Home / Romansa / Jerat Ambisi Penguasa Kejam / Kenangan Yang Berbahaya

Share

Kenangan Yang Berbahaya

Author: Si Nicegirl
last update Last Updated: 2025-03-28 13:10:01

"Kenapa aku harus ke Psikiater?" tanya Halwa keesokan harinya.

Mama merangkul pundak Halwa, "Untuk membantumu supaya lebih cepat pulih dari trauma itu, Sayang. Dan bukan di sini, kamu akan memulai konsultasi saat sudah berada di Spanyol nanti," jawabnya.

"Dimana Victor? Aku belum melihatnya pagi ini?" tanya Halwa.

"Dia dan Papa sedang mengurus dokumen kepindahan kita. Beruntung kamu menemukan pria sebaik dia Aira," jawab mama sambil merapikan rambut Halwa,

"Mau Mama kuncir?" tanyanya dan Halwa menganggukkan kepalanya.

Kini ia tidak bisa mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi, bahkan hanya sekedar untuk mengikat rambutnya. Akibat dari tendangan keras di bahunya hingga menyebabkan tulang lengan atas bergeser dari soket bahunya.

"Tunggu sebantar, Mama ambil sisir dan ikat rambut dulu," ujar mamanya sambil berdiri, lalu melangkah ke dalam kamar Halwa.

Bosan hanya duduk-duduk saja sejak tadi, Halwa melangkahkan kakinya dengan pelan ke halaman rumahnya. Desanya ini berada di bawah gunung Rinjani dengan ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Desa yang terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah, berupa pemandangan Gunung Sangkareang dan Gunung Rinjani yang gagah.

Halwa memanjakan matanya dengan hamparan sawah yang luas, lalu menghirup udara sejuk itu dalam-dalam sebelum menghembuskannya dengan pelan.

Bahkan ketenangan dan kesejukan kampungnya ini, tidak mampu menenangkan hatinya, yang masih saja terus bergejolak dengan berbagai macam pikiran dan perasaan yang campur aduk menjadi satu.

"Sepertinya baru kemarin Mama melihatmu bermain di sawah itu dan mengotori badan dan juga bajumu. Kamu tertawa riang saat Papa mencoreng wajahmu dengan tanah," gumam mama.

"Kenapa aku bisa sesial ini, Ma?" tanya Halwa dengan suara lirih.

Mama mulai menyisiri rambut panjang Halwa, "Semua sudah menjadi suratan takdir dari Tuhan, Sayang. Kita sebagai manusia hanya bisa menjalaninya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Sambil terus berdoa semoga saja ada hikmah dibalik semua kejadian yang menimpamu ini."

"Aku merindukan Tita. Aku merindukan kebersamaan kami," desah Halwa pelan.

"Semoga Tita tenang di alamnya. Dan semoga dia segera memberikan petunjuk pada kekasih gilanya itu siapa pembunuh sebenarnya."

Halwa balik badan dan memeluk mamanya, "Aku mau melakukan itu, Ma. Aku mau terapi ke psikiater manapun untuk menghilangkan semua ingatan burukku itu. Ya mungkin aku tidak akan bisa menghilangkan kenangan buruk itu dari ingatanku untuk selamanya, tapi setidaknya aku mau tegar meski ingatan itu terus datang, Ma. Aku tidak mau terus tersiksa setiap kali mengingatnya."

Dengan lembut mama menepuk-nepuk punggung Halwa,

"Victor sudah mengurusnya, Sayang. sesampainya kita di Spanyol nanti, kamu bisa langsung memulai konsultasinya."

"Iya..."

"Kamu mau makan apa? Biar Mama masakkan untukmu," tanya mama sambil menjauhkan sedikit badannya untuk menatap lembut putrinya itu.

"Apapun masakan Mama aku menyukai semuanya," jawab Halwa.

Biasanya ia akan menjawabnya sambil tersenyum lebar, tapi sejak saat itu, senyum seperti menghilang dari wajahnya. Yang bisa dengan mudah dilakukan wajahnya saat ini hanyalah meringis, atau mengerutkan keningnya.

"Ya sudah, kamu mau menemani Mama masak?"

