Siang berlanjut hingga malam, lalu malam berubah kembali menjadi siang.Nadia berbaring di atas lantai sambil menatap celah pintu dengan putus asa. Tangannya sudah bengkak, memerah dan gemetar.Ruangan yang kecil dan sesak ini, serta bayang-bayang kematian yang menakutkan membuat semangat hidup Nadia menjadi pudar.Jika bukan karena Nadia ingat ada tiga nyawa lain dalam perutnya, mungkin dia sudah bunuh diri.Nadia memejamkan matanya. Sosok Gio pun muncul dalam benaknya.Selama beberapa hari terakhir ini, Nadia sudah banyak merenung. Pelaku di balik semua ini mungkin adalah Keluarga Wren atau Keluarga Cakra.Baik Keluarga Wren maupun Keluarga Cakra sama kuatnya. Mereka sama-sama sangat berkuasa.Nadia bukanlah siapa-siapa, dia tidak mungkin bisa melawan mereka.Saat ini hanya dia seorang diri, tetapi bagaimana setelah anak-anaknya lahir?Anak-anaknya tidak bersalah. Selain itu, Nadia juga belum sempat membalaskan dendam ibunya.Nadia perlahan meringkuk.Jika dia bisa keluar dari sini d
Yuvira bergegas menghampiri meja kerja Ian, lalu bertanya sambil menangis, "Kakek, apa Kakek membawa Nadia pergi?""Aku tahu Kakek melakukan itu demi aku. Kalau benar Kakek yang membawa Nadia pergi, apa Kakek bersedia untuk melepaskannya?""Yuvira, kamu sudah lupa betapa dia merendahkanmu?" tanya Ian dengan ekspresi yang berubah menjadi kesal."Kamu nggak mau bersama Gio lagi? Sudah nggak mau menikah dengannya lagi?"Yuvira menangis sambil menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kakek, tadi waktu aku di Pondok Asri, Gio nyaris mencekikku.""Perasaan itu nggak boleh diburu-buru. Aku yakin aku bisa membuat hati Gio kembali padaku!""Tapi, kalau sampai Nadia kenapa-kenapa, hubungan kami berdua akan benar-benar berakhir! Gio juga mengancam akan menggugurkan anakku!""Dia benar-benar bilang begitu? Kalau begitu, Kakek juga nggak akan segan-segan membatalkan!" sahut Ian dengan sorot mata marah.Jantung Yuvira sontak seolah berhenti selama sepersekian detik. Jadi, Ian benar-benar menculik Nadia
Sebenarnya, Nadia menyadari segala tindakan dan ucapan Gio.Akan tetapi, Nadia terlalu lemah untuk sekadar membuka matanya. Setelah mengalami stres berat selama beberapa hari terakhir, kondisi fisik dan mental Nadia sangat lemah.Setelah merasa dia sudah benar-benar aman, barulah Nadia tertidur dengan pulas....Dua hari kemudian.Ketika Nadia bangun, Gio sedang berbaring di sampingnya. Hal pertama yang Nadia lihat setelah membuka matanya adalah garis wajah Gio yang tegas.Matanya yang hitam legam itu tampak terpejam dengan erat. Sepertinya, sudah beberapa hari Gio tidak tidur.Bahkan saat tidur pun dahi Gio tetap mengernyit.Jangan-jangan kondisi Gio menjadi separah ini karena mengkhawatirkan Nadia?Nadia jadi merasa terharu. Dia menoleh, lalu melihat cairan infus yang tergantung di sampingnya.Dari ekor matanya, Nadia juga bisa melihat semangkuk bubur lengkap dengan telur yang diletakkan di samping tempat tidurnya.Nadia refleks menelan ludahnya. Dia ingin sekali menyantap bubur itu,
