggung yang menyelimuti kami."Ngga apa-apa. Kamu lihat apa? Sampai jatuh gini jeruknya," balas Mas Lana yang juga turut memunguti jeruk yang berceceran. Laki-laki di depanku itu tetap stay calm meskipun tahu bahwa aku sedang canggung.Seketika aku mengangkat kepalaku, mencari sosok yang membuatku tak fokus pada apa yang dilakukan Mas Lana.Kemana perginya Mas Fandy? Apa dia marah melihatku berdekatan dengan Mas Lana begini?"Dik?" panggil Mas Lana sambil mengikuti arah ma

    Last Updated : 2024-10-09
  • Setelah Melepasmu Pergi    Diblokir?

    Bab 7Pada akhirnya memang harus begitu, harus kulupakan laki-laki yang kucintai setelah memutuskan menerima pinangan laki-laki lain sekalipun aku tak cinta.Namun, aku bukan wanita tanpa hati yang bisa begitu saja melupakan dia yang selalu hadir dalam hari-hariku dalam sekejap. Aku butuh waktu untuk menata hati juga pikiranku."Semua tahu Nak Lana itu laki-laki yang baik. Dia pendatang di kampung ini, tapi berhasil meraih hati ibu-ibu dan berebut memintanya menjadi menantu. Beruntunglah kamu, dia datang tanpa diundang. Jangan sia-siakan kesempatan baik ini.""Beri Rani waktu, Bu. Rani janji setelah pernikahan itu digelar, hubungan kami akan benar-benar berakhir.""Setelah pernikahan itu digelar? Jangan ngawur kamu." Ibu mengangkat wajahnya, lalu menatapku dengan tatapan tak setuju."Rani tidak akan berjumpa dengan Mas Fandy setelah ini. Hanya saja Rani meminta kelonggaran untuk tetap bisa berhubungan baik lewat telepon.""Ibu hanya mengingatkan agar kamu segera menyudahi hubunganmu s

    Last Updated : 2024-10-25
  • Setelah Melepasmu Pergi    Membebat Luka

    Bab 8"Rani," panggil Mas Lana lagi. Nada suaranya lebih lembut dari yang sebelumnya, membuat mataku mengerjap seketika."Iya, Mas. Iya, aku mau," jawabku cepat."Alhamdulillah. Makasih ya, kamu sudah mau terima lamaran ini, Mas senang sekali.""Iya, tapi ada yang harus kubicarakan sama Mas," jawabku hati-hati."Apa? Soal pacarmu itu?""Mas tahu?" selaku kaget."Siapa yang tidak tahu hubunganmu dengan pacarmu. Mas tahu, Mas menerima masa lalumu dengan baik. Jangan khawatir.""Ada banyak yang ingin kubicarakan pada Mas, tapi tidak di telepon. Kalau ketemu saja kita bicara bersama.""Baiklah, kapanpun kamu siap saya akan jemput kamu. Ya sudah kamu siap-siap, saya juga mau siap-siap sebelum antar orang tua saya ke sana.""Baiklah, Mas. Makasih."Kututup panggilan dan kuembuskan napas lega sebab Mas Lana lebih dulu memahami kondisiku. Sedikit rasa syukur dalam hatiku karena aku tidak harus tertekan dengan perasaan ini. Paling tidak, Mas Lana cukup terbuka dengan apa yang sedang menimpaku.

    Last Updated : 2024-10-25
  • Setelah Melepasmu Pergi    Kenyataan Pahit

    Bab 9PoV Fandy NugrohoAku sedang menikmati secangkir kopi saat di dalam rumah Pak Hartono sedang terjadi keributan. Suara teriakan itu diiringi dengan suara benda pecah belah yang sepertinya sedang dibanting dengan penuh emosi. Urung menikmati kopi yang baru saja disuguhkan Mbok Nar, aku sibuk mencuri dengar apa yang sedang terjadi itu."Bagaimana bisa kamu melakukan itu hah? Apa kamu tidak berpikir bagaimana dampaknya??? Kalau sudah begini, kamu sama dengan menaburi muka bapakmu ini dengan kotoran!" Suara Pak Hartono terdengar menyeramkan. Jangan kan berteriak, dia diam saja wajahnya sudah membuat orang enggan berhadapan dengannya."Tenang, Pak. Sabar dulu, jangan emosi. Malu di dengar orang lain.""Biar Buk! Bapak sudah lelah mengikuti semua kemauan Laila. Dari dulu bisanya bikin Bapak emosi saja!"Tak terdengar balasan dari yang lainnya, hanya ada suara isak tangis dua perempuan yang ada di ruangan itu."Bagaimana bisa to Nduk? Kamu kok jadi kayak gini? Salah pergaulan kamu ini!!