Halwa menggelengkan kepalanya, "Aku di sini saja, Ma. Aku mau menikmati pemandangan indah ini, yang mungkin tidak bisa aku dapatkan di Eropa nanti."

Mama menggeser bangku rotan ke sebelah Halwa, "Duduklah, jangan terlalu lelah dulu," serunya.

Dengan patuh Halwa duduk di kursi itu, dan menyandarkan punggungnya yang rapuh ke sandaran kursi. Usianya belum genap dua puluh lima tahun, tapi tulang belulangnya tidak ada bedanya dengan para manula, semua terasa linu ketika digerakkan, akibat dari siksaan hebat di dalam penjara.

"Mama masak dulu ya," ujarnya sambil mencium puncak kepala Halwa, dan Halwa hanya menganggukkan kepalanya.

Semilir angin dingin pegunungan memainkan rambut panjangnya, seolah-olah sedang menina bobokan Halwa, hingga tidak lama kemudian Halwapun terbuai di alam mimpinya.

"Patahkan saja tulang-tulangnya! Tuan Murat mengizinkan kita melakukan apapun, selama tidak membuatnya mati!"

Seluruh tubuh Halwa bergetar hebat saat mendengar suara salah satu wanita dari sel yang sama dengannya itu berbicara dalam bahasa Inggris yang fasih, ketika Halwa sedang berjongkok menyikat lantai.

Murat? Edzhar Murat? Pria itu masih belum puas juga menyiksaku? tanya Halwa di dalam hatinya.

Lalu seseorang menendang punggungnya hingga Halwa jatuh telungkup, belum sempat Halwa bangun kaki lainnya kembali menendangnya bertubi-tubi, mereka tidak menghiraukan pekik kesakitan Halwa, seolah-olah hati para wanita itu terbuat dari batu karena begitu hebatnya mereka menyiksa sesama wanita.

"Aarrgghhh!" jerit kesakitan Halwa saat seseorang menendang bahunya sekencang mungkin, hingga Halwa dapat merasakan tulang bahunya yang bergeser.

Tidak berhenti sampai disitu, Halwa kembali menjerit kesakitan ketika seseorang melukai pinggangnya dengan patahan sapu hingga menyebabkan luka sobek sepanjang lima centi meter yang memanjang dari pinggang ke perutnya.

"Argghh! Sakit! Stop! Berhenti! Please!" teriak Halwa, tangan Halwa bergerak seolah-olah ingin menggapai sesuatu untuknya berpegangan untuknya terhindar dari siksaan itu, atau untuk meminta pertolongan seseorang.

Dan Halwa berhasil meraih tangan seseorang, bersamaan dengan suara lembut yang berhasil menelusup masuk ke dalam telinganya disela-sela kebisingan dan tawa jahat narapidana lainnya,

"Aira, bangun Aira. Kamu sudah aman sekarang. Keluarlah dari mimpi buruk itu!" seru suara itu.

Halwa masih terus berontak, dan tangan itu tetap menggenggam tangannya dan tidak mau melepaskannya,

"Tidak! Bukan aku. Aku tidak bersalah! Aku tidak tahu apa-apa!" teriaknya.

"Aira, Aku tahu bukan kamu pelakunya. Sekarang buka matamu, dan kamu akan merasa aman," bisik suara lembut itu.

Kelopak mata Halwa mulai bergerak, dan perlahan matanya terbuka, Victor sedang menunduk di atasnya, dengan kedua tangannya yang masih menggenggam erat tangan Halwa.

"Apa aku mimpi buruk lagi? Apa aku teriak-teriak lagi seperti orang sakit jiwa?" tanyanya lirih.

"Tidak apa-apa, tidak ada yang mendengarmu," jawab Victor menenangkan Halwa.

Teringat dengan sesuatu Halwa langsung menarik lepas tangannya dari genggaman Victor, dan langsung mengangkat kaos hariannya hingga menampakkan kulit putihnya, dan napasnya tercekat saat melihat luka yang memanjang itu, yang dijahit secara asal di klinik penjara itu, seketika air matanya kembali mengalir.

"Aku cacat, luka ini terlihat jelek sekali," isaknya.