Ucapan Sena membuat perasaan Nadia menjadi berkecamuk.Sebenarnya, Nadia mendengar seruan Gio saat itu."Selain itu, Bibi Ratih juga bilang Pak Gio hanya makan beberapa suap setiap harinya selama tiga hari kamu menghilang," lanjut Sena lagi sambil mendecakkan lidahnya."Kamu banyak ngobrol dengan Bibi Ratih, ya?" tanya Nadia.Sena mengangguk dengan keras, "Lagi pula, aku tidur di bawah sepanjang malam ketika kamu kembali dan Bibi Ratih merawatku dengan baik.Lalu aku menyampaikan pendapatku dengan halus. Yang paling penting adalah Pak Gio benar-benar mengancam Yuvira hanya untuk menemukanmu!"Nadia sontak menjadi kebingungan.Sena pun menyampaikan apa yang Bibi Ratih beritahukan kepadanya."Gio mengancam akan menggugurkan anaknya?" tanya Nadia dengan mata yang terbelalak kaget."Iya, Bibi Ratih yang bilang begitu. Ugh, sebenarnya aku sih berharap Gio memang menggugurkan anak itu!" kata Sena sambil cemberut."Dengan begitu, ketiga calon bayimu ...."Sena sontak menutup mulutnya.Nadia m
"Berani-beraninya kamu mencari ribut begini denganku cuma demi selingkuhanmu!" maki Ian dengan murka.Gio sudah gila, ya! Berani-beraninya pria itu datang dan berkata seperti ini!Gio perlahan berdiri dan menatap Ian dengan mata dingin."Kalau begitu, aku juga nggak akan memedulikan persahabatan di antara keluarga kita lagi.""Gio! Kamu pikir kamu sehebat itu sampai bisa menguasai Kota Mesia sendirian, hah!" tanya Ian dengan marah."Sepertinya, Tuan Besar Ian sudah terlalu tua untuk bisa membaca situasi saat ini dengan jelas," sahut Gio."Tanpa Gavin, Keluarga Wren nggak mungkin masih bisa tetap berkuasa seperti sekarang, 'kan?"Setelah berkata seperti itu, Gio pun membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi.Ian hanya menatap punggung Gio dengan tubuh yang gemetar menahan amarah.Beberapa saat kemudian.Ian bisa kembali berpikir jernih. Dia langsung mengambil ponselnya dan menelepon Brian....Dalam tiga hari.Perusahaan MK menyerang satu per satu perusahaan yang dinaungi oleh Keluarga Wr
Yuvira tercengang, bagaimana Kak Hedi pulang secepat ini? Dia 'kan baru menjalani operasi plastik sebulan yang lalu?Kalau Kak Hedi tahu sekarang Yuvira berada di kediaman Keluarga Wren, bisa-bisa pria itu akan mengancamnya gila-gilaan.Apalagi kondisinya sekarang, Gavin selalu mengawasi setiap gerak geriknya.Cepat atau lambat, dia akan ketahuan kalau diam-diam bertemu dengan Kak Hedi.Yuvira menggigit bibir bawahnya, tiba-tiba suatu ide tebersit di benaknya.Dia tahu apa yang harus dilakukan!Sekali tepuk dua lalat mati! Dia punya cara untuk melenyapkan Nadia dan Kak Hedi sekaligus!Yuvira pun menjawab, "Kak Hedi, selamat ya sudah pulang. Ah, aku mau memberitahumu sesuatu."Kak Hedi menyahut, "Nanti saja kita bicarakan waktu ketemu, aku kangen sekali padamu!"Yuvira berkata, "Kak Hedi jangan buru-buru, sekarang aku ada di rumah Keluarga Wren."Kak Hedi pun terkejut, "Hah? Keluarga Wren? Maksudmu keluarga tiga teratas di Kota Mesia itu?"Yuvira menjawab, "Ya, jadi kita harus hati-hati
Seorang pelayan menyambut kedatangan Yuvira dan mengantarnya menemui Brian.Yuvira tersenyum anggun lalu menyapa dengan ramah, "Halo Paman Brian, terima kasih sudah mengundangku datang hari ini."Kemudian, Yuvira membungkuk hormat.Brian melirik Yuvira dari kepala sampai ujung kaki, lalu menatapnya dengan tatapan dingin dan menyahut singkat, "Duduklah."Yuvira mengangguk kecil, menyerahkan hadiah yang dia bawa pada pelayan, lalu duduk.Brian memulai pembicaraan, "Hari ini aku memanggilmu datang karena ada yang ingin kutanyakan, bagaimana pendapatmu tentang Nadia."Yuvira terdiam sesaat. Di saat seperti ini harusnya dia menunjukkan kebaikan dan kemurahan hati sebagai tunangan Gio bukan?Yuvira pun menjawab, "Paman Brian, Nadia sudah bekerja untuk Gio selama tiga tahun, selama ini dia sudah bekerja keras dan memberi yang terbaik.""Selama tiga tahun itu pula dia sering berada di sisi Gio, kamu nggak merasa cemburu?" tanya Brian dengan nada menyelidik."Nggak," jawab Yuvira sambil terseny
