Home / Romansa / Jerat Ambisi Penguasa Kejam / Iblis Berwajah Malaikat

Share

Iblis Berwajah Malaikat

Author: Si Nicegirl
last update Last Updated: 2025-03-17 13:00:20

Dua bulan kemudian ...

"Tuan, wanita itu di rawat di rumah sakit!" seru Yas pada Edzhar, yang sedang fokus melihat layar laptopnya.

"Wanita mana?" tanya Edzhar tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Nona Halwa," jawab Yas.

"Kenapa bisa masuk rumah sakit? Saya sudah bilang kasih wanita itu pelajaran, tapi tidak perlu sampai masuk rumah sakit!" geram Edzhar.

"Nona Halwa hamil, Tuan." jelas Yas.

"Hamil? Wanita sialan itu hamil?”

"Ya, Tuan."

Apa Halwa sedang mengandung anakku? Halwa masih suci saat itu, dan aku langsung menjebloskannya ke dalam penjara, jadi tidak mungkin dia bersama dengan pria lain.

"Perintahkan untuk menghentikan sementara menyiksa batin wanita itu, sampai saya benar-benar yakin anak yang dikandungnya itu adalah benar anak saya!"

"Baik, Tuan."

"Segera siapkan mobil, sudah saatnya saya melihat wanita itu!”

Sejurus kemudian mereka sudah sampai di bangsal rumah sakit, terlihat Halwa dengan wajah pucat dan di penuhi dengan memar itu tengah tertidur pulas. Sesekali terdengar rintihan pelan dari bibirnya yang penuh luka sobek, seperti sedang menahan sesuatu, yang Edzhar bisa tebak, pastilah itu rasa sakit akibat penyiksaan dari teman sekamarnya.

Edzhar menatap sinis Halwa, merasa penderitaan wanita itu belum seberapa jika dibandingkan dengan penderitaan Tita, hingga kekasihnya itu memutuskan untuk bunuh diri.

Dengan dipenuhi perasaan kesal, Edzhar menggoyangkan kaki Halwa dengan kasar,  "Bangun!" serunya.

Pelan-pelan Halwa membuka matanya, dan langsung memekik ketakutan saat melihat Edzhar. Ia menarik selimutnya hingga bawah dagunya dan mencengkramnya dengan erat.

Sementara sorot matanya yang biasa terlihat berbinar ceria, kini tampak kuyu dan dipenuhi dengan bayangan kelam. Dua bulan yang menyiksa itu telah merubah Halwa yang cantik dan ceria, menjadi Halwa yang terlihat kusam dan menyedihkan.

"Ma ... Mau apa kamu ke sini?" tanyanya dengan suara serak sambil menarik-narik tangannya yang diborgol di ranjang rumah sakit itu.

"Apa ada pria lain yang bersamamu selain aku?" tanya Edzhar dingin, dengan sorot mata yang tidak terbaca.

"Apa maksudmu?" 

"Milik siapa itu?" tanya Edzhar lagi sambil menunjuk ke arah perut Halwa, sontak Halwa langsung memeluk perutnya, seolah-olah ingin melindunginya dari siapapun yang berniat menyakitinya.

‘Kalau aku bilang ini adalah anaknya, apa dia akan memisahkanku dengan anakku? Aku tidak akan sudi memberikan anakku pada iblis berwajah malaikat itu!’

"Bukan! Janin ini milik salah satu sipir penjara," jawab Halwa sambil memalingkan wajahnya.

Rasa takutnya pada pria itu menghilang, berganti dengan kekecewaan dan sakit hati, karena sekali lagi Edzhar tidak mempercayainya.

Edzhar tertawa hambar,  "Cih, apa kau pikir saya akan mempercayainya?" 

Halwa mengangkat bahunya lalu meringis pelan saat merasakan sakit, bahunya itu terkilir akibat ketiga wanita yang selalu menyiksanya itu, dan masih membengkak hingga sekarang.

"Aku menyerahkan tubuhku, supaya bisa mendapat makanan enak. Makanan narapidana terasa hambar."

Dan dalam hitungan detik, tangan Edzhar sudah berada di lehernya, menekan leher Halwa hingga ia kesulitan bernapas,

"Aku tidak menyangka kau akan bersikap serendah itu!" Geram Edzhar

"Semurah itu kau jual tubuhmu!" lanjutnya.