Victor menggeser kursi rotan ke samping kursi Halwa, "Jangan pikirkan bekas luka itu. Sekarang pikirkan pengobatanmu saja. Sesampainya di Spanyol nanti, kita mulai dari mengoperasi tulang bahumu yang geser itu, kamu pasti tersiksa karenanya. Semakin lama menunda pengobatan semakin lama juga sembuhnya. Sebagai seorang dokter kamu pasti tahu itu ... "

Halwa menatap penuh mata Victor. "Kamu tahu tulang bahuku geser?" tanyanya.

"Ya, dari caramu meringis setiap kali kamu menggerakkan tangan kirimu. Tapi aku tidak mau mengambil resiko dengan melakukan operasi itu di sini, Edzhar akan segera mengetahui keberadaanmu," jelas Victor.

"Kenapa kamu baik sekali padaku, Vic?" tanya Halwa sambil menghapus air matanya.

"Aku hanya tidak ingin bunga yang paling indah ini menjadi layu. Aku akan terus merawatnya hingga terus mekar selama-lamanya," jawab Victor.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Jebakan

    Desa Albarracin, Spanyol. Salah satu desa terindah di dunia. Desa yang menyajikan panorama abad pertengahan yang sangat kental, rumah-rumah di desa ini rata-rata dibangun di atas bukit, dengan material-material yang ringan, begitu juga dengan rumah peristirahatan Victor ini. Dari jendela kamarnya Halwa dapat melihat ke sekeliling desa itu, dan ia merasa seperti tinggal di abad pertengahan, dengan banyaknya benteng batu yang menghiasi sudut kota, dan bukit-bukit tandus yang mengelilingi desa yang berada di wilayah tengah Aragon ini, meski demikian udaranya terasa sejuk. Di gang-gang sempit desa ini terdapat jalur-jalur yang berliku, yang mengarah ke menara-menara batu kuno, istana-istana dan juga kapel-kapel, serta situs bersejarah lainnya. "Kamu tidak istirahat, Aira?" tanya mama, "Tidurlah sebentar, kamu tidak tidur selama di pesawat." Halwa "Aku takut, Ma. Aku selalu merasa ketakutan saat akan beranjak tidur. Aku takut mimpi buruk lagi," jawab Halwa. "Besok Victor akan men

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Jangan Sakiti Mereka

    Dengan kedua telapak tangan bersandar pada kaca besar ruang kerjanya, Edzhar terlihat seperti sedang menikmati pemandangan ibu kota, yang dipenuhi dengan gedung-gedung bertingkat, dan kendaraan yang padat merayap. Tapi sebenarnya pikirannya sedang tersita pada sosok wanita yang ia cari-cari selama ini. Sudah satu bulan lebih anak buah Edzhar belum bisa menemukan keberadaannya, Halwa. Wanita yang sudah menyebabkan kekasihnya bunuh diri. Kedua matanya masih menyala-nyala dengan api dendam. Ia belum puas memberi pelajaran pada wanita itu, tapi seseorang telah berhasil mengeluarkannya dari dalam penjara. Edzhar selalu bertanya-tanya di dalam hatinya, siapa sosok yang sudah berani menantangnya itu? Dan sampai kini pun ia belum menemukan para pria yang sudah melecehkan kekasihnya itu. Semua yang terlibat di dalam insiden itu seperti menghilang di telan bumi, termasuk Halwa. "Sampai aku bisa menemukanmu, habis kau Halwa!!" geram Edzhar sambil mengepalkan kedua tangannya. Sesaat kemudian

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Desakan Edzhar

    Pria yang dipanggil Yas langsung menyerahkan tabletnya pada Halwa, dan Halwa merasa nyawanya tercabut dari raganya saat itu juga, saat ia melihat tayangan video orang tuanya yang tengah disekap entah dimana.Halwa menjatuhkan tablet itu dan langsung mencengkram lengan Edzhar,"Jangan sakiti mereka, please! Aku saja. Sakiti aku saja jangan mereka," isaknya."Mulai saat ini, turuti keinginan saya!" tegas Edzhar sambil menepis tangan Halwa."Ya, Aku akan menuruti apapun maumu." "Ingat! Kalau kau sampai mencoba untuk bunuh diri lagi, orang tuamu juga akan segera menyusulmu! Kalau kau mencoba kabur dari saya lagi, saya akan memotong bagian tubuh orang tuamu itu setiap harinya sampai kau kembali! Mengerti?" ancam Edzhar dan dengan cepat Halwa menganggukkan kepalanya."Sekarang katakan padaku, bagaimana Victor bisa membantumu?" "A ... Aku tidak tahu. Terakhir aku ingat aku memutus nadiku sendiri di kamar mandi, dan aku terba