Nadia terkejut mendengar suara dari samping, dia pun menoleh.Sejak kapan Gio tidur di sampingnya?Kenapa dia tidak merasa ada orang yang menyelinap?Nadia langsung menutupi kepanikannya dengan menunduk, lalu menjawab, "Ya, aku mimpi buruk."Gio yang sudah terbangun pun duduk dan menghiburnya, "Hanya mimpi saja, nggak akan jadi kenyataan. Jangan terlalu dipikirkan ya."Nadia menggigit kecil bibir bawahnya dan mengubah topik pembicaraan, "Kapan kamu masuk?""Mungkin sekitar jam tiga pagi, sudah terlalu larut jadi aku nggak membangunkanmu ...." Gio menyibak selimut lalu turun dari kasur.Nadia menatap wajah pria tampan yang terlihat lelah itu, lalu bertanya, "Kamu dan Keluarga Wren ....""Nggak perlu kamu pikirkan, fokus saja dengan kesehatanmu sendiri."Gio merapikan piamanya lalu berjalan menuju ruang ganti.Nadia menggigit bibirnya, berpikir sejenak lalu bertanya, "Gio, kamu serius dengan perkataanmu pada Yuvira waktu itu?"Gio berhenti melangkah dan menoleh ke arahnya, "Yang mana?""
Setelah berpikir selama beberapa saat, Nadia tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.Timmy kaget sekali saat Nadia membuka pintu kamar, dia refleks menutup layar laptop.Nadia menatap laptop itu, lalu bertanya dengan nada serius, "Kamu lagi nonton apa, Timmy?""Kartun, Ibu," jawab Timmy dengan perasaan bersalah."Kalau cuma kartun, terus kenapa kamu mematikan laptopmu dengan panik begitu?" tanya Nadia.Timmy langsung memutar otak mencari alasan. "Aku nggak mau Ibu merasa aku nggak membuat kemajuan."Selama ini, Nadia tidak pernah memaksa Timmy mengaku.Nadia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang privasi tersendiri.Akan tetapi, masalah hari ini bukanlah masalah sepele.Orang dewasa saja pasti akan merasa malu melihat adegan tidak senonoh dalam video itu, apalagi anak-anak yang pola pikirnya masih dalam proses perkembangan?Karena Timmy masih belum mau mengaku, Nadia pun menarik napas dalam-dalam. Dia melangkah menghampiri anaknya, lalu duduk di seb
"Wah, wah, memang putri Keluarga Wren beda kelas, ya," puji para selebriti itu sambil tertawa."Tentu saja, Yuvira itu bukan cuma lembut dan baik hati, tapi pendidikannya juga nggak main-main ...."Yuvira tersenyum bangga mendengar semua pujian itu.Ya, semua ini memang harusnya menjadi miliknya!Hanya dia yang pantas disanjung seperti ini!Yuvira berjalan turun bersama para selebriti itu dengan sepatu hak tingginya, lalu dengan anggun lanjut menuju panggung tempat foto-fotonya ditampilkan.Yuvira berdiri di depan mikrofon, lalu memberikan kata sambutan, "Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku ...."Sementara itu, di Vila Harmonisa.Timmy duduk di depan laptop sambil menonton rekaman kamera pengawas di tempat acara pesta ulang tahun Yuvira. Dia juga menggunakan headphone untuk memudahkan berkomunikasi dengan Ivan."Ya ampun, dia pintar banget bicara," komentar Timmy dengan gusar."Dia pasti bangga banget karena ada banyak orang yang mendukungnya," sahut Ivan dengan nada datar
