"Tenang saja, Nona Nadia, Bibi bisa jaga rahasia. Nona cukup beri tahu Bibi sebelumnya, supaya Bibi bisa mempersiapkan diri untuk mendengarkan," jawab Bibi Ratih.Siang harinya di MK.Brian sengaja pergi ke perusahaan untuk menemui Gio.Brian duduk di sofa. Dia menunggu Gio selesai menandatangani dokumen sebelum akhirnya bersuara, "Ternyata wanitamu sangat pandai bicara, ya."Sorot mata Gio mendadak berubah menjadi serius. Dia balas bertanya dengan nada dingin, "Ayah habis menemui Nadia?""Sampai kapan kamu akan mempertahankan wanita seperti itu? Lalu, kapan kamu akan menikahi Yuvira?" tanya Brian.Gio menutup dokumennya sambil berkata, "Sudah kujelaskan dengan sangat gamblang kemarin malam, 'kan. Ayah nggak usah ikut campur dengan urusanku.""Justru aku terpaksa ikut campur karena kamu nggak mau menyelesaikannya!" sahut Brian dengan nada dingin."Begitu Ayah berani-beraninya menyentuh Nadia, aku nggak akan segan-segan memecat kedua kakakku dan keluarga mereka dari semua jabatan yang m
"Terima kasih sudah mengingatkan," tulis Nadia.Gavin membaca layar ponselnya sambil menghela napas. Sampai kapan Nadia akan menolak berhubungan dengannya seperti ini?Pukul 21:00.Gio akhirnya pulang.Bibi Ratih pun berjalan menghampiri untuk mengambil mantel Gio, lalu berkata, "Tuan, hari ini ayahnya Tuan datang.""Dia bilang apa?" tanya Gio dengan kesal.Bibi Ratih pun menceritakan garis besar percakapan antara Brian dengan Nadia. Kernyitan Gio terlihat makin kentara."Nadia benar-benar nggak takut dengan apa pun."Setelah berkata seperti itu, Gio pun berjalan naik.Dia berjalan ke lantai dua dan membuka pintu kamar tidur.Kebetulan sekali Nadia baru mematikan komputernya. Dia melihat sosok Gio berjalan menghampirinya dengan ekspresi yang terlihat kaku.Nadia hanya balas melirik Gio, lalu mengambil pakaian ganti dan berjalan menuju kamar mandi.Saat Nadia berjalan melewati Gio, pria itu mendadak mencengkeram lengannya."Nadia!" panggil Gio dengan nada serius.Nadia refleks berhenti
Yosef tidak menjawab apa-apa.Dia malah bertanya lagi, "Oh ya, kamu bukannya habis menyelidiki latar belakang Nadia? Itu karena kamu curiga dialah yang menyelamatkanmu, 'kan?""Iya, kurasa di dunia ini nggak ada yang namanya kebetulan," jawab Gio dengan tenang."Beda dengan Yuvira. Aku sama sekali nggak merasa ada koneksi dengannya.""Apa jawaban Nadia?" tanya Yosef."Dia bilang dia nggak ingat soal kejadian itu."Yosef pun berpikir sejenak, lalu bertanya, "Jangan-jangan dia nggak ingat karena sesuatu terjadi kepadanya?"Saat mendengar dugaan Yosef, Gio pun terdiam."Dari hasil penyelidikan Yuda, katanya waktu kecil Nadia pernah dirawat selama beberapa waktu di rumah sakit."Sebuah lampu bohlam pun seolah menyala dengan terang dalam otak Yosef."Kalau begitu, kemungkinan besar itu yang menyebabkan Nadia lupa ingatan! Lebih baik kamu suruh orang untuk mencari tahu soal itu," saran Yosef.Gio pun menyipitkan matanya. Beberapa saat kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesa
Nadia mengangguk sambil menjawab, "Iya, setelah kamu pergi waktu itu.""Ya ampun, boleh nggak lain kali kamu ajak-ajak aku kalau mau begitu lagi?" tanya Sena dengan bersemangat sambil meraih Nadia dan mengguncang-guncang tubuh temannya itu.Nadia menganggap ada yang salah dengan otak Sena. Memangnya menampar itu sesuatu yang menyenangkan?Sementara itu, di kantor direktur Perusahaan MK.Yuda mengetuk pintu, lalu berjalan memasuki kantor Gio dengan membawa hasil penyelidikannya.Dia melangkah maju, lalu meletakkan informasi yang dia temukan di atas meja Gio sambil berkata, "Ini informasi tentang rawat inap Nona Nadia waktu itu, Tuan Muda Ketiga."Gio menatap dokumen itu, lalu mengambilnya dan membacanya.Setelah membaca laporan itu dengan saksama, akhirnya Gio bertanya sambil mengernyit, "Lupa ingatan yang disebabkan oleh demam tinggi?""Benar. Katanya Nona Nadia dirawat di rumah sakit selama setengah bulan lebih," jawab Yuda."Setelah demam tingginya mereda, dia mengalami lupa ingatan.