    Last Updated : 2025-03-29
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Serangan Panik

    "Jangan takut, Nona. Kami hanya akan merias wajahmu dan merapikan rambutmu," jawab salah satu dari mereka dengan lembut sambil mendudukkan Halwa di kursi meja riasnya. "Meriasku? Untuk apa?" Halwa melihat kedua wanita itu saling tatap dengan bingung dari cerminnya, sepertinya kedua wanita itupun tidak mengetahui apa tujuan dari pria iblis itu menyuruh mereka merias Halwa. 'Apa pria itu mau menjualku? Ya Tuhan! Aku takut sekali. Aku tidak bisa meminta bantuan pada siapapun, bahkan ponselpun aku tidak pegang, semua disita Edzhar.' desah Halwa dalam hati. Halwa membiarkan kedua wanita itu meriasnya, juga menata rambut panjangnya, protes pun akan percuma, karena sudah jelas kedua wanita itu pasti lebih takut pada Edzhar. Halwa menatap pantulan dirinya di cermin, ia bukanlah tipe wanita yang suka berhias diri, berbeda dengan sahabatnya Tita, yang selalu berhias dan berpakaian serba modis kemanapun wanita itu pergi

    Last Updated : 2025-03-29
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Pernikahan Paksa

    "Pe ... Pernikahan? Ke ... Kenapa kamu menikahiku?" tanya Halwa tergagap."Seperti yang sudah saya bilang tadi, kau harus membayar kesalahanmu seumur hidupmu! Kalau seseorang bisa membebaskanmu dari penjara, maka tidak akan ada yang bisa membebaskanmu dari penjaraku! Dan saya akan pastikan, kau akan mendapatkan nerakamu di dalam pernikahan ini!" jawab Edzhar dengan nada dingin yang menusuk.'Ya Tuhan! Sampai kapan pria itu akan sadar, kalau bukan aku lah yang mengajak Tita ke kapal pesiar itu?' tanya Halwa dalam hati.Edzhar turun terlebih dahulu, dan Yas membukakan pintu untuk Halwa. Ingin rasanya Halwa melarikan diri dari sana, ia tidak mau menikahi monster itu. Tapi Halwa segera mengurungkan niatnya itu ketika teringat, kalau kedua orang tuanya masih berada di dalam genggaman pria itu.Pernikahannya sendiri berjalan cepat, dan Halwa tidak terlalu mengikuti prosesnya, ia masih shock dengan kenyataan, kalau mulai hari ini ia sudah menja

    Last Updated : 2025-03-29
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Tersesat

    "Ed, bangun Ed!" seru anne sambil menggoyang-goyangkan bahu Edzhar.Edzhar hanya bergumam pelan, sebelum menarik lagi selimut untuk menutupi dada terbukanya, dan kembali tertidur.Sambil mendesah kesal, anne kembali menyibak selimut Edzhar dan menggoyangkan bahu Edzhar lagi, kali ini dengan lebih kencang, "Ed!!""Ada apa? Kenapa membangunkanku? Aku masih ngantuk," tanya Edzhar sambil menghalau matanya yang silau karena cahaya lampu dengan telapak tangannya."Pembantumu itu kabur!" jawab anne.Sontak Edzhar langsung terduduk, "Kabur?" ulangnya."Iya! Kabur!"Edzhar menggelengkan kepalanya, "Tidak mungkin dia bisa kabur, Anne. Akses kendaraan umum dua puluh kilo meter jauhnya dari rumah ini! Belum lagi dengan banyaknya anak buahku, mereka tidak akan membiarkan wanita itu pergi begitu saja!" 'Wanita itu tidak akan berani kabur, karena aku masih menahan kedua orang tuanya. Dan wanita itu tidak bodoh dengan tidak

    Last Updated : 2025-03-30
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Aku Akan Melindungimu