Gio berusaha menahan amarahnya, lalu memerintahkan dengan dingin, "Cari tahu kapan Kiano pulang ke tanah air!"Yuda sontak tertegun. Tuan Muda Kiano sudah kembali?Gawat, Brian benar-benar sudah mengusik batas kesabaran Gio.Brian paling sayang dengan Kiano yang merupakan anak sulung. Seandainya bukan karena skandal yang menghebohkan itu, sekarang Kiano pasti sudah menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Cakra.Walaupun Gio adalah adik kandung satu ayah dengan Kiano, Yuda tahu betapa Gio membenci Kiano.Sebagai asisten pribadi Gio, Yuda tahu betul betapa Gio ingin sekali membunuh Kiano.Yuda pun diam-diam menghela napas. Seandainya saja Kiano menurut dan tetap tinggal di luar negeri, Gio pasti bersedia mengampuni nyawa Kiano.Sementara itu, di Vila Harmonisa.Mona menatap kakaknya yang terus sibuk dengan laptopnya, lalu berkata dengan kesal sambil cemberut, "Kak, Kakak sibuk banget sih! Kakak bahkan sudah nggak mau main lagi dengan Mona!"Timmy menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mem
Gio mengambil serbet yang diletakkan di atas meja, lalu menyeka tangannya sambil menjawab, "Ivan mengalami gangguan mental karena disiksa oleh Yuvira.""Yuvira menyiksa Ivan? Dia 'kan ibunya Ivan! Menyiksa bagaimana maksudmu?" tanya Tuan Besar Brian dengan kaget.Gio pun melirik ke arah Tuan Besar Brian yang terlihat gelisah. "Dengan memukul dan memakinya."Tuan Besar Brian sontak menggebrak meja dan berseru dengan marah, "'Kan sudah kubilang dari dulu kalau wanita itu nggak layak menjadi menantu Keluarga Cakra!""Jadi, kenapa Anda menyuruhku pulang malam ini?" tanya Gio mengalihkan topik pembicaraan, sorot tatapannya dengan kesal."Mantan pacarmu masih hidup?" tanya Tuan Besar Brian."Apa hubungannya itu dengan Anda?" tanya Gio, sorot tatapannya terlihat dingin."Jangan berani-beraninya kamu pacaran sama seorang pembunuh! Nanti reputasi Keluarga Cakra jadi rusak!""Apa gara-gara dia juga kamu membatalkan kontrak di Kota Herna dan bergegas pulang ke Kota Mesia?" tanya Tuan Besar Brian
Saat sedang istirahat dari jam pelajaran, Ivan mengajak Timmy untuk melihat informasi yang dia temukan.Timmy membaca-baca informasi itu sebentar, sorot tatapannya terlihat marah. "Apa ini semua adalah perseteruan Ibu dengan Yuvira?"Ivan mengangguk. "Tapi, aku nggak tahu apa ada yang terlewat atau nggak.""Yuvira benar-benar orang jahat! Bisa-bisanya dia mencuri posisi Ibu sebagai penyelamat Ayah!" ujar Timmy dengan marah."Dia bahkan berpura-pura menjadi adik Paman! Yang lebih jahatnya lagi, dia yang menculikmu!"Walaupun Ivan tidak berkomentar apa-apa, ekspresinya juga terlihat kesal."Masih ada lagi."Ivan berujar, lalu menunjukkan gambar lain di layar laptopnya.Kali ini, Ivan memperlihatkan sebuah rekaman kamera pengawas.Itu adalah rekaman Nadia yang memasuki sebuah kafe pada lima tahun lalu. Tidak sampai setengah jam kemudian, tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal menggendong Nadia, lalu memasukkan Nadia ke dalam sebuah mobil berwarna hitam melalui pintu belakang.Ivan jug
"Dia adalah dewiku!" puji Alva dengan bersemangat."Coba jelaskan," kata Yosef sambil mengangkat alisnya.Alva menghela napas, "Nadia itu hidupnya menyedihkan banget. Waktu aku bertemu dengannya, dia bahkan nggak sempat makan.""Dia belajar sambil bekerja paruh waktu dan masih harus mengurus kedua anaknya.""Dia berusaha sebisa mungkin untuk memberikan anak-anaknya makanan enak, sedangkan dia sendiri cuma ala kadarnya.""Aku bertemu dengannya di lomba desain pakaian.""Aku masih ingat ucapannya waktu itu. Dia bilang dia akan membantuku memenangkan perlombaan asalkan aku menggajinya 1.500 dolar.""Lomba itu mempertaruhkan reputasiku yang kudapatkan setelah bekerja keras selama sepuluh tahun. Jangankan 1.500 dolar, 10 ribu dolar saja aku rela keluarkan!""Setelah itu, dia mengubah hasil rancangan karya-karyaku sehingga salah satu lawanku yang meniru langsung kalah.""Sejak saat itulah Nadia menjadi dewiku!"Gio dan Yosef sontak terdiam.Yosef akhirnya mengerti maksud kata-kata Nadia sore