"Tuan, tahan diri anda! Nona Halwa bisa mati!" seru Yas.

Edzhar langsung menjauhkan tangannya, disusul dengan suara batuk Halwa, saat oksigen kembali masuk ke dalam paru-parunya.

Edzhar terus menatap Halwa dengan sorot matanya yang terlihat tajam itu, sorot mata yang siap membunuh, sorot mata yang dipenuhi dengan kebencian.

"Kenapa? Kenapa kau melakukan itu?" tanyanya.

Halwa balas menatap tajam mata Edzhar, sakit diseluruh tubuhnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan sakit hatinya. Halwa bukanlah orang yang mudah jatuh cinta, tapi sekalinya ia jatuh cinta, justru pada iblis bertopeng malaikat itu.

Hatinya sakit karena tidak sedikitpun pria itu mempercayainya, tidak saat Halwa menjelaskan kalau bukan Halwa yang menjebak Tita, tidak pula saat Halwa mengandung anaknya, dan pria itu dengan santai malah bertanya milik siapa anak ini?

"Kenapa tidak? Kehormatanku sudah hancur, dan aku butuh makan. Ketiga wanita itu selalu menghabiskan jatah makananku, setidaknya sipir itu bersikap lembut saat melakukannya, tidak sepertimu!" jawab Halwa santai.

Hatinya menjerit saat ia mengucapkan kebohongan itu. Tapi ia harus tetap melanjutkannya, atau ia bukan hanya kehilangan kehormatannya, tapi juga anaknya.

"Kau!"

"Tuan, kendalikan dirimu. Kita sedang berada di rumah sakit."  Yas kembali menenangkan Edzhar.

"Kirim dia kembali ke sel, dan lanjutkan lagi permainannya! Kali ini dengan lebih keras lagi sampai dia kehilangan anak itu! Supaya dia juga dapat merasakan, sakitnya kehilangan seseorang yang dia cintai!" perintah tegas Edzhar sebelum balik badan dan meninggalkan ruang rawat Halwa, dan Yas pun menganggukkan kepalanya, lalu mengekor di belakang Edzhar.

Ya Tuhan ... Pria itu benar-benar jelmaan iblis!

Halwa menggelengkan kepalanya untuk mengusir kenangan buruk itu dari ingatannya, tapi ia malah teringat akan ancaman Edzhar tadi, membuat dirinya diliputi oleh rasa takut. Ia tidak mau mengalami kesakitan itu lagi.

Membayangkan dirinya kembali ke sel dan kembali mendapatkan siksaan lagi, kali ini siksaan itu akan membuat dirinya keguguran, membuat Halwa kehilangan semangat hidupnya. Ia segera menekan tombol untuk memanggil perawat.

"May i help you?" tanya perawat yang datang dalam bahasa Inggris, karena mereka tahu, Halwa tidak bisa berbahasa Turki.

"I need to pee!" jawab Halwa.

"Wait a minute."

Perawat itu berbicara pada dua orang polisi wanita yang berjaga di depan pintu kamarnya, lalu salah satunya masuk dan membuka borgol sebelum menuntun Halwa ke toilet, kemudian berjaga di depan pintu toilet itu selama Halwa berada di dalamnya.

Halwa menatap pantulan dirinya di depan cermin kecil, wajah putih mulusnya kini dipenuhi dengan memar dan guratan kecil, bekas cakaran kuku ketiga wanita itu. Entah akan meninggalkan bekas permanent di wajahnya atau tidak.

Seluruh tubuhnya pun tidak jauh berbeda dengan wajahnya, kecuali area perutnya. Setelah mengetahui ia telat dari jadwal haidnya, Halwa sudah curiga kalau ia tengah hamil. Dan sejak saat itu, ia selalu menghindari perutnya dari pukulan wanita itu, hingga wajahnya yang menjadi imbasnya.

Halwa mwngusap lembut perutnya, "Maafkan Mommy, Sayang. Mommy sudah berusaha menjagamu, tapi kalau akhirnya kamu harus pergi karena siksaan itu, lebih baik kita pergi bersama-sama saja, yaa,” ujarnya lirih.

Dengan menggunakan jet shower washer, Halwa memecahkan kaca kecil itu, dan polisi wanita yang berjaga di depan pintu langsung menggedor-gedor pintunya, sambil berteriak memanggilnya, tapi Halwa mengabaikan mereka.