    Victor sedang mendengarkan laporan keuangan yang terdiri atas laporan perubahan modal, neraca akhir tahun buku baru untuk dibandingkan dengan tahun buku sebelumnya, beserta laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, dan juga laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan dari data tersebut ketika ponselnya berbunyi. Satu kali berdering ia masih mengabaikannya, hingga deringan ketiga ia baru mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jasnya, lalu mengarahkan tangannya untuk menghentikan sejenak rapat umum pemegang saham itu ketika melihat nama yang tertera di layarnya. Tanpa membuang waktu lagi, Victor segera menerima panggilan telepon dari Delon, salah satu bodyguardnya yang ia tugaskan untuk menjaga Halwa dan keluarganya itu, jantungnya mulai berdetak hebat, berbagai pikiran terburuk melintas silih berganti di benaknya, "Ada apa?" tanyanya dengan nada khawatir. "Nona

    Last Updated : 2025-03-30
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Dia Istriku!

    Edzhar terus mengeluarkan sumpah serapahnya saat Victor memeluk Halwa, dan membisikkan kata-kata lembut di telinganya, "Ssttt! Tenanglah, Aya. Ini aku Victor," bujuknya sambil mengelus punggung Halwa. Halwa masih terlihat memberontak dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Victor, "Lepaskan aku! Tolong lepaskan aku," isaknya. Victor menangkup pipi Halwa, dan menatapnya dengan lembut, "Aya! Look, I'm here for you, no matter what! I'm here to protect you!" Perlahan kesadaran Halwa mulai kembali, awalnya ia mengira ini hanyalah mimpi, tidak mungkin kan Victor ada di sini? Di perkebunan Edzhar? Tapi suara lembut yang sangat dikenalnya itu mampu menyelusup masuk ke dalam dirinya, "Aya! Ini aku, Victor." Aya, hanya pria itu saja yang memanggilnya seperti itu. Dan kini Halwa sudah sepenuhnya sadar, meski tubuhnya teramat sangat letih, sebentar lagi ia pasti akan

    Last Updated : 2025-03-30

Latest chapter

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Cruel Woman

    "Kontraksiku sudah mulai sering, sebentar lagi anak ini akan segera lahir. Cepat suruh orangmu itu ke rumah Edzhar sekarang!" seru Tita pada Marcus.Itulah rencana mereka saat Tita akan melahirkan, mereka akan membuat Edzhar percaya kalau anak yang tengah dikandung Halwa bukanlah anaknya, melainkan anak dari sipir penjara. Marcus bahkan sudah membayar seseorang untuk mengedit foto Halwa dan juga sipir penjara itu, sebagai bukti kuat kalau pria itu benar ayah biologis dari sikembar.Saat Halwa keluar dari rumah Edzhar, Marcus dan anak buahnya akan memukuli Halwa hingga cukup sabagai alasan segera dilakukannya operasi caesar untuk mengeluarkan anak-anaknya, yang akan Tita ambil salah satunya.Rencana yang sudah tersusun rapi melalui pesan singkat Tita dan Marcus."Tenang saja, kami sedang dalam perjalanan ke rumah itu," sahut Marcus."Ingat, setelah kamu menukar bayi kita dengan putri Halwa, segera singkirkan wanita itu dan putran

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Mata Indah Halwa

    Hari-hari berikutnya Edzhar lewati dengan menyibukkan dirinya di kantor. Ia terus bekerja seolah-olah akan mati kelaparan esok harinya kalau ia tidak melakukan itu.Semua semata-mata hanya sebagai pelarian dirinya saja dari masalah hidupnya, juga rasa bersalahnya pada Halwa yang terus saja datang menghantuinya. Dan di atas semua itu, ucapan Halwa yang selalu terngiang di telinganya itulah yang membuatnya semakin terjatuh ke lubang penyesalan yang terdalam.'Seandainya ada reinkarnasi di dunia ini, aku hanya berharap aku tidak akan pernah bertemu denganmu lagi. Beribu kali siklus kehidupan pun berulang, aku akan tetap memanjatkan permohonan yang sama, semoga aku tidak bertemu kamu lagi!"Kata-kata itulah yang selalu terngiang di telinganya, tiap kali Edzhar sedang sendiri seperti saat ini.Edzhar meletakkan penanya, lalu bersandar pada kursi kebesarannya sambil menekan pelipisnya dengan jari telunjuk dan juga ibu jarinya,"Ya, kamu memang