    Last Updated : 2024-10-26

Latest chapter

  • Setelah Melepasmu Pergi    Berjuang Untuk Rani

    Bab 45Rani masih saja mengurung diri di kamar. Ia tak mau menemuiku hingga malam menjelang. Sedangkan aku, tak tahu harus bagaimana lagi untuk merayunya agar mau bertemu dan bicara denganku."Nak Lana sabar aja dulu. Jangan dipaksa terus nanti malah Rani ngga mau keluar." Bulik kembali berujar setelah berulang kali aku mengajak bicara Rani dari depan pintu."Saya merasa bersalah, Bulik. Melihat Rani seperti ini, makin membuat saya tak tenang.""Ya namanya perempuan. Maklum kalau ngambek begitu. Ditunggu aja dulu sampai dia mau keluar sendiri.""Apa Bulik tidak keberatan kalau saya di sini sampai Rani mau keluar?" tanyaku kembali memastikan. Sebab aku tidak tahu kapan Rani akan keluar."Ya enggak. Bulik ini tinggal di rumah ibumu, ya ngga apa-apa kalau kamu mau disini sampai kapan pun. Bulik malah senang bisa dekat sama keponakan, kapan lagi kalian datang ke sini?" Bulik tersenyum setelahnya, menunjukkan bahwa ia tak keberatan dengan keberadaanku dan Rani.Aku tersenyum. Rasa lega kem

  • Setelah Melepasmu Pergi    Merayu Rani

    Bab 44Sebuah rumah sederhana menjadi tempatku berhenti setelah berulang kali bertanya perihal alamat yang diberikan oleh Bapak. Rumah buliknya Rani, Bu Sulastri.Aku berjalan dengan langkah penuh keyakinan bahwa Rani ada di sini, di rumah ini dan aku bisa segera membawanya kembali ke rumah kami."Permisi, assalamualaikum," ucapku setelah mengetuk pintu. Aku berdiri dengan harap-harap cemas.Dua kali ketukan tak kunjung ada seseorang dari dalam yang menjawab salamku. Akan tetapi, aku tetap sabar menunggu hingga sang pemilik mendengar salamku dan membukakan pintu.Benar saja, tak butuh waktu lama, seseorang membukakan pintu untukku."Waalaikum salam. Cari siapa ya, Nak?" jawab seseorang setelah pintu ruang tamu itu terbuka. Seorang perempuan paruh baya dengan ciput yang membungkus kepalanya. Gamis panjang melekat di tubuhnya yang tidak terlalu gemuk."Saya cari Rani. Apa dia ada di sini?" tanyaku tak sabaran."Rani?" jawab perempuan paruh baya yang sepertinya beliau ini yang bernama Bu

  • Setelah Melepasmu Pergi    Tangis Ibu Mertua

    Bab 43PoV Maulana Aku terkekeh mendengar permintaan Fandy. Permintaan macam apa itu? Dia sudah menikah, aku pun sudah menikah. Bagaimana bisa dia meminta Rani untuknya hanya karena setelah membantuku memberi informasi soal keluarganya."Jangan mimpi kamu! Rani sudah sah menjadi milikku dan aku ngga akan melepas dia begitu saja." Aku berucap dengan tegas sambil menatap wajah yang sedang merasa bangga di depanku itu.Fandy terkekeh. Ia mengalihkan pandangannya sejenak dari hadapanku lalu kembali menatapku setelah beberapa saat."Baiklah. Aku tidak akan memberi tahu kamu soal dimana rumah saudara Rani. Silahkan kamu cari tahu sendiri soal ini ke orang tua Rani. Itu pun kalau mereka tidak murka padamu sebab sudah membuat anak mereka pergi dari sini!" Fandy terkekeh setelahnya.Ucapan Fandy itu sedikit membuat ketakutan dalam dadaku makin meningkat. Tapi, sebagai laki-laki aku harus menerima setiap konsekuensi dari apa yang sudah kulakukan pada Rani, sesuai dengan apa yang Mama ucapkan.