Ia mengambil pecahan kaca itu dan mulai mengarahkan ke nadi tangannya, air matanya yang mengenang di pelupuk matanya, mulai mengaburkan pandangannya.

Lalu sambil memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya, ia mulai mengiris tangannya, hingga ia merasa darah yang mulai membasahi tangannya, dengan bau khas darah yang memenuhi indera penciumannya.

Badan Halwa mulai melemah hingga ia jatuh terduduk, ia membuka kedua matanya saat kedua lengannya terkulai di sisi tubuhnya, dan matanya menatap kosong pada bayangan masa lalunya.

Bayangannya saat tertawa dan becanda dengan Tita, bayangan saat pertama kali bertemu Edzhar, lalu bayangan kedua orang tuanya, yang selalu menyambut kepulangannya dengan pelukan hangat mereka.

"Maafkan Halwa Ma … Pa ... " bisiknya lirih sebelum dunianya menjadi gelap, dan Halwa semakin hanyut ke dalam kegelapan itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Penyelamat

    "Kenapa menamparku?!" tanya Halwa sambil memegang pipinya.Alih-alih menjawab wanita lainnya kembali menampar Halwa, kali ini mendarat di pipi kirinya."Apa salahku pada kalian?" tanya Halwa lagi, matanya sudah mulai kabur akibat dua tamparan keras di pipinya.Ketiga wanita itu hanya tertawa, Halwa berteriak minta tolong sambil memegang jeruji besi itu, tapi tidak ada satupun yang peduli dan menolongnya.Hingga pukulan demi pukulan ia terima dari ketiga wanita itu, hingga Halwa jatuh terduduk, ia menatap nanar ketiga wanita itu, wanita yang menyiksanya, yang ia yakini atas suruhan Edzhar.Hanya pria itulah yang mampu melakukan semua ini, tidak ada yang mampu melawan perintahnya, mau seperti apapun Halwa berteriak minta tolong, semua pasti akan tetap diam, bahkan anginpun akan ikut membisu.Air mata Halwa kembali mengalir, ia kembali terisak sambil menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya. Ia tidak pernah membayangkan akan berada di dalam situasi seperti ini.Merenggut kehormatannya s

    Last Updated : 2025-03-17
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Halwa Bebas?

    "Ya, kalau butuh sesuatu jangan sungkan-sungkan untuk meneleponku, kau lihat ponsel di atas meja itu ... "Halwa mengalihkan perhatiannya ke atas meja kecil di samping tempat tidurnya, terlihat di sana sebuah ponsel keluaran terbaru, dan Halwa langsung mengangguk sambil kembali menatap Victor."Ada nomor ponselku di sana. Jangan ragu-ragu untuk meneleponku, Ok?" "Iya, terima kasih, Vic.""Ah, ya. Jangan menghubungi orang tuamu dengan ponsel itu, takutnya Edzhar nanti akan melacaknya saat dia tahu kamu sudah bebas dan keluar dari Turki.""Iyaa ... ""Dan jangan khawatir, aku tidak akan memberitahu Edzhar," ujarnya seolah mengerti apa yang sedang di khawatirkan Halwa saat ini."Terima kasih," ucapnya lagi"Istirahatlah, aku tidak akan lama ... " Dan setelah Halwa mengangguk, Victor kembali melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu. Halwa tidak dapat menghentikan air matanya, ia terharu dengan kebaikan Victor yang mau membebaskannya dari neraka itu, juga menyelamatkan nyawanya dan ju

    Last Updated : 2025-03-17
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Cinta Pada Pandangan Pertama

    Setahun yang laluHalwa dan Tita duduk di barisan kursi terdepan, mereka terpisah dari teman-teman satu fakultasnya, untuk memudahkan prosesi wisuda, karena mereka termasuk wisudawan berprestasi.Tepat pukul delapan, rektor dan jajaran rektorat masuk dan duduk di tempat yang sudah disiapkan untuk mereka.Setelah semua rektor dan jajarannya sudah menempati posisi mereka masing-masing, pemimpin paduan suara keluar dari barisannya, disusul dengan suara MC yang meminta seluruh peserta untuk menyanyikan lagu kebangsaan secara bersama-sama.Hingga akhirnya nama-nama wisudawan yang berprestasi dari tiap fakultas, dipanggil satu persatu untuk naik ke atas panggung, untuk menerima ijasah langsung dari rektor.Tempat duduk mereka yang berada di barisan terdepan dekat panggung, membantu prosesi berjalan sangat cepat dan mulus, hingga akhirnya MC menyebut nama Halwa."Aira Halwatuzahra!" "Semangat!" seru Tita sambil meremas tangan Halwa sebelum ia berdiri dan naik ke atas panggung.Dengan arahan

