"Gio! Gio, tolong aku! Cewek ini gila! Dia akan membunuhku!"Yuvira yang rambutnya dijambak itu langsung berseru minta tolong kepada Gio.Gio pun berjalan mendekat dan segera mencengkeram tangan Nadia. Gio mengerahkan sedikit tenaga untuk memaksa tangan Nadia melepaskan jambakannya pada rambut Yuvira."Kenapa kamu menamparnya?" tanya Gio dengan nada dingin.Nadia balas menatap Gio dengan ekspresi datar sambil menjawab, "Karena aku memang mau menamparnya. Kenapa? Kamu mau membalasku demi dirinya?"Setelah berkata seperti itu, Nadia pun sengaja mendekat kepada Gio sambil berkata lagi "Nih, aku sekalian berdiri di depanmu supaya kamu lebih gampang membantunya balas dendam.""Tampar saja aku kalau kamu mau, aku nggak akan melawan balik.""Aku sudah pernah melalui yang namanya neraka, jadi mana mungkin aku takut?"Gio langsung menyipitkan matanya dengan dingin sambil berkata, "Nadia, bisa nggak kamu nggak bicara sembarangan?""Nggak bisa!" bantah Nadia, lalu menunjuk ke arah Yuvira sambil b
Di ujung telepon sana, Sena hanya terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Nadia ...."Rasanya hati Nadia seperti tenggelam sesaat. Dia mengedip-ngedipkan matanya, lalu menjawab, "Bicaralah.""Dia memproses ponselnya ke dalam suatu sistem, jadi semua catatan panggilan dan pesan di ponselnya langsung musnah begitu terkirim.""Detail transaksi di rekeningnya juga bersih banget, nggak ada yang mencurigakan sesuai dugaan kita.""Menurutku, dia nggak menggunakan kartu ATM-nya waktu transfer ...."Awalnya, Nadia masih bisa menyimak ucapan Sena. Akan tetapi, setelah itu semua perkataan Sena seolah mental dari telinganya.Rasanya telinga Nadia mendadak berdenging, pikirannya seketika menjadi kosong.Kenapa malah begini ....Padahal, Nadia yakin bukti untuk menggulingkan Yuvira sudah ada di depan matanya. Nadia sama sekali tidak menyangka kerja kerasnya terbuang dengan percuma.Kali ini, dia bahkan masih menciptakan masalah bagi dirinya sendiri."Nadia ..." panggil Sena dengan ce
"Memangnya urusan apa yang lebih penting daripada calon anak sendiri!"Mata Ian terbelalak lebar karena amarah. Dia mengeluarkan ponselnya dari sakunya sambil berkata, "Brian harus tahu soal ini!""Akan kusuruh Brian mendidik Gio! Nggak akan kubiarkan cucuku dianiaya begini!"Yuvira langsung duduk, lalu berkata dengan cemas, "Nggak usah telepon, Kakek! Gio, dia ...."Akan tetapi, Yuvira tidak menyelesaikan ucapannya. Dia hanya menundukkan kepalanya sambil menggigit bibirnya.Ekspresi Gavin yang semula tampak berwibawa pun berubah menjadi dingin dan serius. Jika tebakannya benar, Gio pasti sedang bersama Nadia.Saat ini, Yuvira pasti sengaja berpura-pura dilanda kesedihan karena dia mau balas dendam kepada Nadia.Gavin pun berkata kepada Ian, "Kakek, menurutku lebih baik Kakek telepon Gio dulu.""Yuvira 'kan nggak kasih tahu Gio soal ini. Kurasa, nggak bijaksana juga kalau Kakek asal menelepon Kakek Brian."Gerakan Ian pun langsung berhenti. Dia berpikir sejenak, lalu akhirnya berkata,