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Awal Kejatuhan Tita

    "Tuan, bangun Tuan!" seru Yas sambil mengguncang bahu Edzhar yang tertidur di sofa panjangnya."Hmmm, ada apa Yas? Apa wanita sialan itu sudah pergi?" tanya Edzhar setengah mengantuk."Belum, Tuan. Tapi di bawah ada pihak berwajib, mereka meminta izin Tuan untuk menangkap Nona Tita." jawab Yas, membuat rasa kantuk Edzhar seketika menghilang."Atas dasar apa?" tanyanya lagi sambil melesat berdiri."Maaf, seharusnya saya memberitahu anda terlebih dahulu sebelum menyampaikan laporan ini pada Anne anda. Saya hanya tidak menyangka kalau Anne anda akan langsung memanggil pihak berwajib.""Katakan saja intinya, Yas. Tuduhan apa yang telah dijatuhkan pada wanita itu? Dan kenapa Anne yang melaporkannya ke pihak berwajib?""Biar pihak berwajib saja yang akan menerangkannya pada anda nanti, Tuan. Saya takut, jika anda tidak muncul juga di bawah, Anne anda akan bersikap kalap pada Nona Tita.""Kenapa rumah ini tidak pernah tenang?"

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Penyesalan Yang Mendalam

    "Karena aku cemburu padanya, Ed! Dia selalu mendapatkan apa yang dia mau! Bahkan termasuk mendapatkanmu!""Hanya karena itu kau berniat jahat padanya?" tanya Edzhar lagi."Halwa telah merebut pria yang aku cintai!" jawab Tita sebelum tangisnya kembali pecah."Lebih baik kau simpan saja air matamu itu, Ta! Aku tidak akan tersentuh dengan air matamu itu! Dan kau tidak mencintaiku, tapi Marcus! Kau telah selingkuh dengannya!""Memangnya kenapa kalau aku selingkuh dengannya? Toh aku hanya jalan saja tanpa melakukan apapun! Kau tahu sendiri siapa yang telah mengambil mahkotaku! Dan jangan sok suci, kaupun selingkuh dengan Halwa, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kalian berc1uman di pertunjukan laser show!""Kami tidak c1uman, sialan!" geram Edzhar."Mana aku tahu selanjutnya kalian kemana lagi! Aku sudah terlanjur kecewa dengan kalian! Jadi aku langsung pergi saat itu juga."Edzhar nampak menyipitkan kedua matany

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Get Wind Of Something

    "Berita apa yang ingin kau sampaikan tadi, Yas?" tanya edzhar setelah sampai di Apartmentnya sambil melepas dan melempar asal jasnya. Tapi Edzhar yakin, apapun yang ingin disampaikan Yas, pasti sama dengan apa yang menjadi kecurigaan Edzhar saat ini. "Saya sudah berhasil mendapatkan track record dari nomor ponsel Nona Tita yang lama, Tuan. Dan banyak pesan singkat untuk Marcus, dengan kata-kata vul9ar. Yang berarti Nona Tita telah menyelingkuhi anda," jawab Yas. Ya, Edzhar memang sudah menduganya, itu makanya ia tidak terlihat kaget lagi dengan berita yang asisten pribadinya itu sampaikan. Atau memang selama ini tanpa sadar ia percaya dengan apa yang pernah diceritakan Halwa tentang perselingkuhan Tita itu? Hanya saja logikanya yang selalu ia kedepankan. Logika yang telah menyesatkan dan menghancurkan pernikahannya dengan wanita yang paling ia cintai itu. Edzhar menghempaskan dirinya di atas sofa panjanga, la