    Last Updated : 2025-03-17
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Kosong

    Turki, negara transkontinental, satu negara seribu rasa. Negara yang penuh dengan kekontrasan, tempat bertemunya tradisi Timur dan Barat, dimana pemandangan reruntuhan dan bangunan kuno bersanding dengan dunia modern, serta kehidupan sekuler dan religius yang berjalan berdampingan. Negara yang ingin sekali Halwa kunjungi, itu makanya ia tidak menolak saat Tita mengajaknya ke negara ini, untuk merayakan ulang tahun kekasihnya, Edzhar. Kini, nyaris tiga bulan Halwa berada di negara ini, dan sekarang adalah malam terakhirnya di negara ini.Halwa menatap ke luar jendela kamarnya, menatap nanar ke pemandangan kota Istanbul ini, yang pamornya tak kalah impresif dibandingkan dengan ibu kota Turi, Ankara. Satu-satunya kota di dunia yang berada di dua benua. Hanya dengan menaiki kapal ferry, kita sudah bisa berpindah dari Benua Asia ke Benua Eropa."Kamu sudah siap?" tanya Victor.Halwa balik badan menghadap pria yang sudah menyelamatkannya itu, "Ya," jawabnya, lalu melangkah mundur saat Vic

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Depresi

    Halwa sudah membayangkan kalau pertemuannya dengan kedua orang tuanya akan mengharu biru. Tapi ternyata lebih dari itu.Kini Halwa terduduk di lantai, dengan kepalanya yang ia rebahkan di atas pangkuan mamanya, dengan papanya yang duduk di sebelahnya, yang tangan tuanya kini sedang mengusap lembut kepala Halwa.Segala kepahitan dan penderitaan hidupnya selama tiga bulan ini, Halwa curahkan semuanya kepada kedua orang tuanya itu, sambil sesengukan ia menceritakan semuanya, tidak ada satupun yang ia sembunyikan."Aku sudah hancur sekarang, Ma, Pa. Pria itu sudah menghancurkan masa depanku," isak Halwa, airmatanya masih terus membasahi celana pajang mamanya.Orang tua mana yang tidak akan bersedih mendengar nasib malang yang menimpa putrinya, tidak terkecuali dengan mama dan papanya Halwa.Halwa dapat merasakan tetesan air mata mamanya yang jatuh ke kepala Halwa, tapi Halwa tetap bergeming, ia tetap merebahkan kepalanya di atas pangkuan mama

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Kenangan Yang Berbahaya

    "Kenapa aku harus ke Psikiater?" tanya Halwa keesokan harinya. Mama merangkul pundak Halwa, "Untuk membantumu supaya lebih cepat pulih dari trauma itu, Sayang. Dan bukan di sini, kamu akan memulai konsultasi saat sudah berada di Spanyol nanti," jawabnya. "Dimana Victor? Aku belum melihatnya pagi ini?" tanya Halwa. "Dia dan Papa sedang mengurus dokumen kepindahan kita. Beruntung kamu menemukan pria sebaik dia Aira," jawab mama sambil merapikan rambut Halwa, "Mau Mama kuncir?" tanyanya dan Halwa menganggukkan kepalanya. Kini ia tidak bisa mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi, bahkan hanya sekedar untuk mengikat rambutnya. Akibat dari tendangan keras di bahunya hingga menyebabkan tulang lengan atas bergeser dari soket bahunya. "Tunggu sebantar, Mama ambil sisir dan ikat rambut dulu," ujar mamanya sambil berdiri, lalu melangkah ke dalam kamar Halwa. Bosan hanya duduk-duduk saja sejak tadi, Halwa melangkahkan kakinya dengan pelan ke halaman rumahnya. Desanya ini berada d

