Yosef tidak menjawab apa-apa.Dia malah bertanya lagi, "Oh ya, kamu bukannya habis menyelidiki latar belakang Nadia? Itu karena kamu curiga dialah yang menyelamatkanmu, 'kan?""Iya, kurasa di dunia ini nggak ada yang namanya kebetulan," jawab Gio dengan tenang."Beda dengan Yuvira. Aku sama sekali nggak merasa ada koneksi dengannya.""Apa jawaban Nadia?" tanya Yosef."Dia bilang dia nggak ingat soal kejadian itu."Yosef pun berpikir sejenak, lalu bertanya, "Jangan-jangan dia nggak ingat karena sesuatu terjadi kepadanya?"Saat mendengar dugaan Yosef, Gio pun terdiam."Dari hasil penyelidikan Yuda, katanya waktu kecil Nadia pernah dirawat selama beberapa waktu di rumah sakit."Sebuah lampu bohlam pun seolah menyala dengan terang dalam otak Yosef."Kalau begitu, kemungkinan besar itu yang menyebabkan Nadia lupa ingatan! Lebih baik kamu suruh orang untuk mencari tahu soal itu," saran Yosef.Gio pun menyipitkan matanya. Beberapa saat kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesa
Nadia mengangguk sambil menjawab, "Iya, setelah kamu pergi waktu itu.""Ya ampun, boleh nggak lain kali kamu ajak-ajak aku kalau mau begitu lagi?" tanya Sena dengan bersemangat sambil meraih Nadia dan mengguncang-guncang tubuh temannya itu.Nadia menganggap ada yang salah dengan otak Sena. Memangnya menampar itu sesuatu yang menyenangkan?Sementara itu, di kantor direktur Perusahaan MK.Yuda mengetuk pintu, lalu berjalan memasuki kantor Gio dengan membawa hasil penyelidikannya.Dia melangkah maju, lalu meletakkan informasi yang dia temukan di atas meja Gio sambil berkata, "Ini informasi tentang rawat inap Nona Nadia waktu itu, Tuan Muda Ketiga."Gio menatap dokumen itu, lalu mengambilnya dan membacanya.Setelah membaca laporan itu dengan saksama, akhirnya Gio bertanya sambil mengernyit, "Lupa ingatan yang disebabkan oleh demam tinggi?""Benar. Katanya Nona Nadia dirawat di rumah sakit selama setengah bulan lebih," jawab Yuda."Setelah demam tingginya mereda, dia mengalami lupa ingatan.
Jemari Yuvira yang berada di bawah meja pun terkepal, dia segera menjelaskan, "Sekalipun aku sedang cuti hamil, tetap saja aku tahu semua informasi perusahaan.""Aku nggak memberitahumu soal itu karena aku nggak mau membuat lebih banyak masalah untukmu."Gio mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas lututnya dengan perlahan, lalu berkata dengan kesal, "Lain kali, jangan cari Nadia apa pun alasannya.""Gio, kenapa sih kamu begitu membelanya? Aku masih kurang apa?"Yuvira menangis dengan begitu tersedu-sedu sampai riasannya rusak.Alih-alih menjawab, Gio hanya berkata, "Kamu tinggal saja di rumah Keluarga Wren supaya bisa membesarkan bayimu dengan damai.""Kamu nggak berencana mengizinkanku kembali? Gio, ini anak kita ...." Yuvira mulai tidak bisa mengendalikan perasaannya.Gio merasa terdesak dengan pertanyaan Yuvira, jadi dia akhirnya menyela dengan nada dingin, "Kalau kamu bersikap seperti ini lagi, aku akan membatalkan pertunangan kita dan membesarkan anak itu sendirian."Setelah berkata se
Nadia mengerahkan segenap kekuatannya untuk meronta sambil berseru, "Lepaskan aku!""Plak!"Pria itu balas menampar Nadia dengan kencang.Saking kencangnya, telinga Nadia sampai berdenging. Nadia bahkan nyaris tidak bisa berdiri tegak.Pria itu menyeret Nadia ke dalam mobil, lalu memerintahkan si sopir dengan nada dingin, "Kita pergi dari sini."Nadia tidak berani bertindak dengan gegabah lagi. Dia tahu kekuatannya kalah jauh dari pria ini!Jika Nadia sembarangan bertindak, dia justru akan membahayakan anak dalam kandungannya.Pada akhirnya, Nadia hanya bersandar pada pintu mobil sambil menatap pria itu dengan saksama.Dia memasukkan tangannya ke dalam saku dengan hati-hati. Nadia berniat menelepon Yuda yang sudah Nadia jadikan kontak darurat.Nadia cukup menekan tombol kunci sebanyak tiga kali untuk menelepon Yuda.Namun, belum sempat Nadia menekannya, tiba-tiba pria itu merebut ponselnya. Pria itu bahkan menurunkan kaca jendela mobil dan melemparkan ponsel Nadia ke luar.Nadia sontak