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Aku Hanya Mau Meminta Maaf

    Dengan kasar Victor mendorong Edzhar hingga pria itu kembali terduduk di sofanya,"Kalau kau tidak mengusirnya malam itu, kejadian buruk itu tidak akan pernah terjadi ... ""Kau tadi bilang padaku kalau kau belum pernah melihat Edson, tapi kau ada bersamanya saat setelah Halwa melahirkan, bagian mana yang merupakan kebohonganmu, Vic?" tanya Edzhar sambil menyipitkan kedua matanya.'Sial! Aku memang tidak pandai berbohong!' umpat Victor dalam hati.Sambil terus memasang wajah tak terbacanya, Victor duduk di kursi tepat di depan Edzhar, yang masih terus saja menatapnya dengan tatapan penuh selidik."Vic ... ""Ok, baiklah! Seseorang mengirimkan pesan singkat padaku beserta dengan foto-foto Aira yang tengah terluka parah, Max!"Max yang sedari tadi hanya bisa berdiri diam saat melihat dua sahabat itu ribut, kini bergerak mendekati Edzhar, dan menyerahkan tabletnya pada pria itu.Edzhar nampak tidak tercengang saat

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Cintamu Hanya Untuk Menyakitinya

    "Tuan Edzhar sudah sampai, Tuan!" seru Max."Biarkan dia masuk!" perintah Victor sambil berdiri dari kursi kebesarannya, lalu pindah duduk ke sofa kulit warna putih, tempat biasa ia menyambut tamu-tamunya.Max berbicara sebentar dengan anak buahnya di earphonenya, hingga pintu ruang kamar kerjanya mengayun terbuka, dan edzhar berderap maju mendekati Victor."Di mana kamu sembunyikan istriku?" tanyanya tanpa mau berbasa-basi terlebih dahulu."Istri? Memang kau masih punya istri?" ledek Victor sambil bersandar pada sofanya dan melipat kedua tangannya di atas dadanya. Ia menatap sahabatnya itu dengan tatapan mencemooh."Jangan main-main denganku, Vic!" geram Edzhar."Aku tidak ada waktu main-main denganmu, Ed. Kalau kedatanganmu ke kantorku hanya untuk menanyakan Aira, aku tidak bisa menjawabnya, karena aku juga tidak tahu di mana dia berada saat ini!"Edzhar kembali berderap maju mendekati Victor, ia berdiri menjulang di d

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Night in Barcelona

    Halwa memutar bahu kanan dan kirinya secara bergantian untuk merenggangkan otot-ototnya, dan saat ia tengah merenggangkan lehernya, seseorang mengulurkan minuman dingin dari arah belakangnya, membuat Halwa seketika itu juga balik badab ke arah orang itu,"Victor ... ""Ambillah, kamu pasti lelah," ujarnya sambil tersenyum lembut.Halwa mengulurkan tangannya untuk mengambil minuman itu, "Apa kamu sudah lama menunggu?" tanyanya. Ia telah terbiasa dijemput Victor setelah jam tugasnya selesai."Euummm lumayan lama hingga aku bisa melihat kelihaianmu dalam menangani lonjakan pasien tadi," jawabnya sambil menyusuri jas snelli halwa yang terdapat banyak noda darah.Halwa melihat sekilas jas kebesarannya sebelum kedua bahunya terkulai lemah, ada kecelakaan yang membuat sebagian korban dilarikan ke rumah sakitnya. Untungnya tidak ada yang meninggal."Ya, hari yang melelahkan ... " desahnya sebelum menenggak minuman itu."Masih ja

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Surga Yang Hilang

    "Stop! Jangan cari Halwa lagi! Apa kamu masih punya muka untuk bertemu dengannya? Kamu telah mengusir dan menceraikannya, Ed! Kamu telah menyebabkan kedukaan yang begitu besar padanya! Apa kamu pikir Halwa masih mau bertemu denganmu lagi?"Edzhar mengeratkan pelukannya pada Annenya itu, isakan tangisnya semakin hebat. Hanya dengan Anne Neya saja ia bisa mencurahkan segala isi hatinya, menangis seperti seorang anak kecil yang tengah mengadu pada ibunya. Annenya yang selalu ada untuknya."Itulah yang sangat aku sesali saat ini, Enne. Ingin sekali aku menarik kembali kata-kata impulsifku itu! Kalau bisa aku bersedia menukar nyawaku dengan nyawa Vanessa!" isaknya."Ed, jaga bicaramu. Kamu satu-satunya putra yang Anne punya. Apa kamu tega meninggalkan Anne?" tanya Anne sambil memukuli punggung Edzhar."Aku hanya merasa gagal, Anne. Gagal menyelamatkan pernikahanku, dan gagal menjaga anak-anakku! Aku tidak dapat membayangkan bagaimana perasaan Halwa saa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status