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Jebakan

    Desa Albarracin, Spanyol. Salah satu desa terindah di dunia. Desa yang menyajikan panorama abad pertengahan yang sangat kental, rumah-rumah di desa ini rata-rata dibangun di atas bukit, dengan material-material yang ringan, begitu juga dengan rumah peristirahatan Victor ini. Dari jendela kamarnya Halwa dapat melihat ke sekeliling desa itu, dan ia merasa seperti tinggal di abad pertengahan, dengan banyaknya benteng batu yang menghiasi sudut kota, dan bukit-bukit tandus yang mengelilingi desa yang berada di wilayah tengah Aragon ini, meski demikian udaranya terasa sejuk. Di gang-gang sempit desa ini terdapat jalur-jalur yang berliku, yang mengarah ke menara-menara batu kuno, istana-istana dan juga kapel-kapel, serta situs bersejarah lainnya. "Kamu tidak istirahat, Aira?" tanya mama, "Tidurlah sebentar, kamu tidak tidur selama di pesawat." Halwa "Aku takut, Ma. Aku selalu merasa ketakutan saat akan beranjak tidur. Aku takut mimpi buruk lagi," jawab Halwa. "Besok Victor akan men

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Jangan Sakiti Mereka

    Dengan kedua telapak tangan bersandar pada kaca besar ruang kerjanya, Edzhar terlihat seperti sedang menikmati pemandangan ibu kota, yang dipenuhi dengan gedung-gedung bertingkat, dan kendaraan yang padat merayap. Tapi sebenarnya pikirannya sedang tersita pada sosok wanita yang ia cari-cari selama ini. Sudah satu bulan lebih anak buah Edzhar belum bisa menemukan keberadaannya, Halwa. Wanita yang sudah menyebabkan kekasihnya bunuh diri. Kedua matanya masih menyala-nyala dengan api dendam. Ia belum puas memberi pelajaran pada wanita itu, tapi seseorang telah berhasil mengeluarkannya dari dalam penjara. Edzhar selalu bertanya-tanya di dalam hatinya, siapa sosok yang sudah berani menantangnya itu? Dan sampai kini pun ia belum menemukan para pria yang sudah melecehkan kekasihnya itu. Semua yang terlibat di dalam insiden itu seperti menghilang di telan bumi, termasuk Halwa. "Sampai aku bisa menemukanmu, habis kau Halwa!!" geram Edzhar sambil mengepalkan kedua tangannya. Sesaat kemudian

    Last Updated : 2025-03-28

Latest chapter

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Morning Sick

    "Bagaimana terapinya?" tanya Edzhar ketika Halwa sudah keluar dari ruang konseling."Berjalan dengan lancar, Tuan." jawab Halwa pelan. Terapinya tidak jauh berbeda dengan yang pernah ia jalani saat di Spanyol bersama dengan Victor, entah terapi ini akan berhasil atau tidak? Secara ia sekarang tinggal dengan sumber dari segala ketakutannya itu, Edzhar.Tapi pria itu kini sudah sedikit berubah, dia tidak terlihat bengis lagi seperti biasanya, kini Edzhar terlihat seperti saat pertama kali Halwa melihatnya, tampan dengan aura yang terlihat berbeda dari yang lainnya."Berhenti memanggilku Tuan lagi! Mulai sekarang kau bisa memanggil namaku saja," ujar Edzhar sambil mengulurkan lengannya ke Halwa.Halwa tahu, itu merupakan kode darinya agar Halwa merangkul lengannya itu. Takut pria itu marah kalau Halwa menolaknya, ia langsung melingkarkan lengannya di lengan Edzhar."Apa kau menginginkan makanan tertentu?" tanya Edzhar."Maksudmu ngidam? Tidak, aku tidak merasakannya," jawab Halwa, ia me

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Salca

    "Günaydın!" sapa Edzhar ketika Halwa baru saja membuka matanya, dan mendapati Edzhar yang berdiri di sampingnya.Seketika itu juga Halwa langsung duduk, "Maaf, aku kesiangan!" ucapnya. Ia takut Edzhar akan marah karenanya.Alih-alih marah, Edzhar malah tersenyum lembut. Pria itu benar-benar tersenyum padanya, 'Apakah aku sedang bermimpi?'"Kau tidak perlu terburu-buru bangun seperti tadi, bagaimana kalau perutmu kram lagi?" nada lembut di dalam suara Edzhar itu membuat Halwa mengerutkan keningnya."A ... Aku sudah tidak merasakan kram itu lagi."Sambil terus tersenyum, Edzhar duduk dipinggir tempat tidur, refleks Halwa beringsut mundur saat tangan Edzhar terarah ke wajahnya, dengan kedua bola matanya yang melebar ketakutan, membuat tangan pria itu terhenti di udara.'Wanita ini masih takut padaku, aku harus bersabar. Bagaimanapun juga aku yang menyebabkan dia trauma.'"Mandilah, Anne sudah menunggu kita di bawah!" seru Edzhar sebelum berdiri dan duduk di sofa santainya, ia mengulurk