Gio langsung berhenti berjalan. Dia berbalik badan, wajahnya yang tampan terlihat dingin. Gio berkata, "Kamu nggak berhak memikirkan keselamatan Nadia.""Aku nggak akan memaafkanmu kalau sampai Nadia kenapa-kenapa!" ancam Gavin sambil mengepalkan tangannya."Jangan bilang kamu naksir wanitaku?" cibir Gio.Ekspresi Gavin pun berubah menjadi dingin. Dia berkata, "Jangan keterlaluan kamu! Yuvira yang lagi mengandung anakmu itu masih terbaring di sana!""Aku memang nggak bisa melakukan apa-apa terhadap Yuvira, tapi kalau kamu nggak bisa melindungi Nadia, aku akan langsung membawanya pergi begitu aku bisa!""Coba saja kalau kamu memang bisa," sahut Gio dengan sorot mata dingin.Setelah berkata seperti itu, tiba-tiba Gio melihat ke arah yang tidak jauh dari sana.Gavin refleks mengikuti arah pandangan Gio. Ternyata Brian sedang berjalan menghampiri mereka, ekspresi pria itu terlihat tidak senang.Gavin pun menyapa Brian.Akan tetapi, Brian tidak mengacuhkannya. Dia langsung menghampiri Gio d
Nadia sontak terdiam.Tuan Besar?Nadia memperhatikan pria tua itu dengan lebih saksama. Wajahnya agak mirip dengan Gio.Mungkinkah pria ini adalah kakeknya Gio?Sebenarnya, Nadia merasa agak bingung. Dia sudah bersama dengan Gio selama tiga tahun, tetapi dia tidak tahu-menahu soal anggota Keluarga Cakra.Nadia pun akhirnya berjalan ke sofa dengan ragu, lalu duduk.Brian menatap gadis itu, lalu berkata dengan nada dingin, "Cantik juga, sayangnya nggak tahu diri banget."Nada sontak mengernyit. Memangnya dia salah apa sampai pria tua satu ini begitu kesal terhadapnya?"Maaf, Pak, tapi saya salah apa sampai Anda bilang begitu?" tanya Nadia dengan ekspresinya yang tetap datar."Kenapa? Nggak suka? Kalau nggak suka dengan ucapanku, tinggalkan Gio!" jawab Brian sambil mendengus dengan dingin."Saya juga maunya pergi, tapi Gio yang nggak mengizinkan saya!" sahut Nadia sambil tersenyum."Gio yang nggak membiarkanmu pergi atau kamu yang sengaja menjebak Gio?" tanya Brian dengan nada bicara teg
"Tenang saja, Nona Nadia, Bibi bisa jaga rahasia. Nona cukup beri tahu Bibi sebelumnya, supaya Bibi bisa mempersiapkan diri untuk mendengarkan," jawab Bibi Ratih.Siang harinya di MK.Brian sengaja pergi ke perusahaan untuk menemui Gio.Brian duduk di sofa. Dia menunggu Gio selesai menandatangani dokumen sebelum akhirnya bersuara, "Ternyata wanitamu sangat pandai bicara, ya."Sorot mata Gio mendadak berubah menjadi serius. Dia balas bertanya dengan nada dingin, "Ayah habis menemui Nadia?""Sampai kapan kamu akan mempertahankan wanita seperti itu? Lalu, kapan kamu akan menikahi Yuvira?" tanya Brian.Gio menutup dokumennya sambil berkata, "Sudah kujelaskan dengan sangat gamblang kemarin malam, 'kan. Ayah nggak usah ikut campur dengan urusanku.""Justru aku terpaksa ikut campur karena kamu nggak mau menyelesaikannya!" sahut Brian dengan nada dingin."Begitu Ayah berani-beraninya menyentuh Nadia, aku nggak akan segan-segan memecat kedua kakakku dan keluarga mereka dari semua jabatan yang m
"Terima kasih sudah mengingatkan," tulis Nadia.Gavin membaca layar ponselnya sambil menghela napas. Sampai kapan Nadia akan menolak berhubungan dengannya seperti ini?Pukul 21:00.Gio akhirnya pulang.Bibi Ratih pun berjalan menghampiri untuk mengambil mantel Gio, lalu berkata, "Tuan, hari ini ayahnya Tuan datang.""Dia bilang apa?" tanya Gio dengan kesal.Bibi Ratih pun menceritakan garis besar percakapan antara Brian dengan Nadia. Kernyitan Gio terlihat makin kentara."Nadia benar-benar nggak takut dengan apa pun."Setelah berkata seperti itu, Gio pun berjalan naik.Dia berjalan ke lantai dua dan membuka pintu kamar tidur.Kebetulan sekali Nadia baru mematikan komputernya. Dia melihat sosok Gio berjalan menghampirinya dengan ekspresi yang terlihat kaku.Nadia hanya balas melirik Gio, lalu mengambil pakaian ganti dan berjalan menuju kamar mandi.Saat Nadia berjalan melewati Gio, pria itu mendadak mencengkeram lengannya."Nadia!" panggil Gio dengan nada serius.Nadia refleks berhenti
