Di ujung telepon sana, Sena hanya terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Nadia ...."Rasanya hati Nadia seperti tenggelam sesaat. Dia mengedip-ngedipkan matanya, lalu menjawab, "Bicaralah.""Dia memproses ponselnya ke dalam suatu sistem, jadi semua catatan panggilan dan pesan di ponselnya langsung musnah begitu terkirim.""Detail transaksi di rekeningnya juga bersih banget, nggak ada yang mencurigakan sesuai dugaan kita.""Menurutku, dia nggak menggunakan kartu ATM-nya waktu transfer ...."Awalnya, Nadia masih bisa menyimak ucapan Sena. Akan tetapi, setelah itu semua perkataan Sena seolah mental dari telinganya.Rasanya telinga Nadia mendadak berdenging, pikirannya seketika menjadi kosong.Kenapa malah begini ....Padahal, Nadia yakin bukti untuk menggulingkan Yuvira sudah ada di depan matanya. Nadia sama sekali tidak menyangka kerja kerasnya terbuang dengan percuma.Kali ini, dia bahkan masih menciptakan masalah bagi dirinya sendiri."Nadia ..." panggil Sena dengan ce
"Memangnya urusan apa yang lebih penting daripada calon anak sendiri!"Mata Ian terbelalak lebar karena amarah. Dia mengeluarkan ponselnya dari sakunya sambil berkata, "Brian harus tahu soal ini!""Akan kusuruh Brian mendidik Gio! Nggak akan kubiarkan cucuku dianiaya begini!"Yuvira langsung duduk, lalu berkata dengan cemas, "Nggak usah telepon, Kakek! Gio, dia ...."Akan tetapi, Yuvira tidak menyelesaikan ucapannya. Dia hanya menundukkan kepalanya sambil menggigit bibirnya.Ekspresi Gavin yang semula tampak berwibawa pun berubah menjadi dingin dan serius. Jika tebakannya benar, Gio pasti sedang bersama Nadia.Saat ini, Yuvira pasti sengaja berpura-pura dilanda kesedihan karena dia mau balas dendam kepada Nadia.Gavin pun berkata kepada Ian, "Kakek, menurutku lebih baik Kakek telepon Gio dulu.""Yuvira 'kan nggak kasih tahu Gio soal ini. Kurasa, nggak bijaksana juga kalau Kakek asal menelepon Kakek Brian."Gerakan Ian pun langsung berhenti. Dia berpikir sejenak, lalu akhirnya berkata,
Gio langsung berhenti berjalan. Dia berbalik badan, wajahnya yang tampan terlihat dingin. Gio berkata, "Kamu nggak berhak memikirkan keselamatan Nadia.""Aku nggak akan memaafkanmu kalau sampai Nadia kenapa-kenapa!" ancam Gavin sambil mengepalkan tangannya."Jangan bilang kamu naksir wanitaku?" cibir Gio.Ekspresi Gavin pun berubah menjadi dingin. Dia berkata, "Jangan keterlaluan kamu! Yuvira yang lagi mengandung anakmu itu masih terbaring di sana!""Aku memang nggak bisa melakukan apa-apa terhadap Yuvira, tapi kalau kamu nggak bisa melindungi Nadia, aku akan langsung membawanya pergi begitu aku bisa!""Coba saja kalau kamu memang bisa," sahut Gio dengan sorot mata dingin.Setelah berkata seperti itu, tiba-tiba Gio melihat ke arah yang tidak jauh dari sana.Gavin refleks mengikuti arah pandangan Gio. Ternyata Brian sedang berjalan menghampiri mereka, ekspresi pria itu terlihat tidak senang.Gavin pun menyapa Brian.Akan tetapi, Brian tidak mengacuhkannya. Dia langsung menghampiri Gio d
Nadia sontak terdiam.Tuan Besar?Nadia memperhatikan pria tua itu dengan lebih saksama. Wajahnya agak mirip dengan Gio.Mungkinkah pria ini adalah kakeknya Gio?Sebenarnya, Nadia merasa agak bingung. Dia sudah bersama dengan Gio selama tiga tahun, tetapi dia tidak tahu-menahu soal anggota Keluarga Cakra.Nadia pun akhirnya berjalan ke sofa dengan ragu, lalu duduk.Brian menatap gadis itu, lalu berkata dengan nada dingin, "Cantik juga, sayangnya nggak tahu diri banget."Nada sontak mengernyit. Memangnya dia salah apa sampai pria tua satu ini begitu kesal terhadapnya?"Maaf, Pak, tapi saya salah apa sampai Anda bilang begitu?" tanya Nadia dengan ekspresinya yang tetap datar."Kenapa? Nggak suka? Kalau nggak suka dengan ucapanku, tinggalkan Gio!" jawab Brian sambil mendengus dengan dingin."Saya juga maunya pergi, tapi Gio yang nggak mengizinkan saya!" sahut Nadia sambil tersenyum."Gio yang nggak membiarkanmu pergi atau kamu yang sengaja menjebak Gio?" tanya Brian dengan nada bicara teg