"Tadi, Nona Nadia keluar sekitar jam enam sore. Ada apa, Tuan?" tanya Bibi Ratih dengan cemas."Oke!" jawab Gio, ekspresinya mendadak berubah menjadi dingin.Setelah menutup telepon, Gio menelepon Sena lagi."Pak Gio! Apa Nadia ada?" tanya Sena dengan segera.Alih-alih menjawab, Gio justru balik bertanya dengan nada tajam, "Kamu mengajaknya makan?""Iya dan dia sudah menyetujuinya. Tapi, sedari tadi saya menunggu di restoran dan Nadia nggak datang-datang. Ponselnya juga mati!" jawab Sena dengan gelisah.Gio sontak bangkit berdiri, sorot matanya terlihat begitu dingin mencekam. "Aku tutup dulu!"Gio pun langsung menelepon Yuda dan memerintahkannya, "Nadia menghilang. Suruh orang untuk mencarinya sampai ketemu."Setelah berkata seperti itu, Gio pun segera keluar dari kantornya.Di dalam restoran."Aduh, bagaimana ini! Nadia nggak ada di Pondok Asri!" ujar Sena dengan kesal saking gelisahnya.Sam pun langsung bangkit berdiri sambil berkata, "Ayo, kita ke Kompleks Cemara. Mungkin Nadia ada
Gio terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya menjawab, "Ya, baiklah."Setelah meletakkan ponselnya, Gio pun langsung memerintahkan Yuda, "Ikuti Yuvira ke mana pun dia pergi dengan saksama!""Siap," jawab Yuda sambil mengangguk.Setelah memberikan perintah itu, Gio pun mengambil mantelnya dan keluar dari vila.Dia masuk ke dalam mobil, lalu bergegas melaju ke rumah Keluarga Cakra.Sesampainya di sana, ternyata Brian sedang sarapan.Brian bisa merasakan aura permusuhan yang menguar dari tubuh Gio, jadi dia meletakkan sendok dan garpunya dengan kesal, lalu bertanya, "Ngapain kamu ke sini pagi-pagi begini?""Apa Ayah yang membawa Nadia pergi?" tanya Gio balik dengan nada dingin."Kamu ini lancang sekali!" bentak Brian, dia sontak bangkit berdiri dan mengomel dengan marah, "Lihat sekarang jam berapa! Baru jam setengah tujuh!""Kamu baru datang saja sudah menginterogasi Ayah begini? Kamu masih menganggap Ayah sebagai ayahmu atau nggak? Tahu aturan nggak?"Sorot mata Gio berubah menjadi
Siang berlanjut hingga malam, lalu malam berubah kembali menjadi siang.Nadia berbaring di atas lantai sambil menatap celah pintu dengan putus asa. Tangannya sudah bengkak, memerah dan gemetar.Ruangan yang kecil dan sesak ini, serta bayang-bayang kematian yang menakutkan membuat semangat hidup Nadia menjadi pudar.Jika bukan karena Nadia ingat ada tiga nyawa lain dalam perutnya, mungkin dia sudah bunuh diri.Nadia memejamkan matanya. Sosok Gio pun muncul dalam benaknya.Selama beberapa hari terakhir ini, Nadia sudah banyak merenung. Pelaku di balik semua ini mungkin adalah Keluarga Wren atau Keluarga Cakra.Baik Keluarga Wren maupun Keluarga Cakra sama kuatnya. Mereka sama-sama sangat berkuasa.Nadia bukanlah siapa-siapa, dia tidak mungkin bisa melawan mereka.Saat ini hanya dia seorang diri, tetapi bagaimana setelah anak-anaknya lahir?Anak-anaknya tidak bersalah. Selain itu, Nadia juga belum sempat membalaskan dendam ibunya.Nadia perlahan meringkuk.Jika dia bisa keluar dari sini d
Yuvira bergegas menghampiri meja kerja Ian, lalu bertanya sambil menangis, "Kakek, apa Kakek membawa Nadia pergi?""Aku tahu Kakek melakukan itu demi aku. Kalau benar Kakek yang membawa Nadia pergi, apa Kakek bersedia untuk melepaskannya?""Yuvira, kamu sudah lupa betapa dia merendahkanmu?" tanya Ian dengan ekspresi yang berubah menjadi kesal."Kamu nggak mau bersama Gio lagi? Sudah nggak mau menikah dengannya lagi?"Yuvira menangis sambil menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kakek, tadi waktu aku di Pondok Asri, Gio nyaris mencekikku.""Perasaan itu nggak boleh diburu-buru. Aku yakin aku bisa membuat hati Gio kembali padaku!""Tapi, kalau sampai Nadia kenapa-kenapa, hubungan kami berdua akan benar-benar berakhir! Gio juga mengancam akan menggugurkan anakku!""Dia benar-benar bilang begitu? Kalau begitu, Kakek juga nggak akan segan-segan membatalkan!" sahut Ian dengan sorot mata marah.Jantung Yuvira sontak seolah berhenti selama sepersekian detik. Jadi, Ian benar-benar menculik Nadia