Yosef tidak menjawab apa-apa.Dia malah bertanya lagi, "Oh ya, kamu bukannya habis menyelidiki latar belakang Nadia? Itu karena kamu curiga dialah yang menyelamatkanmu, 'kan?""Iya, kurasa di dunia ini nggak ada yang namanya kebetulan," jawab Gio dengan tenang."Beda dengan Yuvira. Aku sama sekali nggak merasa ada koneksi dengannya.""Apa jawaban Nadia?" tanya Yosef."Dia bilang dia nggak ingat soal kejadian itu."Yosef pun berpikir sejenak, lalu bertanya, "Jangan-jangan dia nggak ingat karena sesuatu terjadi kepadanya?"Saat mendengar dugaan Yosef, Gio pun terdiam."Dari hasil penyelidikan Yuda, katanya waktu kecil Nadia pernah dirawat selama beberapa waktu di rumah sakit."Sebuah lampu bohlam pun seolah menyala dengan terang dalam otak Yosef."Kalau begitu, kemungkinan besar itu yang menyebabkan Nadia lupa ingatan! Lebih baik kamu suruh orang untuk mencari tahu soal itu," saran Yosef.Gio pun menyipitkan matanya. Beberapa saat kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesa
Setelah berpikir selama beberapa saat, Nadia tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.Timmy kaget sekali saat Nadia membuka pintu kamar, dia refleks menutup layar laptop.Nadia menatap laptop itu, lalu bertanya dengan nada serius, "Kamu lagi nonton apa, Timmy?""Kartun, Ibu," jawab Timmy dengan perasaan bersalah."Kalau cuma kartun, terus kenapa kamu mematikan laptopmu dengan panik begitu?" tanya Nadia.Timmy langsung memutar otak mencari alasan. "Aku nggak mau Ibu merasa aku nggak membuat kemajuan."Selama ini, Nadia tidak pernah memaksa Timmy mengaku.Nadia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang privasi tersendiri.Akan tetapi, masalah hari ini bukanlah masalah sepele.Orang dewasa saja pasti akan merasa malu melihat adegan tidak senonoh dalam video itu, apalagi anak-anak yang pola pikirnya masih dalam proses perkembangan?Karena Timmy masih belum mau mengaku, Nadia pun menarik napas dalam-dalam. Dia melangkah menghampiri anaknya, lalu duduk di seb
"Wah, wah, memang putri Keluarga Wren beda kelas, ya," puji para selebriti itu sambil tertawa."Tentu saja, Yuvira itu bukan cuma lembut dan baik hati, tapi pendidikannya juga nggak main-main ...."Yuvira tersenyum bangga mendengar semua pujian itu.Ya, semua ini memang harusnya menjadi miliknya!Hanya dia yang pantas disanjung seperti ini!Yuvira berjalan turun bersama para selebriti itu dengan sepatu hak tingginya, lalu dengan anggun lanjut menuju panggung tempat foto-fotonya ditampilkan.Yuvira berdiri di depan mikrofon, lalu memberikan kata sambutan, "Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku ...."Sementara itu, di Vila Harmonisa.Timmy duduk di depan laptop sambil menonton rekaman kamera pengawas di tempat acara pesta ulang tahun Yuvira. Dia juga menggunakan headphone untuk memudahkan berkomunikasi dengan Ivan."Ya ampun, dia pintar banget bicara," komentar Timmy dengan gusar."Dia pasti bangga banget karena ada banyak orang yang mendukungnya," sahut Ivan dengan nada datar