"Tenang saja, Nona Nadia, Bibi bisa jaga rahasia. Nona cukup beri tahu Bibi sebelumnya, supaya Bibi bisa mempersiapkan diri untuk mendengarkan," jawab Bibi Ratih.Siang harinya di MK.Brian sengaja pergi ke perusahaan untuk menemui Gio.Brian duduk di sofa. Dia menunggu Gio selesai menandatangani dokumen sebelum akhirnya bersuara, "Ternyata wanitamu sangat pandai bicara, ya."Sorot mata Gio mendadak berubah menjadi serius. Dia balas bertanya dengan nada dingin, "Ayah habis menemui Nadia?""Sampai kapan kamu akan mempertahankan wanita seperti itu? Lalu, kapan kamu akan menikahi Yuvira?" tanya Brian.Gio menutup dokumennya sambil berkata, "Sudah kujelaskan dengan sangat gamblang kemarin malam, 'kan. Ayah nggak usah ikut campur dengan urusanku.""Justru aku terpaksa ikut campur karena kamu nggak mau menyelesaikannya!" sahut Brian dengan nada dingin."Begitu Ayah berani-beraninya menyentuh Nadia, aku nggak akan segan-segan memecat kedua kakakku dan keluarga mereka dari semua jabatan yang m
"Terima kasih sudah mengingatkan," tulis Nadia.Gavin membaca layar ponselnya sambil menghela napas. Sampai kapan Nadia akan menolak berhubungan dengannya seperti ini?Pukul 21:00.Gio akhirnya pulang.Bibi Ratih pun berjalan menghampiri untuk mengambil mantel Gio, lalu berkata, "Tuan, hari ini ayahnya Tuan datang.""Dia bilang apa?" tanya Gio dengan kesal.Bibi Ratih pun menceritakan garis besar percakapan antara Brian dengan Nadia. Kernyitan Gio terlihat makin kentara."Nadia benar-benar nggak takut dengan apa pun."Setelah berkata seperti itu, Gio pun berjalan naik.Dia berjalan ke lantai dua dan membuka pintu kamar tidur.Kebetulan sekali Nadia baru mematikan komputernya. Dia melihat sosok Gio berjalan menghampirinya dengan ekspresi yang terlihat kaku.Nadia hanya balas melirik Gio, lalu mengambil pakaian ganti dan berjalan menuju kamar mandi.Saat Nadia berjalan melewati Gio, pria itu mendadak mencengkeram lengannya."Nadia!" panggil Gio dengan nada serius.Nadia refleks berhenti
Yosef tidak menjawab apa-apa.Dia malah bertanya lagi, "Oh ya, kamu bukannya habis menyelidiki latar belakang Nadia? Itu karena kamu curiga dialah yang menyelamatkanmu, 'kan?""Iya, kurasa di dunia ini nggak ada yang namanya kebetulan," jawab Gio dengan tenang."Beda dengan Yuvira. Aku sama sekali nggak merasa ada koneksi dengannya.""Apa jawaban Nadia?" tanya Yosef."Dia bilang dia nggak ingat soal kejadian itu."Yosef pun berpikir sejenak, lalu bertanya, "Jangan-jangan dia nggak ingat karena sesuatu terjadi kepadanya?"Saat mendengar dugaan Yosef, Gio pun terdiam."Dari hasil penyelidikan Yuda, katanya waktu kecil Nadia pernah dirawat selama beberapa waktu di rumah sakit."Sebuah lampu bohlam pun seolah menyala dengan terang dalam otak Yosef."Kalau begitu, kemungkinan besar itu yang menyebabkan Nadia lupa ingatan! Lebih baik kamu suruh orang untuk mencari tahu soal itu," saran Yosef.Gio pun menyipitkan matanya. Beberapa saat kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesa
Nadia mengangguk sambil menjawab, "Iya, setelah kamu pergi waktu itu.""Ya ampun, boleh nggak lain kali kamu ajak-ajak aku kalau mau begitu lagi?" tanya Sena dengan bersemangat sambil meraih Nadia dan mengguncang-guncang tubuh temannya itu.Nadia menganggap ada yang salah dengan otak Sena. Memangnya menampar itu sesuatu yang menyenangkan?Sementara itu, di kantor direktur Perusahaan MK.Yuda mengetuk pintu, lalu berjalan memasuki kantor Gio dengan membawa hasil penyelidikannya.Dia melangkah maju, lalu meletakkan informasi yang dia temukan di atas meja Gio sambil berkata, "Ini informasi tentang rawat inap Nona Nadia waktu itu, Tuan Muda Ketiga."Gio menatap dokumen itu, lalu mengambilnya dan membacanya.Setelah membaca laporan itu dengan saksama, akhirnya Gio bertanya sambil mengernyit, "Lupa ingatan yang disebabkan oleh demam tinggi?""Benar. Katanya Nona Nadia dirawat di rumah sakit selama setengah bulan lebih," jawab Yuda."Setelah demam tingginya mereda, dia mengalami lupa ingatan.