Malam harinya.Nadia bergegas pergi ke restoran terbuka itu untuk menepati janjinya.Sesampainya di sana, ternyata Alva sudah duduk menunggu.Begitu melihat Nadia, Alva langsung menarik kursi supaya Nadia bisa duduk dengan gaya yang sudah seperti pria sejati sambil berkata, "Nah, silakan duduk, G-ku sayang."Nadia hanya balas menatap Alva dengan tidak berdaya. "Jangan begini, Alva, aku belum terbiasa.""Gimana? Penampilan dariku boleh juga, 'kan?" tanya Alva sambil terkekeh.Penampilan?"Penampilan apa?" tanya Nadia dengan bingung.Alva pun mengedikkan bibirnya ke suatu arah. "Itu, tuh. Bukannya itu pria yang kamu cintai sekaligus kamu benci?"Nadia sontak tertegun, lalu mengikuti arah pandangan Alva.Nadia langsung melihat Gio yang sedang duduk tidak jauh dari sana bersama Yosef. Gio balas menatap Nadia dengan dingin.Sudut mulut Nadia sontak berkedut. Ya ampun, dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Gio dan main masuk!Seandainya dia tahu ada Gio di sini, sampai mati pun Nadia tid
"Dasar orang gila," komentar Nadia sambil langsung berjalan menuju gedung sekolah. Dia merasa terlalu malas untuk meladeni Yuvira."Oh, kamu nggak berani mengaku, ya? Kalau kamu nggak berani, akan kubuat kamu mengaku secara paksa!" seru Yuvira dari belakang Nadia.Jantung Nadia seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik, dia teringat akan mimpi buruknya.Nadia pun berbalik badan menatap Yuvira dengan ekspresi yang terlihat serius. "Mau apa kamu?""Kenapa? Kamu takut aku membawa anak-anakmu pergi, hah?" sindir Yuvira.Nadia berusaha menenangkan dirinya. "Kamu belum bisa melakukan sesuatu seperti itu!""Bukan kamu yang berhak menentukan aku bisa atau nggak, Nadia. Aku sudah pernah mengalahkanmu, jadi aku bisa melakukannya lagi!" sahut Yuvira sambil tersenyum dingin.Nadia hendak menyahut lagi, tetapi dia tiba-tiba melihat seseorang yang bertubuh tinggi dan tegap.Nadia pun tertawa kecil, lalu balik bertanya dengan tenang, "Yuvira, memangnya kamu bisa melakukan apa terhadapku? Mau
Nadia tidak sempat menyela penjelasan Yosef.Nadia sebenarnya tidak berniat mencari tahu tentang hidup Gio selama lima tahun ini, tetapi begitu mendengar penjelasan Yosef, tangannya refleks menggenggam gelas kopinya dengan sedikit lebih erat.Ternyata Gio kecanduan alkohol selama dua tahun gara-gara dia?Nadia tahu Gio memang terus mencari keberadaannya selama lima tahun ini, tetapi Nadia tidak percaya Gio sampai kecanduan alkohol selama dua tahun."Kamu tahu nggak kenapa Gio memutuskan pertunangannya dengan Yuvira?" tanya Yosef lagi sambil menatap Nadia."Aku nggak tertarik dengan hubungan mereka berdua, Pak Yosef," jawab Nadia."Karena kamu." Yosef menjawab pertanyaannya sendiri. "Karena Gio tahu bahwa kamulah yang menyelamatkannya waktu itu.""Gio pernah mengaku padaku saat lagi mabuk. Dia bilang dia nggak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Kalau sampai kamu kembali, kali ini dia rela menyerahkan nyawanya demi kamu."Nadia pun mengatupkan bibirnya dengan rapat.Ternyata Gio tah