  • Setelah Melepasmu Pergi    Berani Bertanggung Jawab

    Bab 42PoV Maulana Aku menatap geram wajah Renata. Padahal kemarin aku sudah baik padanya, membantu mengatasi masalahnya tapi ini balasan dia padaku?Aku salah mengartikan kebaikannya selama ini. Kukira dia memang benar baik, nyatanya ada maksud yang tersembunyi dari semua kebaikannya padaku.Benar apa yang dilakukan Maharani dengan bersikap tegas pada Renata kemarin. Sekarang aku yang menjadi korban keegoisannya. Aku lupa melindungi keluargaku dari godaan perempuan seperti Renata padahal istriku sudah melakukannya lebih dulu.Aku merasa gagal sebagai suami."Aku minta maaf, Lan. Aku sungguh masih cinta kamu. Aku ingin kita balikan lagi kayak dulu. Aku ngga bisa lepasin kamu," rengek Renata setelah ia menjelaskan semuanya padaku. Tidak ada rasa bersalah sedikitpun dalam diri Renata setelah apa yang ia lakukan padaku. Ia masih berani mengajakku menjalin hubungan setelah rumah tanggaku porak-poranda karenanya.Benar memang Mbak Narti adalah orang suruhannya dan semua itu hasil rekayas

  • Setelah Melepasmu Pergi    Udara Segar Di Kampung

    Bab 41PoV MaharaniAku pergi dengan membawa hati yang penuh luka. Sepanjang perjalanan aku hanya bisa menangis saja, menyesali semua yang sudah terjadi.Ya, aku menyesal. Menyesal karena telah grusah-grusuh menentukan pilihan yang kini berakhir luka. Meskipun menyesal, aku berusaha untuk selalu mencari sisi positif dari apa yang terjadi ini.Aku tidak sepenuhnya menyalahkan Mas Lana sebab ia pun korban. Seandainya ia tahu bahwa semua ini adalah ulah Renata, aku yakin Mas Lana tetap ada di pihakku. Ia akan terus mendampingiku apapun yang terjadi. Sayangnya, Mas Lana hanya manusia biasa yang mudah termakan hasutan. Apalagi hasutan itu datang dari orang yang pernah singgah di hatinya. Entah karena terlalu percaya pada Renata atau karena masih cinta aku tak tahu.Kulihat ponsel yang sejak pergi kumatikan. Aku belum ingin membagi kabar kepergianku pada siapapun. Biarlah Mas Lana yang bertanggung jawab pada semua orang jika mereka mencari keberadaanku. Biar Mas Lana yang mencari alasan pa

  • Setelah Melepasmu Pergi    Berdua Di Rumah Kosong

    Bab 40Fandy membiarkanku pergi setelah ia menghajarku hingga puas. Biar, aku salah memang. Aku pantas dihajar olehnya. Aku yang sudah menikahi Rani dan mengambil Rani dari tangannya malah kusia-siakan seperti ini.Aku salah. Aku pantas dihukum. Kalau kalian mau mengahajarku, silahkan. Aku memang pantas dihukum.Kupukul bundaran setir dengan tanganku hingga aku puas. Aku tidak tahu kemana Rani pergi. Melihat reaksi Fandy, aku makin merasa bersalah kali ini.Astaga, Rani. Kamu di mana? Maafkan aku. Kututup wajahku dengan kedua tangan. Selain karena Mama, baru kali ini aku menangis karena perempuan. Seharusnya kemarin aku menunggunya, merawatnya saat dia juga butuh support dari suami.Aku malah marah pada Rani dan melontarkan kalimat yang menyakitkan. Ya Allah, maafkan aku.Bertahun-tahun mereka menjalin hubungan dan baik-baik saja, sedangkan aku, baru beberapa waktu menjalin hubungan tapi sudah membuat Rani pergi dari rumah seperti ini. Kemana Rani pergi jika di rumah orang tuanya ti