Jemari Yuvira yang berada di bawah meja pun terkepal, dia segera menjelaskan, "Sekalipun aku sedang cuti hamil, tetap saja aku tahu semua informasi perusahaan.""Aku nggak memberitahumu soal itu karena aku nggak mau membuat lebih banyak masalah untukmu."Gio mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas lututnya dengan perlahan, lalu berkata dengan kesal, "Lain kali, jangan cari Nadia apa pun alasannya.""Gio, kenapa sih kamu begitu membelanya? Aku masih kurang apa?"Yuvira menangis dengan begitu tersedu-sedu sampai riasannya rusak.Alih-alih menjawab, Gio hanya berkata, "Kamu tinggal saja di rumah Keluarga Wren supaya bisa membesarkan bayimu dengan damai.""Kamu nggak berencana mengizinkanku kembali? Gio, ini anak kita ...." Yuvira mulai tidak bisa mengendalikan perasaannya.Gio merasa terdesak dengan pertanyaan Yuvira, jadi dia akhirnya menyela dengan nada dingin, "Kalau kamu bersikap seperti ini lagi, aku akan membatalkan pertunangan kita dan membesarkan anak itu sendirian."Setelah berkata se
Nadia mengerahkan segenap kekuatannya untuk meronta sambil berseru, "Lepaskan aku!""Plak!"Pria itu balas menampar Nadia dengan kencang.Saking kencangnya, telinga Nadia sampai berdenging. Nadia bahkan nyaris tidak bisa berdiri tegak.Pria itu menyeret Nadia ke dalam mobil, lalu memerintahkan si sopir dengan nada dingin, "Kita pergi dari sini."Nadia tidak berani bertindak dengan gegabah lagi. Dia tahu kekuatannya kalah jauh dari pria ini!Jika Nadia sembarangan bertindak, dia justru akan membahayakan anak dalam kandungannya.Pada akhirnya, Nadia hanya bersandar pada pintu mobil sambil menatap pria itu dengan saksama.Dia memasukkan tangannya ke dalam saku dengan hati-hati. Nadia berniat menelepon Yuda yang sudah Nadia jadikan kontak darurat.Nadia cukup menekan tombol kunci sebanyak tiga kali untuk menelepon Yuda.Namun, belum sempat Nadia menekannya, tiba-tiba pria itu merebut ponselnya. Pria itu bahkan menurunkan kaca jendela mobil dan melemparkan ponsel Nadia ke luar.Nadia sontak
"Tadi, Nona Nadia keluar sekitar jam enam sore. Ada apa, Tuan?" tanya Bibi Ratih dengan cemas."Oke!" jawab Gio, ekspresinya mendadak berubah menjadi dingin.Setelah menutup telepon, Gio menelepon Sena lagi."Pak Gio! Apa Nadia ada?" tanya Sena dengan segera.Alih-alih menjawab, Gio justru balik bertanya dengan nada tajam, "Kamu mengajaknya makan?""Iya dan dia sudah menyetujuinya. Tapi, sedari tadi saya menunggu di restoran dan Nadia nggak datang-datang. Ponselnya juga mati!" jawab Sena dengan gelisah.Gio sontak bangkit berdiri, sorot matanya terlihat begitu dingin mencekam. "Aku tutup dulu!"Gio pun langsung menelepon Yuda dan memerintahkannya, "Nadia menghilang. Suruh orang untuk mencarinya sampai ketemu."Setelah berkata seperti itu, Gio pun segera keluar dari kantornya.Di dalam restoran."Aduh, bagaimana ini! Nadia nggak ada di Pondok Asri!" ujar Sena dengan kesal saking gelisahnya.Sam pun langsung bangkit berdiri sambil berkata, "Ayo, kita ke Kompleks Cemara. Mungkin Nadia ada
Gio terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya menjawab, "Ya, baiklah."Setelah meletakkan ponselnya, Gio pun langsung memerintahkan Yuda, "Ikuti Yuvira ke mana pun dia pergi dengan saksama!""Siap," jawab Yuda sambil mengangguk.Setelah memberikan perintah itu, Gio pun mengambil mantelnya dan keluar dari vila.Dia masuk ke dalam mobil, lalu bergegas melaju ke rumah Keluarga Cakra.Sesampainya di sana, ternyata Brian sedang sarapan.Brian bisa merasakan aura permusuhan yang menguar dari tubuh Gio, jadi dia meletakkan sendok dan garpunya dengan kesal, lalu bertanya, "Ngapain kamu ke sini pagi-pagi begini?""Apa Ayah yang membawa Nadia pergi?" tanya Gio balik dengan nada dingin."Kamu ini lancang sekali!" bentak Brian, dia sontak bangkit berdiri dan mengomel dengan marah, "Lihat sekarang jam berapa! Baru jam setengah tujuh!""Kamu baru datang saja sudah menginterogasi Ayah begini? Kamu masih menganggap Ayah sebagai ayahmu atau nggak? Tahu aturan nggak?"Sorot mata Gio berubah menjadi