Gio berusaha menahan amarahnya, lalu memerintahkan dengan dingin, "Cari tahu kapan Kiano pulang ke tanah air!"Yuda sontak tertegun. Tuan Muda Kiano sudah kembali?Gawat, Brian benar-benar sudah mengusik batas kesabaran Gio.Brian paling sayang dengan Kiano yang merupakan anak sulung. Seandainya bukan karena skandal yang menghebohkan itu, sekarang Kiano pasti sudah menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Cakra.Walaupun Gio adalah adik kandung satu ayah dengan Kiano, Yuda tahu betapa Gio membenci Kiano.Sebagai asisten pribadi Gio, Yuda tahu betul betapa Gio ingin sekali membunuh Kiano.Yuda pun diam-diam menghela napas. Seandainya saja Kiano menurut dan tetap tinggal di luar negeri, Gio pasti bersedia mengampuni nyawa Kiano.Sementara itu, di Vila Harmonisa.Mona menatap kakaknya yang terus sibuk dengan laptopnya, lalu berkata dengan kesal sambil cemberut, "Kak, Kakak sibuk banget sih! Kakak bahkan sudah nggak mau main lagi dengan Mona!"Timmy menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mem
Gio mengambil serbet yang diletakkan di atas meja, lalu menyeka tangannya sambil menjawab, "Ivan mengalami gangguan mental karena disiksa oleh Yuvira.""Yuvira menyiksa Ivan? Dia 'kan ibunya Ivan! Menyiksa bagaimana maksudmu?" tanya Tuan Besar Brian dengan kaget.Gio pun melirik ke arah Tuan Besar Brian yang terlihat gelisah. "Dengan memukul dan memakinya."Tuan Besar Brian sontak menggebrak meja dan berseru dengan marah, "'Kan sudah kubilang dari dulu kalau wanita itu nggak layak menjadi menantu Keluarga Cakra!""Jadi, kenapa Anda menyuruhku pulang malam ini?" tanya Gio mengalihkan topik pembicaraan, sorot tatapannya dengan kesal."Mantan pacarmu masih hidup?" tanya Tuan Besar Brian."Apa hubungannya itu dengan Anda?" tanya Gio, sorot tatapannya terlihat dingin."Jangan berani-beraninya kamu pacaran sama seorang pembunuh! Nanti reputasi Keluarga Cakra jadi rusak!""Apa gara-gara dia juga kamu membatalkan kontrak di Kota Herna dan bergegas pulang ke Kota Mesia?" tanya Tuan Besar Brian
Saat sedang istirahat dari jam pelajaran, Ivan mengajak Timmy untuk melihat informasi yang dia temukan.Timmy membaca-baca informasi itu sebentar, sorot tatapannya terlihat marah. "Apa ini semua adalah perseteruan Ibu dengan Yuvira?"Ivan mengangguk. "Tapi, aku nggak tahu apa ada yang terlewat atau nggak.""Yuvira benar-benar orang jahat! Bisa-bisanya dia mencuri posisi Ibu sebagai penyelamat Ayah!" ujar Timmy dengan marah."Dia bahkan berpura-pura menjadi adik Paman! Yang lebih jahatnya lagi, dia yang menculikmu!"Walaupun Ivan tidak berkomentar apa-apa, ekspresinya juga terlihat kesal."Masih ada lagi."Ivan berujar, lalu menunjukkan gambar lain di layar laptopnya.Kali ini, Ivan memperlihatkan sebuah rekaman kamera pengawas.Itu adalah rekaman Nadia yang memasuki sebuah kafe pada lima tahun lalu. Tidak sampai setengah jam kemudian, tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal menggendong Nadia, lalu memasukkan Nadia ke dalam sebuah mobil berwarna hitam melalui pintu belakang.Ivan jug
"Dia adalah dewiku!" puji Alva dengan bersemangat."Coba jelaskan," kata Yosef sambil mengangkat alisnya.Alva menghela napas, "Nadia itu hidupnya menyedihkan banget. Waktu aku bertemu dengannya, dia bahkan nggak sempat makan.""Dia belajar sambil bekerja paruh waktu dan masih harus mengurus kedua anaknya.""Dia berusaha sebisa mungkin untuk memberikan anak-anaknya makanan enak, sedangkan dia sendiri cuma ala kadarnya.""Aku bertemu dengannya di lomba desain pakaian.""Aku masih ingat ucapannya waktu itu. Dia bilang dia akan membantuku memenangkan perlombaan asalkan aku menggajinya 1.500 dolar.""Lomba itu mempertaruhkan reputasiku yang kudapatkan setelah bekerja keras selama sepuluh tahun. Jangankan 1.500 dolar, 10 ribu dolar saja aku rela keluarkan!""Setelah itu, dia mengubah hasil rancangan karya-karyaku sehingga salah satu lawanku yang meniru langsung kalah.""Sejak saat itulah Nadia menjadi dewiku!"Gio dan Yosef sontak terdiam.Yosef akhirnya mengerti maksud kata-kata Nadia sore