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Penyesalan

    "Nona Halwa mengalami trauma berkepanjangan, yang biasa juga disebut dengan Post-Traumatic Stress Disorder atau PTSD," ujar psikiater itu."PTSD? Apa maksudnya?" tanya Edzhar."PTSD itu gangguan secara emosi berupa mimpi buruk, sulit tidur, kehilangan nafsu makan, ketakutan, serta depresi akibat peristiwa traumatis yang dialami, yang biasanya telah terjadi selama lebih dari tiga puluh hari. Dalam hal ini, sepertinya Nona Halwa trauma terhadap berbagai peristiwa yang menakutkan di dalam hidupnya, yang terjadi dalam beberapa bulan belakangan ini," jawab psikiater itu."Lalu apa yang akan kau lakukan untuk menghilangkan traumanya itu?""Saya akan melakukan terapi psikologis untuknya berupa manajemen ansietas, terapi kognitif, dan juga terapi exposure. Tapi yang jauh lebih penting dari itu adalah dukungan dari keluarganya, untuk mendampinginya melewati masa trauma ini, terutama dari anda sebagai suaminya.""Kapan prosesnya bisa di mulai?"Sesegera mungkin Nona Halwa harus melakukan psiko

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Apa Yang Harus Aku Lakukan?

    Edzhar duduk di sofa santainya, dengan kedua kaki yang saling tumpang tindih di atas meja. Jemari tangannya saling bertautan di atas perutnya yang rata, sementara kedua matanya menatap penuh wanita yang saat ini sedang tidur di atas tempat tidurnya.Sesekali Edzhar melihat kening Halwa yang mengernyit, seperti menahan sesuatu yang tengah menyiksanya. Mungkinkah wanita itu tengah bermimpi buruk?Mendapatkan luka sedalam itu, pasti sangat menyakitkan untuknya, dan entah kenapa ada reaksi primitif di dalam diri Edzhar saat pertama kali melihat bekas luka itu."Tuan, Nona Halwa terlibat pertengkaran lagi dengan Teman satu selnya!" lapor Yas, hampir setiap hari Yas melaporkan itu selama Halwa berada di dalam penjara.Saat itu Edzhar tidak mempedulikannya, ia menganggap itu hanyalah akting Halwa supaya ia merasa iba dan mengeluarkannya dari dalam penjara itu. Tapi alih-alih mengeluarkannya, Edzhar justru tetap menempatkan wanita itu di sel yang sama, dan tidak berniat sama sekali untuk memi

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   USG

    Siang harinya, Victor beserta yang lainnya pamit kembali ke Istanbul, sebelum melanjutkan kembali perjalanan mereka ke Jakarta. Kota yang sudah sangat Halwa rindukan itu, tempat ia menghabiskan hampir dari seluruh hidupnya di sana.Halwa tidak berani menatap Victor, selain takut membuat Edzhar murka, ia juga takut tidak akan bisa menahan dirinya untuk menghambur ke arah pria itu, lalu memohon padanya untuk menyelamatkan kembali dirinya dari neraka yang Edzhar ciptakan ini untuknya.Mereka melambaikan tangannya saat mobil yang mereka tumpangi bergerak keluar dari halaman rumah Anne. Dan Halwa seolah-olah merasa kehilangan sesuatu yang penting, yang tidak akan mungkin ia dapatkan kembali, dan itu membuat hatinya terasa sakit.Ia memang mencintai Edzhar. Ia tidak tahu kenapa ia masih saja mencintai Edzhar ketika pria itu telah berkali-kali membuatnya terluka, bahkan kenangan menyakitkan selama di dalam penjara saja belum hilang sepenuhnya dari dalam dirinya, mungkin inilah maksud dari ka

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Kau Adalah Milikku!