  • Setelah Melepasmu Pergi    Tamparan Keras

    Bab 39Aku terdiam tak berani menjawab pertanyaan Bapak. Rani anak satu-satunya, bagaimana jika Bapak tahu bahwa aku sudah menyakiti putri semata wayangnya? Beliau pasti murka padaku.Sebaiknya aku berpikir cepat untuk mencari alasan. Sebab tidak mungkin kukatakan sekarang bahwa Rani pergi dari rumah karena kecerobohanku."'Nak Lana? Rani mana?" tanya Bapak sekali lagi.Mataku mengerjap, memberanikan diri menatap wajah Bapak."Em ... Anu, Pak. Saya ... saya cuma mau ambilkan baju Rani saja. Dia lagi saya suruh istirahat di rumah. Dia minta diambilkan baju kesukaannya yang biasa dipakai," jawabku tergagap. Jika apa yang kuucapkan itu terkesan aneh, maka biarlah. Yang penting aku selamat dari murka kedua orang tua Rani hari ini."Oalah, Rani kok ya ada-ada saja. Baju saja sampai suaminya diminta ambilkan ke rumah," jawab Bapak sambil geleng-geleng kepala. "Ya sudah, masuk sana bilang ke ibumu, biar diambilkan Ibu bajunya yang mana," sambung Bapak lagi sambil menunjuk bagian dalam rumah.

  • Setelah Melepasmu Pergi    Raniku Pergi

    Bab 38PoV MaulanaAku kesal sekali pada istriku. Bisa-bisanya dia meminum obat untuk menggugurkan kandungannya, padahal anak itu sudah sangat kuharapkan.Emosiku makin memuncak saat aku datang ke rumah sakit dan melihat laki-laki itu di sana. Mengapa harus mantannya yang dihubungi bukan aku atau orang tua kami?Astaga. Maharani, kukira kamu perempuan cerdas. Tapi ternyata, kamu masih saja terbelenggu dengan masa lalu kamu."Pusing sekali kelihatannya," ujar Renata saat siang itu dia datang ke kafe. Dia datang di waktu yang tepat. Aku butuh teman bicara. Sejak kejadian itu, aku seperti orang gila yang memendam masalahku sendiri."Iya. Aku sedang pusing." Aku menjawab sambil memijit kepalaku yang memang terasa pusing."Kenapa? Cerita sama aku. Aku masih sama seperti yang dulu. Kamu bisa cerita apapun sama aku, bahkan kalau kamu butuh bantuan, aku akan bersedia membantumu." Renata tersenyum sumringah. Wajahnya masih sama seperti saat kami dekat dulu. Dia memang pandai merawat diri.Maha

  • Setelah Melepasmu Pergi    Selamat Tinggal

    Bab 37Mbak Narti meraung memohon ampun padaku saat aku masih sibuk mengontrol emosi. Bisa-bisanya perempuan itu, diam-diam merencanakan ini semua padaku. Sedendam ini kah Renata padaku hingga tega membunuh bayi yang tak berdosa ini?Astaghfirullah. Kuremas perut yang menjadi tempat persinggahan sementara calon bayiku. Hanya sebentar saja dia bertahan di sini dan sekarang harus pergi karena keegoisan perempuan itu."Saya mohon ampun, Bu," ucap Mbak Narti lagi, tak peduli pada dua anak yang sedang mengintip di balik tirai rumahnya. Ia bersimpuh di kakiku, berharap aku akan membiarkannya begitu saja."Saya akan memaafkan Mbak Narti asal dengan satu syarat," balasku tak mau begitu saja melepasnya. Dia sudah memulai semuanya berarti dia juga yang harus menyelesaikan masalah ini."Tolong, jangan bawa saya ke kantor polisi, Bu. Saya takut. Saya melakukan ini semua karena terdesak. Saya tak punya pilihan lainnya." Air mata Mbak Narti terus saja mengucur deras. "Apapun masalah Mbak Narti, s

DMCA.com Protection Status