Malam harinya.Nadia bergegas pergi ke restoran terbuka itu untuk menepati janjinya.Sesampainya di sana, ternyata Alva sudah duduk menunggu.Begitu melihat Nadia, Alva langsung menarik kursi supaya Nadia bisa duduk dengan gaya yang sudah seperti pria sejati sambil berkata, "Nah, silakan duduk, G-ku sayang."Nadia hanya balas menatap Alva dengan tidak berdaya. "Jangan begini, Alva, aku belum terbiasa.""Gimana? Penampilan dariku boleh juga, 'kan?" tanya Alva sambil terkekeh.Penampilan?"Penampilan apa?" tanya Nadia dengan bingung.Alva pun mengedikkan bibirnya ke suatu arah. "Itu, tuh. Bukannya itu pria yang kamu cintai sekaligus kamu benci?"Nadia sontak tertegun, lalu mengikuti arah pandangan Alva.Nadia langsung melihat Gio yang sedang duduk tidak jauh dari sana bersama Yosef. Gio balas menatap Nadia dengan dingin.Sudut mulut Nadia sontak berkedut. Ya ampun, dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Gio dan main masuk!Seandainya dia tahu ada Gio di sini, sampai mati pun Nadia tid
"Dasar orang gila," komentar Nadia sambil langsung berjalan menuju gedung sekolah. Dia merasa terlalu malas untuk meladeni Yuvira."Oh, kamu nggak berani mengaku, ya? Kalau kamu nggak berani, akan kubuat kamu mengaku secara paksa!" seru Yuvira dari belakang Nadia.Jantung Nadia seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik, dia teringat akan mimpi buruknya.Nadia pun berbalik badan menatap Yuvira dengan ekspresi yang terlihat serius. "Mau apa kamu?""Kenapa? Kamu takut aku membawa anak-anakmu pergi, hah?" sindir Yuvira.Nadia berusaha menenangkan dirinya. "Kamu belum bisa melakukan sesuatu seperti itu!""Bukan kamu yang berhak menentukan aku bisa atau nggak, Nadia. Aku sudah pernah mengalahkanmu, jadi aku bisa melakukannya lagi!" sahut Yuvira sambil tersenyum dingin.Nadia hendak menyahut lagi, tetapi dia tiba-tiba melihat seseorang yang bertubuh tinggi dan tegap.Nadia pun tertawa kecil, lalu balik bertanya dengan tenang, "Yuvira, memangnya kamu bisa melakukan apa terhadapku? Mau
Nadia tidak sempat menyela penjelasan Yosef.Nadia sebenarnya tidak berniat mencari tahu tentang hidup Gio selama lima tahun ini, tetapi begitu mendengar penjelasan Yosef, tangannya refleks menggenggam gelas kopinya dengan sedikit lebih erat.Ternyata Gio kecanduan alkohol selama dua tahun gara-gara dia?Nadia tahu Gio memang terus mencari keberadaannya selama lima tahun ini, tetapi Nadia tidak percaya Gio sampai kecanduan alkohol selama dua tahun."Kamu tahu nggak kenapa Gio memutuskan pertunangannya dengan Yuvira?" tanya Yosef lagi sambil menatap Nadia."Aku nggak tertarik dengan hubungan mereka berdua, Pak Yosef," jawab Nadia."Karena kamu." Yosef menjawab pertanyaannya sendiri. "Karena Gio tahu bahwa kamulah yang menyelamatkannya waktu itu.""Gio pernah mengaku padaku saat lagi mabuk. Dia bilang dia nggak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Kalau sampai kamu kembali, kali ini dia rela menyerahkan nyawanya demi kamu."Nadia pun mengatupkan bibirnya dengan rapat.Ternyata Gio tah