    "Kau boleh keluar sekarang! Dan jaga pintu itu dengan nyawamu!" perintah Edzhar pada Yas. Yas sedikit menundukkan kepalanya sebelum melangkah keluar kamar, lalu berjaga di depan pintu masuknya. Setelah mengunci pintu, Edzhar melangkahkan kakinya ke arah Halwa, yang tengah duduk di salah satu sofa sudutnya. Cahaya lampu kamarnya lumayan terang, hingga ia dapat melihat dengan jelas kedua mata Halwa yang membelalak ketakutan sejak ia memasuki kamar. "Apa kau sudah lupa dengan apa yang sudah pernah saya tegaskan?" tanya Edzhar dengan sikap dingin, dengan ekspresi wajah yang sama dinginnya. Halwa langsung beringsut di kursinya, "A ... Apa maksudmu?" tanyanya. Edzhar meletakkan kedua tangannya di sisi sofa, mengungkung Halwa di bawahnya, membuat wanita itu semakin terlihat ketakutan. "Saya dengan tegas sudah mengatakan untuk berpura-pura tidak mengenali Victor saat kau bertemu kembali dengannya! Tapi

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Provokasi

    "Ya, tapi aku ragu itu anakku. Bisa saja itu anak salah satu sipir penjara, Halwa sendiri yang mengakui itu padaku!"Jawabannya seperti menyiram minyak ke dalam api, karena amarah yang sejak tadi berusaha ditahan Victor, kini tidak bisa dibendung lagi.Sambil mengepalkan kedua tangannya, Victor langsung berderap ke arah Edzhar, dan baru akan kembali meninjunya kalau saja Ethan dan Levin tidak menahannya, dan mendudukkannya kembali di kursinya."Tahan dirimu, Vic! Apa kau mau meberikan Ed kepuasan dengan melihatmu kehilangan kendali diri seperti ini? Itu tujuan dia memprovokasimu!" bisik Ethan di telinga Victor."Kenapa tidak kalian biarkan saja dia meninjuku kembali? Kali ini aku tidak akan membiarkannya lolos begitu saja! Aku akan memastikannya meringkuk di balik jeruji besi walau hanya satu malam saja!" cibir Edzhar sambil tersenyum sinis."Aku tahu kau menekannya untuk bersedia menikah denganmu!" geram Victor."Tidak. Seperti

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Neraka Untuk Halwa

    "Edzhar, ada apa ini? Cepat jelaskan kenapa pembantu itu bisa menjadi istrimu? Kenapa kau menikah tanpa izin dari Anne terlebih dahulu?" cecar anne, tapi Edzhar masih terus mengabaikannya."Aku akan tetap membawa Aya dari sini!' tegas Victor."Silahkan bawa wanita itu, kalau memang wanita itu bersedia pergi denganmu!" balas Edzhar."Edzhar!" tegur anne lagi, kali ini ia baru mendapatkan perhatian dari putranya itu,"Apa makan malam sudah siap, Anne?" tanyanya dengan nada lembut."Sudah, sekarang lebih baik kita segera memulai makan malam ini, sambil kamu menjelaskan kenapa bisa kamu diam-diam sudah menikah?""Baiklah kalau begitu. Silahkan nikmati makan malam kalian!' seru Edzhar sambil melenggang pergi."Kamu mau ke mana?" tanya anne saat melihat putranya itu melangkah ke arah yang berlawanan dengan ruang makan.Edzhar menghentikan langkahnya, lalu balik badan ke arah anne sambil merentangkan kedua tangannya,

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Dia Istriku!

    Edzhar terus mengeluarkan sumpah serapahnya saat Victor memeluk Halwa, dan membisikkan kata-kata lembut di telinganya, "Ssttt! Tenanglah, Aya. Ini aku Victor," bujuknya sambil mengelus punggung Halwa. Halwa masih terlihat memberontak dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Victor, "Lepaskan aku! Tolong lepaskan aku," isaknya. Victor menangkup pipi Halwa, dan menatapnya dengan lembut, "Aya! Look, I'm here for you, no matter what! I'm here to protect you!" Perlahan kesadaran Halwa mulai kembali, awalnya ia mengira ini hanyalah mimpi, tidak mungkin kan Victor ada di sini? Di perkebunan Edzhar? Tapi suara lembut yang sangat dikenalnya itu mampu menyelusup masuk ke dalam dirinya, "Aya! Ini aku, Victor." Aya, hanya pria itu saja yang memanggilnya seperti itu. Dan kini Halwa sudah sepenuhnya sadar, meski tubuhnya teramat sangat letih, sebentar lagi ia pasti akan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status